PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PEMILUKADA SERENTAK TAHUN 2015 (Studi Kasus : Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara)

(1)

SKRIPSI

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PEMILUKADA SERENTAK TAHUN 2015

(Studi Kasus : Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara)

Disusun Oleh:

ARIF DARMAWAN SETYA 20110520048

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK INUVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i SKRIPSI

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PEMILUKADA SERENTAK TAHUN 2015

(Sudi Kasus : Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Jurusan Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

ARIF DARMAWAN SETYA 20110520048

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di perguruan tinggi manapun. Sejauh pengetahuan penulis mengenai isi dari Skripsi ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau ditertibitkan oleh orang lain, kecuali sevara tertulis terdapat dalam skripsi ini dan disebutkan sumbernya dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam skripsi ini di temukan duplikasi, jiplakan (plagiat) dari Skripsi orang/institusi lain maka nsaya sebagai penulis akan bertanggungjawab dan menerima segala konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 18 November 2016

Pembuat Pengesahan


(4)

iii Untuk Wanita Yang Darahnya Menetes Karena Melahirkanku Ibu Tercinta Untuk Laki-Laki Yang Keringatnya Bercucuran Mencari Kebutuhan Hidupku Bapak Tercinta


(5)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABLE ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

SINOPSIS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8


(6)

v

E. Kerangka Pemikiran ... 9

1. Good Goverrnance dan Clean Government ... 9

2. Pengertian Good Governence ... 9

3. Tiga Pilar Good Governance ... 11

4. Good Governance di Indonesia ... 13

5. Peenerapan Prinsip Good Governance ... 15

6. Pemilu ... 21

F. Metode Penelitian ... 27

1. Jenis Data ... 27

2. Bentuk Penelitian ... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

4. Responden ... 30

G. Definisi Konsep dan Oprasional ... 31

BAB II DESKRIPSI WILAYAH ... 33

A. Sejarah Provinsi Kalimantan Utara ... 33

B. Letak Wilayah ... 35

C. Gambaran Geografis ... 38

D. Visi dan Misi ... 39

E. Budaya di Kalimantan Utara ... 40

1. Budaya Bulungan ... 40

2. Budaya Dayak ... 40


(7)

vi

4. Partai Politik ... 52

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Partisipasi ... 54

2. Partisipasi Kampanye ... 55

3. Pengawalan Pilkada ... 56

4. Menagkap Aspirasi... 57

5. Menanggapi Kebutuhan ... 58

6. Menaggapi Keluhan ... 59

7. Menyelesaikan Persoalan ... 60

8. Akses Informasi ... 61

9. Keterbukaan Aparatur ... 62

10.Keterbukaan Dana ... 63

11.Sosialisasi ... 64

12.Perlakuan Setara ... 65

13.Penyalahgunaan Wewenang... 66

14.Tindakan Anarkis ... 67

15.Figgur Penyelenggara... 68

16.Faktor Parpol ... 69

17.Faktor Kandidat ... 70

18.Faktor Isu Kebijakan/Janji Politik ... 71

B. Penerapan Prinsip Partisipasi ... 72


(8)

vii

D. Penerapan Prinsip Transparansi ... 76

E. Penerapan Prinsip Kesetaraan ... 78

F. Penerapan Prinsip Penerapan Hukum ... 79

G. Figgur Penyelenggara ... 80

H. Faktor Pemilih ... 81

BAB IV PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Responden ... 30

Tabel 1.2 Definisi Konsep dan Oprasional ... 31

Tabel 2. 1 Hasil Perolehan Suara ... 53

Tabel 3.1 Partisipasi Pemilih... 54

Tabel 3.2 Partisipasi Kampanye ... 55

Tabel 3.3 Partisipasi Pengawalan Pilkada ... 56

Tabel 3.4 Menagkap Aspirasi Pilkada ... 57


(9)

viii

Tabel 3.6 Menanggapi Keluhan Pemilukada ... 59

Tabel 3.7 Menyelesaikan Persoalan Pemilukada ... 60

Tabel 3.8 Akses Informasi Pemilukada ... 61

Tabel 3.9 Keterbukaan Aparatur Pemilukada ... 62

Tabel 3.10 Keterbukaan Dana Pilkada ... 63

Tabel 3.11Sosialisasi Pilkada ... 64

Tabel 3.12Perlakuan Setara Pilkada ... 65

Tabel 3.13Penyalahgunaan Wewenang Pemilukada... 66

Tabel 3.14Tindakan Anarkis Pemilukada ... 67

Tabel 3.15Figgur Penyelenggara Pemilukada ... 68

Tabel 3.16Faktor Parpol Pemilukada ... 69

Tabel 3.17Faktor Kndidat Pemilukada ... 70

Tabel 3.18Faktor Isu Kebijakan/Janji Politik Pemilukada ... 71

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Provinsi Kalimantan Utara ... 31


(10)

(11)

xiii ABSTRAK

Pemilukada merupakan pesta demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Hal baru yang terjadi dewasa ini adalah kebijakan pemerintah tentang pilkada yang dilakukan serentak, untuk memilih pemimpin-pemimpin di daerah. Sementara itu suatu Provinsi baru terbentuk di daerah Kalimantan Utara. Menjadi menarik karena masyarakat akan untuk pertamakalinya memiliki Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara (Kaltara). Ini merupakan tantangan baru bagi masyarakat dan KPUD Provinsi melaksanakan pemilukada serentak. Akankah pemilukada berjalan dengan baik?.Karena hal itulah maka penulis mengambil judul skripsi “PenerapanPrinsip -Prinsip Good Governance dalam Pemilukada Serentak Tahun 2015 (Studi Kasus Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara)”.Skripsi ini merupakan studideskriftifmengenaipenyelenggaraKomisiPemilihanUmum Daerah (KPUD) Provinsi Kalimantan Utara yang respondennya diambil di Ibu Kota Provinsi Tanjung Selor dari berbagai kalangan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriftif artinya penulis dapat mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya dari pendapat responden mengenai penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara pada tahun 2015. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil penelitan yang didapat menunjukan bahwa penerapan prinsip good governance dalam pemilukada di Kalimantan Utara sudah terlaksana dengan baik. Hasil ini didapat atas hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden dengan mayoritas jawaban merasa puas, meski terjadi konflik setelah pemungutan suara oleh pihak yang merasa cemburu. Namun respondenmerasa KPUD sangat tegas (46.6%) dan tegas (43.3%) dalam menindak tegas aksi tindakan anarkis. Dilihat juga dari pandangan responden sebanyak (83.3%) merasa KPUD memadai.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan prinsip good governance telah terlaksana secara keseluruhan meski terjadi tindakan anarkis setelah pemungutan suara dan semoga bias dijadikan pelajaran berharga dan mengarah kepada perkembangan yang lebih baik lagi. Saran bagi pihak-pihak di Kalimantan Utara baik penyelenggara, peserta, dan pemilih harus lebih mementingkan rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air Indonesia tercinta.


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan Umum adalah pasar politik tempat individu/masyarakat berinteraksi melakukan kontrak sosial antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih. Setelah melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan politik melalui media cetak maupun elektronik serta media lainnya spanduk, pamplet, serta selebaran bahkan antar pribadi yang berbentuk tatap muka dan dalam kesempatan kesempatan lainnya berhadapan dengan publik seperti debat calon yang dapat saling tanya jawab dengan calon lain serta masyarakan langsung, serta menyampaikan janji janji politik, ideologi, keunggulan-keunggulan masing masing calon guna meyakinkan pemilih. Pemilihan Umum di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen ke empat UUD 1945 pada tahun 2002, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (pilpres), yang semula dilakukan MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat.

Pemilukada Serentak Nasional tahun 2015 merupakan pemilihan kepala daerah yang dilakukan serentak berdasarkan UU No. 8 tahun 2015 Tentang Perubahan Atas UUNo. 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah


(13)

2 Pengganti UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang Undang. Pada pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa “Pemilihan dilaksanakan setiap 5 (lima) Tahun sekali di seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia” dan pada pasal 201 ayat 1 disebutkan bahwa “Pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Serta Walikota dan Wakil Walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 dan bulan Januari sampai dengan Juni tahun 2016 dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang sama pada bulan Desember tahun 2015”

Gubernur adalah jabatan politik di Indonesia, merupakan kepala daerah untuk wilayah Provinsi. Gubernur dipilih bersama pasangannya dalah satu paket pasangan yang dipilih secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat untuk masa jabatan 5 tahun. Sehingga hal ini Gubernur bertanggung jawab pada rakyat. Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih kemudian dilantik oleh presiden dan dapat pula dilantik oleh Mentri Dalam Negeri atas nama Presiden. Selain itu Gubernur juga berkeedudukan sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi bersangkutan. Sehingga dalah hal ini, Gubernur bertanggung jawab pada Presiden. Dan kewenangan Gubernur diatur dalam UU No 32 Tahun 2004 dan PP No 19 Tahun 2010. Pada dasarnya, Gubernur memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD provinsi.

Adapun peserta pemilu yaitu kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik,


(14)

3 atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Provinsi. Dan yang dimaksud partai politik tersebut yaitu organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Serta pemilih adalah penduduk yang berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar dalam pemilihan.

Penyelenggara Pelimukada serentak nasional adalah Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU merupakan lembaga peyelenggara pemilihan umum sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai penyelenggara pemilihan umum yang diberikan tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan Pemilihan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang. Adapun KPU Provinsi adalah penyelenggara pemilihan umum sebagaimana dimaksud undang-undang yang diberikan tugas menyelenggarakan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

KPU merupakan lembaga independen, memiliki kewenangan untuk mengatur mekanisme jalannya pemilu. Begitu juga dengan KPU Provinsi Kalimantan Utara dalam menjalankan tugasnya independen. Maka terkait penyelenggaraan pilkada


(15)

4 Kalimantan Utara yangdijadwalkan pada tanggal 9 Desember 2015. Merupakan sejarah baru bagi KPU Provinsi Kalimantan Utara dan masyarakat di Kalimantan Utara dalam penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang pertama. Tingkat partisipasi masyarakatnya yang begitu besar yang disertai harapan kepada daerah yang baru terbentuk tahun 2012 untuk memajukan dan mensejahterakan daerah Kalimantan Utara. Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur pertama Kaltara diikuti dua pasang calon dan bakal menjadi persaingan sengit.

