Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Dalam Pelayan Publik Studi Kantor Camat Medan Marelan

(1)

PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYAN PUBLIK

STUDI KANTOR CAMAT MEDAN MARELAN

DISUSUN OLEH :

Darwinsyah 080903006

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

1

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... . v

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 4

1.3 Rumusan masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Kerangka Teori ... 7

1.6.1 Good Governance ... 7

1.6.1.1 Pengertian Good Governance ... 7

1.6.1.2 Prinsip – prinsip Good Governance ... 11

1.6.2 Pelayanan Publik ... 14

1.6.2.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 14

1.6.2.2 Makna dan tujuan Pelayanan ... 15

1.6.2.3 Indikator pelayanan publik ... 18

1.6.2.4 Bentuk – Bentuk Pelayanan Publik ... 19

1.6.2.5 Asas Pelayanan Publik ... 20

1.6.3 Implementasi Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik. ... 21


(3)

BAB II Metode Penelitian . ... 26

2.1 Bentuk Penelitian . ... 26

2.2 Lokasi Penelitian ... 26

2.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 26

2.4 Instrumen Penelitian ... 28

2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28

2.6 Tekhnik Analisis Data ... 29

2.7 Pengujian keabsahan data ... 30

2.8 Implementasi Metode Penelitian ... 30

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 34

3.1 Letak Geografis ... 34

3.2 Demografi Kecamatan Medan Marelan ... 35

3.2.1 Kependudukan ... 35

3.2.1.1 Data Penduduk Berdasarkan suku ... 36

3.2.1.2 Data Penduduk Berdasarkan mata Pencaharian ... 37

3.2.1.3 Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 37

3.2.1.4 Jenis kelamin ... 38

3.2.1.5 Berdasarkan Agama ... 38

3.3 Karakteristik Kecamatan Medan Marelan ... 39

3.4 Visi dan Misi Kecamatan Medan Marelan ... 40

3.4.1 Visi ... 40

3.4.2 Misi... 41

3.5 Makna Kecamatan dalam Sistem Pemerintahan... 41 ii


(4)

3.6 Kedudukkan dan Fungsi pokok Pemerintahan yang dilakukan

Camat ... 42

3.6.1 Kedudukkan Camat ... 42

3.6.2 Fungsi Pokok Pemerintahan yang dilakukan Camat ... 42

3.7 Tugas Camat ... 42

3.7.1 Tugas delegatif Camat dalam melaksanakan sebagian kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/ WALKOTA untuk menangani urusan Otonomi Daerah ... 43

3.7.2 Tugas Atribut yang diselenggarakan oleh Camat ... 43

3.7.3 Rincian tugas Camat dalam membina penyelenggaan Pemerintah Desa ... 44

3.8 Program Pemerintahan Kecamatan Medan Marelan ... 44

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 47

4.1 Penyajian data berdasarkan Karakteristik informan penelitian ... 47

4.2 Kerangka berfikir peneliti ... 51

4.2.1 Kerangka berfikir secara umum ... 51

4.3 Hasil Wawancara penelitian... 51

4.3.1 Pemahaman tentang prinsip – prinsip Good Governance dalam pelayanan publik... 52

4.3.1.1 Pemahaman tentang prinsip – prinsip Good Governance 52 4.3.1.2 Pemahaman tentang prinsip – prinsip good governance dalam pelayanan publik ... 53


(5)

4.3.2 Penerapan prinsip – prinsip Good Governance dalam

pelayanan publik dikantor Camat Medan Marelan ... 53

4.3.3 Upaya Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Governance dalam pelayanan publik ... 56

4.3.3.1 Program mendisplinkan pegawai Kantor Camat Medan Marelan... 57

4.3.3.2 Kegiatan pelestarian lingkungan ... 58

4.3.3.3 Kegiatan gotong royong menjaga keasrian lingkungan 58 4.3.3.4 Rapat kinerja Pegawai ... 58

4.3.3.5 Program penyediaan Fasilitas kerja ... 58

4.3.3.6 Program peninjauan keamanan dan ketertiban Lingkungan ... 58

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1 Pemahaman Informan tentang prinsip – prinsip good government ... 60

5.2 Penerepan prinsip – prinsip Good Government dalam pelayanan publik di kantor Camat Medan Marelan ... 62

5.3 Upaya Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Government dalam pelayanan publik ... 66

BAB VI PENUTUP ... 68

6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 69


(6)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1.1 : Nama Lurah dan Jumlah Lingkungan ... 34

