AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR ( Moringa Oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

SKRIPSI
AINUN ENDARWATI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL
ASETAT DAUN KELOR ( Moringa Oleifera
Lamk.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

ii

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Alhamdullillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis yang berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu istiqamah
membantu perjuangan beliau dalam mensyiarkan ajaran Islam di muka bumi ini.
Sehingga tugas akhir yang berjudul “AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI
ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa Oleifera LAMK.) TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI”
dapat diselesaikan. Tugas akhir ini merupakan syarat terakhir yang harus
ditempuh untuk menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata Satu (S1), pada
Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan kepada penulis, baik berupa moril maupun materil. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :
1. Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt. sebagai Pembimbing I dan Ahmad Shobrun
Jamil, S.Si., M.P., sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan
penuh kesabaran, membimbing dan memberi dorongan moral maupun materi
kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Sovia Aprina Basuki, S.Farm., M.Si., Apt. dan Engrid Juni Astuti, M.Farm.,

Apt., sebagai Tim Penguji yang memberikan saran dan kritik yang
membangun terhadap skripsi yang telah penulis kerjakan.
3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Yoyok
Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom., atas kesempatan yang diberikan
untuk mengikuti program sarjana.
4. Nailis Syifa, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi yang
senantiasa dengan sabar memberikan bimbingan dan nasehat kepada saya
untuk lebih baik lagi dalam menimba ilmu.

iv

5. Sovia Aprina Basuki, S.Farm., M.Si., Apt., selaku kepala laboratorium
farmasi, yang telah memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas
laboratorium dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. dr. Desy Andari, M.Biomed. selaku kepala laboratorium Biomedik PPD
UMM yang telah memberikan izin untuk menggunakan laboratorium selama
penelitian.
7. Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah
memberikan waktu untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.
Laboran-laboran Laboratorium program studi farmasi dan Laboratorium

Biomedik, Mbak Bunga, Mba Fat dan Pak Joko atas segala bentuk bantuan
dan kerja samanya selama penelitian
8. Untuk orang tua tercinta Bapak Yanto dan Ibu Yulaikah , Bapak Januri dan
Ibu Rusmiati atas doa yang selalu dipanjatkan untuk kesuksesan anaknya,
atas curahan kasih sayang yang tiada hentinya, serta segala bentuk motivasi
yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan sampai di
tingkat perguruan tinggi.
9. Untuk Mas Dyo yang selalu yang selalu menjadi penyemangat dan inspirasi
untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.
10. Ninuk, Reni, Fani, Yuanita, Ririn, Mbak Reska, Mbak Fatilah dan Rahmi,
teman seperjuangan dalam penelitian dari awal sampai akhir atas batuan
selama penelitian, penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman farmasi angkatan 2012, Farmasi B 2012 khususnya Novita,
Mbak Dara, Mbak Nika, Syahila, Dewi, Nisa, Ifa,. Semoga kita jadi orang
yang sukses dan berguna dimasa depan. Aamiin.
12. Untuk sahabat sekaligus teman berjuang dari semester satu Ninuk, Kuntum,
Fani, Athirah atas dukungannya selama ini, semoga kita sukses bersama.
amiin.
13. Teman – teman kost khususnya Ifa , Siti , Ifa dan Fitri terima kasih atas
dukungannya selama ini. Semoga kita jadi orang yang sukses dan berguna

dimasa depan. Aamiin.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuannya, baik moril maupun material.

v

Tentunya sebagai manusia tidak pernah luput dari kesalahan, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan
semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabbal
‘Alamin
Wassalamu’alaikum, warohmatullahi wabarokaatuh
Malang, 19 Mei 2016
Penulis,

Ainun Endarwati

vi


RINGKASAN
Resistensi terhadap antibakteri telah menjadi salah satu ancaman bagi
kesehatan global. Salah satu alasan meningkatnya angka resistensi adalah terlalu
seringnya penggunaan obat antibakteri (Woolhouse,2016). Penggunaan antibiotik
yang kurang tepat merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka
resistensi antibiotik di rumah sakit. Menurut survei Hadi (2008) menunjukkan
bahwa hanya 21 % penggunaan obat antibiotik yang dinyatakan tepat, 42 % tanpa
indikasi , 15 % salah pilih obat, durasi dan dosis. Salah satu bakteri yang banyak
mempunyai angka resistensi adalah bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri ini
merupakan bakteri Gram positif yang menyebabkan berbagai macam infeksi ,
mulai dari infeksi kulit , infeksi saluran pernafasan , muskoskeletal , dan infeksi
pada saluran kemih (Harvey,2007).
Tingginya angka resistensi mendorong untuk ditemukannya jenis
antibiotik baru dengan memanfaatkan kekayaan jenis tanaman obat yang ada di
Indonesia. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri adalah
tanaman kelor (Moringa oleifera). Secara empiris tanaman kelor banyak
dimanfaatkan sebagai antibakteri (Rockwood,2013). Tanaman kelor banyak
mengandung senyawa aktif yaitu flavonoid, terpenoid, tanin, saponin dan alkaloid
(Patel et al, 2014).