Adapun Provinsi Kalimantan Utara merupakan wilayah administrasi yang baru terbentuk melalui Rapat Paripurna DPR pada 25 Oktober 2012 lalu disahkan menjadi undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2012 resmi terbentuk Provinsi Kalimantan Utara sebagai provinsi ke 34 di Indonesia. Menjadi menarik untuk melihat penyelenggaraan pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur pertamakalinya di provinsi termuda Indonesia saat ini.

Upaya untuk mewujudkan pesta demokrasi yang baik seperti yang diharapkan oleh semua pihak, pemerintah sebagai penyelenggara, rakyat sebagai pemilih dan kandidat sebagai peserta. Maka Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sebagai badan pemerintahan yang bertanggung jawab menjalankan tugas penyelenggaraan pemilukada harusnya menjadi good governance sebagai upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan untuk mengukuran kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani dan dilindungi.


(16)

5 Good Governance mempunyai kedudukan yang sangat strategis dan menentukan bagi terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien dan akuntable. Patut disadari bahwa prinsip-prinsip good governance harus selalu ada menjadi prinsip pemerintah dan diimplementasikan dalam setiap penyelenggaraan tugas pemerintah.

Upaya penerapan prinsip good governancetidak hanya komitmen dari pemerintah saja tapi juga dibutuhkan komitmen dari masyarakat secara bersama-sama agar terciptanya good governance itu sendiri. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa penelitian ini akan melihat bagaimakah penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur di Provinsi muda Kalimantan Utara. Mengingat luasnya aspek prinsip good governance dan keterbatasan penulis untuk memahami, maka dalam penelitian ini penulis hanya mengambil beberapa prinsip-prinsip good governance, khususnya prinsip partisipasi, responsibilitas, transparansi, kesetaraan, dan menerapan hukum. Penulis memiliki alasan tersendiri mengapa kelima prinsip good governance yang dipilih dalam penelitian ini.

Prinsip partisipasi menjadi penting untukmengetahui keterlibatan pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pemilukada yang pertama di Kalimantan Utara. Prinsip responsibilitas menjadi tolak ukur yang strategis dalam mengetahui bagaimana penyelenggara pemilukada menanggapi kebutuhan, keluhan dan menyelesaikan persoalan masyarakat sebagai pemilih. Prinsip transparansi


(17)

6 mempunyai posisi penting dalam penyelenggaraan pemilukada dimana dua pihak saling berlomba memperebutkan kekuasaan, penyelenggara harus membangun kepercayaan masyarakat yang sedang dalam kondisi sensitif agar tidak menimbulkan praduga takbersalah kepada pemerintah.

Prinsip kesetaraan juga akan langsung dirasakan masyarakat sebagai pemilih yang datang untuk menggunakan hak suaranya, dimana penyelenggara harus memperlakukan secara setara dan tidak berat sebelah ke pihak manapun. Prinsip penerapan hukum sebagai pengawal jalannya penyelenggaraan pemilukada oleh pemerintah dalam hal ini KPUD untuk mencegah hal-hal yang tidak di inginkan yang hanya akan merugikan masyarakat banyak di Kalimantan Utara.

Pilkada Gubernur Kalimantan Utara 2015 akan menjadi ajang perebutan kursi antara pasangan Irianto Lambrie-Udin Hianggio versus Jusuf SK-Marthin Bila.Pasalnya, hingga pukul 16.00 Wita, Selasa (28/6/2015) sore, tak satupun pasangan calon (paslon) yang menambah panjang daftar kontestan Pilgub Kaltara yang digelar serentak pada 9 Desember 2015.Siapa pemenangnya? Di atas angin, pasangan calon Irianto Lambrie-Udin Hianggio unggul. Pasangan mantan Pj Gubernur Kaltara dan mantan Walikota Tarakan itu diusung PKS, PDI-P, PAN, dan PBB plus sokongan kuat dari Partai Demokrat, Golkar, dan Gerindra. Menilik kursi di DPRD Kaltara, pasangan ini sudah mendapat 24 kursi dari 35 kursi yang ada.Namun segala kemungkinan bisa terjadi. Diusung empat partai politik masing-masing partai Hanura, Nasdem, PKPI, dan PKB, Jusuf SK-Marthin Bila akan


(18)

7 memberikan perlawanan sengit. Sebagai "pengadil laga", KPU sudah siap dengan berbagai regulasinya(TribunKaltim.co).

Dan dalam hasil pelaksanaanya hasil pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur diwarnai dengan ujuk rasa yang berakhir ricuh. KPU mengumumkan hasil Pilkada Gubernur Provinsi Kaltara yang dilaksanakan dalam Pilkada serentak 9 Desember lalu. Pasangan Jusuf SK - Marthin Billa meraih 127.184 suara, sedangkan pasangan calon Irianto Lambrie-Udin Hianggio meraih 143.592 suara. KPU pasangan calon Irianto Lambrie -Udin Hianggia sebagai pemenang Pilkada Provinsi Kaltara.

Masa pendukung pasangan calon yang tidak puas dengan hasil pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara melakukan unjuk rasa hingga pada puncaknya menimbulkan kerusakan. Unjuk rasa menolak penetapan pasangan calon Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie-Udin Hianggio oleh KPU stempat, berakhir anarkis. Massa pendukung pasangan yang kalah, Jusuf SK - Marthin Billa, merusak dan membakar bangunan Badan Kepegawaian Daerah Pemprov Kaltara. Dua unit mobil ikut dibakar (TribunKaltim.co).

Sehingga sempat menimbulkan kekhawatiran ditengah-tengah masyarakat, namun keadaan berangsur-angsur membaik. Cukup menarik bagi penulis untuk membahas Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara mengingat ini merupakan hal yang baru di Kaltara, harapan masyarakan yang besar, dan segala dinamikanya yang terjadi.

Dengan demikian penulis ingin menyuguhkan judul skripsi Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pemilukada Serentak Tahun 2015.


(19)

8 B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan dapat dirumuskan sebagai beritkut:

1. Bagaimana cara untuk mewujudkan partisipasi, responsibilitas, transparansi, kesetaraan, dan penerapan hukum dipemilukada serentak Kaltara?

C. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan penelitian penulis tentukan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mewujudkan partisipasi, responsibilitas, transparansi, kesetaraan, dan penerapan hukum dipemilukada serentak Kaltara.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah keilmuan atau wawasan dalam mengembangkan cara pelaksanaan pemilukada dengan baik.

2. Diharapkan dapat menjadi khasanah keilmuan yang bermanfaat bagi perkembangan demokrasi di Indonesia kedepan.


(20)

9 E. Kerangka Pemikiran

1. Good Governance dan Clean Government

Menurut Inu Kencana sejak mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore menganjurkan menbaca buku Reinventing Government karangan David Osborne dan Ted Geabler maka kata-kata Good Governance sangat populer, seakan akan inilah pemerintahan paling melayani di dunia. Government berasal dari kata to govern (Dalam Bahasa Inggris), yang berarti memerintah atau menyuruh. Artinya, memerintah berbuat yang baik dan benar, itulah sebabnya kepala pemerintahan pada tingkat provinsi di Indonesia disebut Gubernur mirip kata Government. Pemberian akhiran ance dan akhiran ment disesuai dengan tata bahasa Inggris (2013: 162).

Pembicaraan tentang Good Governance dan Cleant Government identic dengan membicarakan desentralisasi dan sentralisasi bahkan adalah juga sama dengan membicarakan pelayanan dan kekuasaan (2013: 162).

2. Pengertian Good Governance

Pemerintah atau government dalam bahasa inggris diartikan sebagai : the authoritative direction and administratation of the affairs of men/women in nation, state, city, etc. Dalam bahasa Indonesia berarti : pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah Negara, Negara bagian, atau kota dan sebagainya. Sedangkan pemerintahan atau governance dalam bahasa inggris berarti : the act, fact manner of governing yaitu : tindakan, fakta, pola dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan (Sedarmayanti, 2010: 274). Dengan demikian


(21)

10 governance adalah suatu kegiatan atau proses sebagaimana dikatakan Kooiman bahwa Governance lebih merupakan : “…serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut” (Sedarmayanti, 2010: 274).

Menurut Budi Wiyoto Word Bank mengatakan good governance sebagai penyelenggaraan management pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrative, menjalankan prinsip anggaran, serta penciptaan legal and political fraLembaga administrasi Negara menyatakan good governance adalah sebagai penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan bertanggungjawab, serta efektif dan efisien dengan menjaga “sinergi” interaksi yang konstruktif diantara domain Negara, sector swasta dan masyarakat.me work bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Wiyoto, 2005: 18).

Leach & Percy-Smith menyatakan bahwa government mengandung pengertian politisi dan pemerintahlah yang mengatur, melakukan sesuatu, memberikan pelayanan, sementara sisi lain dari ‘kita’ adalah penerima yang pasif. Sementara governance meleburkan perbedaan antara “pemerintah” dan “yang diperintah”, kita semua adalah bagian dari proses governance (Sumarto, 2009: 2).

Budi Wiyoto mengatakan “good dalam good governance mengandung dua pengertian, yaitu; pertama, mengandung makna tentang orientasi ideal Negara yang


(22)

11 diarahkan pada pencapaiaan tujuan Negara. Berorientasi pada nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai kemandirian, pembangunan berkelanjutan, keadilan social, demokratisasi dalam berkehidupan bernegara seperti legitimasi, akuntabilitas, perlindungan HAM, otonomi dan pemberdayaan masyarakat. Kedua, mengandung makna tentang aspek-aspek fungsional pemerintahan yang efektif dan efisien, atau pemerintah yang berfungsi ideal, yaitu mampu berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan nasional” (Wiyoto, 2005: 17).