2. Tabel 3.1.2 : Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan ... 35

3. Tabel 3.1.3 : Daftar alamat Kantor Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan ... 35

4. Tabel 3.1.4 : Data Penduduk Berdasarkan Suku ... 36

5. Tabel 3.1.5 : Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 37

6. Tabel 3.1.6 : Data Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 37

7. Tabel 3.1.7 : Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 38

8. Tabel 3.1.8 : Data Penduduk Berdasarkan Agama ... 38

9. Tabel 3.1.9 : Nama Camat yang memimpin Kecamatan Medan Marelan 40 10.Tabel 4.1.1 : Klasifikasi Informan berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

11.Tabel 4.1.2 : Klasifikasi Informan berdasarkan ... 48

12.Tabel 4.1.3 : Klasifikasi Berdasakan Pendidikan ... 49


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Reformasi tahun 1998 menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia yang berhasil mendorong perubahan tata Pemerintahan di Negeri ini. Gerakan Reformasi berhasil melakukan perubahan dengan jalan menumbangkan rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun lebih. Refomasi menuntut perubahan diberbagai lini kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, hukum termasuk dalam konteks Pemerintahan

Reformasi 1998 juga membawa konsekuensi untuk melakukan reformasi pada birokrasi. Ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi birokrasi Pemerintahan yang mengalami penyakit

bureaumania yang ditandai dengan kecenderungan inefisisensi, penyalahgunaan wewenang,

korupsi, kolusi dan nepotisme serta dijadikan alat oleh pemerintahan Orde Baru untuk mempertahankan kekuasaan yang ada. Dari model yang diutarakan diatas dapat dikatakan bahwa birokrasi yang berkembang di Indonesia adalah birokrasi yang berbelit–belit, tidak efisien dan mempunyai pegawai birokrat yang makin membengkak. Selain birokrasi masih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada menjadi pelayan masyarakat sehingga ia justru lebih mendekatkan diri kepada pemerintah.

Birokrasi di zaman orde baru juga ditandai dengan beberapa ciri-ciri seperti pegawai negeri yang menjadi pengurus partai selain Golkar, maka dia akan tersingkirkan dari jajaran birokrasi. Selain itu, orang atau sekelompok orang yang tidak berpihak pada Golkar, maka bisa dipastikan akan mendapat perlakuan diskriminatif dalam birokrasi. Keberpihakan birokrasi terhadap suatu partai, tentu saja dalam hal ini Golkar, akan mengurangi profesionalisme dari


(8)

Persoalan yang menghinggapi birokrasi membuat reformasi birokrasi membuat isu yang lebih kencang untuk direalisasikan. Pasalnya birokrasi pemerintah telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap keterpurukkan Bangsa, penyimpangan–penyimpangan yang terjadi pada praktik pemerintahan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ). Penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralistis, non–partisipatif serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik, telah menumbuhkan rasa ketidakpercaya dan bahkan antipati kepada rezim pemerintahan yang ada. Masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Beragam kekecewaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut pada akhirnya melahirkan tuntutan untuk mengembalikan fungsi- fungsi pemerintahan yang ideal. Sehingga reformasi dalam bidang pemerintahan perlu dilakukan.

Reformasi merupakan upaya–upaya untuk melakukan perbaikkan terhadap kondisi buruknya birokrasi Indonesia sebagai bagian dari usaha perbaikkan kehidupan bangsa. Kemudian setelah dilakukannya berbagai perbaikan–perbaikan munculah istilah baru yaitu Good

Governance, yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang mempunyai tujuan utama

memberikan pelayanan yang lebih baik/prima kepada masyarakat (excellent services for civil society). Good Governance tampil sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas kinerja birokrasi yang sesungguhnya.

Good Governance diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik yang buruk dimata masyarakat. Beberapa masalah pelayanan publik adalah seperti maraknya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, birokrasi yang lamban dan berbelit–belit, pegawai pemerintah yang tidak ramah, tertutupnya informasi kepada masyarakat, pemborosan anggaran pada hal–hal yang tidak mendukung kesejahteraan rakyat, ketidakbebasan mengeluarkan pendapat, kritikkan maupun saran, serta


(9)

masalah diskriminasi pelayanan yang sering melihat suku, agama, jabatan, status sosial masyarakat serta hubungan kekeluargaan. Masalah–masalah diatas menyebabkan kekecewaan masyarakat dan hilangnya kepercayaan kepada pemerintahan.

