AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI ETIL ASETAT DAUN Jatropha gossypifolia TERHADAP Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

(1)

SKRIPSI

MUFIDA

AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI ETIL

ASETAT DAUN Jatropha gossypifolia

TERHADAP Staphylococcus aureus DENGAN

METODE BIOAUTOGRAFI

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015


(2)

ii

Lembar Pengesahan

UJI ANTIMIKROBA FRAKSI ETIL ASETAT DAUN

Jatropha gossypifolia

TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus

(Penelitian uji aktivitas antimikroba dengan metode bioautografi kontak dilakukan secara in vitro)

USULAN SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2015

Oleh:

MUFIDA

NIM: 201110410311001

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Siti Rofida, S. Si., M. Farm., Apt. Ahmad Shobrun Jamil, S. Si., MP


(3)

iii

LEMBAR PENGUJIAN

AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI ETIL ASETAT

DAUN

Jatropha gossypifolia

TERHADAP

Staphylococcus

aureus

DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2015

Oleh: MUFIDA

NIM: 201110410311001 Disetujui Oleh:

Penguji I Penguji II

Siti Rofida, S. Si., M. Farm., Apt. Ahmad Shobrun Jamil, S. Si., MP NIP 114. 0804. 0453 NIP 113. 0907. 0469

Penguji III Penguji IV

Dian Ermawati, M.Farm., Apt Ika Ratna Hidayati, S.Farm., M.Sc., Apt NIP 112.090.704.81 NIP 112. 0907. 0486


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.. Wr.Wb...

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta

alam, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberikan hidayah kepada yang dikehendaki dan mencabut hidayah dari yang dikehendaki. Rabb yang telah memberikan berjuta nikmat sehat, waktu, kemudahan, dan kesabaran sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI ETIL ASETAT DAUN Jatropha gossypifolia Linn

TERHADAP Staphylococcus aureus dengan METODE BIOAUTOGRAFI” untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT dan Rasulullah SAW, yang mana dengan segala rahmat nikmat pertolongan, petunjuk dan kekuatan dari Allah-lah, penulis dapat menyelesaikan amanah sebagai mahasiswa di Muhammadiyah Malang sehingga nantinya siap untuk menjadi pemimpin dan mengabdi pada agama bangsa, dan almamater.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep., Sp. Kom selaku Dekan Fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Nailis Syifa, S.Farm., MSc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Ibu Siti Rofida, S.Si, M.Farm., Apt., selaku dosen pembimbing I, yang dengan segala kesabaran, nasehat, kebijaksanaan, motivasi yang sangat berarti bagi penulis dan ketelatenan beliau, telah membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini. 5. Bapak Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., M.P. selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan banyak ilmu dan begitu banyak memberkan masukan, solusi, dan saran-saran sehingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Ibu Dian Ernawati., S.Farm., M.Farm., Apt., selaku dosem penguji yang

telah banyak membantu dan memberikan masukan, solusi, dan saran-saran sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Ika Ratna Hidayati, S.Farm., M.Sc., Apt, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran, masukan, solusi, sehingga skripsi ini selesai.

8. Ibu Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt., selaku dosen wali, yang telah memberikan banyak arahan, nasehat, bimbingan selama ini.


(5)

v

9. Ibu Sovia Apriana Basuki, S.Farm., Apt selaku kepala laboratorium program studi farmasi yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk menggunakan laboratorium.

10.Dr. Desy selaku kepala laboratorium Biomedik PPD UMM yang telah memberikan izin untuk menggunakan laboratorium.

11.Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan waktu untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat berguna dan bermanfaat.

12.Kedua Orang Tua tercinta, Abi Yahya Bazeid dan Umma Sa’idah Bafagih, yang tiada hentinya memotivasi dalam segala hal, yang selalu berharap dengan sabar mendoakan untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya. Terima kasih banyak atas didikan, kerja keras dan jerih payahnya untuk membuat anak-anaknya bahagia serta mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

13.Kedua Kakakku tersayang, kakak Nawira, dan abang Abdullah. Terima kasih atas keceriaan dan motivasi yang selalu diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

14.Keluarga Ismail Bafagih, Jidah Shofia, Khalati Mila yang saya cintai, terima kasih atas motivasi, doa, nasehat, yang selalu dipanjatkan untuk penulis demi mencapai masa depan lebih baik.

15.Teman terbaikku, Henny, mb Sofi, mb Sisca, uncle Jo, kelompok skripsi anribakteri terima kasih atas kebersamaan, bantuanm motivasi, semangat, dukungan, di saat susah dan di saat senang untuk menyelesaikan skripsi ini.

16.Teachers, Miss Amina, Mr.Soh Chee Meng, dr. Ahmed Taher, Miss Huishan, terima kasih atas bimbingannya dan masukan-masukan untuk penulis.

17.Keluarga besar kontrakan MSC AS Syifa, terimakasih ataas kebersamaan, dukungan, semangat, doa, dan motivasinya serta ilmu agama yang sudah diajarkan kepada saya sehingga nantinya inshaa Allah bermanfaat

18.Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan kalian.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran, kritik, dan korelasi yang konstruktif adalah harapan yang tiada henti-hentinya kami harapkan. Akhir kata semoga tugas akhir penelitian ini bermanfaat bagi kita. Aamiin.