3. Pilar Good Governance

Konsep good governance adalah seluruh rangkaian proses pembuatan yang mensinergikan pencapaian tujuan tiga pilar good governance, yaitu pemerintah sebagai good public governance, masyarakat dan dunia usaha swasta sebagai good corporate governance.

State (Negara)


(23)

12 Tiga pilar good governance adalah pertama, pemerintah berperan dalam mengarahkan, memfasilitasi kegiatan pembangunan. Selanjutnya pemerintah juga memiliki peran memberikan peluang lebih banyak kepada masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan pembangunan. Kedua, swasta berperan sebagai pelaku utama dalam pembangunan, menjadikan saha sektor non pertanian sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, pelaku utama dalam menciptakan lapangan kerja, dan kontributor utama penerimaan pemerintah dan daerah. Ketiga, masyarakat berperan sebagai pemeran utama (bukan berpartisipasi) dalam proses pembangunan, perlu pengembangan dan penguatan kelembagaan agar mampu mandiri dan membangun jaringan dengan berbagai pihak dalam melakukan fungsi produksi dan fungsi konsumsinya, serta perlunya pemberdayaan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas produksinya.

Pertama, negara/pemerintah: konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan atau pemerintah daerah untuk menjalankan tugas kenegaraan yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. Kedua, sektor swasta: pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal. Ketiga, masyarakat: kelompok masyarakat dalam kontek kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau ditengah-tangah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinterkasi secara sosial politik, dan ekonomi.


(24)

13 4. Good Governance di Indonesia

Pelaksanaan Good Governance yang baik adalah bertumpu pada tiga pilar yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat, ketiga pilar tersebut harus bekerja secara sinergis, yang berarti setiap pilar diharapkan mampu menjalankan perannya dengan optimal agar pencapaian tujuan berhasil dengan efektif. Pemerintah berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif ; swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan sedangkan masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi , politik termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik.

Melalui regulasi sejak tahun 1999 setelah reformasi dilaksanakan terbitlah banyak UU yang mengatur dan menjadi bagian dalam implementasi good governance di Indonesia, diantaranya UU tentang Hak Asasi manusia, UU penyelenggara Negara yang bebas dari KKN kemudian Undang-undang tentang desentralisasi Pemerintahan daerah yang didalamnya diatur tentang tatacara pemilihan kepala daerah. Artinya kepala daerah harus sudah memaparkan Visi misi dalam melaksanakan pemilihan Pemilihan umum kepala daerah, UU tentang Keuangan Negara hingga akuntabilitas penyelenggaraan Negara. Misal Departemen/kementrian dan lembaga serta organisasi pemerintah daerah harus sudah membuat laporan akuntabilitas kinerja (LAKIP) sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Di dalam Lakip ada juga dijabarkan Visi dan misi hingga program kegiatan yang menjadi tujuan organisasi dalam 5 tahun. Selanjutnya dengan UU nomor 25 tahun 2004 mulai


(25)

14 disusun Rencana Jangka Panjang mulai Nasional hingga daerah selama 20 tahun, Rencana Jangka Menengah selama 5 tahun dan Rencana Jangka Pendek selama 1 tahun pada setiap level pemerintahan.

Pada perkembangannya kemudian hingga tahun 2010 ini, telah banyak dikeluarkan aturan dalam rangka melengkapi praktek-pratek pelaksanaan good governance misalnya UU tentang kebebasan informasi Publik dengan membentuk Komisi informasi publik, UU tentang Lingkungan hidup hingga mulai menerapkan proses pasar bebas dimulai dari ASEAN hingga dengan China (ACFTA).

Prinsip Good Corporate Governance dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan semua pihak yang berhubungan dengan perusahaan (stakeholders). Diharapkan hal ini akan segera bisa dirumuskan lebih lanjut dan diterapkan dalam semua perusahaan, karena pengakuan public terhadap perusahaan yang berkualitas termasuk penerapan GCG dalam sistemnya dapat diakui keberadaannya kedepan.


(26)

15 5. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance

Penyelenggaraan pemerintah ditunjukan untuk menciptakan fungsi pelayanan yang baik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan telah terjadi pergeseran paradigm dari government menjadi good governance. Dalam rule government penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan public senantiasa menyandarkan pada peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan dalam good governance tidak hanya terbatas pada penggunaan peraturan perundangan saja, melainkan dikembangkan pula dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance yang tidak dilakukan saja oleh pemerintah, tetapi juga harus melibatkan masyarakat dan sector swasta.

Dari aspek pemerintahan, good governance dapat dilihat melalui beberapa aspek, yaitu:

a. Hukum/kebijakan ditunjukan pada perlindungan social, politik dan ekonomi.

b. Kompetensi administrasi dan transparansi. Kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuaan penyederhanaan organisasi, penciptaan iklim disiplin dan model administrasi dan keterbukaan informasi.

c. Desentralisasi. Desentralisasi regional dan dekonsentrasi departemen. d. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar,


(27)

16 deregulasi dan kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan makro ekonomi (Sedarmayanti, 2010: 281).

UNDP menyatakan bahwa karakteristik goog government meliputi:

a. Interaksi, melibatkan 3 mitra besar : pemerintah, sektor swasta dan masyarakat madani untuk melaksanakan pengelolaan sumberdaya ekonomi, social dan politik.

b. Komunikasi, terdiri dari sistem jejaring dalam proses pengelolaan dan kontribusi terhadap kualitas hasil.

c. Proses penguatan sendiri. Sistem pengelolaan mandiri adalah kunci keberadaan dan kelangsungan keteraturan dari berbagai situasi kekacauan yang disebabkan dinamika dan perubahan lingkungan, memberi kontribusi terhadap partisipasi dan mengalakkan kemandirian masyarakat dan memberikan kesempatan untuk kreativitas dan stabilitas berbagai aspek kepemerintahan yang baik.

d. Dinamis, keseimbangan berbagai unsur kekuatan kompleks yang menghasilkan persatuaan, harmoni dan kerjasama untuk pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan, kedamaian dan keadilan dan kesempatan merata disemua sektor untuk masyarakat madani.

e. Saling ketergantungan yang dinamis antara pemerintahan, kekuatan pasar dan masyarakat madani (Sedarmayanti, 2010: 282).


(28)

17 Dengan melihat karakteristik tersebut diatas, terlihat jelas bahwa kelima ciri tersebut mencerminkan terjadinya proses pengambilan keputusan yang melibatkan stakeholders, dengan tetap menerapkan prinsip good governance yaitu : partisipasi, transparansi, kesetaraan penegakan hokum, efektif dan efisien dan akuntabilitas. Prinsip-prinsip good gorenance pada dasarnya mengandung nila-nilai yang objektif dan rasional, apabila hal ini diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintah dengan konsisten, ini akan menjadi indikator atau tolak ukur pemerintahan yang baik.

Dengan demikian jelas bahwa wujud dari good governance adalah terlaksananya penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid, akuntable, efektif dan efisien dengan tetap menjaga hubungan yang konstruktif antar Negara, sektor swasta, dan masyarakat. Karena good governance meliputi sistem administrasi Negara, maka upaya mewujudkan good governance juga merupakan upaya melakukan penyempurnaan administrasi Negara yang berlaku pada suatu Negara. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih kongkret, berikut ini akan penulis kemukakan beberapa prinsip good governance menurut beberapa ahli dan berbagai peraturan perundangan.

United Nation Depelopment Programme (UNDP) menyatakan bahwa prinsip good governance meliputi :

a. Participation b. Rule of Law c. Trransparency d. Responsiveness


(29)

18 e. Consencus orientation

f. Equality

g. Effectiveness and Efficiency h. Accountability

i. Strategic Vision

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomer 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menyebutkan bahawa azas-azas good governance meliputi:

a. Kepastian hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara. b. Tertib penyelenggaraan Negara, yaitu mengutamakan keteraturan,

keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian dan penyelenggaraan Negara.

c. Kepentingan umum, yaitu mendahulikan kepentingan umum dengan cara yang aspiratif, dan akomodatif dan selektif.

d. Keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak azasi pribadi, golongan dan rahasia Negara.

e. Proporsionalitas, yaitu mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara.


(30)

19 f. Profesionalitas, yaitu mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode

etik dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

g. Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomer 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa prinsip-prinsip good governance adalah :

a. Profesionalitas b. Akuntabilitas c. Transparansi d. Pelayanan Prima e. Demokrasi f. Efisiensi g. Efektivitas

h. Supremasi Hukum

Pendapat lain mengatakan bahwa prinsip good governance antara lain :

a. Akuntabilitas b. Transparansi c. Keterbukaan


(31)

20 d. Kepastian Hukum

e. Jaminan

Dengan melihat prinsip-prinsip good governance tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip utama dari unsur good governance adalah :

a. Partisipasi, yaitu proses keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, baik dalam menentukan materi apa yang akan dibangun (perumusan dan pengambilan kebijakan), merencanakan, melaksanakan, melakukan pengawasan dan evaluasi dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

b. Transparansi, yaitu adanya kemudahan masyarakat mengakses imformasi, terbuka terhadap pengawasan, dan adanya keterbukaan dalam proses pelayanan publik maupun berbagai peraturan perundangan lainnya.

c. Supremasi hukum, yaitu adanya kerangka hokum yang diperlukan untuk menjamin hak warga Negara dalam menegakkan supremasi hukum oleh pemerintah.

d. Akuntabilitas, yaitu pertama, menyangkut pertanggungjawaban politik, misalnya adanya mekanisme pergantian pimpinan/pejabat secara berkala serta tidak adanya upaya membangun monoloyalitas secara sistematis. Kedua, pertanggungjawaban publik, yakni adanya pembatasan


(32)

21 e. Responsibilitas, yaitu daya tanggap proses yang dilakukan di setiap

institusi harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan.

f. Kesetaraan/Equity, yaitu semua warga Negara, tanpa memandang latar belakang mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.