Mengahadapi masalah diatas pemerintah berupaya memperbaiki citra pelayanan publik dengan berusaha mewujudkan prinsip–prinsip Good Governance dalam pelayanan publik, Good

Governance diharapkan bisa mengobati penyakit pemerintah dalam melayani masyarakat.

Melalui penerapan prinsip–prinsip Good Governance yakni transparansi, akuntabilitas, partisipasi, efisiensi dan efektivitas, berorientasi konsesus, kepastian hukum, daya tanggap dan keadilan dalam pelayanan publik diharapkan pelayanan publik bisa lebih maksimal lagi dan bisa mendapat tanggapan positif dari masyarakat sehingga masyarakat puas dan percaya kepada pemerintah. Kedelapan prinsip–prinsip Good Governance merupakan suatu kesatuan dan tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pelayanan publik jika kedelapan prinsip ini diterapkan akan tercipta pemerintahan yang Good Governance.

Kantor Camat Medan Marelan yang beralamat diJalan Kapten Rahmad Budin No. 190 merupakan instansi pemerintah yang bertugas untuk melayani kebutuhan masyarakat Kecamatan Medan Marelan. Berbagai kepentingan publik dikerjakan dan diurus dikantor camat ini. Kantor Camat ini mengurus berbagai kebutuhan masyarakat, seperti urusan kependudukan, pendidikan, perhubungan, kesehatan dan berbagai kebutuhan publik lainnya. Sebagai instansi pemerintahan kantor camat ini juga pernah mengalami masalah dari beberapa corak pemerintah yang buruk, seperti relasi antara pemerintah dan rakyat yang masih kuat berpola serba negara, kultur pemerintahan sebagai tuan bukan pelayan, patologi pemerintahan dan hubungan antara atasan dengan bawahan dalam birokrasi, maupun aparat birokrasi yang menganggap dirinya atasan dan masyarakat bawahannya, jabatan, dan juga status sosial dalam masyarakat.


(10)

Prinsip–prinsip Good Governance seharusnya sudah diketahui. Dipahami dan diterapkan oleh semua instansi pemerintahan di Indonesia, baik dipusat ,maupun di daerah. Karena itu, Kantor Camat Medan Marelan sebagai kantor pemerintahan sedang berusaha unutk memperbaiki citra pelayanan publik dimata masyarakat. Saat ini pemerintahan Kantor Camat Medan Marelan sedang berupaya menerapkan paradigma Good Governance dalam pemerintahannya. Setiap kantor pemerintahan pasti memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan Good Governance dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pelayanan publik. Begitu juga dengan kantor Camat Medan Marelan, karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Penerapan prinsip – prinsip

Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan.

1.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi fokus penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mencari tahu bagaimana pemahaman Pegawai Kantor Camat Medan Marelan tentang prinsip-prinsip Good Governance, bagaimana penerapan prinsip- prinsip Good Governance di dalam Kantor Camat Medan Marelan, serta apa upaya Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Governance dalam pelayananan publik di Kantor Camat Medan Marelan. Oleh sebab itu peneliti dalam hal ini sudah melakukan penelitian dengan mengobservasi dan mewawancarai informan yaitu camat dan pegawai Kantor Camat Medan Marelan serta beberapa anggota masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan Marelan.

Camat dan pegawai Kantor Camat Medan Marelan sudah dimintai pendapat atau tanggapan mengenai prinsip-prinsip Good Governance, penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik serta program dan tindakan apa saja yang sudah dan sedang dilakukan untuk mengembangkan pemerintahan yang Good Governance di Kantor Camat Medan Marelan. Beberapa anggota masyarakat tersebut juga sudah diminta pendapat atau tanggapan


(11)

tentang pelayanan, program dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh camat dan pegawai Kantor Camat Medan Marelan, yaitu apakah mereka puas dengan pelayanan yang diberikan

Pembahasan (temuan) lain yang berkaitan dengan masalah ini kemungkinan besar muncul saat melakukan wawancara di lapangan yaitu dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan. Sehingga dengan melakukan observasi dan wawancara yang mendalam (in-dept interview) dalam penelitian ini semakin menyempurnakan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan defenisi dan prinsip-prinsip Good Governance menurut United Nations