Malang, Agustus 2015


(6)

vi

RINGKASAN

Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morboditas dan mortalitas yang signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, baik yang muda maupun yang tua, dengan daya tahan tubuh yang rendah, serta masyarakat dengan ekonomi rendah (McPhee et al, 2003). Salah satu mikroorganisme yang paling umum menyebabkan penyakit infeksi adalah bakteri Staphylococcus aureus (Cook et al, 2006). Staphylococcus aureus

adalah bakteri gram positif, dimana bakteri ini dapat memproduksi enterotoxin

Staphylococcal, yang menyebabkan keracunan makanan Staphylococcal, sindrom syok yang beracun, pneumonia, infeksi luka pasca operasi, infeksi nosokomial (Hait, 2012). Penanggulangan penyakit infeksi umumnya menggunakan antibiotik. Antibiotika memiliki peranan penting dalam kesehatan, antibiotika diharapkan mampu membunuh bakteri penyebab infeksi. Beberapa senyawa kimia yang aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia adalah alkaloid, flavonoid, antrakuinon, diterpen dan tanin yang berfungsi mendenaturasi protein sel, yakni dengan ikatan hidrogen yang terbentuk antara gugus fenol dan protein mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Pada penelitian ini telah dilakukan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode bioautografi dengan fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Hasil identifikasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) membuktikan bahwa fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia positif mengandung senyawa golongan flavonoid, antrakuinon, terpenoid, dan polifenol. Kemudian dilanjutkan dengan uji bioautografi. Penelitian ini menggunakan metode bioautografi, yakni metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatografi hasil KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang memiliki aktivitas antibakteri, sehingga mendekatkan metode separasi dengan uji biologis (Pratiwi, 2008). Pengerjaan uji bioautografi meliputi beberapa variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah komponen senyawa yang terpisahkan dengan metode KLT dari fraksi etil asetat daun

Jatropha gossypifolia, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah diagonal zona hambat yang dihasilkan oleh senyawa uji yang ditandai dengan area bening disekitar senyawa uji yang ada pada media agar sebagai parameter untuk menentukan penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, kontrol positif yang digunakan adalah eritromisin.

fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia yang digunakan dalam penotolan sebanyak 15 µl ditotolkan pada plat silica gel GF254, kemudian dikembangkan dengan fase gerak n-heksan:etil asetat (3:2). Dari hasil yang didapatkan setelah dilakukan pengujian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia mengandung senyawa flavonoid, antrakuinon, terpenoid, dan polifenol. Hasil pemisahan dengan kromatografi lapis tipis diperoleh 5 spot noda dengan nilai Rf 1= 0,58 ; Rf 2 = 0, 79, Rf 3= 0,86 ; Rf 4= 0,91 ; Rf 5= 0,92. Hasil uji KLT setelah diderivatisasi, menunjukkan warna kuning intensif, ungu, merah kehitaman, hitam. Adapun nilai Rf yang diperoleh ditandai dengan adanya zona bening sebagai berikut: Rf 1= 10,0 mm ; Rf 2= 10,7 mm ; Rf 3= 12,7 mm ; Rf 4= 12,2 mm ; Rf 5= 11,6 mm.


(7)

vii

ABSTRAK

AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI ETIL ASETAT DAUN Jatropha gossypifolia TERHADAP Staphylococcus aureus DENGAN METODE

BIOAUTOGRAFI

Pendahuluan: Daun jarak merah (Jatropha gossypifolia Linn) mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, antrakuinon, tannin, yang diketahui mempunyai aktivitas antibakteri.

Tujuan: Untuk mengetahui aktivitas anti bakteri dari komponen senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia terhadap

Staphylococcus aureus, yang dilihat dari diameter zona hambatnya. Serta unntuk engetahui golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun

Jatropha gossypifolia, yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.

Metode: metode maserasi kinetik dan metode bioautografi kontak. Pada pengujian bioautografi, sampel penelitian yang digunakan adalah biakan

Staphylococcus aureus murni perlakuan terhadap Staphylococcus aureus di uji dengan fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia. fraksi etil asetat daun

Jatropha gossypifolia pada metode bioautografi kontak dibuat pada satu konsentrasi yaitu 50 mg/ml dan ditotolkan sebanyak 3 kapiler.

Hasil dan kesimpulan: Hasil yang didapatkan setelah dilakukan pengujian dapat diambil kesimpuln bahwa dalam fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia

mengandung senyawa flavonoid, antrakuinon, terpenoid, dan polifenol. Hasil pemisahan dengan kromatografi lapis tipis diperoleh 5 spot noda dengan nilai Rf 1= 0,5875 ; Rf 2 = 0, 78, Rf 3= 0,86 ; Rf 4= 0,91 ; Rf 5= 0,92. Hasil uji KLT setelah diderivatisasi, menunjukkan warna kuning intensif, ungu, merah kehitaman, hitam. Adapun nilai Rf yang diperoleh ditandai dengan adanya zona bening sebagai berikut: Rf 1= 10,0 mm ; Rf 2= 10,7 mm ; Rf 3= 12,7 mm ; Rf 4= 12,2 mm ; Rf 5= 11,6 mm.

Kata kunci : Aktivitas antibakteri, fraksi etil asetat, daun Jatropha gossypifolia, Staphylococcus aureus


(8)

viii

ABSTRACT

THE ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF ETHYL

ACETATE FRACTION IN

Jatropha gossypifolia

LEAF

TOWARD

Staphylococcus aureus

BY USING

BIOAUTOGRAPHY METHOD

Background: Bellyache bush leaf (Jatropha gossypifolia Linn) contains flavonoids, terpenoids, anthraquinone, tannin, which have antibacterial activity.

Aim: To determine antibacterial activity of the compound contained in ethyl acetate fraction of Jatropha gossypifolia leaves against Staphylococcus aureus, which is seen by diameter of inhibitory zones and to determine classes of compounds in ethyl acetate fraction gossypifolia Jatropha leaves, which have antibacterial activity toward Staphylococcus aureus. The type of this research is descriptive.

Method: Ethyl acetate fraction of Jatropha gossypifolia leaves investigated using kinetic maceration method and bioautography contact. The antimicrobial effect of

Jatropha gossypifolia leaf extract was evaluated on Staphylococcus aureus. In bioautography, Ethyl acetate fraction Jatropha leaves gossypifolia was used at 50 mg / ml and spotted into 3 capillaries.

Result and Conclution: Results revealed containing flavonoids, anthraquinone, terpenoids and polyphenols. Results separation by thin layer chromatography showed that 5 spot stain with Rf 1 = 0.5875; Rf 2 = 0, 78, Rf 3 = 0.86; Rf 4 = 0.91; Rf 5 = 0.92. TLC after derivatived, showing intense yellow, purple, red black, black. The Rf was obtained by a clear zone as follows: Rf 1 = 10.0 mm; Rf 2 = 10.7 mm; Rf 3 = 12.7 mm; Rf 4 = 12.2 mm; Rf 5 = 11.6 mm. It proved, Bellyache bush leaf could inhibit Staphylococcus aureus growth.