Dengan penerapan prinsip-prinsip good governance, diharapkan upaya pemerintah dan masyarakat dalam menata kehidupan dan pelaksanaan demokrasi akan segera terwujud seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat madani.

6. Pemilu

Beberapa waktu yang lalu masyarakat Indonesia telah melaksanakan pemilu baik legislatif maupun eksekutif untuk menjalankan proses demokrasi. Apa sebenarnya pemilu? Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Amanat konstitusi tersebut untuk memenuhi tuntutan perkembangan kehidupan politik, dinamika masyarakat, dan perkembangan demokrasi yang sejalan dengan pertumbuhan kehidupan berbangsa dan bernegara.


(33)

22 Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses dimana para pemilih memilig orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa (Bastian, 2006: 371).

Pemilu menurut para ahli :

Menurut (Ramlan, 1992:181) Pemilu diartikan sebagaimekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai.

Menurut Harris G. Warren dan kawan-kawan, pemilu merupakan: “Elections are the accostions when citizens choose their officials and cecide, what they want the government to do. ng these decisions citizens determine what rights they want to have and keep” (Harianto, 1998: 81)

Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut “Pada hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara” (1974: 61).


(34)

23 Menurut Suryo Untoro “Bahwa Pemilihan Umum (yang selanjutnya disingkat Pemilu) adalah suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I dan Tingkat II (DPRD I dan DPRD II)” (1976: 34).

Menurut Prihatmoko Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti presiden, wakil presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai yang paling sederhana atau paling kecil yaitu kepala desa. Pada konteks lebih luas, pemilihan umum juga dapat berarti proses mengisi jabatan-jabatan tertentu. Pemilu merupakan salah satu usaha mempengaruhi rakyat secara persuasive (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan kemasyarakatan, komunikasi massa, lobbying, dan lain-lain”.

Ciri Negara yang demokrasi modern adalah melaksanakan suksesi kepemimpinan melalui cara yang konstitusional, cara konstitusional tersebut salah satunya adalah Demokrasi. Inu Kencana Syafiie merinci prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut, yaitu ; adanya pembagian kekuasaan, pemilihan umum yang bebas, manajemen yang terbuka, kebebasan individu, peradilan yang bebas, pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang berdasarkan hukum, pers yang bebas, beberapa partai politik, consensus, persetujuan, pemerintahan yang kostitusional, ketentuan tentang pendemokrasian, pengawasan terhadap administrasi Negara, perlindungan hak asasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan keahlian, adanya mekanisme politik,


(35)

24 kebebasan kebijaksanaan Negara, dan adanya pemerintah yang mengutamakan musyawarah.

Selanjutnya pembagian demokrasi dilihat dari segi pelaksanaan menurut Inu Kencana Syafiie terdiri dari dua model yaitu demokrasi langsung (directdemocracy) dan demokrasi tidak langsung ( indirect democracy).

Demokrasi langsung terjadi apabila rakyat mewujudkan kedulatannya pada suatu Negara dilakukan secara langsung. Pada demokrasi langsung lembaga legislative hanya berfungsi sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan, sedangkan pemilihan pejabat eksekutif (presiden, wakil presiden, gubernur, bupati dan walikota) dilakukan rakyat secara langsung melalui pemilu. Begitu juga pemilihan anggota parlemen atau legislative (DPR,DPD, DPRD) dipilih rakyat secara langsung.

Demokrasi tidak langsung terjadi bila untuk mewujudkan kedaulatannya rakyat tidak secara langsung berhadapan engan pihak eksekutif, melaikan melalui lembaga perwakilan. Pada demokrasi tidak langsung, lembaga parlemen dituntut kepekaan terhadap berbagai hal yang berkaitan tentang kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan pemerintah atau Negara. Dengan demikian demokrasi tiddak langsung disebut juga dengan demokrasi perwakilan.

Dari berbagai definisi dan pengertian tentang pemilihan umum diatas, dapat diambil suatu kesimpulan yang mendasar mengenai arti pentingnya pemilihan umum


(36)

25 sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu Negara yang menganut azas demokrasi. Pemilu dianggap sebagai sebuah lembaga dan proses politik demokrasi yang berfungsi mewujudkan kedaulatan melalui pemerintah perwakilan, sebab pemerintahan yang melalui pemilu tersebut berasal dari rakyat, dijalankan sesuai dengan kehendak rakyat, diabdiakan untuk kesejahtraan rakyat.

Arbi Sanit memberikan penjelasan panjang lebar mengenai pemilu yaitu dalam suatu pemilihan umum, masyarakat memunculkan para calon pemimpin dan menyaring calon-calon tersebut berdasarkan nilai yang berlaku sehingga ada pemimpin yang memperoleh pengukuhan dari masyarakat dapat merasakan partisipasinya dalam proses pemilihan kebijaksanaan dasar yang akan dilaksanakan pada periode berikutnya, melalui program para calon pemimpin yang ditawarkan didalam kampanye pemilu. Selain itu melalui pemilu anggota masyarakat memberikan kepercayaan kepada rezim pemerintah ddan sistem politik secara keseluruhan.

Apa yang dikemukakan oleh Arbi Sanit tersebut sesuai dengan fungsi-fungsi dan penyelenggaraan pemilu yang dilaksanakan di Indonesia. Pemilihan Umum dilaksanakan berdasarkan atas azas Demokrasi Pancasila dengan mengadakan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa pemilu merupakan perwujudan hak warga Negara Republik Indonesia untuk menyalurkan aspirasi yang berdasarkan Demokrasi Pancasila dalam


(37)

26 usaha untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk menjadi wakil rakyat baik DPD, DPR Pusat dan DPRD Kabupaten DPRD Provinsi.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu Negara yang menganut azas Demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik bagi warga Negara untuk memilih wakil-wakilnya yang akan meyuarakan dan menyalurkan aspirasi mereka.

Asaz Pemilihan Umum:

a. Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nurani, tanpa perantara.

b. Umum, yaitu pada dasarnya semua warga Negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-undang ini berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin sesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga Negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status social.

c. Bebas, yaitu setiap warga Negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa paksaan dari siapapun. Didalam melaksanakan haknya, setiap warga Negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.


(38)

27 d. Rahasia, yaitu dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh p[ihak manapun dan dengan jalan apapun, pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya diberikan.

e. Jujur, yaitu dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta memilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

f. Adil, yaitu dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilu danpeserta pemilu mendapat peralatan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Data

Metode penelitian yang penulis pakai adalah deskriptif kualitatif yaitu menuliskan dengan penguraian sejauh mana perkembangan temuan yang penulis lakukan untuk itu ada data yang akan penulis kumpulkan sebagai berikut:

a. Data Primer

Yaitu data yang sifatnya sangat subyektif karena berupa pendapat pribadi, responden yang disampaikan kepada peneliti secara langsung.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang sifatnya sudah obyektif karena diolah oleh pihak ketiga biasanya diperoleh dari jurnal, buku ilmiah, koran, dan monografi setempat.


(39)

28 2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif dimana menuliskan dengan penguraian sejauh mana perkembangan temuan yang penulis lakukan. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang di pertentangkan dengan penelitian kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. (Moleong, 2004:2)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan pengertian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pendangan mereka yang diteliti yang rumit. Definisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Dari kajian tentang definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2004:6)


(40)

29 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomene empiris. Penulis menggunakan data kuesioner yang mana dari teknik kuesioner dapat menyelidiki suatu masalah yang menyangkut kepentingan dan kebutuhan masyarakat umum dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun dan diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban yang jelas. Penulis memberikan kuaesioner dengan jawaban meliputi ranking sebagai berikut :

a. Sangat Memuaskan b. Memuaskan

c. Biasa Saja

d. Kurang Memuaskan e. Sangat Tidak Memuaskan

Ranking jawaban tidak akan diberikan bobot tetapi hanya dihitung berapa orang responden yang memilih setiap tingkat jawaban dan setelah dijumlah penulis mengetahui mayoritas jawaban.

Artinya adalah penulis dapat menuliskan (deskriftif) keadaan yang sebenarnya dari keinginan responden yang mewakili mayoritas penduduk, dalam hal ini peserta pemilukada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara.


(41)

30 4. Responden

Adapun sempel yang penulis ambil disesuaikan dengan maksud tujuan (purpose sampling), dengan demikian jumlahnya sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Responden

NO Kelompok Responden Jumlah

1 Petugas KPU 5

2 Anggota Partai 5

3 Aparatur Pemda 5

4 Petugas Keamanan 5

5 Mahasiswa 5

6 Ibu Rumah Tangga 5


(42)

31 G. Definisi Konsep dan Oprasional

Sebelum membuat daftar pertanyaan penulis akan menentukan istrumen yang dibuat berdasarkan definisi konsep dan oprasional.

