Kerangka Berfikir KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

penanaman nilai-nilai pendidikan karakter melalui mata pelajaran sejarah kepada peserta didik, sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya namun, tetap bermaksud untuk menambah dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan pendidikan karakter.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka teoritis adalah kerangka berfikir yang bersifat teoritis atau konseptual mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka berfikir tersebut menggambarkan hubungan antara konsep-konsep atau variabel- variabel yang akan diteliti. Konsep yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tentang pemahaman guru, pendidikan karakter dan pembelajaran sejarah. Konsep pemahaman dalam penelitian ini adalah pemahaman individu Human Assesment. Pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami menilai, atau menaksir karakteristik, potensi dan atau masalah-masalah gangguan yang ada pada individu atau sekelompok individu Sutoyo, 2009: 15. Individu disini yaitu guru sejarah dan pemahamannya mengenai pendidikan karakter. Konsep pendidikan karakter muncul dalam pendidikan nasional karena adanya degradasi moral para remaja terutama siswa SMA. Pendidikan karakter berkaitan dengan bagaimana individu dapat berkembang dan tumbuh sebagai individu dan anggota masyarakat yang mampu menghayati nilai-nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri dan bagi kemanusiaan. Pelaksanan pendidikan karakter di sekolah bertujuan untuk membentuk karakter siswa sejak dini yang dapat menjadikan siswa memiliki watak dan pribadi yang berkarakter dengan mengoptimalkan pengetahuan dirinya dan disertai dengan kesadaran emosi dan perasaanya. Sejarah merupakan satu bagian dari kelompok ilmu yang berdiri sendiri. Mata pelajaran sejarah dapat membentuk nilai-nilai karakter pada siswa sehingga siswa mampu mencintai bangsanya. Melalui pembelajaran sejarah mampu mengembangkan sikap, watak sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Pendidikan karakter melalui pembelajaran sejarah dapat membantu mengembangkan sikap positif maupun negatif sehingga sehingga guru sejarah dapat memberikan materi yang sesuai dengan pembentukan karakter siswa. Dalam penelitian ini konsep yang akan diteliti itu mengenai pemahaman guru tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Pendidikan karakter yang saat ini dideklarasikan oleh pemerintah bertujuan untuk perbaikan moral bangsa. Guru sejarah sebagai pendidik merupakan salah satu agen perubahan yang ikut andil dalam pendidikan karakter. Pemahaman guru sejarah tentang pendidikan karakter dipandang sangat penting supaya dapat tercapai tujuan pembelajaran sejarah yang berkarakter. Sebelum mengetahui tentang pendidikan karakter secara menyeluruh, guru perlu memahami nilai-nilai karakter yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran sejarah. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dihayati diantaranya: religius, toleransi, rasa ingin tahu, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, bersahabat dan komunikatif, kreatif, cinta tanah air, peduli lingkungan dan peduli sosial. Dasar filosofis nilai-nilai karakter tersebut adalah Pancasila. Setelah menghayati nilai-nilai tersebut maka dengan demkian guru dapat memahami pendidikan karakter yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pelaksanaan pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran sejarah di sekolah. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Materi pembelajaran sejarah yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari melalui proses pembelajaran. Mulai dari proses perencanaan pembelajaran yaitu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang dibuat oleh guru, materi,metode, model dan media pembelajaran yang dipilih oleh guru hingga pada tahap evaluasi yang dilakukan oleh guru. Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pembelajaran sejarah ini memfokuskan pada nilai-nilai karakter bangsa yang ditargetkan terlaksana dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam implementasinya atau pelaksanaan proses pembelajaranya guru berusaha untuk menggunakan pendekatan kontekstual. Yakni pembelajaran yang tidak terfokus pada isi materi atau teks, akan tetapi makna dibalik materi atau teks yang dihubungkan dengan situasi dan kondisi kekinian. Guru memberikan pembelajaran yang merangsang tumbuhnya karakter dan potensi peserta didik. Evaluasi ini sebagai pengukuran tingkat ketercapaian sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai lebih ditekankan pada bentuk soal afektif, dan penilaian afektif dikelas. Sehingga nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Dan tujuan pembelajaran sejarah yang berkarakter dapat tercapai. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam masa depan. Bagan kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagan 2.Kerangka Berfikir Bagan 2. Kerangka Berfikir Pendidikan Karakter : Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah yang berkarakter Nilai-Nilai Karakter : Religius, Toleransi, Rasa Ingin Tahu, Jujur, Disiplin, Kerja Keras, Mandiri, Bersahabat dan Komunikatif, Kreatif, Cinta Tanah Air, Peduli Lingkungan dan Peduli Sosial Proses Pembelajaran Sejarah : Perencanaan :  Standar Kompetensi  Kompetensi Dasar  Silabus  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan :  Metode Pembelajaran  Model Pembelajaran  Media Pembelajaran Evaluasi :  Penilaian Pemahaman Guru Sejarah : Menjelaskan; Mengkategorikan ;Mencirikan ; Membandingkan;Mencontohkan dan Menyimpulkan Pendidikan Karakter

BAB III METODOLOGI PENELITIAN