Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Mobilitas
di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
REPNI APRIANTI RAMBE
122500123

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, serta sholawat dan salam penulis
hanturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kealam yang penuh cahaya ilmu

seperti saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Gangguan Mobilisasi di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas” yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII
Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan arahan dari
semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr.Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Iksanuddin A. Harahap S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti S.Kp, M.Kep Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Yang telah memberikan kebijakannya.
6. Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu,
pemikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-sarannya.

7. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep,Ns,MNS selaku Penguji yang telah meluangkan
waktu dan memberikan bimbingan dan saran-sarannya.
8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
9. Orangtua tercinta yang telah mendukung dan memberi semangat dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini. Terimah kasih atas semua pengorbanan, kasih sayang dan doa
yang telah diberikan.

10. Keluarga kelolaan saya yang telah memberikan waktu kepada saya untuk melakukan
Asuhan Keperawatan
11. Seluruh keluarga tercinta yang juga selalu memberi semangat dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
khususnya (Suci, Desi, Purnama, Putri, Septi, Nurhalimah). Dan program Studi DIII
keperawatan 2012 dan semuanya yang telah membantu saya dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
13. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu yang telah memberikan
saran sehingga Karya tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan di perbaiki. Oleh larena itu, kritik

dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Harapan penulis semoga
laporan ini dapat bermamfaat bagi kita semua.

Medan, 28 juli 2015

Penulis
Repni Aprianti rambe
122500123

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABELvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C.Mamfaat
BAB II

PEMBAHASAN

BAB III

1
1
3
4
5

A. Konsep Dasar Gangguan Mobilisasi

5

1.1 Definisi Gangguan Mobilisasi

5

1.2 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Gangguan Mobilitas


5

1.3 Proses Keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilitas

9

1. Pengkajian Gangguan Mobilisasi

9

2. Analisa Data

13

3. Masalah Keperawatan

14

4. Perencanaan


15

5. Implementasi

18

B. Asuhan Keperawatan Kasus

19

1. Pengkajian

19

2. Analisa Data

28

3. Rumusan Masalah


29

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasioanl

30

5. Implementasi dan Evalusi

34

PENUTUP36
A. Kesimpulan

36

B. Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

lAMPIRAN

i
ii
iv

DAFTAR TABEL
NO

Judul

Halaman

1.

Tingkat Aktivitas/Mobilisasi...................................................

10

2.


Derajat Kekuatan Otot ..........................................................

11

3.

Perencanaan Keperawatan.....................................................

15

4.

Analisa Data...........................................................................

26

5.

Perencanaan Keperawatan.....................................................


28

6.

Implementasi dan Evaluasi..................................................

33

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam urat adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dari arthritis kristal menosidium urat yang tercampur didalam sendi sebagai akibat
dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (Diah, dkk, 2008).
Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan oleh dokter
menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah.
Penyakit ini di tandai dengan gangguan linu-linu terutama di daerah persendian tulang dan
tidak jarang timbul rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri tersebut diakibatkan adanya radang
pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di

daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah. Arthitis gout disebabkan
kelainan metabolisme yang ada dalam perkembangannya bermanifestasi terhadap
peningkatan konsetrasi asam urat dalam serum (Diah, dkk, 2008).
Penyakit radang sendi tersebut sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Penyakit
tersebut dikenal dengan penyakit gout atau pirai. Kata gout berasal dari bahasa latin guttan
yang berarti tetesan. Pada zaman dahulu, asal mula penyakit ini di sangka di sebabkan oleh
adanya racun yang jatuh demi setetes pada persendian (Diah. dkk, 2008).
Sebenarnya asam urat merupakan bagian dari yang normal dari darah dan urin. Asam
urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari bahan makanan tertentu yang
mengandung nukleotida purin atau berasal dari nukleotida purin yang diproduksi oleh tubuh.
Tingginya kadar asam urat di dalam darah penderita gout disebabkan banyaknya sisa-sisa
pembuangan hasil metabolisme puri sedangkan ekskresi asam urat melalui urin terlalu sedikit
(Diah, dkk, 2008).
Salah asatu cara mengatsi penyakit gout, selain melalui pemberian obat, juga dengan
cara pengaturan makanan yang dapat mengurangi asam urat di dalam darah. Pengaturan
makanan pada penderita suatu penyakit merupakan satu kesatuan dengan kegiatan perawatan

medis dan pengobatan. Bagi seorang penderita penyakit, baik penyakit kronis maupun akut,
diet yang diberikan merupakan salah satu kegiatan upaya penyembuhan (Diah,dkk,, 2008).
Pengaturan makanan sangat perlu dilakukan oleh penderita gout. Terlalu banyak
mengkomsumsi makanan yang tinggi kandungan nukleotida purinnya akan meningkatkan
produksi asam urat. Sebaiknya, mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan
nukleotida purin rendah akan mengurangi resiko hiperurisemia atau gout (Diah, dkk, 2008).
Menurut Davidson dan anderson (1947), penderita akut maupun kronis mempunyai
syarat-syarat diet yang sama, yaitu makanan yang tinggi purin, cukup kalori (sesuai denagn
kebutuhan tubuh), tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah lemak, tinggi cairan, dan tanpa
alkohol (Diah, dkk, 2008).
Penyakit ini menyerang dewasa muda, terutama pada pria. Pada wanita insiden ini
menjadi sama setelah menoupause. Prevalensi cenderung makin meningkat akibat
peningkatan standar hidup/perubahan gaya hidup. Prevalensi bervariasi dieluruh dunia, pada
1986 di USA diperkirakan mencapai 2% dengan proporsi 13,6: 1000 pria dan 6,4: 1000
wanita; Spanyol 7% dan prancis 17%. Sedangkan di indinesia belum ada angka tresmi tapi
pada beberapa daerah dilaporkan Sinjai (Sulawesi Selatan) pria 10% dan wanita $%
Minahasa (Sulawesi Utara) pria 34,3% dan wanita 23,31% dan Bandung (Jawa Tengah) pria
24,3% dan wanita 11,7% (Jeffrey, 2009).
Serangan rasa sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, dan merah dan terasa
panas pada sendi kaki. Serangan ini akan hilang sendiri dalam beberapa hari (sekitar 10 hari)
dan bila diberi obat akan sembuh dalam waktu kurang lebih tiga hari. Interval serangan yang
cukup lama dan sendi masih dalam keadaan normal disebut arthritis gout akut (Diah, dkk,
2008)
Pada satu sampai dua tahun berikutnya, Interval serangan bertambah pendek dan
perubahan bentuk pada sendi-sendi yang tidak dapat berubah ke bentuk seperti semula, ini
disebut sebagai suatu gejala yang irreversibel yang disebut arthritis gout kronis (Diah, dkk,
2008).