Tabel 1.2

Definisi Konsep dan Oprasional

NO Definisi Konsep Operasional Instrumen Kuesioner

1 Good Governance Partisipasi Partisipasi memilih Kuesioner 1 Partisipasi kampanye Kuesioner 2 Pengawalan pilkada Kuesioner 3 Menangkap aspirasi Kuesioner 4

Responsibilitas Menanggapi kebutuhan Kuesioner 5 Menanggapi keluhan Kuesioner 6 Menyelesaikan persoalan Kuesioner 7 Transparansi Akses informasi Kuesioner 8 Keterbukaan aparatur Kuesioner 9 Keterbukaan dana Kuesioner 10

Sosialisasi Kuesioner 11

Kesetaraan Perlakuan setara Kuesioner 12 Penerapan Penyalahgunaan wewenang Kuesioner 13


(43)

32

Hukum Tindakan anarkis Kuesioner 14

2 Pemilukada Serentak Penyelenggara Figgur penyelenggara Kuesioner 15

Pemilih Faktor Parpol Kuesioner 16

Faktor kandidat Kuesioner 17 Faktor isu kebijakan/janji

politik


(44)

33 BAB II

DESKRIPSI WILAYAH A. Sejarah Provinsi Kalimantan Utara

Wilayah yang menjadi provinsi kaliamntan utara merupakan bekas wilayah Kesultanan Bulungan. Kesultanan Bulungan pernah menguasai wilayah pesisir yang terdiri dari beberapa daerah yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan Tawau (Sabah sekarang) yang di dalamnya terdapat bermacam-macam suku.Kesultanan Bulungan didirikan pada tahun 1731. Raja pertama adalah Wira Amir yang bergelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras yang bergelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).

Kesultanan Bulungan sepakat untuk bergabung dengan Indonesia di bawah kesepakatan Konvensi Malinau yang dihadiri seluruh raja-raja nusantara pada 7 Agustus 1949. Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Kerajaan Belanda, wilayah Bulungan menerima status sebagai Wilayah Swapraja Bulungan atau "wilayah otonom" di Republik Indonesia pada tahun 1950, yaitu Daerah Istimewa setingkat kabupaten pada tahun 1955. Sultan terakhir, Jalaluddin, meninggal pada tahun 1958. . Atas tuduhan makar dan akan bergabung dengan Malaysia yang sampai sekarang tidak terbukti, maka Kesultanan Bulungan dihapuskan secara sepihak pada tahun 1964 dalam peristiwa berdarah, pembakaran dan pembantaiian pada Kesultanan Bulungan yang dikenal sebagai Tragedi Bultiken (Bulungan, Tidung, dan Kenyah)


(45)

34 dan wilayah Kesultanan Bulungan hanya menjadi kabupaten yang sederhana di bawah Kalimantan Timur.

Seiring berjalanya waktu Kabupaten Bulungan dimekarkan menjadi beberapa wilayah otonom baru yaitu Kab. Nunukan, Kab. Malinau, KTT (Kabupaten Tana Tidung) dan Kota Tarakan. Masyarakat Kalimantan Utara merasa tertinggal jauh baik dari segi pembangunan insfrastruktur, pendidikan, dan kemasyarakatan dari daerah lain. Dengan semangat untuk memajukan kualitas hidup masyarakat daerah, mulai timbul wacana pembentukan Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2000. Dengan perjuangan yang panjang Provinsi Kalimantan Utara secara resmi terbentuk sejak ditandatanganinya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara pada tanggal 16 November 2012 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

RUU pembentukan Provinsi Kalimantan Utara ini sebelumnya telah disetujui oleh Rapat Paripurna DPR pada 25 Oktober 2012 untuk disahkan menjadi undang-undang (UU). Sejak terbit UU No. 20 Tahun 2012 maka resmi terbentuk Provinsi Kalimantan Utara sebagai provinsi ke 34 di Indonesia. Pada tanggal 22 April 2013 Penjabat Gubernur Kalimantan Utara yaitu Irianto Lambrie dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di Jakarta.Pada saat dibentuknya, wilayah Kaltara terbagi 5 wilayah administrasi yang terdiri atas 1 kota dan 4 kabupaten yakni Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabubaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung. Seluruh wilayah tersebut sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kalimantan Timur. Berdasarkan bunyi Pasal 7 Undang-Undang Nomor


(46)

35 20 Tahun 2012, Kaltara beribukota Tanjung Selor yang berada di Kabupaten Bulungan.

Kalimantan Utara pertama kali menyelenggarakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada Desember 2015, yang sebelumnya dijabat oleh PJ Gubernur. Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih pertama Kaltara adalah H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio.

B. Letak Wilayah

Provinsi Kalimantan Utara merupakan Provinsi ke-34 di Indonesia dan merupakan provinsi termuda dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia.

Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari 4 Kabupaten 1 Kota yaitu : 1. Kabupaten Bulungan

2. Kabupaten Malinau 3. Kabupaten Nunukan 4. Kabupaten Tana Tidung 5. Kota Tarakan


(47)

36 Gambar 2.1


(48)

37 Batas Utara : Negara Malaysia Bagian Sabah, Batas Selatan : Kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Kutai Kertanegara Kan Kab. Berau Prov Kaltim, BatasTimur : Laut Sulawesi, Batas Barat : Negara Malaysia Bagian Serawak.

Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, tepatnya dengan Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia.

Untuk daerah daratan terdapat + 1.038 km garis perbatasan antara Provinsi Kalimantan Utara dengan Negara Malaysia.

Luas wilayah adminsitratif : ± 75.467,70 Km2, terdiri dari : 1. Kabupaten Bulungan : + 13.925,72 Km2

2. Kabupaten Nunukan : + 13.841,90 Km2 3. Kabupaten Malinau : + 42.620,70 Km2 4. Kabupaten Tana Tidung : + 4.828,58 Km2 5. Kota Tarakan : + 250,80 Km2

Provinsi Kalimantan Utara saat pemekaran pada tanggal 25 Oktober 2012 saat UU No. 20 Tahun 2012 ditetapkan memiliki 38 kecamatan yang terdiri dari :

1. Kabupaten Bulungan : 10 Kecamatan 2. Kabupaten Malinau : 10 Kecamatan 3. Kabupaten Nunukan : 12 Kecamatan 4. Kabupaten Tana Tidung : 12 Kecamatan 5. Kota Tarakan : 12 Kecamatan


(49)

38 Selama kurun waktu + 1 (satu) tahun sampai dengan Oktober 2013 jumlah kecamatan dan desa mengalami pemekaran menjadi 47 kecamatan dan 473 desa/ kelurahan :

1. Kabupaten Bulungan : 12 Kecamatan 2. Kabupaten Malinau : 12 Kecamatan 3. Kabupaten Nunukan : 12 Kecamatan 4. Kabupaten Tana Tidung : 12 Kecamatan 5. Kota Tarakan : 12 Kecamatan

C. Gambaran Demografis

Pada saat terbitnya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2012 jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara berjumlah + 692.163 jiwa, dengan kepadatan penduduk + 10 Jiwa/Km.Saat ini (Awal November 2013) setelah terbentuk dan berjalannya roda Pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara selama kurun waktu + 1 (satu) tahun sejak di ditetapkannya UU No, 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, maka terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 30.842 jiwa atau sebesar 4,45 % jiwa sehingga jumlah penduduk menjadi sebanyak 723.005 jiwa, dengan rincian sebagai berikut :

1. Kabupaten Bulungan : + 150.997 jiwa 2. Kabupaten Malinau : + 83.339 jiwa 3. Kabuapaten Nunukan : + 220.257 jiwa 4. Kabupaten Tana Tidung : + 28.439 jiwa 5. Kota Tarakan : + 239.973 jiwa


(50)

39 D. Visi Dan Misi

1. Visi

Berpadu Dalam Kemajemukan Untuk Mewujudkan Kaltara 2020 Yang Mandiri, Aman Dan Damai Dengan Didukung Pemerintahan Yang Bersih Dan Berwibawa.

2. Misi Mandiri

a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

b. Meningkatkan daya saing ekonomi rakyat berbasis agroindustri, pariwisata, dan pertambangan yang berkelanjutan.

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil, berakhlak mulia, serta berdaya saing tinggi.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil, berakhlak mulia, serta berdaya saing tinggi.

e. Meningkatkan interkonektivitas antardaerah dan dengan negara tetangga. Aman dan Damai

a. Menjaga kedaulatan negara dan keutuhan NKRI. b. Membangun daerah perbatasan yang aman.

c. Memberantas berbagai transaksi dan bisnis illegal. Pemerintah Yang Bersih dan Berwibawa

a. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertkompeten. b. Menjadi pelayan masyarakat dalam pelayanan publik.


(51)

40 c. Meningkatkan kualitas pendididkan, pelayanan kesehatan, perijinan, dan

kependudukan yang bebas suap dan gratifikasi. E. Budaya di Kalimantan Utara

Penduduk Provinsi Kalimantan Utara adalah heterogen (majemuk) yang terdiri dari berbagai Suku dan Budaya. Secara garis besar penduduk Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari :

1. Budaya Bulungan

Bulungan adalah suku yang tersebar mendiami daerah di Kalimantan Utara dan juga mempunyai tutur bahasa sendiri yaitu bahasa Bulungan. Suku ini memeliki ciri khas budaya melayu dilihat dari pakaian adatnya dan kepercayaan agama islam yang dianut turun temurun, dilihat dari sistem kesultanan yang dulu berjaya yang pusatnya di Tanjung Palas dengan semua sultan memeluk agama islam. Nama Bulungan lalu di jadikan nama daerah administrasi yaitu Kabupaten Bulungan dengan ibu kota Tanjung Selor (di sebrang Tanjung Palas) yang di dalamnya terdapat berbagai macam suku lain yang mendiami baik pribumi maupun pendatang.

