Investasi Sektor Tersier Pembahasan Model Dugaan 1. Angkatan Kerja Jakarta

Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika total penyerapan tenaga kerja sektor tersier sebesar 10 satuan, akan meningkatkan UMRJR hanya sebesar 0.25 satuan per tahun. Dan bila tingkat selisih pertubuhan tingkat inflasi meningkat sebesar 10 satuan akan mengakibatkan upah minimum regional Jakarta meningkat menjadi 3.00 satuan. Jika angkatan kerja Jakarta bertambah sebesar 10 satuan akan mengakibatkan penurunan tingkat upah minimum regional Jakarta sebesar 0.77 satuan. Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa peubah total penyerapan tenaga kerja sektor tersier dan tingkat inflasi Provinsi DKI merupakan peubah yang memberikan kontribusi terbesar pada pembentukan tingkat UMRJR. Sementara peubah angkatan kerja, tidak berkontribusi terhadap pembentukan tingkat UMRJR tersebut. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.7314 berarti 73.14 persen variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.0003, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi UMRJR. Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya peubah AKJR dan UMRJR1 yang berbeda nyata dengan nol pada taraf α 1 – 30 persen. Respon peubah endogen UMRJR terhadap kedua peubah penjelas di atas adalah inelastis dalam jangka pendek.

6.2.5. Investasi Sektor Tersier

Tingkat investasi sektor tersier terdiri dari empat sub sektor yang terdiri dari sub sektor perdagangan, sub sektor angkutan, sub sektor perbankkan, dan sub sektor jasa. Pendugaan persamaan investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit perbankkan, pajak daerah dan total produk domestik regional bruto sektor tersier, dan pembahasanya pada masing-masing sub sektor adalah sebagai berikut.

6.2.5.1. Investasi Sub sektor Perdagangan

Investasi sub sektor perdagangan dihipotesiskan dipengaruhi oleh tingkat pertambahan suku bunga kredit perbankkan, pendapatan pajak daerah, dan total produk domestic regional bruto sektor tersier. Hasil pendugaan terhadap persamaan investasi sub sektor perdagangan disajikan pada Tabel 22. Besaran investasi sub sektor perdagangan IP berhubungan positif dengan peubah total produk domestic regional Jakarta sektor tersier PDBRTR, dan berhubungan negatif dengan peubah tingkat pertambahan tingkat suku bunga kredit perbankkan SBKRR, dan penerimaan pendapatan pajak daerah PDR. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas tidak sesuai dengan harapan. Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika pajak daerah ditingkatkan sebesar 10 satuan maka akan menurunkan investasi sub sektor perdagangan sebesar 2.54 satuan per tahun. Peningkatan total produk domestik regional bruto pada sektor tersier sebesar 10 satuan akan meningkatkan investasi sub sektor perdagangan sebesar 1.27 satuan per tahun. Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Sub sektor Perdagangan, Tahun 1985-2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. t Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 11 IP Intersep 2194.196873 - SBKRR -17.721395 0.8322 - 0.01 - PDRR -0.254549 0.7327 - -0.01 - PDBRTR 0.127249 0.8563 - 0.03 - R 2 = 0.4046 ; Adj. R = 0.2930 ; Prob. F = 0.0361 Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa investasi pada sub sektor perdagangan tidak dipengaruhi oleh tingkat pertambahan suku bunga kredit perbankkan. Sementara, jika tingkat pajak dinaikan maka sangat besar berkontribusi terhadap penurunan tingkat investasi pada sub sektor perdagangan. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.0255 berarti 02.55 persen variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.9348, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi investasi sub sektor perdagangan. Hasil uji t menunjukkan bahwa semua peubah tidak berbeda nyata dengan nol.