Pada penderita gout kronis klien mengalami gangguan pergerakan yang disebut juga
dengan gangguan mobilisasi. Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang
tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak. berat disertai fraktur pada
esktremitas dan sebagainya (Taufik, 2009).
Dimana dengan kemampuan seseorang untuk bergerak untuk bergerak penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang disebut dengan mobilitas penuh. Kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan senrorik pada area tubuhnya disebut
dengan mobilitas sebagian (Taufik, 2009).
Berdasarkan peristiwa diatas maka penulis tertarik untuk membahas Asuhan
Keperawatan pada Ny.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan
Mobilitas.
B. Tujuan
1. Tujuan umum.
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata bagi
mereka yang mengalami gangguan mobilitas yang dialami oleh klien Ny.A di Kelurahan
Harjosari Kecamatan Medan Amplas agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
gangguan mobilitas.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar gangguan mobilisasi.
3. Memberikan intervensi pada pasien
gangguan mobilitas.

dengan prioritas masalah kebutuhan dasar

4. Memberikan implementasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
gangguan mobilitas.
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar gangguan
mobilitas.
C. Manfaat
a. Bagi kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat dijadikan masukan

untuk

menambah dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa
keperawatan serta pembaca pada umumnya dalam memberikan asuhan keperawatan..
b. Bagi Mahasiswa sebagai penambah wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya
kesehatan bagi mahasiswa agar dapat mengaplikasikan ilmunya dalam pendidikan.
c. Bagi praktik keperawatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan berpikir kritis dalam melakukan asuhan terhadap pasien khususnya
dengan gangguan mobilitas.
d. Bagi kebutuhan klien diharapkan gangguan mobilitas teratasi dan dapat meningkatkan
aktivitas sesuai batas toleransi.

BAB II
PENGELOHAN KASUS

A. Konsep Dasar Gangguan Mobilisasi
1.1 Defenisi Gangguan Mobilisasi
Gangguan mobilisasi adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas (Potter & Perry, 2006). Gangguan mobilisasi dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Gangguan mobilisasi fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti
pada pasien dengan hemipligia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di
daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk
mengurangi tekanan.
2. Gangguan mobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
3. Gangguan mobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan
diri. Sebagai contoh, karena stres berat dapat disebababkan karena bedah amputasi
ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehikangan
sesuatu yang paling dicintai.
4. Gangguan mobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi mempengaruhi perannnya dalam kehidupan sosial (Taufik,
2009).
1.2 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Gangguan Mobilisasi
Dampak dari gangguan mobilisasi dalam tubuh daapat mempengaruhi sistem
tubuh, seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal,
perubahan

sistem

pernafasan,

perubahan

kardiovaskular,

perubahan

sistem

muskuluskletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil) dan
perubahan perilaku (Taufik, 2009)
a. Perubahan Metabolisme
Perubahan Secara umum gangguan mobilisasi dapat menggau metabilisme secara
normal, mengingat gangguan mobilisasi dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal
metabolisme rate (BMR) yang menyebabkan energi untuk perbaikan sel-sel tubuh,
sehinnga dapat memoengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme pada
klien gangguan mobilisasi dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan
katabilisme meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan
metabolisme. Proses gangguan mobilisasi dapat juga menyebabkan penurunan
ekskresi urin dan peningkatan nitrigen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien
yang mengalami gangguan mobilisasi atropi kalenjar dan katabolisme protein,
ketidakserimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam
mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestina (Taufik, 2009).
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan eletrolit sebagai dampak dari gangguan
mobilisasi akan mengakibatkan persendian protein serum berkurang sehingga dapat
menganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan
dari intravaskuler ke intertisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi
menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan
meningkatkannya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorpsi kalium
(Taufik, 2009).
c. Gangguan Pengubahan Zat
Gizi Terjadinya gangguan Zat yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan
protei dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zatr makanan pada tingkat sel
menurun, dimna sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigenasi
dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabilosme (Taufik, 2009).
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Gangguan mobilisai dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal
ini disebabkan karena gangguan mobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang di

cerna, sehingga penurunan jumlah massukan yang cukup dapat menyebabkan
keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi (Taufik, 2009).
e.