Serbuk daun kelor ditimbang 250 gram untuk dilakukan ektraksi
menggunakan metode maserasi kinetik. Pada penelitian ini digunakan proses
maserasi bertingkat , serbuk daun M. oleifera diekstraksi dengan tiga pelarut yaitu
n-heksan , etilasetat , dan etanol 96%. Serbuk daun M. oleifera yang telah
diekstraksi sebelumnya dengan n-heksan kemudian dimaserasi dengan etilasetat
sebanyak 2500 ml (1:10) direndam selama 2 jam untuk proses pencucian sampel
(washing time), kemudian diaduk dengan kecepatan 500 rpm dan disaring dengan
corong Buchner. Filtrat diambil residu dimaserasi kembali menggunakan 1250 ml
etilasetat. Proses maserasi ini dilakukan sebanyak tiga kali. Filtrat yang didapat
dipekatkan dengan bantuan rotary evaporator. Kemudian dilakukan proses KLT
menggunakan eluen N-Heksan : Etilasetat ( 4:6 ) sehingga didapatkan bercak
noda yang akan diuji aktivitas antibakteri menggunakan metode bioautografi. Plat
KLT diberi penampak noda untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder.
Tahap awal yang dilakukan pada proses uji bioautografi adalah fraksi
etilasetat daun M. oleifera sebanyak 50mg dilarutkan pada 1 ml etilasetat.
Kemudian ditotolkan pada plat KLT yang telah dipanaskan sebelumnya di oven
selama 15 menit pada suhu 110oC. Kemudian plat dieluasi menggunakan eluen NHeksan : Etilasetat ( 4:6 ). Bercak noda yang timbul pada plat KLT dilihat pada
sinar UV 365. Bercak noda yang timbul dipotong dan dilakukan proses sterilisai
di LAF. Lempeng KLT diinokulasikan pada media yang telah berisi biakkan
bakteri S.aureus dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Sebagai kontrol

positif digunakan disk Eritromisin dengan konsentrasi 15 µg/disk. Kontrol negatif
menggunakan plat KLT tanpa totolan fraksi etilasetat daun kelor yang ikut
dieluasi.
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah positif adanya senyawa
terpenoid yang ditandai dengan munculnya noda berwarna merah ungu pada Rf
1= 0,28, Rf 4 = 0,69 dan Rf 6 = 0,86. Adanya senyawa flavonoid ditandai dengan
munculnya noda berwarna kuning intensif pada Rf 5= 0,79. Adanya polifenol

vii

ditandai dengan munculnya noda berwarna hitam pada Rf 7= 0,94 dan adanya
senyawa antrakuinon ditandai dengan munculnya noda kuning kecoklatan pada Rf
2 = 0,38, Rf 3 = 0,49 Rf=7 0,94.
Sedangkan hasil uji antibakteri dengan metode bioautografi diketahui bahwa
fraksi etilasetat memberikan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus.
Rata – rata zona hambat pada tiap Rf adalah noda 1 = 9,21 mm, noda 2 = 10,21
mm, noda 3 = 8,77 mm, noda 4 = 9,91 mm, noda 5 = 10,17, noda 6 = 12,26, dan
noda 7 = 13,73 mm. Dari pengamatan diketahui bahwa pada noda yang paling
potensial dalam memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
aureus adalah noda 7. Noda tersebut mengandung golongan senyawa antrakinon

polifenol.

viii

DAFTAR ISI
Judul

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................

ii

LEMBAR PENGUJIAN ............................................................................

iii


KATA PENGANTAR ...............................................................................

iv

RINGKASAN ............................................................................................

vii

ABSTRACT ...............................................................................................

ix

ABSTRAK .................................................................................................

x

DAFTAR ISI ..............................................................................................

xi


DAFTAR TABEL ......................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xviii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

1

1.1 Latar Belakang ......................................................................

1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................

3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................

4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................

5

2.1 Tinjauan Tanaman Kelor ......................................................

5

2.1.1 Taksonomi Tanaman Kelor .......................................

5

2.1.2 Nama daerah .............................................................

5

2.1.3 Morfologi ..................................................................

6

2.1.4 Kandungan Senyawa .................................................

6

2.1.5 Manfaat Tanaman .....................................................

6

2.1.6 Aktivitas Biologis .....................................................

7

2.2 Tinjauan Tentang Staphylococcus aureus ............................

8

2.2.1

Klasifikasi .................................................................

8

2.2.2

Morfologi ...................................................................

8

2.2.3

Patogenesis.................................................................

8

2.2.4

Epidemologi ...............................................................

9

2.2.5

Terapi ........................................................................

10

xi

2.3 Tinjauan Tentang Eritromisin ...............................................

10

2.3.1

Struktur Kimia ...........................................................

10

2.3.2

Farmakokinetik .........................................................