6.2.5.2. Investasi Sub sektor Angkutan

Investasi sub sektor angkutan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit perbankkan, pendapatan pajak daerah tahun sebelumnya, dan total produk domestik regional bruto sektor tersier. Hasil pendugaan terhadap persamaan investasi sub sektor angkutan disajikan sebagai berikut Tabel 23. Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Sub sektor Angkutan, Tahun 1984-2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. t Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 12 IA Intersep 134.654866 SBKRR -44.60121 0.6634 - 0.01 - PDRS -1.127474 0.2123 C 0.02 - PDBRT 0.285712 0.1494 B 0.92 - R 2 = 0.6047 ; Adj. R = 0.4992 ; Prob. F = 0.0053 Keterangan : B = berpengaruh nyata pada taraf α 11 – 20 . C = berpengaruh nyata pada taraf α 21 – 30 . Besaran investasi sub sektor angkutan IA berhubungan positif dengan peubah Produk Domestik Regional Bruto sektor tersier PDBRT. Sebaliknya IA berhubungan negatif dengan peubah tingkat suku bunga kredit perbankkan SBKR, dan pendapatan pajak daerah tahun sebelumnya PDRS. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai dengan harapan. Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika total Produk domestic regional bruto Jakarta ditingkatkan sebesar 10 satuan maka akan meningkatkan investasi sub sektor angkutan sebesar 2.88 satuan per tahun. Peubah total produk domestik regional Jakarta ini adalah satu-satunya peubah yang berperan meningkatkan investasi pada sub sektor angkutan. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.1901 berarti 19.01 satuan variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.9348, berarti peubah penjelas secara bersama- sama dapat menjelaskan variasi investasi sub sektor angkutan. Hasil uji t menunjukkan bahwa peubah PDRS dan PDRAT yang berbeda nyata dengan nol pada taraf α 11 – 30 persen. Respon peubah endogen IA terhadap peubah PDBRT adalah inelastis dalam jangka pendek.

6.2.5.3. Investasi Sub Sektor Perbankkan

Investasi pada sub sektor perbankkan dipengaruhi oleh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, tingkat pertambahan pendapatan pajak daerah, tingkat pertambahan total Produk Domestik Regional Bruto sektor tersier, dan investasi sub sektor perbankkan tahun lalu. Hasil pendugaan terhadap persamaan investasi sub sektor perbankkan disajikan pada Tabel 24. Besaran investasi sub sektor perbankkan IB berhubungan positif dengan peubah tingkat pertambahan total Produk Domestik Regional Bruto sektor perbankkan PDBRTR, dan investasi sub sektor perbankkan tahun lalu IB1. Sebaliknya IB berhubungan negatif dengan peubah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI, dan tingkat pertambahan pendapatan pajak daerah PDRR. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas adalah sesuai dengan harapan. Peubah SBIR dan PDBBRR tidak berbeda nyata. Tabel 24. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Sub sektor Perbankkan, Tahun 1985 – 2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. T Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 13 IB Intersep 609.909703 SBIRR -95.363738 0.0916 A -0.19 -0.38 PDRR -0.954035 0.0999 A -0.04 -0.08 PDBRTR 0.35106 0.0075 B 0.18 0.36 IB1 0.506413 0.1795 A 0.51 R 2 = 0.5250 ; Adj. R = 0.3984 ; Prob. F = 0.0186 Keterangan : A = berpengaruh nyata pada taraf α 1 – 10 B = berpengaruh nyata pada taraf α 11 – 20 . Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika tingkat pertambahan pendapatan pajak daerah ditingkatkan sebesar 10 satuan maka akan menurunkan investasi sub sektor perbankkan sebesar 9.54 satuan per tahun. Peningkatan total produk domestik regional Jakarta PDBRTR sebesar 10 satuan akan meningkatkan investasi sub sektor perbankkan sebesar 3.51 satuan per tahun. Peubah suku bunga SBI ditingkatkan sebesar 10 satuan akan mengakibatkan penurunan tingkat investasi sub sektor perbankka sebesar 953 poin. Peubah yang mendorong peningkatan investasi pada sub sektor perbankkan adalah total produk domestik regional Jakarta pada sektor tersier. Pajak bersifat menekan peningkatan investasi pada sub sektor tersebut. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.52.50 berarti 52.50 persen variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.0186, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi investasi sub sektor perbankkan. Hasil uji t menunjukkan bahwa semua peubah penjelas berbeda nyata dengan nol pada taraf α 1 – 20 persen. Respon peubah endogen IB terhadap kedua peubah penjelas tersebut adalah inelastis dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