Development Programme (UNDP). Alasan penulis memilih konsep Good Governance dari

UNDP adalah karena pertama sekali istilah Good Governance dipergunakan oleh UNDP, dan

Good Governance yang diterapkan di Indonesia merupakan perluasan atau pengembangan teori

Good Governance” dari UNDP (Thohaf, 2003:62). Penulis memilih membatasi konsep dan

prinsip-prinsip Good Governance dalam penelitian ini karena banyaknya teori, konsep dan defenisi-defenisi Good Governance lain diluar defenisi dari UNDP. Hal ini disebabkan cepatnya perkembangan dunia ilmu pengetahuan sehingga dari saat ke saat defenisi atau teori ” ilmu” berkembang dengan berbagai persepsi. Karena itu penting sekali untuk membatasi teori yang penulis jadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah

1. Bagaimana pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Marelan tentang prinsip-prinsip


(12)

2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan?

3. Apa program kerja Camat Medan Marelan dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan publik di Kecamatan Medan Marelan ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :

1. Pemahaman pegawai Kantor Camat Medan Marelan tentang prinsip-prinsip Good Governance

2. Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan

3. Program Camat Medan Marelan dalam mewujudkan Good Governance dalam pelayanan publik di kecamatan Medan Marelan

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis sendiri bertujuan untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan kemampuan berpikir.

2. Sebagai acuan terhadap teori-teori yang sudah ada, dan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Kantor Camat Medan Marelan didalam peningkatan pelayanan publik.


(13)

1.6 Kerangka Teori

Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah, perlu digunakan pedoman teoritik, adanya landasan teoritik yang digunakan peneliti dalam menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Menurut Sugiyono (2005:55) Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.

1.6.1 Good Governance

1.6.1.1Pengertian Good Governance

Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan),

direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan (Djohan, 2007:131)

Sebenarnya jika lebih ditelusuri lagi tentang perkembangan istilah “governance” maka konsep “Good Governance” bukanlah konsep baru. Konsep governance sama tuanya dengan peradaban manusia. Salah satu tulisan tentang Good Governance bisa ditelusuri dari tulisan J.S Endralin (1997). Governance merupakan suatu terminologi menggantikan istilah government, yang menunjukkan penggunaan kekuasaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah kenegaraan. Istilah ini secara khusus menggambarkan perubahan peranan pemerintahan dari pemberi pelayanan (provider) kepada enabler atau facilitator, dan perubahan kepemilikan dari milik negara menjadi milik rakyat. Pusat perhatian utama dari Governance


(14)

Pengertian Good Governance menurut Mardiasmo, (2002:18) adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintah yang baik.

Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi investasi yang langka, dan penghindaran korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks

bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedermayanti, 2003:7).

Berkaitan dengan Good Governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan, (2005:114) mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan Good Governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi. Tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur negara adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan perpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan prinsip Good Governance.

Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) mendefenisikan good governance

sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat ( Kurniawan,2005:16 ).

Organization of Economic Corporation and Development (OECD) dan World Bank

mensinonimkan Good Governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisiean, penghindaran


(15)

salah alokasi, dana investasi yang langka, pencegahan korupsi, baik secara politk maupun administratif. Secara teoritis, good governance sendiri dapat diberi arti sebagai suatu proses yang mengorientasikan pemerintahan pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata dalam seluruh elemen masyarakat untuk dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan publik berserta seluruh upaya pembangunan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem pemerintahan Sedarmayanti,(2003:7).

Sementara UNDP (United Nations Development Programme) mendefenisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and admistrative authority to manage a country’s affairs at all levels of society” (pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah bangsa). Karena itu menurut UNDP, ada tiga model Good Governance, yaitu :

a. Kepemerintahan politik (political Governance) yang mengacu pada proses-proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan (politicaly/strategy formulation).

b. Kepemerintahan Ekonomi (economic Governance) yang mengacu pada proses pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan berinteraksi diantara penyelenggara ekonomi. Kepemerintahan ekonomi memiliki implikasi terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup.

c. Kepemerintahan Administratif (Administrative Governance) yang mengacu pada sistem implementasi kebijakan.

