terus menghasilkan pemikiran kritis tentang komponen-komponen kehidupan sosial dan hubungan antar pribadi, sedangkan untuk lingkup yang lebih luas atau
makro, karyanya menyoroti tentang struktur dan perubahan dalam semangat sosial pada zamannya.
Georg Simmel dalam teorinya mempunyai 4 empat level perhatian, antara lain: Psikologis, interaksional, struktural dan institusional, dan metafisika hakiki
kehidupan. Perhatian terhadap beragamnya level realitas sosial ini tercermin dalam definisi Simmel tentang 3 tiga wilayah masalah dalam sosiologi. Wilayah
pertama yaitu sosiologi murni, yang mengkombinasikan variable-variabel sosiologi dengan bentuk-bentuk interaksi. Wilayah kedua, sosiologi umum yang
membahas produk sosial dan cultural sejarah manusia. Wilayah ketiga, sosiologi filosofis yang di dalamnya membahas tentang pandangannya mengenai hakikat
dasar dan takdir yang tak dapat ditolak manusia Ritzer dan Goodman 2008: 174. Sedangkan untuk pokok perhatian teori, Simmel membaginya menjadi 6
enam pokok perhatiaan, antara lain: kesadaran individu, interaksi sosial, struktur sosial, kebudayaan objektif, uang dan nilai, dan kerahasiaan. Pokok perhatian atau
pemikiran Simmel ini untuk selanjutnya akan dibahas dalam landasan teori.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, ada beberapa permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini berdasarkan teori sosiologi Georg Simmel, sebagai
berikut: 1.
Bagaimanakah wujud kesadaran individu yang dialami tokoh utama Gervaise dalam roman
L‟Assommoir ?
2. Bagaimanakah interaksi sosial yang dilakukan tokoh utama dengan tokoh
lain yang terdapat dalam roman L‟Assommoir ?
3. Bagaimanakah struktur sosial masyarakat yang tercermin dari interaksi
tokoh utama Gervaise dalam roman L‟Assommoir ?
4. Bagaimanakah pengaruh kebudayaan objektif kepada tokoh utama
Gervaise dalam roman L‟Assommoir ?
5. Bagaimanakah efek-efek yang ditimbulkan oleh uang dan nilai pada tokoh
utama yang termanifestasikan dalam roman L‟Assommoir ?
6. Bagaimanakah wujud kerahasiaan yang ditampilkan oleh tokoh utama
dalam roman L‟Assommoir ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ditampilkan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan wujud kesadaran individu yang dialami oleh tokoh
utama Gervaise dalam roman L‟Assommoir karya Émile Zola.
2. Mendeskripsikan wujud interaksi sosial yang dlakukan okoh utama
dengan tokoh lan yang terdapat dalam roman L‟Assommoir karya Émile
Zola. 3.
Mendeskripsikan struktur sosial masyarakat yang tercermin dar nteraksi tokoh utama Gervaise dalam roman
L‟Assommoir karya Émile Zola. 4.
Mendeskripsikan pengaruh kebudayaan objektif kepada tokoh utama yang tercipta dari struktur soslal masyarakat dalam roman
L‟Assommoir karya Émile Zola.
5. Mendeskripsikan efek-efek yang ditimbulkan oleh uang dan nilai pada
tokoh utama yang termanifestasikan dalam roman L‟Assommoir karya
Émile Zola. 6.
Mendeskripsikan wujud kerahasiaan yang ditampilkan oleh tokoh utama dalam roman
L‟Assommoir karya Émile Zola.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoretis
a. Memberikan informasi pengetahuan mengenai penelitian sosiologi kepada
mahasiswa bahasa Prancis di Jurusan Bahasa dan Sastra Asing. b.
Menambah pengetahuan pembaca tentang kesusastraan Prancis, khususnya novel
L‟Assommoir karya Émile Zola.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran bahasa Prancis dalam mata
kuliah Courants Littéraires, Apresiasi Sastra, Théori de Prose, dan Méthode de la Recherche Littéraire, khususnya tentang analisis sosiologi.
b. Penelitian ini dapat diaplikasikan ke dalam roman yang lain, baik dari
pengarang yang sama ataupun dari pengarang-pengarang lainnya dengan menggunakan teori yang sama.
11
BAB 2 LANDASAN TEORITIS
2.2 Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan suatu jenis pendekatan terhadap sastra yang memiliki paradigma dengan asumsi dan implikasi epistemologis yang berbeda
dari yang telah digariskan oleh teori sastra berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra
adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki keterkaitan resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat
tersebut Soemanto 1993; Levin 1973:56. Sebagai suatu bidang teori, maka sosiologi sastra dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan keilmuan dalam
menangani objek sasarannya. Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis
oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan
demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman
bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra
dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya Soemanto, 1993. Konsep dasar sosiologi sastra sebenarnya sudah dikembangkan oleh Plato 428
SM-348 SM dan Aristoteles 384 SM-322 SM, yang mengajukan istilah mimesis, yang menyinggung hubungan antara sastra dan masyarakat sebagai
cermin. Pengertian mimesis Yunani: perwujudan atau peniruan pertama kali
dipergunakan dalam teori-teori tentang seni seperti dikemukakan Plato 428 SM- 348 SM dan Aristoteles 384 SM-322 SM, dan dari abad ke abad sangat
memengaruhi teori-teori mengenai seni dan sastra di Eropa Van Luxemburg 1986:15.
2.3 Sosiologi Mikro Georg Simmel