6.2.5.4. Investasi Sub Sektor Jasa

Investasi sub sektor jasa dipengaruhi oleh tingkat pertambahan suku bunga kredit perbankkan, jumlah pajak daerah Jakarta, total produk domestik regional bruto sektor tersier, dan jumlah investasi pada sub sektor jasa tahun sebelumnya. Hasil pendugaan terhadap persamaan investasi sub sektor jasa sesuai dengan yang di harapkan Tabel 25. Tabel 25. Hasil Parameter Persamaan Pendugaan Investasi Sub sektor Jasa, Tahun 1985 -2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. t Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 14 IJ Intersep -165.801886 SBKRR -10.19945 0.3543 - 0.01 0.01 PDR -0.142161 0.169 B -0.23 -0.54 PDBRT 0.102505 0.0123 A 1.17 1.58 IJ1 0.299444 0.1818 B 0.28 - R 2 = 0.7091 ; Adj. R = 0.6316 ; Prob. F = 0.0006 Keterangan : A = berpengaruh nyata pada taraf α 1 – 10 B = berpengaruh nyata pada taraf α 11 – 20 . Besaran investasi sub sektor jasa IJ berhubungan positif dengan peubah penjelas total produk domestik regional bruto sektor tersier PDBRT, dan jumlah investasi sub sektor jasa tahun sebelumnya IJ1. Sebaliknya IJ berhubungan negatif dengan peubah tingkat pertambahan suku bunga kredit perbankkan SBKR, dan pendapatan pajak daerah Jakarta PDR. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai dengan harapan, namun peubah SBKRR tidak berbeda nyata. Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika pendapatan pajak daerah Jakarta ditingkatkan sebesar 10 satuan akan menurunkan investasi sub sektor jasa sebesar 1.42 satuan per tahun. Peningkatan total produk domestik regional bruto sektor tersier sebesar 10 satuan akan meningkatkan investasi sub sektor tersebut sebesar 1.03 satuan per tahun. Peningkatan investasi sub sektor jasa tahun lalu sebesar 10 satuan akan meningkatkan investasi sub sektor jasa sebesar 2.96 satuan per tahun. Peubah PDBRT memberikan kontribusi cukup besar dalam pembentukan investasi pada sub sektor jasa, diikuti oleh peubah investasi sub sektor jasa tahun lalu IJ1. Sedangkan peubah suku bunga kredit perbankkan yakni tingkat pertambahannya setiap tahun tidak mempengaruhi tingkat investasi yang ditanamkan pada sub sektor jasa. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.7170 berarti 71.70 satuan variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.0006, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi investasi pada sub sektor jasa. Hasil uji t menunjukkan bahwa semua peubah penjelas dalam persamaan IJ berbeda nyata dengan nol pada taraf α 1 – 20 persen, kecuali peubah SBKRR. Respon peubah endogen IJ terhadap semua peubah penjelas adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, kecuali peubah produk domestik regional sub sektor jasa, ini menunjukan bahwa PDRBJR sangat berpengaruh terhadap tingkat Investasi di sub sektor jasa. Terhadap peubah PDBJR, peubah IJ bersifat elastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 6.2.6. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Sektor Tersier Produk Domestik Regional Bruto Sektor Tersier terdiri dari empat sub sektor, yang terdiri dari sub sektor perdagangan, sub sektor angkutan, sub sektor perbankkan, dan sub sektor jasa. Pendugaan persamaan produk domestik regional bruto sektor tersier terhadap persamaan-persamaan tersebut dan pembahasannya disajikan di bawah ini.