11

2.3.3

Mekanisme Kerja ......................................................

11

2.4 Aktivitas Antibakteri Metabolit Sekunder .............................

12

2.4.1 Alkaloid ......................................................................

12

2.4.2 Flavonoid ...................................................................

13

2.4.3 Saponin.......................................................................

14

2.4.4 Tanin ..........................................................................

15

2.5 Tinjauan Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba.....................

16

2.5.1 Metode Difusi ............................................................

16

2.5.2 Metode Dilusi .............................................................

17

2.5.3 Metode Bioautografi ..................................................

17

2.6 Tinjauan Tentang Ekstraksi ..................................................

19

2.6.1 Metode Ekstraksi........................................................

20

2.6.1 Maserasi .....................................................................

21

2.7 Tinjauan Kromatografi Lapis Tipis ......................................

22

2.8 Tinjauan Tentang Etil Asetat ................................................

22

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ..................................................

23

BAB IV METODE PENELITIAN ..........................................................

26

4.1 Lokasi penelitian ...................................................................

26

4.2 Alat penelitian .......................................................................

26

4.2.1

Pembuatan Serbuk Simplisia ...................................

26

4.2.2

Proses Ekstraksi ........................................................

26

4.2.3

Pengujian Bioautografi .............................................

26

4.2.4

Identifikasi Profil KLT .............................................

27

4.3 Bahan Penelitian ...................................................................

27

4.3.1

Bahan Uji ..................................................................

27

4.3.2

Proses Ekstraksi ........................................................

27

4.3.3

Pengujian Bioautografi .............................................

27

4.3.4

Identifikasi Senyawa dengan KLT ...........................

28

4.4 Sterilisasi Bahan dan Alat .....................................................

28

xii

4.4.1

Sterilisasi Kering .......................................................

28

4.4.2

Sterilisasi Basah ........................................................

29

4.5 Metode Penelitian .................................................................

29

4.5.1

Rancangan Penelitian ................................................

29

4.5.2

Kerangka Operasional ...............................................

30

4.6 Variabel Penelitian ................................................................

31

4.6.1

Variabel Bebas ..........................................................

31

4.6.2

Variabel Terikat ........................................................

31

4.7 Definisi Operasional .............................................................

31

4.8 Prosedur Kerja ......................................................................

31

4.8.1

Pembuatan Simplisia .................................................

31

4.8.2

Proses Ekstraksi Bahan Uji dengan Pelarut Etil Asetat

31

4.8.3

Pemisahan Senyawa dengan KLT ............................

32

4.8.4

Identifikasi Komponen Senyawa ..............................

33

4.8.5

Preparasi Media ........................................................

33

4.8.6

Preparasi Bakteri .......................................................

33

4.8.7

Pengujian Bioautografi .............................................

34

4.9 Bagan Prosedur Kerja ...........................................................

36

4.9.1

Pembuatan Ekstrak Bahan Uji ..................................

36

4.9.2

Proses Identifikasi Senyawa dengan KLT ................

37

4.9.3

Preparasi Media .........................................................

38

4.9.4

Preparasi Mikroba Uji ................................................

39

4.9.5

Bagan Pengujian Bioautografi ..................................

40

4.10 Analisis Data .........................................................................

41

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................

42

5.1 Hasil Determinasi Daun Moringa oleifera L. .......................

42

5.2 Pembuatan Simplisia Daun Moringa oleifera L. ..................

42

5.3 Persiapan Fraksii Etil Asetat Daun Moringa oleifera L. .......

43

5.3.1

Karakteristik Fisik Fraksi Etil Asetat Daun Moringa
oleifera L. ..................................................................

44

5.4 Optimasi Fase Gerak KLT Fraksi Etil Asetat Daun Moringa
oleifera L. ..............................................................................

xiii

44

5.4.1 Identifikasi Senyawa Alkaloid dengan KLT ..............

44

5.4.2 Identifikasi Senyawa Terpenoid dengan KLT ...........

45

5.4.3 Identifikasi Senyawa Flavonoid dengan KLT ...........

46

5.4.4 Identifikasi Senyawa Polifenol dan Tanin dengan KLT

47

5.4.5 Identifikasi Senyawa Antrakuinon dengan KLT .......

48

5.4.6 Identifikasi Senyawa Saponin ....................................

49

5.4.7 Hasil Pengukuran Nilai Rf .........................................

49

5.5 Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun Moringa oleifera
L. dengan Metode Bioautografi terhadap Staphylococcus
aureus ....................................................................................

51

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................

54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

61

7.1 Kesimpulan ...........................................................................

61

7.2 Saran .....................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

62

LAMPIRAN ...............................................................................................

69

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

V.1 Hasil serbuk yang lolos pada ayakan no. 40 dan no. 20 ......................

42

V.2 Hasil KLT dari Fraksi Etil Asetat Daun Moringa oleifera dengan
Eluen N-Heksana : Etil Asetat (4 : 6) ..................................................