Perubahan Sistem Pernapasan
Gangguan mobilisai menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan.
Akibat gangguan mobilisasi, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya kelemahan otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan
aliaran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehinnga menyebabkan anemia. Penurunan
ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru
(Taufik, 2009).

f. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan sistem kardivaskuler akibat gangguan mobilisasi antar lain dapat
berupa hipontesi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan
trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tepat dan lama, refleks neurovaskuler
akan menurun dan menyebabkan vasokontrasi, kemudian darah terkumpul pada vena
bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat (Taufik,
2009).
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai gangguan
mobilisasi adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak gangguan mobilisasi dapat menyebabkan
turunnya kekuatan otot secara langsung. Menuerunnya fungsi kapasiats otot ditandai
dengan menurunnya stabiliatas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan
atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari
enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda atau lesu (Taufik,
2009).
b. Gangguan Skeletal

Gangguan mobilisasi juga dapat menyebabkan gangguan skletal, misalnya akan
mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontaraktur merupakan kondisi
yang abnormal dengan kriteri adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan
memedeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan
yang tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi karena reabsorpsi tulang semakin besar,
sehigga menyebabkan jumlah kalsim ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium
yang dikeluarkan melalui urin semakin besar (Taufik, 2009).
c. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yaang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat gangguan mobilisasi dan terjadinya iskemia
serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat
tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringn (Taufik, 2009).
d. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urin yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehinggan aliran
darah renal dan berkurang (Taufik, 2009).
e. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat gangguan mobilisasi, antara lain timbulnya
rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklis tidur,
dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak gangguan mobilisasi karena selama proses gangguan mobilisasi
seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain
(Taufik, 2009).

1.3 Proses Keperawatan pada Masalah Gangguan Mobilisasi
1. Pengkajian Gangguan Mobilisasi
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah sebagai berikut
(Taufik, 2009).
A. Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan klien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilisasi, seperti adanya nyeri kelemahan otot, kelelahan,
tingkat mobilisasi dan gangguan mobilisasi, daerah terganggunya mobilisasi, dan
lama terjadinya gangguan mobilisasi.
B. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah DiDerita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi, misalnya adanay riwayat penyakit sistem
neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, miastenia gravis, guilain barre, cedera medula spinalis, dan lain-lain),
riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infrak miokard, gagal jantung kongesif),
riwayat penyakit sistem muskuloskletal (osteoporosi, fraktur , arthiritis), riwayat
penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lainlain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat,
laksansia, dan lain-lain.
C. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan
kaki kiri untuk menilai ada tau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.
D. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian kemampuan mobiulisasi dilakukan denagn tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat 0

Kategori
Mampu merawat diri sendiri secara
penuh.

Tingkat 1

Memerlukan penggunaan alat.

Tingkat 2

Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain

Tingkat 3

Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain dan peralatan

Tingkat 4

Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.

E. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,
siku, lengan, panggul dan kaki.
F. PerubahanIntoleransi Aktivitas
Perubahan intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem
pernapasan, antara lain : suara napas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak,
adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, nyeri saat respirasi. Pengkajian
intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskuler, seperti nadi dan
tekanan, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital
setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
G. Perubahan Otot dan Gangguan Koordinasi
Kekuatan

Otot

dan

Gangguan

Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Tabel 2.2 Derajat kekuatan Otot
Skala

Persentase Kekuatan

Karakteristik

Normal
0

10

Paralisis sempurna.

1

10

Tidak ada gerakan. Kontaksi otot
dapt di palpasi atau dilihat.

2

25

Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan.

50

Gerakan yang normal melawan

3

gravitasi.

4

75

Gerakan penuh yang normal dan
mewan tahana minimal.

5

100

Kekuatan normal melawan gravitasi
dan tahana penuh

H. Perubahan Psikolosis
Pengkajian perubahan psikologis yang diseababkan oleh adanya gangguan mobilisasi
antara alin perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme
koping, dan lain-lain. Selain itu, pengkajian keperawatan harus berfokus pada area
fisiologis. Berikut sistem yang harus dikaji pada gangguan mobilisasi yaitu:
a) Sistem Metabolik
Ketika

mengkaji

sistem

metabolik,

perwat

menggunakan

pengukuran

antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot, menggunakan pencacatan dan haluran
serta data labortorium untuk mengevaluasi stattus cairan, elektrolit, maupun kadar
serum protein, mengkaji penyembuhan luka dan mengevaluasi perubahan transport
nutrien, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi untuk menentukan fungsi
gastrointestinal.Pengukuran asupan dan hakuaran membantu perawat untuk
menentukan apakah terjadi ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi dan edema dapat
meningkatkan laju kerusakan kulit pada klien gangguan mobilisasi. Apabila klien
gangguan mobilisasi mempunyai luka, maka kecepatan penyembuahn menunjukan
indikasi niyrient yang di bawa ke jaringan. Kemajuan penyembuhan yang normal
mengidentifikasi kebutuhan metabolik jaringan luka (Potter & Perry, 2006).
b) Sistem Respiratori
Pengkajian sistem repiratori harus dilakukan minimal setiap 2jam pada klien
yang mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat menginspeksi pergerakaan dinding
dada siklus inspirasi-ekspirasi penuh. Jika klien mempunyai area alektelatis, gerakan
dadanya menjadi asimetris, Selain itu, perawat mengauskultasi seluruh area paru0paru
untuk mengidentifikasi gangguan suara napas, crackles, atau mengi. Pengkajian
sistem respiratori lengkap mengidentifikasi adanya sekresi dan menentukan tindakan