Keywords: antibacterial activity, fraction of ethyl acetate, the leaves of Jatropha gossypifolia, Staphylococcus aureus


(9)

ix

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ...iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

RINGKASAN ………... vi

ABSTRAK ……… vii DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Jatropha gossypiifolia L)... 6

2.1.1 Taksonomi... 6

2.1.2 Nama Daerah... 7

2.1.3 Morfologi... 7

2.1.4 Habitat dan Distribusi Geografis... 9

2.1.5 Kandungan Daun Jatropha gossypifolia... 9

2.1.6 Manfaat Daun Jatropha gossypifolia... 13

2.2 Tinjauan Umum Staphylococcus aureus... 13

2.2.1 Taksonomi... . 13

2.2.2 Morfologi dan Sifat... 14

2.3 Patogenesis dan Patologi... 15

2.4 Terapi... 16

2.5 Tinjauan Tentang Antibiotik... 17


(10)

x

2.6 Tinjauan Tentang Pelarut... 18

2.6.1 Etil Asetat... 18

2.7 Tinjauan Kromatografi Lapis Tipis... 18

2.8 Tinjauan Tentang Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba Secara In vitro.... 20

2.8.1 Metode Difusi... 20

2.8.2 Metode Dilusi... 20

2.8.3 Uji Bioautografi... 21

2.8.3.1 Bioautografi Langsung... 21

2.8.3.2 Bioautografi overlay... 22

2.8.3.3 Bioautografi kontak... 22

2.9 Tinjauan Tentang Ekstrak... 22

2.10 Tinjauan Tentang Parameter Standar Ekstrak... 23

2.11 Tinjauan Tentang Metode Ekstraksi... 23

2.11.1 Maserasi... 25

2.12 Fraksinasi... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Bagan Kerangka Konseptual ... 27

3.2 Kerangka Konseptual ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN... 4.1 Lokasi Penelitian... 30

4.2 Alat Penelitian... 30

4.2.1 Pembuatan Serbuk Simplisia... 30

4.2.2 Proses Ekstraksi... 30

4.2.3 Pengujian Bioautografi... 30

4.2.4 Pemisahan Senyawa dengan KLT... 31

4.3 Bahan Penelitian... 31

4.3.1 Bahan Uji... 31

4.3.2 Proses Fraksinasi... 31

4.3.3 Pengujian Bioautografi... 32

4.3.4 Identifikasi Senyawa dengan KLT... 32


(11)

xi

4.4.1 Variabel Bebas... 32

4.4.2 Variabel Terikat... 32

4.5 Penyiapan Sterilisasi alat dan bahan... 32

4.6 Metode Penelitian... 33

4.6.1 Rancangan Penelitian... 33

4.6.2 Kerangka Operasional... 33

4.6.3 Prosedur Kerja... 34

4.6.3.1 Pembuatan Simplisia... 34

4.6.3.2 Pembuatan Bahan Uji... 34

4.6.3.3 Pemisahan Senyawa dengan KLT... 36

4.6.3.4 Identifikasi Komponen Senyawa... 36

4.6.3.5 Preparasi Bakteri... 37

4.6.3.6 Preparasi Media... 37

4.6.3.7 Pengujian Bioautografi... 37

4.6.3.7 Analisis Data... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN... 40

5.1 Hasil Determinasi Daun Jatropha gossyphifolia ... 40

5.2 Hasil Fraksinasi ... 40

5.2.1 Hasil Serbuk Simplisia Daun Jatropha gossyphifolia ... 40

5.2.2 Sifat Fisika Kimia dari Fraksi Etil Asetat Daun Jatropha gossypifolia ... 41

5.3 Hasil Fraksi Etil Asetat daun Jatropha gossypifolia ... 42

5.4 Hasil KLT Fraksi Etil Asetat Daun Jatropha gossypifolia ...43

5.4.1 Identifikasi Senyawa Alkaloid dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) ... 43

5.4.2 Identifikasi Senyawa Flavonoid dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) ... 44

5.4.3 Identifikasi Senyawa Terpenoid dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) ... 45

5.4.4 Identifikasi Senyawa Antrakuinon dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) ... 46


(12)

xii

5.4.5 Identifikasi Senyawa Polifenol dengan KLT (Kromatografi Lapis

Tipis) ... 47

5.4.6 Hasil nilai Rf dari Kromatografi Lapis Tipis ... 48

5.5 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba fraksi etil aserat Jatropha gossypifolia dengan Metode Bioautografi Kontak Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ... 48

BAB 6 PEMBAHASAN... 51

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 58

DAFTAR PUSTAKA... 59


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Senyawa Inti dari Daun Jatropha gossypifolia... 10

II.2 Identifikasi Komponen fitokimia Pada Ekstrak Etanol Daun Jatropha gossypifolia... 10

V.1 Hasil serbuk yang lolos pada ayakan no 40 dan no 20... 40

V.2 Hasil Identifikasi Sifat Fisika Kimia Dari Fraksi Etil Asetat Daun Jatropha gossypifolia... 41

V.3 Tabel spesifikasi noda yang dihasilkan pada uji KLT alkaloid... 43

V.4 Tabel spesifikasi noda yang dihasilkan pada uji KLT flavonoid... 44

V.5 Tabel spesifikasi noda yang dihasilkan pada uji KLT terpenoid... 45

V.6Tabel spesifikasi noda yang dihasilkan pada uji KLT antrakuinon ... 46

V.7 Tabel spesifikasi noda yang dihasilkan pada uji KLT polifenol... 47

V.8Hasil KLT dari Fraksi Etil Asetat Buah Jarak Merah dengan Eluen N-Heksana : Etil Asetat ... 48

V.9Hasil Uji Bioautografi Kontak fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus... 49


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tanaman Jatropha gossypifolia... 7