50

V.3 Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun Moringa oleifera
dengan Metode Bioautografi terhadap Staphylococcus aureus ...........

xv

51

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1

Moringa oleifera ...............................................................................

5

2.2

Staphylococcus aureus.......................................................................

8

2.3

Struktur Kimia Eritromisin ...............................................................

10

2.4

Mekanisme Kerja Eritromisin............................................................

12

2.5

Struktur kimia alkaloid .....................................................................

13

2.6

Struktur kimia flavonoid ...................................................................

14

2.7

Struktur dasar Saponin berdasarkan Sapogeninnya ..........................

14

2.8

Struktur dasar Saponin berdasarkan aglikonnya................................

15

2.9

Struktur kimia tanin ..........................................................................

16

2.10 Skema Bioautografi Kontak ..............................................................

18

2.11 Skema Bioautografi Imersi ................................................................

18

2.12 Skema Bioautografi Langsung ..........................................................

19

2.13 Struktur kimia Etil asetat ..................................................................

22

3.1

Bagan Kerangka Konseptual ............................................................

23

4.1

Skema Kerangka Operasional ...........................................................

30

4.2

Bagan Alir Proses Esktraksi Daun M.oleifera dengan pelarut etil asetat 36

4.3

Bagan Proses Identifikasi Senyawa dengan KLT .............................

37

4.4

Bagan Preparasi Media .....................................................................

38

4.5

Bagan Preparasi Mikroba UJi ...........................................................

39

4.6

Bagan Prosedur Pengujian Bioautografi ...........................................

40

5.1

Daun Basah (a) dan Daun Kering (b) Kelor (Moringa oleifera L.)...

43

5.2

Ekstrak Kental Daun Kelor (Moringa oleifera L.) ...........................

44

5.3

Hasil Identifikasi Senyawa Alkaloid dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) ................................................................................................

5.4

Hasil Identifikasi Senyawa Terpenoid dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) ................................................................................................

5.5

46

Hasil Identifikasi Senyawa Flavonoid dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) ................................................................................................

5.6

45

47

Hasil Identifikasi Senyawa Polifenol dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) ................................................................................................
xvi

48

5.7

Hasil Identifikasi Senyawa Antrakuinon dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) .......................................................................................

49

5.8

Hasil Uji Bioautografi........................................................................

52

5.9

Perbandingan Aktivitas Antibakteri Kontrol Positif .........................

52

5.10 Noda yang Digunakan untuk Pengujian Bioautografi ......................

53

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1.

Daftar Riwayat Hidup .......................................................................

69

2.

Surat Pernyataan ................................................................................

70

3.

Surat Determinasi Tanaman ..............................................................

71

4.

Sertifikat Bakteri ................................................................................

72

5.

Perhitungan .......................................................................................

74

6.

Hasil Perhitungan Koloni Counter ....................................................

75

7.

Data Hasil Pengukuran Zona Hambat Uji Bioautografi ...................

76

8.

Hasil Perwarnaan Bakteri Staphylococcus aureus ............................

77

9.

Hasil Pengujian Bioautografi Fraksi Etil Asetat Daun M.oleifera ...

78

10.

Gambar Alat dan Bahan Penelitian ...................................................

81

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Abalaka, M.E., Daniyan, S.E., Oyeleke, S.B., Adeyemo, S.O. 2012. The
antibacterial Evaluation of Moringa Oleifera Leaf Extracts on
Selected Bacterial Pathogens. Journal of Microbiology Research, 2(2), 14.
Abdallah, Emad, M. 2015. Antibacterial Properties of Leaf Extracts of Moringa
Oleifera Lam. Growing in Sudan. Journal of Advances in Medical and
Pharmaceutical Sciences, 5(1), 1-5.
Akinyenye, A.J., Solanke, E.O., Adebiyi, I.O. 2014. Phytochemical and
Antimicrobial Evaluation of Leaf an Seed of Moringaoleifera L Extracts.
International Journal of Research in Medical and Health Sience, Vol. 4,
No.6, p 1-10.
Akiyama, Hisonori, Kazuya Fujii, Osamu Yamasaki.2001.Antibacterial action of
several tannin again Staphylococcus aureus. Journal of antimicrobial
chemoteraphy. 487-491
Anonim. (2012). Ethyl acetate. GPS Safety Summary, Rev 0.
http://www.solvay.com/en/binaries/Ethyl_acetate_GPS_rev0_June12_RH
D-139545.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2015
AOAC. (2002). Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements and Botanicals. AOAC International
Gaithersburg, No. 1219, pp 1-38.
Azizah, B, dan Salamah, N. (2013). Strandarisasi Parameter Non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan.
Badan POM Republik Indonesia. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun
Tanaman Obat Citeureup. Jakarta : Badan Pengawas Obat Dan Makanan
RI.
Busani, Moyo, dll. 2012. Antimicrobial activities of Moringa oleifera Lam leaf
extracts. African Journal of Biotechnology Vol. 11 (11), pp. 2797-2802
Choma, I. 2005. The Use of Thin-Layer Chromatography with Direct
Bioautography for Antimicrobial Analysis. LCGC Europe, Vol 18, No. 9.
Kamis, 01 September 2005.