keperwatan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori (Potter &
Perry, 2006).
c) Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian Keperawatn kardiovaskuler pada klien gangguan mobilisasi
termasuk memantau tekanan darah. Tekanan darah harus diukur, terutama jiuka
beruabh dari berbaring ke duduk atau berdiri akibat risiko terjadi hipotensi ortostatik.
Dengan cara ini kemampuan mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji (Potter &
Perry, 2006).
d) Sistem Muskukuskeletal
Kelainan muskuluskeletal utama dapat diidentifikasi selama pengkajian
keperawatan meliputi penueunan tonus otot, kehilangan massa otot dan kontraktur
(Potter & Perry, 2006).
e) Sistem Integumen
Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien terhadap tanda-tanda
kerusakan. Kulit harus diobservasi ketika klien bergerak dan diperhatiakn higienisnya
(Potter & Perry, 2006).
f) Sistem Eliminasi
Status eliminasi klien harus dievaluasi . Total asupan dan haluaran dievaluasi
setiap 24 jam. Tidak adekuat asupan, haluaran cairan dan elektrolit meningkatakan
risiko gangguan sistem gingak, bergeser dari infeksi berulang menjadi gagal ginjal,
Dehidrasi juga meningkatkan risiko kerusakan kulit, pembentukan trombus, infeksi
pernapasan, dan kontisipasi. Komplikasi fisik dapat menurunkan keseluruhan tingkat
mobilisasi (Potter & Perry, 2006).

1. Analisa Data
Analisa data mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi
yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian. Analisa
menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada atau risiko terjadi masalah
(Potter & Perry, 2006)
Perubahan

kesejajaran

tubuh

diakiabatkan

perubahan

perkembangan,

kelaianan postur, kelaianan pembentukan tulang, gangguan perkembangan otot,

kerusakan sistem muskuloskeletal. Pengkajian data harus berisi karakteristik yang
bermakan dan tepat untuk mendukung penanaman diagnostik (Potter & Perry, 2006)
Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saling berhubungan. Seseorang yang
mempunayi kesejajaran tubuh buruk mengurangi mobilisasi. Saat mengidentifikasi
atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan
mobilisasi (Potter & Perry, 2006).

2. Rumusan Masalah
Perawat mampu membuat rumusan masalah terhadap klien dengan gangguan
mobilisasi yang aktual maupun berisiko. Perawat dapat merencanakan terapi sesuai
derajat risiko klien disesuaikan dengan perkembangan klien, dan rumusan masalah
bersifat individu disesuiakan dengan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan
gaya hidup (Potter & Perry, 2006).
Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting dipertimbangkan dalam
merencanakan terapi data mempertahankan terapi dalam mempertahankan mobilisasi.
Rumusan masalah perawat juga termasuk pemahaman kebutuhan klien untuk
mempertahankan fungsi motorik, dan kemandirian. Perawat dan klien bekerjasama
membuat cara-cara untuk mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan
keperawatan dan mencapai mobilisasi yang oftimal dimana klien berada (Potter &
Perry, 2006).
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan
gangguan moblisasi, membutuhkan rencana keperawatan lansung melalui pemberian
posisi secara actual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi.
Beberapa diagnosis keperawatan mungkin sesuai untuk menunjukkan
kebutuhan mobilitas pasien (Bennita W. Vaughans,2013).
a. Mobilitas fisik cacat
b. Intoleransi aktifitas
c. Risiko jatuh
d. Perawatan diri kurang
e. Integritas kulit rusak
f. Interaksi sosial rusak

3. Perencanaan
Perencanaan meliputi identifikasi hasil yang diharapkan dan sarana atau
intervensi untuk memastikan hasil tersebut tercapai. Pada titik ini, perawat juga harus
mempertimbangkan bagaimana ia dapat mengimplementasikan rencana asuhan
dengan cara yang aman. Menjaga mobilitas dengan cara yang aman sebagian terletak
pada penggunaan gerak tubuh yang bagus. Gerak tubuh dapat dideskripsikan sebagai
cara seseorang menggunakan tulang, otot, sendi untuk menghasilkan gerakan.
Penggunaan gerak tubuh yang tepat mencegah luka pada sistem muskuloskletal
(Bennita W, Vaughans, 2013).
Tabel Perencanaan Tindakan Keperawatan
Diagnosa

: - Gangguam mobilitas fisik

Tujuan

: - Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan
indicator (1-5): ketergantungan, membutuhkan
bantuan orang lain dan alat
- Penampilan seimbang
- Penampilan posisi tubuh
- Pergerakan sendi dan otot
- Melakukan perpindahan/ambulasi(Berjalan)

Kriteria Hasil :- Klien mampu melakukan latihan rentang gerak pada
Sendi/ eksremitas yang terganggu
- Kllien mampu untuk berjalan tanpa alat bantu
- Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

Rencana Keperawatan

Rasional

a. Kaji

tingkat

mobilisasi

pasien dengan tingkatan
(0-4) secara berkala.
b. Kaji

kekuatan

otot/kemampuan
fungsional mobilitas sendi
dengan

menggunakan

skala kekuatan otot (0-5)
secara teratur.
c. Monitor tanda-tanda vital

a.