2.2 Daun Jatropha gossypifolia ... 7

2.3 Staphilococcus aureus dengan Mikroskop Elektron... 14

2.4 Organela Staphilococcus aureus dengan Mikroskop Elektron... 14

3.1 Bagan Kerangka Konseptual... 27

4.1 Skema Kerangka Operasional... 33

4.2 Bagan Alir Proses Esktraksi Daun Jatropa gossypifolia dengan pelarut Etil asetat... 35

5. 1 Daun basah dan daun kering Jatropha gossypifolia... 41

5.2 Hasil penimbangan serbuk yang telah diangin-anginkan setelah diekstraksi dengan n-heksan... 41

5.3 Ekstrak Kental daun Jatropha gossypifolia... 42

5.4 Hasil Identifikasi golongan Alkaloid dengan Kromatografi Lapis Tipis... 43

5.5 Hasil Identifikasi golongan Flavonoid dengan Kromatografi Lapis Tipis 44 5.6 Hasil Identifikasi golongan Terpenoid dengan Kromatografi Lapis Tipis.. 45

5.7 Hasil Identifikasi golongan Antrakuinon dengan Kromatografi Lapis Tipis 46 5.8 Hasil Identifikasi golongan Polifenol dengan Kromatografi Lapis Tipis ...47


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup... 63

2. Surat Pernyataan ... 64

3. Surat Determinasi Tanaman... 65

4. Surat Hasil Bakteri Uji... 66

5. Proses pembuatan fraksi uji... 67

6. Hasil uji identifikasi senyawa... 68

7. Data Hasil Pengukuran Zona Hambatan Uji Bioautografi... 69

8. Perhitungan... 70

9. Bagan Kerja Penelitian ... 71

10.Tabel Data Hasil Penelitian ... 76


(16)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press, hal 21-27.

Akiyama, A., Kazuyasu, F., Osamu, Y., Takashi, O., Keiji, I., 2001. Antibacterial Action of Several Tannins Against Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotheraphy. Vol 48, 487-491

Anonim, 2011. Staphylococcus aureus. Alila Medical Media. http://www.alilamedicalmedia.com/media/257e8d66-09ac-11e3-be3017054 a6bf378-staphylococcus-aureus-bacterium. Diakses tanggal Selasa, 7 April 2015

Ansel,H.C., (2005). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta, hal 96,147.

Baki, G., Kenneth S., Alexander., 2015. Introduction to Cosmetic Formulation and Technology. London: Simultancously

Citoglu, G.S., and Ozlem, B. A., 2012. Chromatography and Its Applications.

Turkey: InTech

Cushnie, T.P.Tim. Lamb, Andrew J. Amtimicrobial Activity of Flavonoids.

International Journal of Antimicrobial Agents. 2005;26: 343-356.

Cook, F.L., and Kevin, F.C., 2006. Deadly Desease and Epidemics Staphilococcus aureus. Philadelphia: Chealsea House Publisher.

Cowan, M.M., 1999. Plant Product as Antimicrobial Agent. Clinical Microbiology Review. Vol 12 no. 4 p. 564-582

Darsana, G.O., Besung, N.K., Mahatmi, H., 2012. Potensi Daun Binahong

(Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli secara in Vitro. Indonesia Medicus Veterinus. Vo. 1 No. 3, p. 337-351.

Departemen Kesehatan RI., 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan RI., 2009. Farmakope Herbal Indonesia Jilid 1.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Department of Agriculture, Fishs and Forestry Biosecururity Queesland. 2013.

Bellyache Bush. Queensland: The Land Protection Fund

Devappa, D., Shahraj, K., Siraj, N., Bhai, D., Faruq, T.K., 2010. Jatropha characteristics. Science Pharm., p. 6-9.


(17)

xvii

Dewanjee, S., Gangopadhyay, M., Bhattacharya, N., Khanra, R., Dua, T.K., 2014. Bioautography and its scope in the field of natural product chemistry. Anal. Pharm., p. 2-4.

Dhale, D.A dan A.R. Birari. 2010. Preliminary Screening of Antimicrobial and Phytochemical Studies of Jatropha gossypifolia Linn. Recent Research in Science and Technologi 2010, 2 (7):24-48.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1083, 1084.

Dzen, S.M., Roekistiningsi, S.S., Winarsih, S., Sumarno., Islam S., Noorhamdani, A.S., Murwani, S., Santosaningsih, D., 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia Publishing, hal 131-139

Fauzanah, D.L., 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi, dan Reperkolasi Terhadap Randemen Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.). Skripsi tidak Diterbitkan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Hait, J.B.S., 2012. Bad Bug Book Foodborne Pathogenic Microorganisms and

for Food Safety and Applied Nutrition Natural Toxins. Second Edition. United State of America: Center

Hermawan, A. G. 2007. The Role of Cefepime: Empirical Treatment in Critical Illness. Diunduh pada tanggal 31 Desember 2014 dari http://www.DexaMedia/publication_upload0706430655000118093134 5DexaMedia/edisi/april-jun2007.pdf.

Jawetz E, Melnick J.L, & Adelberg E.A, 2012. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) edisi 22. Jakarta: EGC, Hal: 259-260

McPhee, J. B., Lewenza, S., and Hancock, R. E. 2003. Cationic antimicrobial peptides activate a two-component regulatory system, PmrA-PmrB, that regulates resistance to polymyxin B and cationic antimicrobial peptides in Pseudomonas aeruginosa. Mol. Microbiol. 50, 205–217.

Mulholland, A., Bacterial infections - A major cause of death among children in Africa. NEJM 2005; 352:75-7.

Monhanlall,& Odhav. 2013. A.,Chemistry and biochemistry of quinone. NEJM; 312:14-7.