62

63

Choma, Irena M., Edyta M Grzelak. 2010. Bioautography Detection in ThinLayer Chromatography. Journal of Chromatography. 10.1016(351708): 1 –
8.
Cowan, M.M., 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology Reviews. Vol. 12 No. 4, p. 564–582
Cushnie ,Tim , Andrea J.Lam. 2005. Antimicrobial activity of flavonoid.
International Journal of antimicrobial agent.343-356
Cushnie, Tim, Benjamart Cushnie, Andrea J.Lam. 2014. Alkaloid an overview of
antibacterial , antibiotic-enancing and antivirulent activity. International
Journal of antimicrobial agent.377-386
Davidson,M.W.(2004).Saponin.http://micro.magnet.fsu.edu/phytochemicals/pages
/saponin.html. Diakses tanggal 27 Oktober 2015.
Departemen Kesehatan Republik Indoesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, hal 7.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standart Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, hal 3-20.
Devendra, B.N., N.Srinivas, V.S.S.L.Prasad.Talluri and P.Swarna Latha. 2011.
Antimicrobial Activity of Moringa Oleifera Lam., Leaf Extract, Against
Selected Bacterial and Fungal Strains. International Journal of Pharma and
Bio Sciences, Vol. 2 No. 3. p. 13 – 18.
Dewanjee, S., Gangopadhyay, M., Bhattacharya, N., Khanra, R., Dua, Tarun, K.
2014. Bioautography and its scope in the field of natural product chemistry.
Journal of Pharmaceutica Analysis, No. 5, Vol. 2, page 75- 84
Dewick P.M.2009.Medicinal Natural Product A Biosynthetic Approach 3rd.ed.
International Journal of Research in Medical and Health Sience.
Dodiya, Bhumika, Bijal Jamin. 2015. Antibacterial Activity and Phytochemical
Screening of Different Part of Moringa oleifera Againt Selected Gram
Positivite And Gram Negative Bacteria. Journal of Pharmaceutical ,
chemical and Biological Sciences vol.3 p.421-425
Duran , Nizami et al. (2012) : Antibiotic Resistance Genes and Susceptibility
Patterns in Staphylococci. Indian Journal Medicine Res 135 p. 389-396
Dzen, Sjoekoer M., Roekistiningsih., Santoso, S., Winarsih, S., 2003. Bakteriologi
Medik. Malang : Bayumedia Publishing, hal 197-206.

64

Edawati, Zulfa. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Ascidia
Didemnum sp. Dari Kepulauan Seribu dengan Metode 1,1-Difenil-2Pikrilhidrazil (DPPH) dan Identifikasi Golongan Senyawa dari Fraksi
Teraktif. Skripsi. FMIPA UI. Depok.
Evans, W.C. (2002). Pharmacognosy. Edisi ke-15, Formerly Reader in
Phytochemistry : University of Nottingham, UK., p 334 ; 337 ; 289
Fahey, J.W. 2005. Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for Its
Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1.
Fakurazi S,Sharifudin SA, Arulselvan P.2012. Moringa oleifera Hydroethanolic
Extrac Effectively Alleviate Acetaminophen-Induced Hepatotoxicity In
Experimental Rats Through Their Antioxidant Nature. Molecules pg.83348350
Fauzana, D.L., 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
Reperkolasi Terhadap Rendemen Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.). Bogor : Skripsi Program Sarjana Gomashe, Ashok ,
Pranita A. Gulhane and Neeta A. Dhakate. 2014. Antimicrobial Activity of
Indian Medicinal Plants: Moringa oleifera and Saraca indica. JJCMAS vol.
3 p.161-169
Goodman and Gilman’s. 2008. In : Brunton, L.L., Parker, K.L., Blumenthal, D.K.,
Buxton, L.O (eds.). Manurung, J., Aini, N., Hadinata, A.H., Fazriyah, Y.,
Vidhayanti, H (Editor Bahasa Indonesia). Manual Farmakologi dan
Terapi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 671-754.
Gordon, N.C. et al.2014. Prediction of Staphylococcus aureus Antimicrobial
Resistance by Whole-Genome Sequencing. Journal of Clinical
Microbiology vol: 52 p.1182-1191.
Grigoryev, Yefgeniy. 2014. Cell Counting with a Hemocytometer : Easy as 1,2,3.
Bitesizebio.
Hadi, U et al.2008. Audit of Antibiotic Prescribing in Two Govermental Teaching
Hospitals in Indonesia. CMI, 14,698-707.
Hardayanthi, Febby. (2015). Pemanfaatan Aktivitas Antioksidan Esktrak Daun
Kelor (Moringa oleifera) Dalam Sediaan Hand and Body Cream. Jakarta :
Skripsi

Program

Sarjana

Universitas

Islam

Negeri

Syarif

Hidayatullah
Hagerman, Prof. A. E. 2002. Tannin Chemistry Handbook. Oxford : Miami
University, p 1-116.