Menunjukan

perubahan

tingkatan mmobilitas pasien
setiap hari

peningkatan

kekuatan

otot/mobilitas sendi pasien
sebelum

dan

gerak ROM
otot

mempertahankan

selama aktivitas

e. Mempertahankan
mengembalikan

f. Anjurkan ke ahli terafi
fisik

atan
untuk

s dalam
dua

yaitu

atau
kekeuatan

1. T
indakan
promosi

atau
fungsi

tubuh
Aktivitas Kolaborasi

keperaw

kategori
untuk

dan ketahanan otot
e. Beriakan penguatan positif

akan

sirkulasi

aktif/pasif

meningkatkan

Tind

mobilita

c. Kelumpuhan

pada ekstremitas
dan berpindah yang aman

mpleme

sesudah

dilakukan latiahn rentang

d. ROM

yaitu
tindakan
promosi
kesehata

f. Untuk

I

ntasi

b. Menentukan perkembangan

mempengaruhi
d. Ajarkan tehnik ambulasi

4.

mengembangkan

perencanaan

dan

mempertahankan/meningkat
akan mobilisasi

n
menjaga
individu
pada
level

oftimal dan menyasar individu yang berisiko mengalami dampak menjadi
tidak aktif secara fisik.
2. Tindakan restoratif yaitu tindakan restoratif menyasar individu yang telah
mengalami level dan implementasikan untuk meminimalkan dampak negatif
dan memperbaiki fungsional optimal sekarang(Bennita W. Vaughans, 2013).

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh

sesuai

kebutuhan pasien serta dalam latihan ROM pasif dan pasif (Taufik, 2009).
1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengenai masalah kebutuhan mobilisasi dapat
disesuaikan dengan tingkat gangguan.
2. Latihan ROM pasif dan aktif
Pasien yang mobilisasi sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya gangguan mobilisas.

B. Asuhan Keperawatan Kasus

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

1.BIODATA
INDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny.A

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 70 tahun

Status Perkawaninan

: Janda

Agama

: Islam

Pendidikan

: Tidak sekolah

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Bajak IV Kelurahan Harjosari
Kecamatan Medan Amplas

Tanggal Masuk RS

:-

No. Register

:-

Ruangan/Kamar

:-

Golongan Darah

: AB

Tanggal Pengkajian

: 18 Mei 2015

Tanggal Operasi

:-

Diagnosa Keperawatan

: Gangguan Mobilitas Fisik

11. KELUHAN UTAMA
Saat di kaji N.y A mengatakan susah untuk bergerak, berjalan karena adanya
pembengkakan dan kemerahan pada ekstremitas bawah pada kaki kiri dan N.y A sudah
menderita asam urat sekitar 2 tahun.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang
A.Provocative/ palliative
1. Apa penyebabnya :
Sebelumnya klien tidak pernah periksa atau kontrol tentang penyakitnya.
2.Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaaannya belum ada.
B. Quantity/Quality
1.Bagaimana dirasakan
N.y A mengatakan sakit dibagian ekstremitas bawah dan susah untuk

bergerak,

berjalan.
2.Bagaimana dilihat
Ada pembengkakan dan memerah di bagian ekstremitas bawah.
C. Region
1.Dimana lokasinya
Di daerah ekstremitas bagian bawah kiri.
2.Apakah menyebar
Ny. A mengatakan tidak menyebar.
D. Severety
Klien mengatakan terganggu dengan kondisinya yang sekarang.
E. Time
N.y A mengatakan ketika klien bergerak atau berjalan dan kadang muncul tanpa
penyebab.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
A.Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sudah mengalami sakit asam urat sejak dua tahun yang lalu.
B.Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah berobat ke rumah sakit atau kepuskesmas
membeli obat di warung jika asam uratnya kambuh.
C.Pernah dirawat/dioperasi
Tidak pernah

hanya

D.Lama dirawat
Tidak pernah
E.Alergi
Klien mengatakan tidak memilki riwayat alergi.
F.Imunisasi
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan imunisasi.

V. Riwayat kesehatan keluarga
A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tua klien tidak ada menderita penyakit

keturunan atau

penyakit yang serius.
B. Saudara Kandung
Klien mengatakan tidak ada saudara kandung klien yang mengalami riwayat penyakit
keturunan.
C.Penyakit turunan yang ada
Tidak ada
D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada keluarga yang memilki riwayat atau mengalami gangguan jiwa.
E.Anggota keluarga yang meninggal :
Tidak ada

VI. Riwayat keadaan psikososial
A.Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien berpersepsi bahwa penyakit yang dideritanya sekarang berupa teguran dari
Yang Maha Kuasa, agar tetap selalu ingat pada_Nya dan mensyukuri bahwa sehat itu
merupakan kekayaan.
B.Konsep diri
Gambaran diri

: klien menerima seluruh bagian tubuhnya,
tanpa merasa ada yang kurang.

Ideal diri

: idealnya klien ingin sembuh, agar bisa
melaksanakan semua aktivitas rutinnya.

Harga diri

: merendah karena penyakit nya yang
dideritanya.

Peran

: klien berperan sebagai orangtua yang
memilki anak tiga, dan sebagai nenek bagi
cucunya.

Identitas

: klien sebagai seorang janda dan
mempunyai 3 orang anak laki-laki.

C.Keadaan emosi
Saat melakukan pengkajian keadaan emosi klien stabil..
D. Hubungan sosial
- Orang yang paling berarti

: anak adalah orang yang berarti
bagi klien.

- Hubungan dengan keluarga

: hubungan klien dengan keluarga
kurang harmonis dan kurang
komunikasi.

- Hubungan dengan orang lain

: hubungan klien dengan orang lain
dan komunikasi dengan yang lain terjalin
dengan baik.

- Hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain

: klien memiliki hambatan
berhubungan dengan orang lain
karena penyakit yang dideritanya.

E.Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien meyakini Allah SWT sebagai Tuhan yang berkuasa atas
segalanya dan hanya kepada-Nya tempat memohon, dan sholat lima waktu
merupakan kewajiban yang harus dikerjakan dalam agamanya.

VII.PEMERIKSAAN FISIK
A.Keadaan umum
Tingkat kesadaran composmentis dan Ny.A terlihat lemah tidak ada
cuping hidung pandangan mata terlihat sayu ketika dilakukan pengkajian.
B.Tanda-tanda vital
-Suhu tubuh

: 36,6 O C.