Mohammad, H., 2009. Natural and Synthetic Flavonoid Derivates with Potential Antioidant and Anticancer Activities. Saarbrücken. Diunduh tanggal 25 Juli 2015 dari http://d-nb.info/999319167/34


(18)

xviii

Nasution, D.E., 2008. Pengaruh Motivasi Perawat Terhadap Tindakan Perawatan Pada Pasien Pasca Bedah di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. Diunduh tanggal 28 Desember

2014 dari

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6702/1/09E00173.pdf

Nikham., 2006. Kepekaan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas auroginosa Terhadap Ekstrak Daun Legudi (Vitex trifolia

Linn.) Iradiasi. Risalah Semindar Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Diunduh tanggal 27 Juli 2015 dari http://digilib.batan.go.id/eprosiding/File%20Prosiding/Kesehatan/Patir/artik el/Nikham153.pdf

Nurwening, W.S., 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan Poli Obat Tradisional Indonesia Di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Soetomo Surabaya. Tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Ogundare., A.O., 2007. Antimicrobial Effect of Tithonia difersifolia and Jatropha gossypifolia Leaf Extracts. Trends in Applied Sci. Res, Vol. 2 No. 2, p. 145-150.

Pelczar, M., Chan, E., 1981. Elements of Microbiology. United States of America: McGraw-Hill Inc

Pratiwi, S.U.T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Randall, A. et al., 2009. Bellyache Bush (Jatropha gossypifolia) Management Manual. Queensland: Departement of Employment, Economic Development and Innovation

Ravindranath, N., Bollu, V., Chimmani, R., Pagadala, J., and Biswanth, D., 2003. Jatrophenone, a Novel Macrocyclic Bioactive Diterpene from Jatropha gossypifolia.Chemical Pharmacy Bull. Vol 52 no. 7 (2003)

Refdanita, et al. 2004. Faktor yang Mempengaruhi Ketidak Sesuaian Penggunaan Antibiotika dengan Uji Kepekaan Di Ruang Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002.Makara Kesehatan. Vol 8 no. 1.

Rowe, C. R., Paul, J.S., Sian, C.O., 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth edition. London: Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.

Salni, Marisa, H., Mukti R.W., 2011. Isolasi Senyawa Antibakteri dari Daun Jengkol (Pithecoobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-nya.


(19)

xix

Sari, L.O.R.K., 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan Keadaan. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol III no. 1 April 2006, 01-07

Sarker, S.D., Latif, Z., Gray, A.I., 2006. Natural Products Isolation. Edisi ke-2. Humana Press.

Seth, R., and Renu, S., 2010. Analysis of the Phytochemical Content and Anti-microbial Activity of Jatropha gossypifolia L. Scholar Research Library, 2010, 2 (5): 285-291

Sharma, V., Tarun, K., Ruchi, S., and Anima, S., 2013. Bioefficacy of Crude Extracts from Jatropha gossypifolia Against Human Pathogens.

International Journal of Biotechnology and Bioengineering Research.

Vol 4 no. 4 2013, pp 401-406

Silva, J.F., Raquel, B.G., Arnŏbio, A.d.S., Silvana, M.Z., and Matheus, F.F.P.,

2014. Jatropha gossypiifolia L. (Euphorbiaceae): A Review of Traditional Uses, Phytochemistry, Pharmacology, and Toxicology of This Medical Plant. Hindawi Publishing Corporatioin. Vol 2014, Article ID 369204, 32 pages

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Spektroskopi. Bandung: ITB

Sukandar, E.Y. 2006. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan. Natalis ITB, http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf, Diakses tanggal 31 Desember 2014.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2006. Obat - Obat Penting. Edisi Keenam. PT. Elex Media Komputindo. Gramedia, Jakarta.

Todar, K., 2012. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease. Online Textbook of Bacteriology. http://textbookofbacteriology.net/staph.html. Diakses tanggal Selasa, 7 April 2015

Warsa, U.C. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 103-110

Wei L et al. 2000. Clinical Study on Treatment of Infantile Rotaviral Enteritis with Psidium guajava. Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi 2000; 20:893– 895


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan daya tahan tubuh yang rendah, serta masyarakat dengan ekonomi rendah (McPhee et al, 2000). Saat ini penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, mencapai sekitar 25% dari angka kematian di dunia. Di negara berkembang, angka kejadiannya adalah 25% dari jumlah kematian. Tahun 2000, di Amerika Serikat penyakit yang disebabkan oleh infeksi ada di urutan ke empat yang mengakibatkan kematian (Cook et al, 2006). Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit infeksi adalah bakteri Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab paling umum pada kasus infeksi bakteri. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 400.000 pasien rumah sakit terinfeksi oleh S. aureus, serta hampir 100.000 dari pasien tersebut meninggal akibat komplikasi karena infeksi S. aureus. Dengan lebih dari 8.000 orang meninggal setiap bulan dari infeksi S. aureus (Cook et al, 2006).

Staphylococcus aureus tergolong bakteri gram positif, dimana bakteri ini dapat memproduksi enterotoxin Staphylococcal. Bakteri tersebut merupakan patogen bagi manusia karena dapat menyebabkan keracunan makanan Staphylococcal, sindrom syok yang beracun, pneumonia, infeksi luka pasca operasi, dan infeksi nosokomial. S. aureus juga menghasilkan berbagai produk ekstraseluler sebagai faktor virulensi (Hait, 2012).

Penyakit infeksi juga salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga dapat menyebabkan penyakit infeksi. Infeksi terbanyak (18%) terutama pada anak-anak di bawah lima tahun (balita) adalah infeksi saluran nafas akut. Dari infeksi saluran nafas akut tersebut sebagian berasal dari komunitas (Community Acquired Pneumoniae) dan sebagian lagi dari rumah sakit (Hospital Acquired Pneumoniae) (Mulholland, 2005). Sedangkan berdasarkan penelitian, angka kejadian infeksi nosokomial pasien rawat


(21)

2

inap di bangsal bedah adalah pada rentang 5,8%-6% dan angka infeksi nosokomial pada luka bedah adalah 2,3%-18,3% (Hermawan, 2007). Selain itu, persentase angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2006 sebesar 32,16% (Nasution, 2008).