6.2.6.1. Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Perdagangan

Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perdagangan dihipotesiskan dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja sub sektor perdagangan, investasi pada sub sektor perdagangan tahun sebelumnya, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor perdagangan tahun sebelumnya, dummy krisis ekonomi, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perdagangan tahun sebelumnya. Dihipotesiskan selama berlangsung krisis ekonomi, PDRB sub sektor perdagangan mengalami penurunan. Hasil pendugaan terhadap persamaan PDRB sub sektor perdagangan disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Perdagangan, Tahun 1985-2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. T Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 15 PDBPR Intersep -3283.167814 PTP 3.503916 0.2897 - 0.29 7.20 IP1 0.009151 0.4191 - 0.00 0.04 EXPR1 93.805567 0.9487 B 0.12 2.93 DM -656.209169 0.1878 - -0.03 -0.68 PDBPR1 0.960359 0.7438 A 0.90 - R 2 = 0.9620 ; Adj. R = 0.9485 ; Prob. F = 0.0001 Keterangan : A = berpengaruh nyata pada taraf α 1 – 10 B = berpengaruh nyata pada taraf α 11 – 20 . Peubah Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perdagangan PDBPR berhubungan positif dengan semua peubah penjelas yakni masing- masing penyerapan tenaga kerja sub sektor perdagangan PTP, jumlah investasi pada sub sektor perdagangan tahun sebelumnya IP1, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor perdagangan tahun sebelumnya EXPR1, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perdagangan tahun sebelumnya PDBPR1. Sebaliknya PDBPR berhubungan negatif dengan peubah dummy krisis ekonomi. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai dengan harapan. Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika penyerapan tenaga kerja sub sektor perdagangan ditingkatkan sebesar 10 satuan, akan meningkatkan PDRB sub sektor tersebut sebesar 35.03 satuan per tahun. Peningkatan jumlah investasi pada sub sektor perdagangan tahun sebelumnya sebesar 10 satuan akan meningkatkan PDRB sub sektor tersebut sebesar 0.01 satuan per tahun. Peningkatan jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor perdagangan tahun sebelumnya sebesar 10 satuan akan meningkatkan PDRB sub sektor tersebut sebesar 938.31 satuan per tahun. Peningkatan PDRB sub sektor perdagangan tahun sebelumnya sebesar 10 satuan akan meningkatkan PDRB sub sektor tersebut pada tahun berjalan sebesar 9.60 satuan per tahun. Sedangkan selama krisis ekonomi berlangsung, PDRB sub sektor perdagangan mengalami penurunan sebesar Rp. 6 562 091 milyar. Hasil-hasil di atas menunjukkan dari sisi besaran, peubah investasi pada sub sektor perdagangan memberikan kontribusi yang sangat kecil dalam pembentukan PDBR sub sektor tersebut. Juga peubah investasi ini tidak mempengaruhi PDRB sub sektor perdagangan. Dengan demikian peubah investasi belum berperan dalam menentukan besarnya PDRB pada sub sektor perdagangan. Sebaliknya, peubah jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor perdagangan merupakan peubah memberikan kontribusi sangat besar dan mempengaruhi perkembangan besaran PDRB sub sektor perdagangan. Hal ini berarti Pemerintah DKI memiliki peran besar menentukan dan mendorong kenaikan PDRB sub sektor perdagangan waktu-waktu sekarang dan mendatang. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.9620 berarti 96.20 persen variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.0001, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi PDRB sub sektor perdagangan. Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya peubah EXPR1 dan PDBPR1 dalam persamaan tersebut yang berbeda nyata dengan nol pada taraf α 1 – 20 persen. Respon peubah endogen PDBPR terhadap kedua peubah penjelas signifikan adalah inelastis dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, PDBPR bersifat responsif terhadap peubah EXPR1.

6.2.6.2. Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Angkutan

Produk Domestik Regional Bruto sub sektor angkutan dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja sub sektor angkutan, tingkat pertambahan investasi pada sub sektor angkutan, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor angkutan, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor angkutan tahun sebelumnya. Hasil pendugaan terhadap persamaan PDRB sub sektor angkutan disajikan pada Tabel 27. Besaran produk domestik regional bruto sub sektor angkutan PDBAR berhubungan positif dengan semua peubah penjelas yakni penyerapan tenaga kerja sub sektor angkutan PTA, tingkat pertambahan investasi pada sub sektor angkutan IAR, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor angkutan EXAR, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor angkutan tahun sebelumnya PDBAR1. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai dengan harapan. Namun peubah investasi tidak berbeda nyata. Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Angkutan, Tahun 1985-2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. t Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 16 PDBAR Intersep 302.619756 PTA 6.362698 0.1338 B 0.30 0.82 IAR 0.011025 0.5566 - 0.00 0.00 EXAR 0.91301 0.0158 A 0.04 0.11 PDBAR1 0.628134 0.0134 A 0.59 R 2 = 0.9534 ; Adj. R = 0.9409 ; Prob. F = 0.0001 Keterangan : A = berpengaruh nyata pada taraf α 1 – 10 B = berpengaruh nyata pada taraf α 11 – 20 . Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika penyerapan tenaga kerja sub sektor angkutan ditingkatkan sebesar 10 satuan maka akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor tersebut sebesar 58.30 satuan per tahun. Peningkatan jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor angkutan sebesar 10 satuan akan meningkatkan PDRB sub sektor tersebut sebesar 8.91 satuan per tahun. Peningkatan PDRB sub sektor angkutan tahun sebelumnya sebesar 10 satuan akan meningkatkan PDBAR tahun berjalan sebesar 6.57 satuan per tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa peubah penyerapan tenaga kerja sub sektor angkutan memberikan kontribusi terbesar bagi pembentukan PDRB sub sektor tersebut dibanding peubah-peubah lainnya. Investasi sub sektor tersebut tidak mempengaruhi besaran PDRB-nya. Sedangkan pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor angkutan turut memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB sub sektor tersebut meskipun dalam persentase kecil. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.9530 berarti 95.30 persenn variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.0001, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi PDRB sub sektor angkutan. Hasil uji t menunjukkan bahwa semua peubah penjelas dalam persamaan tersebut berbeda nyata dengan nol pada taraf α 1 – 20 persen, kecuali peubah IAR. Respon peubah endogen PDBAR terhadap semua peubah penjelas adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

