Porositas Total Dan Efektif Faktor Formasi dan Electrical Properties

3.6.4 Faktor Formasi dan Electrical Properties

Faktor formasi adalah perbandingan antara resistivitas batuan yang disaturasi 100 air formasi terhadap resistivitas air formasi Prayitno, dkk., 2001. Electrical properties meliputi a Turtoisity factor, m Cementation exponent dan n Saturation exponent.

3.6.5 Saturation Water SW

Saturasi air merupakan fraksi atau persentase dari rongga pori batuan yang terisi oleh suatu fluida Dewanto, 2009.

3.6.5.1 Saturasi Air dari Metode Archie

………………………………3.6 w S = saturasi air dari zona uninvaded metode Archie w R = resistivity formasi air pada temperatur formasi t R = true resistivity dari formasi koreksi invasi dari ILd R atau LLd R  = porositas a = faktor turtuosity m = eksponen sementasi n = eksponen saturasi, bervariasi dari 1.8 hingga 2.5. Nilai normalnya 2.0 n t w m w R R a S 1         Saturasi air pada zona univaded   w S , yang dihitung dengan menggunakan persamaan Archie, adalah parameter paling fundamental dalam evaluasi log. Tapi, walaupun saturasi zona air diketahui, informasi itu tidak cukup untuk mengevaluasi potensi produktivitas suatu zona. Harus diketahui pula, saturasi air cukup rendah untuk dilakukan komplesi bebas air water-free completion, fluida hidrokarbon yang ada dapat bergerak movable, zona permeable, cadangan hidrokarbon yang ada ekonomis dan dapat diproduksikan recoverable.

3.6.5.2 Saturasi Air dari Metode Simandoux

Untuk formasi pasir dan clay, Simandoux menyarankan untuk menggunakan pesamaan konduktivitas sebagai berikut: w m n w w c sh t R a S S C V C      ………………….....3.7 dimana c C = konduktivitas dispersed clay Bila digunakan eksponen saturasi sebesar n = 2.0, diasumsikan terbentuk sebuah persamaan parabolik, yang dapat ditulis sebagai 2 x c x b y   ……………………………..…3.8 Dengan beberapa modifikasi matematis dan disubstitusikan ke dalam persamaan Tixier, menghasilkan persamaan saturasi air sebagai berikut:                         w t c sh c sh w w R R R V R V R S 2 2 2 5 4 .   ……..3.9 R t = true resistivity dari formasi R w = resistivity formasi air pada temperatur formasi R c = resistivity clay S w = saturasi air V sh = Volume shale  = porositas

3.6.5.3 Saturasi Air dari Dual Water

         wa w wt R R b b S 2 ……………………..…..…… 3.10 2 1         b w b R R S b …………..…………………….……. 3.11 b b wt w S S S S    1 .............................................................. 3.12 S wt = saturasi air total S b = fraksi air ikat pada lapisan sand R b = resistivitas air ikat dekat lapisan shale R wa = resistivitas air di daerah shaly sand R w = resistivitas air S w = saturasi air t tsh sh b V S     ……………….…………………….. 3.13 nsh dsh tsh         1   …….…………..…… 3.14 . 1 5 .    Ф tsh = porositas total dekat shale Ф dsh = porositas densitas shale Ф nsh = porositas neutron shale

3.7 Analisa Reservoir

Indikator yang paling dapat dipercaya terhadap keberadaan reservoir adalah dengan melihat pergerakan dari log densitas dan log neutron, yaitu ketika log densitas bergerak ke kiri densitas rendah dan bersinggungan atau bersilangan dengan kurva neutron. Pada reservoir klastik, hampir tiap keberadaan reservoir dihubungkan dengan log gamma ray. Pada sejumlah kecil reservoar, log GR tidak dapat digunakan sebagai indikator pasir karena kehadiran mineral radioaktif di dalam pasir. Serpih dapat dengan jelas dikenali sebagai suatu zona ketika log densitas berada di sebelah kanan dari log neutron, dicirikan dengan nilai unit porositas sebesar 6 atau lebih Darling, 2005. Jadi crossover antara log densitas dan log neutron lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi reservoir. Zona gas akan menunjukkan nilai crossover yang lebih besar daripada zona air dan minyak. Log densitas dan log neutron merupakan hasil pengukuran statistik diukur berdasarkan waktu kedatangan sinar gamma pada detektor yang bersifat acak sehingga tampilannya dapat tetap meliuk-liuk walaupun berada pada lithology yang homogeny. Oleh karena

Dokumen yang terkait

Analisis Fasies Dan Sikuen Stratigrafi Formasi Air Benakat Berdasarkan Data Well Log, Pada Lapangan "EA", Cekungan Sumatra Selatan.

0 3 18

KONTROL FACIES PADA RESSERVOIR BATUPASIR "ECKO E" FORMASI "ECKO" PADA LAPANGAN "SOUTH COAST" BERDASARKAN INTEGRASI WELL LOG DATA AND CORE DATA, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH.

0 0 3

Evaluasi Formasi dan Penentuan Kualitas Reservoir Formasi Tuban, Berdasarkan Data Well Logging, Lapangan ADITYA, Cekungan Jawa Timur Utara.

0 0 8

FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN FORMASI LOWER TALANG AKAR BERDASARKAN DATA CORE, WIRELINE LOG DAN FMI PADA LAPANGAN KECOK, SUB CEKUNGAN JAMBI, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN.

0 6 2

Studi Sikuen Stratigrafi Untuk Menentukan Fasies Pada Batupasir A Formasi Duri dan Batupasir B Formasi Bekasap Berdasarkan Data Core dan Data Log Pada Lapangan Ramadhan, Cekungan Sumatera Tengah.

0 0 3

Evaluasi Formasi Gas Metan Batubara Pada Lapangan Gambi, Formasi Balikpapan, Cekungan Kutai.

0 0 4

ANALISIS FASIES BATUAN KARBONAT FORMASI BATURAJA BERDASARKAN DATA CORE DAN LOG PADA LAPANGAN KITIN DI CEKUNGAN SUNDA.

0 1 3

Ketentuan Penerimaan CPNS Formasi Tahun (1)

0 0 8

Evaluasi Formasi Menggunakan Data Log dan Data Core pada Lapangan “X” Cekungan Jawa Timur Bagian Utara

0 0 6

DAFTAR ISI - GEOLOGI, KONTROL FASIES DAN PERUBAHAN KONTAK FLUIDA PADA FORMASI DURI, FORMASI BEKASAP, DAN FORMASI BANGKO PADA LAPANGAN “ER” CEKUNGAN SUMATRA TENGAH BERDASARKAN DATA CORE, DATA WIRELINE LOG, DATA LABORATORIUM DAN DATA PRODUKSI - Eprints UPN

0 0 8