Masalah yang terkait saat ini adalah meningkatnya kekhawatiran akan tidak efektifnya obat pada pasien dengan infeksi bakteri Staphylococcu aureus (cook et al, 2006). Berdasarkan hasil penelitian pola kepekaan kuman terhadap antibiotik di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta tahun 2001-2002, bahwa pola kepekaannya menunjukkan kuman patogen yang diteliti (Pseudomonas sp. Klebsiella sp. Escherichia coli, Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus) mempunyai resistensi tertinggi terhadap ampisilin, amoksisilin, penisilin G, tetrasilin dan klorampenikol (Refdanita et al,

2004). Hal ini menjadi permasalahan baru dalam dunia kesehatan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dan pengembangan obat antibakteri secara terus menerus untuk dapat mengatasi permasalahan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tanaman-tanaman obat yang diduga efektif menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi.

Upaya kesehatan tradisional, alternatif, dan komplementer di Indonesia, telah dikenal sejak dahulu kala dan dilaksanakan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan pengobatan modern. Sampai saat ini masyarakat masih mengakui dan memanfaatkan pengobatan tradisional (Nurwening, 2012). Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari, 2006). Tidak kita sadari bahwa penggunaan obat herbal ini pun juga semakin banyak dimanfaatkan. Seperti pada daun jambu yang penggunaannya telah di uji secara klinis untuk pengobatan infantil enteritis rotavirus (Wei et al, 2000). Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong adanya peningkatan penggunaan obat herbal sebagai penunjang meningkatnya usia harapan hidup saat prevalensi penyakit kronik meningkat, serta adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker, dan semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar EY, 2006).


(22)

3

Hal utama yang diakukan industri dalam memproduksi antibiotik adalah menjalankan suatu skrining program baru yang mengarah pada produksi antibiotik baru yang diambil dari bahan alam. Skrining produk alami mikroba terus dilakukan karena merupakan harapan penting untuk penemuan bahan kimia baru untuk pengembangan agen terapi baru. Penemuan antibakteri memerlukan langkah strategis dalam menemukan bioaktif metabolit sekunder baru. Salah satu tahap yang paling penting dalam penemuan obat adalah identifikasi lead compound yang terdapat pada tanaman. Identifikasi lead compound merupakan Identifikasi suatu senyawa yang mempunyai aktivitas biologis spesifik (Srividya et al., 2008).

Pengembangan pengobatan alternatif dengan bahan alam untuk menangani penyakit infeksi akibat bakteri S. aureus sudah mulai banyak dilakukan, salah satunya dengan memanfaatkan daun Jatropha gossypifolia sebagai pengganti obat antibakteri. Penelitian yang telah dilakukan, pada ekstrak alkohol daun Jatropha gossypifolia, secara in vitro, menunjukkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia spp. Pseudomonas spp. Staphylococcus spp. Bacillus spp. (Seth et al, 2010). Jatropha gossypifolia yang lebih banyak dikenal dengan jarak cina ini berdasarkan penggunaan empirisnya diduga dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Tanaman ini merupakan tanaman obat yang banyak digunakan pada pengobatan ayurveda untuk berbagai jenis penyakit. Misalnya, rebusan daun

Jatropha gossypifolia digunakan sebagai pencahar dan obat perut, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat penurun panas pada demam intermiten dan bengkak mammae. Selain itu juga biasa digunakan untuk perendaman luka, keseleo, dan ruam (Dhale et al, 2010). Batang muda tanaman yang digunakan untuk sikat gigi serta untuk pengobatan sariawan (Seth et al, 2010)

Penelitian yang telah dilaporkan yaitu penelitian dengan maserasi bertingkat ekstrak alkohol, petrolum eter, dan kloroform daun Jatropha gossypifolia dengan konsentrasi masing-masing 50mg/ml dan 100 mg/ml, dinyatakan dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Dari komparasi kedua konsentrasi tersebut, didapatkan konsentrasi maksimal pada konsentrasi 50 mg/ml (Dhale et al, 2010). Selain itu, pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa dengan metode soxhlet, bioefikasi ekstrak daun Jatropha gossypifolia memiliki kepekaan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, terutama


(23)

4

pada bakteri Stapilococcus aureus (Sharma, 2013). Dari hasil skrining fitokimia secara kualitatif, menyimpulkan bahwa adanya senyawa flavonoid pada daun

Jatropha gossypifolia, dimana kandungan flavonoid dapat menunjukkan aktivitas farmakologi yang kuat sebagai anti alergi, anti mikroba, anti inflamasi dan sebagai anti kanker (Seth et al, 2010). Pada penelitian Seth et al juga disebutkan menggunakan metode ekstrasi refluk bertingkat dengan pelarut petrolum eter, benzene, kloroform, aceton, alkohol, dan air. Dari hasil maserasi bertingkat tersebut fraksi yang paling aktif ditunjukkan pada fraksi benzene.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan proses pemisahan senyawa kimia agar diperoleh fraksi aktif dari ekstrak daun Jatropha gossypifolia, yang dapat bertanggungjawab sebagai senyawa antimikroba, dimana penelitian ini menggunakan pelarut etil asetat yang dilakukan secara in vitro. Pelarut etil asetat diharapkan dapat menarik senyawa-senyawa aktif yang bersifat semi polar dari tanaman. Selain itu, senyawa-senyawa aktif dalam daun Jatropha gossypifolia yang bertanggungjawab sebagai antimikroba diharapkan juga dapat tertarik. Pada penelitian ini digunakan daun Jatropa gossypifolia karena berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa dari berbagai bagian tanaman Jatropha gossypifolia, bagian tanaman daun yang memiliki aktivitas farmakologis paling besar terhadap bakteri

Staphylococcus aures dengan kadar hambat 17,23 ± 0,21 mm (Sharma, 2013).

Sedangkan uji aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode bioautografi kontak. Metode bioautografi kontak dilakukan untuk mengetahui besar nilai hambat dari fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia pada uji aktivitas antibakteri. Selain itu, analisis kualitatif kandungan senyawa kimia daun Jatropha gossypifolia juga dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambahkan wawasan kepada masyarakat tentang obat tradisional dan fitoterapi, khususnya pengetahuan umum tentang senyawa aktif yang bertanggungjawab sebagai antibakteri dari daun Jatropha gossypifolia.