65

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan Edisi kedua, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soedira. ITB Press: Bandung.
Hardayanthi, Febby. (2015). Pemanfaatan Aktivitas Antioksidan Esktrak Daun
Kelor (Moringa oleifera) Dalam Sediaan Hand and Body Cream. Jakarta :
Skripsi

Program

Sarjana

Universitas

Islam

Negeri

Syarif

Hidayatullah
Harvey, Richard A. 2007 : Lippincott’s Illustrated Microbiology Third Edition.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadephia p. 69 – 78.
http://bitesizebio.com/13687/cell-counting-with-a-hemocytometer-easy-as1-2-3/. Diakses tanggal 17 Januari 2016.
Ikhlas.2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi dengan Metode
DPPH. Jakarta : Skripsi Program Sarjana UIN Syarif Hidayattullah .
Jawetz, et al. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Alderberg,
Ed.23. Alih bahasa Hartanto,H et al. Jakarta :EGC
Kalpana, S , S.Moorthi, and Sushila Kumari. 2014. Antimicrobial Activity of
Different Extract of Leaf Moringa oleifera (Lam) againts gram positive
and gram negative Bacteria. International Journal of Current
Microbiology, Vol.12 p.514-518.
Katzung, B.G. 1998. Basic and Clinical Pharmacology. Ed. 7th. USA: Prentice
Hall Inc, Appleton & Lange. p.743-745
Kheir , Sahar M., Kafi S K and Haitham Elbir. 2015. Evaluation of The
Antifungal Activity of Moringa Oleifera Seeds, Leaves and Flowers. World
Journal of Pharmaceutical Research, Vol. 4 No. 2. p. 18 – 25.
Krisnadi, A Dudi. 2012. Tak Kenal Maka Tak Sayang “Mengenal Kelor”. Herbal
Kelorina.
Krisnadi, A Dudi. 2015. Kelor Super Nutrisi.
Maret 2015.
http://kelorina.com/ebook.pdf. Diakses tanggal 29 September 2015.
Kusumaningtyas, E., Astuti, E., Darmono. 2008. Sensitivitas Metode Bioautografi
Kontak dan Agar Overlay dalam Penentuan Senyawa Antikapang. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 6, No.2, hal 75-79.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida.Medan
:Karya Ilmiah Universitas Sumatera Utara.

66

LIPI . 2014. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta : Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Luqman, Suaib., Suchita Srivastava, Ritesh Kumar, Anil Kumar Maurya, and
Debabrata Chanda. 2012. Experimental Assessment of Moringa oleifera
Leaf and Fruit for Its Antistress, Antioxidant, and Scavenging Potential
Using In Vitro and In Vivo Assays. 10.1155 (519084): 1 – 12.
Madland, E. 2013. Extraction, Isolation and Structure Elucidation of Saponins
from Herniaria incana. Norwegian University of Science and Technology.
Mangunwardoyo, W., Cahyaningsih, E., Usia, T. 2009. Ekstraksi dan Identifikasi
Senyawa Antimikroba Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 7, No.2, pp 57-63.
Mohsen, et al. 2013. Antiinflammatory effect of Moringa oleifera Lam. On acetic
acid – induced acute colitis in rats. Journal of Phytomedicine vol.4 p. 127136
Narwal, S. 2009. Isolation , Identification , and Characterization of
Allelochemicals / Natural Product. Science Publishers, USA.
Nuria, M.C., Faizatun, A., Sumantri. (2009). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L) terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922 dan
Salmonella typhi ATCC 1408. Mediagro, Vol. 5, N0. 2, pp 26 – 37.
Ojiako, E.N. 2014. Phytochemical Analysis and Antimicrobial Screening Of
Moringa Oleifera Leaves Extract. The International Journal Of
Engineering And Science, Vol. 3, No. 3, hal. 32—35.
Oluduro, Anthonia Olufunke. 2012. Evaluation of Antimicrobial Properties and
Nutritional Potentials of Moringa oleifera Lamk. Leaf in South Westrn
Nigeria. Malaysian Journal of Microbiology, vol. 8 p. 59-67
Patel, Pinal, Nivedita Patel, Dhara Patel, Sharav Desai, and Dhananjay Meshram.
2014. Phytochemical Analysis and Antifungal Activity of Moringa oleifera.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 6
No. 5. p. 144 – 147.
Prasad, N., Nandi, D., Arora, S., Pandey, A. 2014. In Vitro Evaluation of
Antibacterial Properties of Moringa oleifera,Dalbergia sissoo and Alstonia
scholaris. Journal of Biology, Agriculture and Healthcare, Vol. 4, No.15,
54-63.