-Tekanan darah

: 140/100 mmHg.

-Nadi

: 82x/menit.

-Pernafasan

: 22x/menit

-Tinggi badan

: 155 cm.

-Berat badan

: 56 kg.

C.Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
-Bentuk

: bulat.

-Ubun-ubun

: normal, fontanel berada di tengah,
tidak terdapat lesi.

-Kulit kepala

: bersih.

Rambut
-Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran merata, kasar, dengan
rambut rambut.
-Bau

: normal bau rambut.

-Warna kulit

: putih.

-Warna kulit

: sawo matang.

-Struktur wajah

: simetris.

Wajah

Mata
-Kelengkapan dan kesimetrisan

: normal, simetris antara dextra dan
sinistra.

-Palpebra

: normal, dapat menutup
dan membuka mata, tidak ada

pernapasan

kemerahan.
-Konjungtiva dan scelera

: konjungtiva tidak anemis, sclera
putih, tidak ada
kemerahan.

-Pupil

: sama antara kiridan kanan.

-Kornea dan iris

: tidak dilakukan pemeriksaan.

-Visus

: tidak dilakukan pemeriksaan.

-Tekanan bola mata

: tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung
-Tulang hidung dan posisi septum nasi

: normal, berada di tengah.

-Lubang hidung

: normal, simetris antara
dextra dan sinistra..

-Cuping hidung

: tidak ada pernapasan
cuping hidung.

Telinga
-Bentuk telinga

: simetris antara dextra dan
sinistra.

-Ukuran telinga

: normal.

-Lubang telinga

: normal, bersih.

Mulut dan faring
-Keadaan bibir

: kering

-Keadaan gusi dan gigi

: bersih

-Keadaan lidah

: lembab.

Leher
-Posisi trakea

: tidak dilakukan pemeriksaan -Tiroid
: tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.

-Suara

: jelas namun lemah.

-Denyut dan nadi karotis

: teraba kuat.

Pemeriksaan integumen
-Kebersihan

: kulit bersih.

-Kehangatan

: akral dingin.

-Warna

: sawo matang.

-Turgor

: kembali < 3 detik.

-Kelembaban

: kulit teraba kering.

-Kelainan kulit

: tidak ada kelainan pada
kulit.

Pemeriksaan payudara dan ketiak
Payudara simetris antara dextra sinistra, tidak dijumpai massa, tidak ada trauma, dan
tidak ada pembengkakan pada aksila.
Pemeriksaan thoraks/dada
-Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail
koliasis)
-Pernafasan

chest, kifos

: tidak ada kelainan bentuk
: pola nafas reguler 22
x/menit.

-Tanda kesulitan bernafas

: tidak dijumpai tanda
kesulitan bernafas.

Pemeriksaan paru
-Infeksi

: tidak dilakukan pemeriksaan

-Palpasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

-Perkusi

: tidak dilakukan pemeriksaan

-Auskultasi

: tidak dilakukan pemeriksaa

Pemeriksaan jantung
-Inspeksi

: tidak dilakukan pemeriksaan

-Palpasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

-Perkusi

: tidak dilakukan pemeriksaan

-Auskultasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan abdomen
-Inspeksi

: normal, tidak ada massa,
tidak ada truma, bentuk
abdomen datar.

-Auskultasi

: tidak dilakukan pemeriksaan

-Palpasi

: tidak dilakukan pemeriksaan -Perkusi
: tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
-Genitalia

: tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas
-Kesimetrisan

: ekstremitas bawah tidak
simetris

-Kekuatan otot

: melemah dengan kekuatan
otot skala 2

-Edema

: ada, adanya perubahan
jalan berjalan dan perubahan
bentuk dan kontraksi
pergerakan melambat

X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum
-Frekuensi makan/hari

: 3 kali

-Nafsu/selera makan

: kurang, terlihat nasi yang
dimakan bersisa ¼

-Nyeri ulu hati

: tidak ada

-Alergi

: tidak ada riwayat alergi

-Mual dan muntah

: tidak ada mual dan muntah

-Waktu pemberian makan

: Pagi pukul 09, siang pukul
13,30 dan sore pukul 18.00
wib

-Masalah makan dan minum

: klien kurang nafsu makan .

II. Perawatan diri/personal hygiene.
-Kebersihan gigi dan mulut

: kurang bersih terdapat flak
pada gigi

-Kebersihan kuku kaki dan tangan

: bersih.

III. Pola kegiatan/aktivitas
Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau tota
Aktivitas klien dilakukan sendiri karena tidak ada keluarga yang tinggal di
rumah. Dan aktivitas klein terganggu karena adanya pembengkakan pada ekstremitas
bawah seperti untuk berdiri dan duduk.
Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Klien mengatakan ibadahnya terganggu karena adanya pembengkakan pada
ekstremitas bawah.
IV. Pola eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
-Pola BAB

: 2x/seminggu.

-Karakter feses

: lembek, dan berwarna
kuning.

-Riwayat perdarahan

: tidak ada riwayat
perdarahan.

-BAB terakhir

: 5 hari yang lalu.

-Diare

: tidak ada.

-Penggunaan laksatif

: tidak ada

Buang Air Kecil (BAK)
-Pola BAK

: 5-6x/hari

-Karakter urin

: kuning.

-Kesulitan BAK

: tidak ada kesulitan dalam
BAK.

-Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih

: tidak ada riwayat
penyakit ginjal.

-Penggunaan diuretic

: tidak ada penggunaan

diuretik.
-Upaya mengatasi masalah

: tidak ada.