2. Budaya Dayak

Budaya Dayak suka berbagi kemujuran dengan sesamanya. Daging binatang hasil buruan, beberapa jenis hasil tani dan hasil hutan yang mereka peroleh seringkali dibagi-bagikan kepada sesama secara cuma-cuma. Budaya Dayak punya rasa hormat yang tinggi kepada alam lingkungan hidupnya. Pada beberapa subsuku Dayak terdapat adapt yang melarang warga membuat lading digunung tertentu, daerah sekitar alur sungai dan “tembawang”, disertai sanksi-sanksi yang bersifat sakral.Bagi


(52)

41 orang Dayak, musuh yang dikenal hanyalah musuh yang menyerang mereka secara fisik. Oleh sebab itu orang lain yang datang untuk menghabisi hutan, menggunduli gunung, atau merusak sungai dilingkungan hidup mereka tidak mereka identifikasikan sebagai musuh, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk melawan penjahatnya. Karena itulah terjadi ilegal loging yang banyak di daerah hutan Kalimantan. Suka merendahkan diri dengan bersikap low profile,tidak pandai menawarkan jasa dengan mempertontonkan keterampilan atau kebolehannya.Mudah tersinggung dalam hal-hal yang menyangkut suku dan adapt istiadatnya. Perasaan terhina bisa menjadi motivasi yang kuat bagi mereka untuk bertindak, hal ini punya dampak baik untuk persatuan dalam suku Dayak yang memiliki prinsip solidaritas yang tinggi tetapi juga ada sisi lain yaitu juga ada provokator yang memanfaatkan situasi untuk menunggangi kepentingan tertentu termasuk kepentingan politik golongan.

3. Pendatang a. Budaya Jawa

Budaya jawa terkenal dengan ketabahan yang tinggi bahkan juga ulet. Halini cenderung dikalangan suku lain seperti kepasrahan yang fatalis karena dipengaruhi oleh kulturnrimo, bahkan untuk meniadakan kesombongan mereka memakai istilah ojo dumeh (jangan mentang-mentang).

Apabila menghormati orang yang dituakan lalu mangangkat seluruh jasa-jasanya dan mengubur dalam-dalam segala kesalahanya, maka mereka memakai istilah mikul nduwur mendem jero (memikul tinggi-tinggi, mengubur dalam-dalam).


(53)

42 Untuk menguatkan kebersamaan mereka memakai istilah mangan ora mangan pokoke ngumpul (makan tidak makan pokoknya berkumpul). Dalam memantapkan kehati-hatian pekerjaan mererka memakai istilahalon alon waton kelakon (pelan pelan asal tercapai). Dalam merendahkan diri dan mengurangi kesewenengan bertindak mereka memberi istilah ngono ya ngono ya ojo ngono. Hal ini sejalan dengan usaha bertata karma walaupun kepada mereka yang dikalahkan dengan istilah ngulruk tanpa bolo, digdaya tanpa aji aji, menang tanpa ngerosake.

Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dalam pemerintahan karena masyarakat Jawa lebih Nrimo untuk menghadapi penguasa sehingga feodalistik pemerintahan berkembang, pemerintahan Negara menikmati pelayanan ramah orang Jawa tersebut.

b. Budaya Minangkabau

Budaya partisipan diangkat dari ranah Minangkabau, yaitu mengapa orang padang terkenal ulet bersilat lidah dan tidak mau mengalah. Hal ini karena dalah berpepatah dan berpetitih dari dulu mereka memiliki filsafat hidup.

Dalam mempertahankan gengsi dan persamaan derajat mereka mengatakan tagak samo tinggi, duduak sama rendah (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Dalam mengelola kehidupan mereka berpedoman nak mulia batabua urai, nak tuah tagak di nan manang, nak cadiak sungguah baguru, nak kayo kuek mencari (artinya kalau ingin mulia hendaknya banyak pengorbanan, kalu ingin kelihatan sakti hendaknya berpihak pada yang pasti menang, kalau ingin cerdas hendaknya belajar, dan kalau ingin kaya hendaknya tentu berjuang).


(54)

43 Untuk memanfaatkan tenaga kerja mereka mengatakan bahwa nan buto paambuaih lasuang, nan pakak palapeh badia, nan lumpuah pauni rumah, nan binguang disuruah-suruah, nan kuwek pembao baban, nan cadiak lawan barundiang (artinya yang buta untuk meniup lesung, yang tuli untuk meniupkan bedil, yang lumpuh untuk menjaga rumah, yang bodoh untuk diperintah, yang kuat untuk membawa beban, yang cerdas untuk lawan berunding).

Hal ini sejalan dengan peredaman emosi antusiasme, yaitu mamanjang serantang tangan, memikua sekewek bahu, malampem saayun langkah, bakato sepanjang aka (artinya kalau ingin mengukur semampunya, memikul beban semampu badan, melompat sekuat ayunan langkah, kalu berbicara yang masuk akal).

Bagi penyesuaian diri mereka berkata bahwa bakato di bawah-bawah, mandi di ilia-ilia (artinya berkata hendaklah merendah dan mandi hendaklah di hilir). Hal ini tepat untuk mempertahankan prinsip, yaitu baa diurang baitu pulo diawak, talunjuk luruih kallingkiang bakaik (artinya bagaimana orang lain begitu pula hendaknya kita, telunjuk lurus kelingking berkait).

c. Budaya Sunda

Dalam leluhur Sunda beredar cerita Dayang Sumbi, yang identic dengan kisah oidiphus Complex, hanya bedanya di tanah Sunda ditekankan pada kecantikan sang ibu yang selalu terawatt tubuhnya karena banyak memakan sayur-sayuran. Sampai saat ini masih terjaga di Tanah Parahiyangan untuk memakan dedaunan mentah guna menjaga kulit wanita. Inilah yang menjadi baya tarik pariwisata dari segi makanan.


(55)

44 Istilah-istilah dalam perkawinan seperti manggih kaya (numpang kaya) dan nyalindung ka gelung (berlindung pada orang perempuan) dijadikan sindiran kepada kaum laki-laki yang miskin. Hal inimenjadikan berkembangnya unsur materialistic, tetapi kemudian sebaliknya menyebabkan banyaknya orang Sunda yang menikah dengan wisatasan asing.

Dampak selanjutnya karena tingginya kepercayaan agama orang Sunda, maka pernikahan dengan orang asing tidak bertahan lama karena putri Sunda tidak berkenan dibawa ke negeri seberang meninggalkan orang tuanya. Resikonya kawin cerai jadi semarak, bahkan tidak menutup kemungkinan adanya kawin kontrak bagi pekerja yang bertugas tahunan berada di tanah Parahiyangan ini. Dalam pemerintahan, orang Sunda tepat diletakan sebagai staf karena pengabdiannya tinggi kepada pemerintah.

d. Budaya Bugis-Makassar

Sebenarnya, antara suku Bugis dan suku Makassar terdapat perbedaan yang mencolok, namun kesamaanya lebih besar dari perbedaanya dilihat dari persepsi orang lain diluar suku ini.

Sebagai pelaut suku ini sering bertebal muka dengan orang lain, namun untuk prinsip tertentu akan bersifat fatal. Hal ini karena mereka memiliki budaya siri sebagai penebus rasa ketersinggungan, yaitu bila harkat keberadaan dirinya terinjak. Misalnya dalam menjaga anak perawan mereka.

Siri berakibat hilangnya nyawa orang lain, untuk itu tidak diperlukan pandai bersilat karena tantangannya berkelahi di dalam sarung dengan badik terhunus, tetapi


(56)

45 Siri juga dapat saja berpengaruh positif karena rasa kekeluargaan yang besar. Apalagi bila seorang Bugis-Makassar merantau, maka sangat kental rasa tolong-menolong antara mereka bahkan dengan orang lain yang dianggapnya keluarga.

Hubungannya dengan keberadaan pemerintahan, pola piker suku ini membawa dampak mudahnya pembiayaan pemerintahan, seperti dana kampenye dan lain-lain. Para anggota akan dijamu secara sportif tanpa menghitung berapa banyak kelelahan (moril) dan keuangan (material) yang dikeluarkan suku Bugis-Makassar ini.

e. Budaya Manado

Masyarakat Kawanua cenderung terkenal paling moderat di kawasan tanah air ini. Hal inilah yang membuat orang Manado lebih supel ketimbang suku-suku lain sehingga gampang bergaul. Ini sangat penting dalam keberadaanya sebagai tuan rumah dalam kepariwisataan. Kawanua berarti kekerabatan, konco atau masyarakat paguyuban itu sendiri. Di daerah ini, eksistensi kaum wanita sudah sejak dulu menonjol karena dipandang lebih terbuka bahkan sedikit genit bagi Masyarakat Indonesia lainnya.

Namun, dampak positifnya setiap persahabatan dengan orang Manado, jarang dipecundangi karena didaerah ini tidak ada istilah menohok kawan seiring. Kegotong-royongan di daerah ini dikenal dengan istilah Mapalus.

Rasa kasih terhadap sesame manusia sebagaimana diuraikan di muka, di Manado tidak menutup kemungkinan berasal dari agama Kristen, yang menyebarkan kasih pada semua pihak. Di samping itu, dalam meningkatkan sumberdaya manusia,


(57)

46 DR. Sam Ratulangi pernah menyampaikan dalam istilah Manado, yaitu si tou timou tumo tou. Artinya, beliau bermaksud untuk memanusiakan manusia. Jadi, dalam hidup dan kehidupan ini pada dasarnya untuk memanusiakan manusia kepada harkat keberadaan dirinya yang sesungguhnya.

Legenda kuno Manado mencatat bahwa daerah ini pernah dipimpin oleh kaum wanita yang banyak jumlahnya, sedangkan kaum laki-laki terbatas ketika itu. Hal inilah yang membuat kaum wanita cekatan dalam memperjuangkan hidup, termasuk dalam kehidupan pemerintahan.

f. Budaya Bali

Unsur kehidupan masyarakat dan kebudayaan di Bali berkembang seiring dengan perkembangan unsur-unsur yang berasal dari budaya agama Hindu Jawa, terutama berasal dari perluasan pengaruh kekuasaan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit. Hal ini tampak dalam tradisi seperti adanya tokoh pedanda, nama-nama yang menunjukan kasta, upacara pembakaran mayat, berbagai tari, dan arsitektur bermotif Hindu.