(24)

5

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(1) Bagaimana aktivitas antibakteri dari komponen senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia terhadap Staphylococcus aureus,

yang dilihat dari diagonal zona hambatnya?

(2) Golongan senyawa apakah yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun

Jatropha gossypifolia, yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus?

1.3Tujuan Penelitian

(1) Untuk mendapatkan nilai zona hambat dari komponen senyawa yag terdapat pada fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia yang menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

(2) Untuk mendapatkan golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia, yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus. 1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi ilmiah akan pentingnya manfaat tanaman daun

Jatropha gossypifolia, serta memberikan pembenaran penggunaan empiris di masyarakat sebagai tanaman obat. Harapan untuk jangka panjang dapat dikembangkan dalam formula obat herbal, obat herbal terstandar, serta fitofarmaka. Sehingga dapat memberikan suatu manfaat dan meningkatkan daya guna sebagai tanaman obat.


(1)

xix 2006, 01-07

Sarker, S.D., Latif, Z., Gray, A.I., 2006. Natural Products Isolation. Edisi ke-2. Humana Press.

Seth, R., and Renu, S., 2010. Analysis of the Phytochemical Content and Anti-microbial Activity of Jatropha gossypifolia L. Scholar Research Library, 2010, 2 (5): 285-291

Sharma, V., Tarun, K., Ruchi, S., and Anima, S., 2013. Bioefficacy of Crude Extracts from Jatropha gossypifolia Against Human Pathogens. International Journal of Biotechnology and Bioengineering Research. Vol 4 no. 4 2013, pp 401-406

Silva, J.F., Raquel, B.G., Arnŏbio, A.d.S., Silvana, M.Z., and Matheus, F.F.P., 2014. Jatropha gossypiifolia L. (Euphorbiaceae): A Review of Traditional Uses, Phytochemistry, Pharmacology, and Toxicology of This Medical Plant. Hindawi Publishing Corporatioin. Vol 2014, Article ID 369204, 32 pages

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Spektroskopi. Bandung: ITB

Sukandar, E.Y. 2006. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan. Natalis ITB, http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf, Diakses tanggal 31 Desember 2014.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2006. Obat - Obat Penting. Edisi Keenam. PT. Elex Media Komputindo. Gramedia, Jakarta.

Todar, K., 2012. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease. Online Textbook of Bacteriology. http://textbookofbacteriology.net/staph.html. Diakses tanggal Selasa, 7 April 2015

Warsa, U.C. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 103-110

Wei L et al. 2000. Clinical Study on Treatment of Infantile Rotaviral Enteritis with Psidium guajava. Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi 2000; 20:893– 895


(2)

1 1.1Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan daya tahan tubuh yang rendah, serta masyarakat dengan ekonomi rendah (McPhee et al, 2000). Saat ini penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, mencapai sekitar 25% dari angka kematian di dunia. Di negara berkembang, angka kejadiannya adalah 25% dari jumlah kematian. Tahun 2000, di Amerika Serikat penyakit yang disebabkan oleh infeksi ada di urutan ke empat yang mengakibatkan kematian (Cook et al, 2006). Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit infeksi adalah bakteri Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab paling umum pada kasus infeksi bakteri. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 400.000 pasien rumah sakit terinfeksi oleh S. aureus, serta hampir 100.000 dari pasien tersebut meninggal akibat komplikasi karena infeksi S. aureus. Dengan lebih dari 8.000 orang meninggal setiap bulan dari infeksi S. aureus (Cook et al, 2006). Staphylococcus aureus tergolong bakteri gram positif, dimana bakteri ini dapat memproduksi enterotoxin Staphylococcal. Bakteri tersebut merupakan patogen bagi manusia karena dapat menyebabkan keracunan makanan Staphylococcal, sindrom syok yang beracun, pneumonia, infeksi luka pasca operasi, dan infeksi nosokomial. S. aureus juga menghasilkan berbagai produk ekstraseluler sebagai faktor virulensi (Hait, 2012).

Penyakit infeksi juga salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga dapat menyebabkan penyakit infeksi. Infeksi terbanyak (18%) terutama pada anak-anak di bawah lima tahun (balita) adalah infeksi saluran nafas akut. Dari infeksi saluran nafas akut tersebut sebagian berasal dari komunitas (Community Acquired Pneumoniae) dan sebagian lagi dari rumah sakit (Hospital Acquired Pneumoniae) (Mulholland, 2005). Sedangkan berdasarkan penelitian, angka kejadian infeksi nosokomial pasien rawat


(3)

inap di bangsal bedah adalah pada rentang 5,8%-6% dan angka infeksi nosokomial pada luka bedah adalah 2,3%-18,3% (Hermawan, 2007). Selain itu, persentase angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2006 sebesar 32,16% (Nasution, 2008).

Masalah yang terkait saat ini adalah meningkatnya kekhawatiran akan tidak efektifnya obat pada pasien dengan infeksi bakteri Staphylococcu aureus (cook et al, 2006). Berdasarkan hasil penelitian pola kepekaan kuman terhadap antibiotik di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta tahun 2001-2002, bahwa pola kepekaannya menunjukkan kuman patogen yang diteliti (Pseudomonas sp. Klebsiella sp. Escherichia coli, Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus) mempunyai resistensi tertinggi terhadap ampisilin, amoksisilin, penisilin G, tetrasilin dan klorampenikol (Refdanita et al, 2004). Hal ini menjadi permasalahan baru dalam dunia kesehatan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dan pengembangan obat antibakteri secara terus menerus untuk dapat mengatasi permasalahan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tanaman-tanaman obat yang diduga efektif menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi.