Mekanisme Koping
-Adaptif

: klien mampu bicara dengan
orang lain

2. Analisa Data
No
1

Data
DS
-

Klien
mengatakan
susah

untuk

bergerak karena
adanya
pembengkakan
dan kemerahan
pada kaki kiri.
DO
-

Tampak
pembengkakan
pada kaki kiri,
kemerahan dan
perubahan cara
berjalan.

-

Pergerakan
melambat.

-

Kekuatan

otot

melemah.
-

Ekstremitas
bagian

bawah

tidak simetris.

Etiologi

Masalah Keperawatan

Penurunan kekuatan

Gangguan mobilitas

ekstremitas bawah

fisik

-

Kekuatan

otot

skala 2
-

Perubahan
bentuk
ekstremitas atau
mengalami
kontaktur.

2

DS
-

Klien bertanya
mengenai

penyakit

yang

di deritanya
Klien
mengatakan
tidak tahu cara
pengobatan
penyakit

yang

di deritanya
DO
-

Saat di tanya
tentang
penyakit

dan

perawatan
tentang
penyakitnya
klien
bingung

tampak
untuk

menjawab.

3. Rumusan Masalah

Kurang pengetahuan

Pemahaman

Mengenai penyakit

Informasi

penyebab

-

Kurangnya

MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik.
2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas
bawah di tandai dengan adanya pembengkakan, dan kemerahan pada kaki kiri,
perubahan cara berjalan, pergerakan melambat, ekstremitas bawah tidak simetris,
kekuatan otot dengan skala 2, perubahan bentuk ekstremitas atau mengalami
kontraktur.
2. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang penyakit dan perawatannya di tandai dengan saat di tanya tentang
penyakit dan perawatan asam urat klien tampak bingung menjawab, klien bertanya
tentang penyebab penyakit dan perawatannya.

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasioanal
Hari/

No.Dx

Perencanan Keperawatan

Tgl
Selasa

Gangguan

Tujuan : :- Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai

19

mobilitas

dengan indicator (1-5): ketergantungan,

Mei

fisik

2015

membutuhkan bantuan orang lain dan
alat
- Penampilan seimbang
- Penampilan posisi tubuh
- Pergerakan sendi dan otot
- Melakukanperpindahan/ambulasi
(Berjalan)

Kriteria Hasil : :- Klien mampu melakukan latihan
rentang gerak pada Sendi/
eksremitas yang terganggu
- Kllien mampu untuk berjalan
tanpa alat bantu
- Klien mampu melakukan aktivitas
secara mandiri
Rencana Keperawatan

a. Kaji

tingkat

Rasional

a. Menunjukan

mobilisasi

perubahan tingkatan

pasien

mobilitas

dengan

tingkatan

(0-4)

pasien

setiap hari

secara berkala.
b. Kaji

kekuatan

b. Menentukan

otot/kemampuan

perkembangan

fungsional

peningkatan

mobilitas

sendi

kekuatan

dengan

otot/mobilitas sendi

menggunakan

pasien sebelum dan

skala

sesudah

kekuatan

dilakukan

otot (0-5) secara

latiahn

teratur.

gerak ROM

c. Monitor

tanda-

tanda vital

rentang

c. Kelumpuhan

otot

mempengaruhi
sirkulasi

pada

ekstremitas
d. Mengajarkan

d. ROM

aktif/pasif

pasien

dalam

untuk

latiahan

ROM

mempertahankan
atau

meningkatkan

aktif/pasif

kekeuatan

dan

ketahanan otot

e. Ajarkan

tehnik

ambulasi

e. Mempertahankan
atau mengembalikan

dan

fungsi tubuh

berpindah yang
aman
f.
f. Berikan

Untuk
mempertankan/meni

penguatan

ngkatkan mobilisasi

positif

sendi dan otot

selama

aktivitas

Aktivitas Kolaborasi
g. Anjurkan ke ahli
terafi fisik

g. Untuk
mengembangkan
perencanaan

dan

mempertahankan/m
eningkatakan
mobilisasi.
Selasa

Kurang

Tujuan :

19

pengetahu

-

Mei

an

20015

mengenai

Informasi kesehatan dapat terpenuhi

Kriteria Hasil :
-

penyakit

Pasien

menyatakan

pemahaman

tentang

penyakit
-

Pasien mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan

-

Pasien mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan

Rencana Keperawatan

Rasional

a. Kaji

tingkat

pengetahuan

klien

a. Dengan
mengetahui

tentang penyakit dan

tingkat

perawatannya.

pengetahuan,
perawat

lebih

terarah

dalam

memberikan
pendidikan
sesuai

dengan

pengetahuan
klien

secara

efesien

dan

efektif.
b. Libatkan
dalam

keluarga
penerimaan

b. Keluarga perlu
dilibatkan

informasi

dalam

.

pemenuhan
informasi untuk
mendukung dan
membantu
perawatan.

c. Jelaskan
asam

pengertian

urat

kepada

klien.

c. Dapat
mengurangi
kecemasan
tentang
penyakitnya

d. Jelaskan
asam
klien.

urat

penyebab

d. Memberikan

kepada

pengetahuan
kepada

klien

untuk
mengurangi

atau mencegah
faktor penyebab
terjadinya asam
urat.
e. Jelaskan diet yang
dianjurkan

pada

penderita asam urat.

e. Diet yang tepat
sangat
bagi

penting
penderita

asam urat untuk
mengurangi
kadar

kadar

asam urat akibat
mengkomsumsi
makanan

yang

banyak
mengandung
purin.
f. Anjurkan klien untuk
mengatur

aktivitas

dengan istirahat.