Hal ini berpengaruh pula terhadap kepariwisataan karena orang lain (wisatawa) senang untuk meneliti dan melihatnya, namun kemudian terjadi perkembangan budaya Bali menjadi tradisi modern, sejak kemerdekaan Republik Indonesia, ditambah oleh banyaknya wisatawan asing dan domestik yang masuk ke Bali. Pendidikan dan budaya serta pengaruh masa kini, telah banyak membawa perubahan, terutama dalam pelapisan kasta. Akan tetapi, yang paling penitng dalam


(58)

47 kehidupan sosial masyarakat Bali adalah adanya gotong-royong, baik sebagai nilai budaya maupun sebagai prilaku sosial.

Gotong-royong telah menjadi landasan dalam berbagai bentuk sosial di Bali sehingga tampak sangat menggerakan kehidupan kekerabatan dan komunikasi masyarakat Bali. Bentuk gotong-royong tersebut diberi istilah, yaitu:

1) Ngoupin (gotong-royong antar individu atau keluarga) 2) Ngedeng (gotong-royong antar perkumpulan)

3) Ngyah (gotong-royong untuk keperluan agama)

Budaya Bali menggerakan seluruh potensi tubuh mulai dari kebersaman membangun posko, keberadaan kampanye, keberadaan pilkada, dan keberadaan pemilihan umun dilakukan bersama-sama dengan jiwa korzak yang tinggi.

g. Budaya Batak

Orang BAtak terkenal paling eksistiensialis dalam menantang hidup dan kehidupan ini sehingga di kalangan anak-anak muda di kenal istilah Batak Tembak Langsung (BTL), maksudnya seseorang yang tinggal di pedalaman Sumatra Utara juga bisa tanpa lewat kota Belawan Medan langsung merantau ke kota Jakarta tanpa pikir panjang apapun resikonya.

Dalam mengemukakan pendapat orang Batak cenderung spontan tanpa tedeng aling-aling. Apalagi ditambah dengan sikap egalitarian (percaya bahwa manusia sederajat). Istilah paling lazim disampaikan dalam pembicaraaan sehari-hari adlah


(59)

48 Hubungan budaya Batak dengan ilmu pariwisata adalah mudah diterimanya wisatawan dari berbagai lokasi baik lokal, dalam negeri maupun manca negara dalam melakukan kunjungan wisata ataupun penelitian ke wilayah ini karena mereka orang Batak ini terbuka dan gampang bergaul,walau tampak kasar sekalipun.

Terhadap pihak yang sudah akrab mereka menyebut halak kita disamping menyebut mereka dengan lai. Hanya saja untuk menembuk ke dalam keluarga Batak, perlu mengetahui adat istiadat kawin-mengawin yang sangat mengentalkan kekerabatan di daerah ini, yaitu ada empat alat dalam peminangan, yaitu Upa Suhu, Upa Jalobara, Upa Tulang, Upoa Pariban.

Hubungannya dengan adanya pemerintahan maka pemerintahan daerah akan sangat keras di Tanah Batak ini karena mereka menyampaikan segala artikulasi dan agregasi kepentingan penuh dengan vulgar dan tanpa tendeng aling-aling dalam arli keluar begitu saja secara egalitarian.

h. Budaya Papua

Hubungan komunitas di daerah Papua ini sangat sulit, karena beratnya medan yang akan dilalui. Oleh karena itu, di dalam perkembangan budaya kedaerahan sangat memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya..misalnya, dilihat dari banyaknya bahasa daerah di wilayah ini sebab masing-masing daerah, lokasi, suku, tempat, dan lain-lainnya itu, mengembangkan bahasa ibunya yang sulit dipengaruhi daerah lain karena hubungan yang terputus.

Meskipun demikian, budaya yang hampir sama pada sebagian besar orang Papua adalah keras hati dan gengsi. Dengan demikian, tidak tampak sikap merunduk


(60)

49 orang Papua daling menghormati. Dampak positifnya bila orang Papua memegang jabatan, akan mudah mempertahankan wibawa dan karismanya masing-masing bahkan cenderung kurang berkenan membuka aib.

Pada kesempatan lain, yang umum terjadi adalah bila seorang perjaka sudah meminang seorang wanita pujaan hatinya dan di tolak oleh calon mertua (biasanya disebut bapak mantu dan mama mantu) maka akan berakses kawin lari, karena gengsi menanggung penolakan tersebut.

Terjadinya berbagai gerakan sparatis di daerah ini bukan hanya bkarena tujhuan politik semata tetapi karena adanya rasa tidak terpakai dalam pemerintahan sehingga menimbulkan rasa gengsi terhadalp kemampuannya, sehingga ingin dibuktikan yang bersangkutan. Itulah sebabnya gerakan-gerakan ini tidak pernah bersatu dalam aliasi keseluruhan puali sebesar itu.

Pemuda-pemudi Papua tidak sedikit yang berpendidikan tinggi, walupun berasal dari daerah sangat pedalaman. Inilah bukti dari kekerasan hati dan gengsi itu sendiri. Hubungannya dengan pariwisata adalah tertariknya wisatawan manca negara untuk mempelajari budaya spesifik daerah ini sehingga DR. Wynn Sargent sampai harus menikah dengan Kepala Suku Abahorok untuk melakukan penelitiannya yang kualitatif.

Hubunganya dengan pemerintahan maka pemerintahan daerah sama dengan di Tanah Batak, yaitu mereka menyampaikan segala sesuatu artikulasi dan agregasi kepentingan penuh dengan vulgar dan tanpa tendeng aling-aling dalam arti keluar begitu saja secara egalitarian.


(61)

50 i. Budaya Aceh

Orang aceh lebih suka dikatakan penjahat daripada dinilai telah meninggalkan agama Islam (yang mereka ucapkan dengan istilah kapee maksudnya kafir) karena sudah begitu terpatri dalam darah daging mereka bahwa Aceh adalah serambi Mekkah dan itu adalah Islam. Walupun diantara mereka ada yang meninggalkan salat ataupun puasa. Karena sifat mengutamakan kefanatikan dari pada kesalehan inilah Intel Belanda memerlukan berpura-pura masuk dalam agama Islam untuk menyelidiki budaya Aceh.

Masyarakat Aceh cukup eksis dalam hidupnya serta memiliki ketersinggungan jiwa yang sensitif. Berkenaan dengan hasrat hati masyarakat Aceh dalam menantang hidup ini dengan perjuangan gigih mereka bersendi pada istilah de teuron dari rumoh, neugisa ngon darahmaksudnya kalau turuh dari rumah jangan mengharapkan pulang nama, tapi kalu perlu pulang darah. Hal ini dekat dengan ayat Al-Quran yang mengatakan Fa izza azamta fa tawaqal alallah, artinya apabila engkau telah membulatkan tekad maka serahkanlah kepada Allah.

Sejarah memeang telah membuktikan bahwa rakyat Aceh dalam melawan penjajahan Belanda berhasil mempertahankan wilayahnya. Kaum kolonialis begitu sukar menembus wilayah ini kecuali mengelabui mereka dengan pura-pura masuk Ialam sebagai mana diuraikan tadi.

Sebagai ekses dari keuletan wilayah ini, mereka cenderung eksistensialisme ketimbang fatalisme, sehingga jihad diperlukan ketimbang sufistik. Bahkan dalam bentuk lain pada gerakan tarian budaya Aceh pemakaiaan alat musik gendang dan


(62)

51 tabur, hampir tidak diperlukaqn karena cukup memukul dada dan tangan dalam menari.

Di kampung-kampung tidak ditemukan rumah ibadah lain kecuali mesjid, langgar dan mushola. Akan tetapi, untuk memusnahkan ladang ganja saja, pemerintah harus campur tangan membasminya, awalnya memang untuk menghindari hama dari ladang tembakau mereka.

Hubunganya budaya Aceh dengan oemerintahan, maka para pengkaji pemerintahan akan tertariki datang ke tempat ini untuk mempelajari Budaya Islam yang dimodifikasi menjadi budaya Aceh ini, spesifik dan khas. Bahkan dalam bertoleransi orang Aceh beristilah Munyo gehei china…Toke, munyo gahei

kafee…Tuan, munyo gahei Aceh…Teuku, munyo gahei Melayu…Abang (artinya kalau memanggil orang Cina…Toke, kalau memanggil orang Belanda…Tuan, kalau memanggil orang Aceh…Teuku, kalau memanggil orang Riau Padang…Abang). Dengan begitu, mereka siap menerima pendatang dari manapun. Selain itu, orang Aceh mengatakan bahwa dalam perjuangan harus Gertak Padang, Aceh pu’e perang, Jawa bahatu (marahlah seperti orang Minangkabau, berperanglah seperti oarang Aceh, mengaturlah seperti orang Jawa).

Hubunganya dengan pemerintahan di Aceh ini adalah akan sama dengan di tanah Batak, yaitu mereka menyampaikan segala sesuatu artikulasi dan agregasi kepentingan penuh dengan vulgar dan tanpa tendeng aling-aling dalam arti keluar begitu saja secara egalitarian, bahkan ditambah dengan jiwa jihad Islam.


(63)

52 F. Partai Politik

Pemilihan Umum Gubernur Kalimantan Utara 2015 akan dilaksanakan pada 9 Desember 2015 untuk memilih Gubernur Kalimantan Utara periode 2016-2021. Ini adalah pemilu pertama yang diselenggarakan di provinsi termuda di Indonesia. Terdapat dua pasang kandidat yang bertarung pada pilgub Kaltara 2015, yaitu Irianto Lambrie dan Udin Hianggio yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Gerindra; serta Jusuf SK dan Marthin Billa yang diusung oleh Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dari keterangan tersebut kita jadi tahu banyaknya partai polilik yang mendukung masing-masing pasangan calon, merujuk dari hal di tersebut penulis sampaikan dalam bentuk table di bawah perolehan suara masing-masing pasangan calon dalam pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara Tahun 2015.