Upaya kesehatan tradisional, alternatif, dan komplementer di Indonesia, telah dikenal sejak dahulu kala dan dilaksanakan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan pengobatan modern. Sampai saat ini masyarakat masih mengakui dan memanfaatkan pengobatan tradisional (Nurwening, 2012). Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari, 2006). Tidak kita sadari bahwa penggunaan obat herbal ini pun juga semakin banyak dimanfaatkan. Seperti pada daun jambu yang penggunaannya telah di uji secara klinis untuk pengobatan infantil enteritis rotavirus (Wei et al, 2000). Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong adanya peningkatan penggunaan obat herbal sebagai penunjang meningkatnya usia harapan hidup saat prevalensi penyakit kronik meningkat, serta adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker, dan semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar EY, 2006).


(4)

Hal utama yang diakukan industri dalam memproduksi antibiotik adalah menjalankan suatu skrining program baru yang mengarah pada produksi antibiotik baru yang diambil dari bahan alam. Skrining produk alami mikroba terus dilakukan karena merupakan harapan penting untuk penemuan bahan kimia baru untuk pengembangan agen terapi baru. Penemuan antibakteri memerlukan langkah strategis dalam menemukan bioaktif metabolit sekunder baru. Salah satu tahap yang paling penting dalam penemuan obat adalah identifikasi lead compound yang terdapat pada tanaman. Identifikasi lead compound merupakan Identifikasi suatu senyawa yang mempunyai aktivitas biologis spesifik (Srividya et al., 2008).

Pengembangan pengobatan alternatif dengan bahan alam untuk menangani penyakit infeksi akibat bakteri S. aureus sudah mulai banyak dilakukan, salah satunya dengan memanfaatkan daun Jatropha gossypifolia sebagai pengganti obat antibakteri. Penelitian yang telah dilakukan, pada ekstrak alkohol daun Jatropha gossypifolia, secara in vitro, menunjukkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia spp. Pseudomonas spp. Staphylococcus spp. Bacillus spp. (Seth et al, 2010). Jatropha gossypifolia yang lebih banyak dikenal dengan jarak cina ini berdasarkan penggunaan empirisnya diduga dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Tanaman ini merupakan tanaman obat yang banyak digunakan pada pengobatan ayurveda untuk berbagai jenis penyakit. Misalnya, rebusan daun Jatropha gossypifolia digunakan sebagai pencahar dan obat perut, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat penurun panas pada demam intermiten dan bengkak mammae. Selain itu juga biasa digunakan untuk perendaman luka, keseleo, dan ruam (Dhale et al, 2010). Batang muda tanaman yang digunakan untuk sikat gigi serta untuk pengobatan sariawan (Seth et al, 2010)

Penelitian yang telah dilaporkan yaitu penelitian dengan maserasi bertingkat ekstrak alkohol, petrolum eter, dan kloroform daun Jatropha gossypifolia dengan konsentrasi masing-masing 50mg/ml dan 100 mg/ml, dinyatakan dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Dari komparasi kedua konsentrasi tersebut, didapatkan konsentrasi maksimal pada konsentrasi 50 mg/ml (Dhale et al, 2010). Selain itu, pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa dengan metode soxhlet, bioefikasi ekstrak daun Jatropha gossypifolia memiliki kepekaan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, terutama


(5)

pada bakteri Stapilococcus aureus (Sharma, 2013). Dari hasil skrining fitokimia secara kualitatif, menyimpulkan bahwa adanya senyawa flavonoid pada daun Jatropha gossypifolia, dimana kandungan flavonoid dapat menunjukkan aktivitas farmakologi yang kuat sebagai anti alergi, anti mikroba, anti inflamasi dan sebagai anti kanker (Seth et al, 2010). Pada penelitian Seth et al juga disebutkan menggunakan metode ekstrasi refluk bertingkat dengan pelarut petrolum eter, benzene, kloroform, aceton, alkohol, dan air. Dari hasil maserasi bertingkat tersebut fraksi yang paling aktif ditunjukkan pada fraksi benzene.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan proses pemisahan senyawa kimia agar diperoleh fraksi aktif dari ekstrak daun Jatropha gossypifolia, yang dapat bertanggungjawab sebagai senyawa antimikroba, dimana penelitian ini menggunakan pelarut etil asetat yang dilakukan secara in vitro. Pelarut etil asetat diharapkan dapat menarik senyawa-senyawa aktif yang bersifat semi polar dari tanaman. Selain itu, senyawa-senyawa aktif dalam daun Jatropha gossypifolia yang bertanggungjawab sebagai antimikroba diharapkan juga dapat tertarik. Pada penelitian ini digunakan daun Jatropa gossypifolia karena berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa dari berbagai bagian tanaman Jatropha gossypifolia, bagian tanaman daun yang memiliki aktivitas farmakologis paling besar terhadap bakteri Staphylococcus aures dengan kadar hambat 17,23 ± 0,21 mm (Sharma, 2013).

Sedangkan uji aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode bioautografi kontak. Metode bioautografi kontak dilakukan untuk mengetahui besar nilai hambat dari fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia pada uji aktivitas antibakteri. Selain itu, analisis kualitatif kandungan senyawa kimia daun Jatropha gossypifolia juga dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambahkan wawasan kepada masyarakat tentang obat tradisional dan fitoterapi, khususnya pengetahuan umum tentang senyawa aktif yang bertanggungjawab sebagai antibakteri dari daun Jatropha gossypifolia.


(6)

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(1) Bagaimana aktivitas antibakteri dari komponen senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia terhadap Staphylococcus aureus, yang dilihat dari diagonal zona hambatnya?

(2) Golongan senyawa apakah yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia, yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus?

1.3Tujuan Penelitian

(1) Untuk mendapatkan nilai zona hambat dari komponen senyawa yag terdapat pada fraksi etil asetat daun Jatropha gossypifolia yang menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. (2) Untuk mendapatkan golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi etil

asetat daun Jatropha gossypifolia, yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi ilmiah akan pentingnya manfaat tanaman daun Jatropha gossypifolia, serta memberikan pembenaran penggunaan empiris di masyarakat sebagai tanaman obat. Harapan untuk jangka panjang dapat dikembangkan dalam formula obat herbal, obat herbal terstandar, serta fitofarmaka. Sehingga dapat memberikan suatu manfaat dan meningkatkan daya guna sebagai tanaman obat.