f. Mengurangi
beban

kerja

kaki

atau

mengurangi
tekanan
ekstremitas
yang sakit.

pada

5. Implementasi dan Evaluasi
Hari/

No.Dx

Implementasi

Tgl

Evaluasi

Keperawatan

Rabu

Gangguan

20

mobilitas

Mei

fisik

3

Mengkaji

tingkat S :

mobilisasi

pasien Klien mengatakan sulit

dengan tingkatan (0- untuk melakukan aktivitas

2015

4) secara berkala.
4

Mengkaji

bangun, berdiri karena

kekuatan bagian eksremitas bawah

otot/kemampuan

lemah untuk digerakkan

fungsional mobilitas O:
sendi

dengan

Tanda-tanda vital

menggunakan skala TD= 140/90 mmHg
kekuatan otot (0-5) RR= 22x/menit
secara teratur.
5

6

HR= 88x/menit

Monitor tanda-tanda T = 36,6 C
vital

A:

Mengajarkan pasien

Masalah belum teratasi

dalam latihan ROM

P:
Intervensi dilanjutkan

Rabu

Kurang

20

pengetahu

Mei

an

2015

mengenai
penyakit

1. Mengkaji

tingkat S:

pengetahuan

klien

Klien mengatakan tidak

tentang penyakit dan tahu pasti tentang penyakit
perawatannya.

dan perawatannya.

2. Melibatkan keluarga O :
dalam

penerimaan Klien mendengarkan dan

informasi.
3. Menjelaskan

memahami informasi yang
diberikan.

pengertian asam urat A:
kepada klien.
4. Menjelaskan

Masalah belum teratasi
P:

penyebab asam urat .

Intervensi di lanjutkan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak serara
bebas, karena kondisi yang mengganggu pekerjaan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya (Taufik,
2009).
Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif, klien mengatakan susah
bergerak karena adanya pembengkakan pada kaki yang disebabkan penyakit kronis asam urat
yang dideritanya. Klien menderita asam urat sekitar 2 tahun. Selain itu, di dapat juga data
objektif yaitu, adanya perubahan jalan berjalan klien, pergerakan melambat, ekstremitas
bawah bengkak dan memerah, kekuatan otot melemah dengan skala kekuatan otot 2,
ekstremitas bawah tidak simetris dan tampak perubahana bentuk ekstremitas atau mengalami
kontaktur.
Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan
mobilitas fisik sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah gangguan mobilitas fisik
tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain : mengkaji tingkat mobilisasi
pasien, mengkaji kekuatan otot,memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan klien latihan ROM
aktif/pasif.
B. SARAN
Disarankan kepada Ny. A untuk melakukan latihan gerak rentang yang telah diajarkan
sehingga mencegah ataupun menurunkan risiko terjadinya kontraktur pada bagian tubuh
yang lain.

Daftar pustaka

Alimul, Aziz, 2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (jilid 1). Jakarta : Salemba
Medika
Krisnatuti, Diah, Yenrina Rina. Urifi Vera, 2008). Perencanaan Menu Untuk Penderita
Gangguan Asam Urat. Jakarta Penebar swadaya
Potter P & Perry A, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta EGC
Vaughans W. Bennita, (2013) Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing
Wilkison, J. M, dkk. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: ECG
Carpenito, L. J, dkk (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta: ECG

Catatan Perkembangan

No

Implemtasi dan Evaluasi

DX

Keperawatan
Hari/Tgl

1

Kamis

Tindakan Keperawatan

Evaluasi

Pukul

21 09.00 wib

Mei 2015

1.

Menilai

kembali S:

kemampuam pasien
2.

Klien

mengatakan

Mengobservasi telah mengerti latihan

kembali keadaan pasien

Rentang gerak yang

3. Melatih kembali ROM di ajarkan
pada pasien

O:

4. Membantu Kembali Klien

dapat

tehnik kembali berpindah melakukan sebagian
yang aman

latihan yang diajarkan
TD: 130/90 mmHg
RR: 22x//menit
HR: 88x//menit
A:
Masalah

sebagian

teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2

Kamis, 21 11.00 wib
Mei 2015

a. Menjelaskan diet S:
yang

dianjurkan Klien

pada

penderita mengenai perawatan

asam urat.

penyakit asam urat

b. Menganjurkan
klien
mengatur
aktivitas

bertanya

selain

pengaturan

untuk makanan.
O:
dengan Klien memahami dan

istirahat.

mengualangi kembali
informasi yang telah
diberikan perawat.
A: Masalah teratasi
sebagian.
P:
dilanjutkan.

Intervensi

Catatan Perkembangan

No

Implemtasi dan Evaluasi

DX

Keperawatan
Hari/Tgl

1

Jumat,

Tindakan Keperawatan

Evaluasi

Pukul

22 09-00 wib

Mei 2015

1. Menganjurkan

S:

untuk melakukan Klien
jadwal

latihan akan

yang diajarkan
2. Mengingatkan
untuk

mengatakan
melakukan

jadwal latihan yang di
ajarkan

selalu O:

berhati-hati dalam TD: 130/90 mmHg
melakukan

RR: 22x/menit

pergerkan

dan HR:88x/menit

aktivitas

A:
Masalah teratasi
P:
Intevensi dihentikan

2

Jumat

22 11.00 wib

Mei 2015

a. Memberikan
penkes

S:

tentang Klien

mengatakan

diet

untuk akan

melakukan

penderita

asam informasi yang telah

urat.
b. Membagikan
leaflet.

diberikan.
O:
Klien mendengarkan
dengan baik.
A: Masalah teratasi.
P:
dihentikan.

Intervensi