67

Putra, I.N.K., 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) serta Kandungan Senyawa Aktifnya. J.Teknol. dan
Industri Pangan. Vol. 21 No. 1, p. 1-5.
Rockwood, J.L., Anderson ,B.G., Casamatta , D.A. 2013. Potential Uses of
Moringa oleifera and an Examination Of Antibiotic Efficacy Conffered by
Moringa oleifera Seed and Leaf Extrac using Crude Extraction
Techniques. International Journal Of Phytotherapy Research vol.3
Septyaningsih, Dyah. 2010. Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Esktrak
Biji Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.). Surakarta : Skripsi
Program Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Setiabudy, R. 1995. Pengantar Antimikroba. dalam: S.G. Ganiswarna, R.
Setiabudy, F.D. Suyatna, dkk. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta:
Gaya Baru. hal. 571-576.
Stark, Lisa. 2013. Staphylococcus aureus Aspect Of Phatogenesis And Molecular
Epidemiology. Linkoping University., Swedia.
Sumarna, Sabir. (2012). Isolasi, Identifikasi, dan Uji Bioaktivitas Metabolit
Sekunder Esktrak n-Heksan Spons Petrosia alfiani Asal Spermonde
archipelago. Makassar : Skripsi Program Sarjana Universitas
Hasanuddin.
Tilong, Adi D. 2012. Ternyata Kelor Penakluk Diabetes. Jogjakarta : DIVA Press.
Todar, Kenneth. (2012). Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease.
http://textbookofbacteriology.net/staph.html. Diakses 20 November 2015
U., Madukwe E., Ugwuoke A. L. and Ezeugwu J. O. 2013. Effectiveness of Dry
Moringa oleifera Leaf Powder in Treatment of Anaemia. International
Journal of Medicine and Medical Sciences, Vol. 5 No. 5. p. 226 – 228.
WHO. 2014. Antimicrobial Resistance : global report on surveillance.
www.who.int/iris/bitstream/10665/112642/1/9789241564748_eng.pdf, diakses 14
November 2015
Woolhouse, Mark et al.2014. Antimicrobial Resistance In Humans , Livestockand
The Wider Environment. The Royal Society Publising. (doi :
10.1098/rstb.2014.0083).
Yuwono. 2010. Pandemi Resistensi Antimikroba : Belajar dari MRSA. Journal of
Kulit dan Kelamin. 42:1 2837-2850

68

Zhang , Fei, Bo Chen, Song Xiao.2003. optimazation and comparison of different
extraction of fruit Maleaya cordata. Elsevier

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Resistensi terhadap antimikroba telah menjadi salah satu ancaman besar

bagi kesehatan global. Salah satu alasan meningkatnya resintensi antimikroba
adalah terlalu seringnya penggunaan obat antimikroba (Woolhouse et al, 2016).
Di rumah sakit penggunaan antibiotika sangat umum dan sering digunakan (Hadi
et al, 2008). Menurut survei yang dilakukan oleh Hadi (2008) mengenai
penggunaan antibiotika pada departemen penyakit dalam dan departemen bedah
dan anak di rumah sakit yang ada di Semarang dan Surabaya menunjukkan bahwa
hanya 21% yang dianggap tepat, 42% tanpa indikasi, 15% salah pilih obat, durasi
atau dosis. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat harus menjadi perhatian khusus
karena merupakan faktor penyebab meningkatnya multiple-drug resistant di
rumah sakit.
Multiple-drug resistant merupakan masalah yang umum terjadi di rumah
sakit. Hal ini merupakan penyebab terbesar terjadinya infeksi nosokomial. Salah
satu bakteri patogen yang menjadi penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus
aureus (Gordron et al., 2014). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi , mulai dari infeksi
kulit dan jaringan lunak, infeksi pada pernafasan, muskoskeletal, dan infeksi pada
saluran kemih (Harvey et al, 2007).
Namun Staphylococcus aureus lebih banyak menyebabkan infeksi pada
nasofaring dan kulit (Godron et al., 2014). Salah satu masalah serius dari
resistensi Staphylococcus aureus adalah Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA)
(Nizami, 2012). Berdasarkan Antimicrobial Resistance : Global Report on
Surveillence yang diterbitkan oleh Badan Kesehatan Dunia (2014) menyatakan
bahwa kasus resistensi Staphylococcus aureus terutama terhadap Methicillin di
negara Asia Tenggara cukup tinggi yaitu sekitar 81%. Dan angka kematian akibat
resistensi ini mencapai 26,3%. Oleh sebab itu diperlukan alternatif pengobatan
lain. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan
keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia.

1

2

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar nomor dua
di dunia setelah Brazil untuk flora dan fauna darat. Di Indonesia diperkirakan
mempunyai 30.000 – 40.000 spesies flora (15,5% dari total jumlah flora di dunia )
(LIPI ,2014). Dalam Senarai Tumbuhan Obat Indonesia telah terdata ada 940
spesies tumbuhan Indonesia untuk dijadikan tanaman obat, sedangkan Kotranas
mengusulkan ada 7500 spesies , namun baru 1000-2000 spesies yang sudah
dimanfaatkan (LIPI,2014).