6.2.6.3. Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Perbankkan

Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankkan dipengaruhi oleh tingkat pertambahan penyerapan tenaga kerja sub sektor perbankkan, trend kenaikan investasi pada sub sektor perbankkan, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor perbankkan tahun sebelumnya, peubah trend waktu, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankkan tahun sebelumnya. Dihipotesiskan sesuai trend waktu, PDRB sub sektor perbankkan terus mengalami peningkatan. Pendugaan terhadap persamaan PDRB sub sektor perbankkan disajikan pada Tabel 28. Peubah Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankkan PDBBR berhubungan positif dengan semua peubah penjelas yakni masing-masing tingkat pertambahan penyerapan tenaga kerja sub sektor perbankkan PTBR, trend kenaikan investasi pada sub sektor perbankkan IBR, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor perbankkan tahun sebelumnya EXBR1, peubah trend waktu T, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankkan tahun sebelumnya PDBBR1. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai dengan harapan, tetapi peubah PTBR dan IBR tidak berbeda nyata. Tabel 28. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Perbankkan, Tahun 1985-2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. t Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 17 PDBBR Intersep 751.687084 PTBR 2.101714 0.4289 - 0.00 0.00 IBR 0.006309 0.8216 - 0.01 0.02 EXBR1 29.971894 0.8452 B 0.08 0.21 T 318.721627 0.1482 B 0.29 0.71 PDBBR1 0.597356 0.1653 A 0.56 - R 2 = 0.9305 ; Adj. R = 0.9057 ; Prob. F = 0.0001 Keterangan : A = berpengaruh nyata pada taraf α 1 – 10 B = berpengaruh nyata pada taraf α 11 – 20 . Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta tahun sebelumnya ditingkatkan sebesar 10 satuan maka akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankkan sebesar 299.72 satuan per tahun. Sesuai trend waktu, setiap tahun PDRB sub sektor perbankkan meningkat sebesar Rp. 318.72 milyar. Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankkan tahun sebelumnya sebesar 10 satuan akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor tersebut tahun berjalan sebesar 5.97 satuan per tahun. Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa kedua peubah utama pada sisi produksi yakni penyerapan tenaga kerja dan investasi pada sub sektor perbankkan tidak berperan dalam pembentukan PDRB sub sektor tersebut. Sebaliknya, peubah pengeluaran pembangunan pemerintah merupakan peubah penentu pembentukan PDRB sub sektor tersebut. Ini menunjukkan pemerintah dominan dalam mendorong peningkatan PDRB pada sub sektor perbankkan. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.9305 berarti 93.05 satuan variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.0001, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankkan. Hasil uji t menunjukkan bahwa peubah EXBR1, trend, dan PDBBR1 berbeda nyata dengan nol pada taraf α 1 – 20 satuan, sedangkan peubah PTBR dan IBR tidak berbeda nyata dengan nol. Respon peubah endogen PDBBR terhadap peubah EXBR1, T, dan PDBBR1 adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