(64)

53 Table 2. 1

Hasil Perolehan Suara

No Nama Pasangan Calon

Provinsi

Jumlah Akhir Bulungan Tarakan Malinau Nunukan Tana Tidung

1

dr. H. Jusuf Serang Kasim dan Dr. Drs. Martin Billa, MM

27.018 35.984 21.261 37.282 5.639 127.184

2

Dr. Ir. H. Irianto Lambrie, MM dan H. Udin Hianggio

32.149 44.025 14.074 47.574 5.770 143.592

Jumlah Suara Sah 59.167 80.009 35.335 84.856 11.409 270.779


(65)

54 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Partisipasi

Untuk mengetahui partisipasi KPUDdalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara penulis sampaikan dalam bentuk table sebagai berikut.

Table 3. 1

Partisipasi Pemilih Gubernur dan Wakil GubernurKalimantan Utara Tahun 2015

No Pilihan Jawaban Hasil Pemilih Persentase

1 Sangat Aktif 10 33.3%

2 Aktif 18 60%

3 Biasa Saja 2 6.6%

4 Tidak Aktif 0 0%

5 Sangat Tidak Aktif 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian

Table tersebut diatas menunjukan bahwa mayoritas jawaban memilih dan merasa KPUD berpartisipasi aktif (60%), dan sangat aktif (33.3%) selama pelaksanaan pemilihan gubernur dan wakil gubernur di Kalimantan Utara, sedangkan pada tingkat biasa saja (6,6%).


(66)

55 2. Partisipasi Kampanye

Untuk mengetahui partisipasi KPUD dalam kampanya pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara penulis sampaikan dalam bentuk table sebagai berikut.

Table 3. 2

Partisipasi Kampanye Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara Tahun 2015

No Pilihan Jawaban Hasil Pemilih Persentase

1 Sangat Aktif 4 13.3%

2 Aktif 15 50%

3 Biasa Saja 11 36.6%

4 Tidak Aktif 0 0%

5 Sangat Tidak Aktif 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian

Table tersebut diatas menunjukan bahwa menurut masyarakat selama pelaksanaan kampanye KPUD aktif (50%), sedangkan yang memilih sangat aktif (13.3%), dan yang biasa saja (36.6%)dalam melaksanakan kampanye baik dalam bentuk pelaksanaan pawai kendaraan di jalanan, rapat umum di lapangan maupun pelaksanaan hiburan rakyat di jalan.


(67)

56 3. Pengawalan Pilkada

Untuk mengetahui partisipasi KPUD dalam pengawalan pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara penulis sampaikan dalam bentuk table sebagai berikut.

Table 3. 3

Partisipasi Pengawalan Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara Tahun 2015

No Pilihan Jawaban Hasil Pemilih Persentase

1 Sangat Aktif 6 20%

2 Aktif 23 76.6%

3 Biasa Saja 1 3.3%

4 Tidak Aktif 0 0%

5 Sangat Tidak Aktif 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian

Table tersebut diatas menunjukan bahwa selama pelaksanaan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalimantan utara menurut masyarakat KPUD berperan aktif (76.6%), dan sangat aktif (20%), sedangkan biasa saja (3%) dalam pengawalan proses jalannya pemilukada.


(68)

57 4. Menagkap Aspirasi

Untuk mengetahui partisipasi KPUD dalam menagkap aspirasi pemilih pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara penulis sampaikan dalam bentuk table sebagai berikut.

Table 3. 4

Menagkap Aspirasi Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara Tahun 2015

No Pilihan Jawaban Hasil Pemilih Persentase

1 Sangat Aktif 2 6.6%

2 Aktif 18 60%

3 Biasa Saja 9 30%

4 Tidak Aktif 1 3.3%

5 Sangat Tidak Aktif 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian

Table tersebut diatas menunjukan bahwa menurut masyarakat KPUD aktif (60%), sangat aktif (6.6%), biasa saja (30%), bahkan ada responden yang menyatakan bahwa aspirasi masyarakat dalam pemilukada tidak ditangkap oleh KPUD yaitu (3.3%) dalam hal menanggapi aspirasi masyarakat di pemilukada serentak tahun 2015.


(69)

58 5. Menanggapi Kebutuhan

Untuk mengetahui responsibilitas KPUD dalam menanggapi kebutuhan pemilih pada pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara penulis sampaikan dalam bentuk table sebagai berikut.

Table 3. 5

Menanggapi Kebutuhan Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara Tahun 2015

No Pilihan Jawaban Hasil Pemilih Persentase

1 Sangat Tanggap 4 13.3%

2 Tanggap 19 63.3%

3 Biasa Saja 4 13.3%

4 Tidak Tanggap 3 10%

5 Sangat Tidak Tanggap 0 0%

Jumlah 30 100%

Sumber : Hasil Penelitian

Table tersebut diatas menunjukan bahwa menurut masyarakat, KPUD tanggap (63%), sedangkan sangat tanggap dan biasa saja masing-masing sama (13.3%) dalam hal menanggapi kebutuhan pemilih pada pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur di Kalimantan Utara.


(1)

PETUNJUK PENGISIAN

1. Kuesioner ini adalah skripsi penulis pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan Tahun 2015.

2. Judul skripsi penulis adalah Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pemilukada Serentak Tahun 2015.

3. Mohon Bapak/Ibu dan Saudara memilih salah satu jawaban dengan

melingkari a, b, c, d, dan e.

4. Kuesioner tidak bermaksud apa-apa, kecuali hanya untuk kelulusan penulis pada jenjang kuliah Strata 1

5. Bapak/Ibu dan Saudara memilih tanpa tekanan dari pihak manapun.


(2)

KUESIONER

1. Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara KPUD berpartisipasi aktif dalam

pemilukada serentak tahun 2015? a. Sangat aktif

b. Aktif c. Biasa saja d. Tidak aktif e. Sangat tidak aktif

2. Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara KPUD aktif dalam

persiapan/kampanye pemilukada serentak tahun 2015? a. Sangat aktif

b. Aktif c. Biasa saja d. Tidak aktif e. Sangat tidak aktif

3. Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara KPUD aktif dalam pengawalan

proses jalannya pemilukada setentak tahun 2015 a. Sangat aktif

b. Aktif c. Biasa saja d. Tidak aktif e. Sangat tidak aktif

4. Apakah menurut Bapak/Ibu dan saudara KPUD aktif dalam menangkap


(3)

a. Sangat aktif b. Aktif c. Biasa saja d. Tidak aktif e. Sangat tidak aktif

5. Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, KPUD tanggap dalam menanggapi

kebutuhan masyarakat dipemilukada serentak tahun 2015?

a. Sangat tanggap

b. Tanggap

c. Biasa saja

d. Tidak tanggap

e. Sangat tidak tanggap

6. Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, KPUD tanggap dalam keluhan

masyarakat pada pemilukada serentak tahun 2015?

a. Sangat tanggap

b. Tanggap

c. Biasa saja

d. Tidak tanggap

e. Sangat tidak tanggap

7. Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, KPUD tanggap menyelesaikan

persoalan/perselisihan masyarakat dalam pemilukada serentak tahun 2015?

a. Sangat tanggap

b. Tanggap

c. Biasa saja

d. Tidak tanggap

e. Sangat tidak tanggap

8. Apakah menurut Bapak /Ibu dan Saudara, KPUD memberikan akses


(4)

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Cukup banyak

d. Sedikit

e. Sangat sedikit

9. Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, petugas/aparatur KPUD sudah

terbuka dalam penyelenggaraan pemilukada serentak tahun 2015? a. Sangat terbuka

b. Terbuka

c. Biasa saja d. Tertutup e. Sangat tertutup

10.Apakah menurut Bapak/Ibu dan saudara, selama ini aliran penggunaan dana dari kas KPUD disampaikan secara terbuka kepada masyarakat dalam pemilukada serentak tahun 2015?

a. Sangat terbuka

b. Terbuka

c. Biasa saja d. Tertutup e. Sangat tertutup

11.Apakah menurut Bappak/Ibu dan Saudara, KPUD sudah melakukan

sosialisasi mengenai pemilukada serentak tahun 2015 kepada masyarakat? a. Sangat bersosialisasi

b. Bersosialisasi c. Biasa saja

d. Sedikit bersosialisasi


(5)

12.Apakah menurut Bapak/Ibu atau Saudara, anda diperlakukan adil dalam partisipasi dipemilukada serentak tahun 2015?

a. Sangat adil b. Adil c. Biasa saja d. Tidak adil e. Sangat tidak adil

13.Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, KPUD menindak tegas

pegawai/petugas yang menyalahgunakan wewenang dalam pemilukada serentak tahun 2015?

a. Sangat tegas

b. Tegas

c. Biasa saja d. Tidak tegas e. Sangat tidak tegas

14.Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, penindakan tegas sudah dilakukan

dalam aksi tindakan anarkis yang terjadi dipemilukada serentak tahun 2015? a. Sangat tegas

b. Tegas

c. Biasa saja d. Tidak tegas e. Sangat tidak tegas

15.Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, figur penyelenggara memadai dalam

pelaksanaan pilkada serentak tahun 2015?

a. Sangat memadai

b. Memadai


(6)

d. Tidak memadai

e. Sangat tidak memadai

16.Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, faktor partai politik mempengaruhi pemilih dalam menentukan pemilihan dipilkada serentak tahun 2015?

a. Sangat mempengaruhi

b. Mempengaruhi

c. Biasa saja

d. Tidak mempengaruhi

e. Sangat tidak mempengaruhi

17.Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, faktor kandidat mempengaruhi

pemilih dalam menentukan pemilihan dipilkada serentak tahun 2015?

a. Sangat mempengaruhi

b. Mempengaruhi

c. Biasa saja

d. Tidak mempengaruhi

e. Sangat tidak mempengaruhi

18.Apakah menurut Bapak/Ibu dan Saudara, faktor isu kebijakan/janji politik mempengaruhi pemilih dalam menentukan pemilihan dipilkada serentak tahun 2015?

a. Sangat mempengaruhi

b. Mempengaruhi

c. Biasa saja

d. Tidak mempengaruhi