Kekayaan jenis tumbuhan obat Indonesia yang

berhasil diidentifikasi dan diinventarisasi tidak kurang dari 1845 spesies
tumbuhan obat dan telah dimanfaatkan sebagai obat oleh lebih dari 400 etnis di
Indonesia (LIPI, 2014). Salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan adalah
tanaman kelor (Moringa oleifera).
Kelor (Moringa oleifera) termasuk salah satu tanaman obat dari famili
Moringaceae, yang merupakan tanaman asli dari India dan banyak dimanfaatkan
untuk kepentingan pengobatan (Oluduro, 2012). Salah satunya adalah sebagai
antimikroba ( Rockwood, 2013). Pada daun kelor mengandung senyawa fitokimia
seperti alkaloida , karbohidrat , glikosida , protein , saponin , tanin , dan terpenoid
(Patel et al., 2014).
Dalam penelitiannya S.Kalpana et.al., (2014) menyatakan bahwa ekstrak
daun

Moringa oleifera

mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri

Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli , Staphylococcus aureus , dan
Streptococcus pneumoniae. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
difusi agar dan ekstrak yang digunakan 200-800mg/ml. Pelarut yang digunakan
kloroform, eter petrolatum , etanol dan air. Dari penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa semua ekstrak menunjukkan aktifitas antimikroba.. Pada konsentrasi
800mg menunjukkan rata rata zona hambat pada Klebsiella pneumoniae 9,3 ±
0,46 , Escherichia coli 11,0 ± 0,00 , Staphylococcus aureus 13.0 ± 0.00 , dan
Streptococcus pneumoniae 7.0 ± 0,81. Pada ekstrak etanol menunjukkan bahwa
zona hambat maksimum pada S.aureus dan pada ekstrak air zona hambat terkecil
pada Streptococcus pneumoniae. Untuk penelitian tersebut kontrol positif yang
digunakan adalah tetrasiklin 10mcg.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ojiako (2014) mengenai aktifitas
antimikroba ekstrak daun Moringa oleifera dalam berbagai pelarut seperti n-

3

heksana , etil asetat , dan etanol menunjukkan bahwa ekstrak daun Moringa
oleifera mempunyai aktivitas antimikroba tertinggi pada pelarut etilasetat. Pada
bakteri uji Staphylococcus aureus menunjukkan zona hambat pada ekstrak
etilasetat 10mm , etanol 9mm , dan pada n-heksan tidak memberikan aktifitas
antimikroba. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai manfaat daun kelor sebagai
antimikroba maka dilakukan pemisahan senyawa kimia secara bertingkat.
Pemisahan secara bertingkat merupakan salah satu metode ekstraksi
dimana senyawa kimia yang ada di tumbuhan dipisahkan menurut kepolarannnya
mulai dari senyawa nonpolar, semipolar , dan polar. Pada penelitian ini pelarut
yang digunakan adalah n-heksana , etilasetat , dan etanol. Pada fraksi etilasetat
dilakukan uji aktivitas dengan metode bioautografi. Metode bioautografi
merupakan metode yang digunakan untuk menunjukkan adanya aktifitas
antibakteri. Metode ini merupakan gabungan antara teknik kromatografi lapis tipis
dan respon dari mikroorganisme yang diuji berdasarkan aktifitas biologi dari suatu
analit yang dapat berupa antibakteri dan anti protozoa. Bioautografi dapat
digunakan untuk menemukan adanya antibakteri baru , kontrol kualitas
antimikroba , dan mendeteksi golongan senyawa (Choma , 2005).
Berdasarkan uraian diatas , maka akan dilakukan penelitian mengenai uji
aktifitas antimikroba daun kelor terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
selanjutnya juga ingin diketahui senyawa yang berperan sebagai antimikroba.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Golongan senyawa apa saja yang terdapat dalam fraksi etil asetat daun
kelor (Moringa oleifera) yang mempunyai aktifitas sebagai antimikroba
terhadap Staphylococcus aureus ?
1.2.2 Berapa diagonal zona hambat dari golongan senyawa fraksi Etil Asetat
daun

kelor

(Moringa

oleifera)

terhadap

pertumbuhan

Staphylococcus aureus dengan metode bioautografi ?

bakteri

4

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh informasi mengenai golongan senyawa yang terdapat
pada fraksi etil asetat daun M.oleifera yang mempunyai aktifitas
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
2. Untuk memperoleh informasi mengenai diagonal zona hambat dari
golongan senyawa fraksi Etil Asetat daun kelor (Moringa oleifera)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode
bioautografi.

1.4

Manfaat penelitian
Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah
1. Supaya hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi awal
bagi penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antimikroba daun kelor
Moringa oleifera) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
2. Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun
M.oleifera yang dapat digunakan sebagai antibakteri Staphylococcus
aureus.
3. Sebagai salah satu alternatif untuk pemanfaatan daun kelor.