6.2.6.4. Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Jasa

Peubah produk domestik regional bruto sub sektor jasa dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja sub sektor jasa tahun sebelumnya, tingkat pertambahan investasi pada sub sektor jasa, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor jasa, trend waktu, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor jasa tahun sebelumnya. Dihipotesiskan sesuai trend waktu, PDRB sub sektor jasa terus mengalami peningkatan. Hasil pendugaan terhadap persamaan PDRB sub sektor jasa disajikan pada Tabel 29. Besaran Produk Domestik Regional Bruto sub sektor jasa PDBJR berhubungan positif dengan semua peubah penjelas yakni masing-masing penyerapan tenaga kerja sub sektor jasa tahun sebelumnya PTJ1, tingkat pertambahan investasi pada sub sektor jasa IJR, jumlah pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta pada sub sektor jasa EXJR, trend waktu T, dan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor jasa tahun sebelumnya PDBJR1. Tanda parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai dengan harapan, namun peubah IJR dan EXJR tidak berbeda nyata. Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional Bruto Sub sektor Jasa , Tahun 1985-2004 No Peubah Penjelas Parameter Dugaan Prob. t Taraf nyata Elastisitas SR Elastisitas LR 18 PDBJR Intersep -168.201246 PTJ1 0.772022 0.2583 C 0.14 0.33 IJR 0.246452 0.4635 - 0.00 0.00 EXJR 1.399587 0.3663 - 0.10 0.23 T 131.563734 0.1132 B 0.26 0.60 PDBJR1 0.564812 0.0090 A 0.52 - R 2 = 0.9590 ; Adj. R = 0.9444 ; Prob. F = 0.0001 Keterangan : A = berpengaruh nyata pada taraf α 1 – 10 B = berpengaruh nyata pada taraf α 11 – 20 C = berpengaruh nyata pada taraf α 21 – 30 . Hasil pendugaan di atas menunjukkan bahwa jika penyerapan tenaga kerja pada sub sektor jasa tahun sebelumnya ditingkatkan sebesar 10 satuan maka akan meningkatkan PDRB sub sektor jasa sebesar 7.72 satuan per tahun. Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor jasa tahun sebelumnya sebesar 10 satuan akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto sub sektor tersebut tahun berjalan sebesar 5.65 satuan per tahun. Pada sub sektor jasa, besarnya pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta tidak mempengaruhi perkembangan dari PDRB sub sektor tersebut. Sedangkan sesuai trend waktu, setiap tahun PDRB sub sektor jasa meningkat sebesar Rp. 131.56 milyar. Dari hasil pendugaan yang ada, kenaikan PDRB sub sektor jasa tersebut sangat besar ditentukan oleh kenaikan dalam penyerapan tenaga kerja sub sektor bersangkutan. Koefisien determinasi R 2 adalah 0.9590 berarti 95.90 satuan variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukan dalam persamaan tersebut. Nilai probabilitas F adalah sebesar 0.0001, berarti peubah penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi Produk Domestik Regional Bruto sub sektor jasa. Hasil uji t menunjukkan bahwa peubah penjelas PTJ1, T, dan PDBJR1 ketiganya berbeda nyata dengan nol pada taraf α 1 – 30 persen. Sedangkan peubah IJR dan EXJR keduanya tidak berbeda nyata dengan nol. Respon peubah endogen PDBJR terhadap semua peubah penjelas adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 6.3. Hasil Peramalan Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Pasar Kerja, Investasi dan Pendapatan Sektor Tersier di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2007-2010 6.3.1. Peramalan Validasi Model Pasar Kerja, Investasi dan Pendapatan Sektor Tersier di Provinsi DKI Jakarta,Tahun 2007-2010 Simulasi bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan dari beberapa kebijakan pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja, upahl, investasi dan pendapatan pada sektor tersier. Simulasi dilakukan dengan cara mengubah nilai peubah kebijakannya. Sebelum dilakukan simulasi terlebih dahulu model divalidasi untuk mengetahui apakah modelnya sudah valid untuk dilakukan simulasi. Beberapa kriteria statistik yang digunakan untuk validasi adalah MSE, RMSE RMSPE, U-Theil dan R 2 . Nilai-nilai MSE, RMSE, RMSPE dan U-Theil yang diharapkan adalah kecil yakni mendekati nol sedangkan R 2 mendekati satu. Hasil validasi model tenaga kerja sektor tersier dapat dilihat pada Tabel 30. Pada Tabel 30 dapat dilihat 6 persamaan yang mempunyai nilai RMSPE Root Mean-Square Satuantage Error yang cukup besar yakni upah sub setor jasa UPPJ, Investasi sub sektor perdagangan IP, Investasi sub sektor angkutan IA, Investasi sub sektor perbankkan IB, Investasi sub sektor jasa IJ dan Penyerapan sektor tersier PTT. Artinya nilai duga kelima persamaan tersebut adalah kurang baik. Namun nilai RMSPE dari persamaan lainnya adalah cukup kecil. Selain RMSPE, kevalidan model dapat juga dilihat dari nilai statistik U-Theil. Pada model persamaan ini nilai U-Theil relatif cukup kecil, yaitu berkisar antara 0.01–0.9966. Koefisien determinasi yang ada, sebagian besar cukup baik yaitu diatas 70 persen kecuali untuk persamaan Investasi sub sektor perdaganga, Investasi sub sektor angkutan, investasi sub sektor perbankan, investasi sub sektor jasa. Berdasarkan hasil validasi ini tersebut dapat disimpulkan bahwa model keterkaitan dampak kebijakan ekonomi terhadap tenaga kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di provinsi DKI Jakarta cukup valid untuk proses analisis simulasi. Validasi masing-masing peubah secara histories dengan mengunakan data sekunder selama 20 tahun 1985- 2004. Tabel 30. Hasil Peramalan Validasi Model Dampak Kebijakan Ekonomi terhadap Pasar Kerja, Investasi dan Pendapatan Sektor Tersier di Provinsi DKI Jakarta,Tahun 2007-2010 Peubah Endogen Simulasi Dasar RMSE RMSPE U-Theil Aktual Predicted AKJ 4420 4516 117.1785 2.6397 0.0131 PTP 1543 1526 18.9707 1.2607 0.0062 PTA 405.0000 405.5518 0.7663 0.1872 0.0009 PTB 287.6667 2866 2579 896.4697 0.8176 PTJ 1373 1709 357.8965 25.7358 0.1158 PTT 902.1667 6507 5611 621.0235 0.7566 TPTJ 3767 7167 3409 90.3695 0.3116 PNG 150.6667 -2651 2805 2555 0.9946 UPPR 332.6667 368.3867 35.9753 10.8788 0.0513 UPAR 422.6667 479.7493 62.3429 15.0998 0.0691 UPBR 551.6667 693.4900 165.5318 30.6453 0.1325 UPJR 914.0000 824.9529 90.0161 9.8669 0.0518 UMRJR 388.0000 439.1492 53.4007 13.9167 0.0645 IP 2784 4994 4344 158.0507 0.4822 IA 5221 23771 18551 355.5253 0.6397 IB 1455 14656 14759 1038 0.8427 IJ 2007 10092 8168 404.6768 0.6710 ITT 11467 53513 42978 378.6074 0.6544 PDBPR 29783 29680 103.6272 0.3462 0.0017 PDBAR 8872 8986 124.4698 1.4330 0.0070 PDBBR 27931 30666 3166 11.7163 0.0540 PDBJR 11699 13193 1498 12.8502 0.0602 PDBRT 19571 82525 62956 322.1786 0.6165 Keterangan : RMSE = Root Mean Square Error RMSPE = Root Mean Square Percent Error U-Theil = Nilai Koefisien Pendugaan Theil.

6.3.2. Hasil dan Pembahasan Peramalan Simulasi Model Dampak

Dokumen yang terkait

Tingkat Upah dan Produktivitas Tenaga Kerja Propinsi DKI Jakarta

0 10 195

Identifikasi dan Peran Sektor Ungggulan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi DKI Jakarta

2 12 93

Penelitian Terhadap Tingkat Tenaga Kerja di Pemerintah DKI

0 7 193

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN TENAGA KERJA DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU.

1 3 12

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN TINGKAT PENDIDIKAN Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Tenaga Kerja, dan Tingkat Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surakarta Tahun 1991 – 2013.

1 4 17

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN TINGKAT PENDIDIKAN Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Tenaga Kerja, dan Tingkat Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surakarta Tahun 1991 – 2013.

0 0 13

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,Tenaga Kerja,Tingkat Pendidikan Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Grobogan Tahun 1990-201

0 2 16

METODE PENELITIAN PENGARUH TINGKAT ABSENSI KERJA DAN PENGELUARAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PERUSAHAAN FURNITURE CV. ERA DI SURAKARTA.

1 6 20

ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKANDAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP Analisis Pengaruh Tenaga Kerja,Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Rembang.

0 1 15

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Tenaga Kerja,Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Rembang.

0 1 13