Sesuai dengan defenisi menurut UNDP bahwa good governance menyangkut tiga aspek yaitu pemerintah yang baik dalam bidang politik, ekonomi, dan administrasi atau pembuatan


(16)

kebijakan-kebijakan. Governance juga bisa diartikan sebagai mekanisme-mekanisme, proses-proses, dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka.

Governance memiliki hakikat ensensial yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi dengan pengakuan hak berlandaskan pada pemerintahan hukum (Salam, 2004:224).

Tujuan Good Governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat ( Kurniawan, 2005:16).

Kata baik (good ) dalam istilah Good Governance mengandung dua arti. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai-nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Salam, 2005:226).

Munculnya konsep Good Governance untuk dilaksanakan di dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh banyak faktor. Namun demikian, salah satu faktor terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi pemain tunggal, tetapi mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan masyarakat sipil.

Secara umum kualitas Good Governance dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi publik lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap ide dan gagasan baru dan responsif terhadap kepentingan masyarakat. Responsivitas akan meningkat jika masyarakat


(17)

memiliki informasi yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan dan pembangunan (Sinambela, 2008:51).

1.6.1.2Prinsip-prinsip Good Governance

Menurut United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pemerintah yang baik (Good Governance) adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi (Participation)

Setiap orang atau setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara konstruktif.

Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisifatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.


(18)

2. Aturan Hukum (Rule Of Law)

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan, dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama tentang aturan hukum dan tentang hak asasi manusia .

3. Transparansi

Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya, dan informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.

Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti malalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses msyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan, lama waktu mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat.

4. Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagi pihak yang berkepentingan (stake holders). Pemerintah daerah perlu membangun jalur komunikasi untuk menampung aspirasi masyarakat dalam hal penyusunan kebijakan. Ini dapat berupa forum


(19)

masyarakat, talk show, layanan hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat, pemerintah daerah akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan secara periodik mengumpulkan pendapat masyarakat.

5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

Pemerintahan yang baik (Good Governance) akan berindak sebagai penengah (mediator) bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika mungkin juga dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.

6. Berkeadilan (Equity)

Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjamin agar kepentingan pihak-pihak yang kurang beruntung, seperti mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi dalam proses pengambilan keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum minoritas agar mereka tidak tersingkir. Selanjutnya kebijakan khusus akan disusun untuk menjamin adanya kesetaraan terhadap wanita dan kaum minoritas baik dalam lembaga eksekutif dan legislatif.

7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and efficiency)

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.


(20)

Pelayanan masyarakat harus mengutamakan keputusan masyarakat, dan didukung mekanisme penganggaran serta pengawasan yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak dibidang jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis pelayanannya. Untuk menciptakan efisiensi harus digunakan teknik manajemen modern untuk administrasi kecamatan dan perlu ada desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat kelurahan/desa.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pengambil keputusan (decision maker) dalam organisasi sektor pelayanan dan warga negara madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung kepada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.

Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.

1.6.2. Pelayanan Publik

1.6.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Dalam memahami arti kata pelayanan, maka terlebih dahulu harus dipahami defenisi dari pelayanan itu sendiri. Menurut Gronroos yang dikutip dari Ratminto (2005:2), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau


(21)

hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.

Menurut Moenir (2002: 7): Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.

Menurut Kotler dalam Lijan Poltak (2006:4) pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya menurut Sampara dalam Lijan Poltak (2006:5) pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan

Menurut Soetopo dalam Napitupulu, (2007:64) pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003: 10).

Berdasarkan dari uraian diatas, maka pengertian pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditujukan kepada konsumen atau masyarakat umum yang dapat berbentuk barang ataupun jasa yang memberikan kepuasan bagi yang menerima layanan.

1.6.2.2 Makna dan Tujuan Pelayanan

Pelayanan publik merupakan segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah


(22)

dipusat, didaerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan (Handoko, 1987:87).

Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik pemerintah daerah maupun badan usaha milik daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan penerima pelayanan publik adalah orang perseorang dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik (Ahmad, 2008:3).

Berdasarkan undang-undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Ratminto (2005:5) pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara menurut menurut Kurniawan (2005:4) pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyrakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.


(23)

Sedangkan menurut Sianipar (2001:6) pelayanan publik adalah suatu cara melayani, membantu, menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau sekelompok orang. Artinya obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah kepada publik didalam suatu organisasi instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan publik/masyarakat dan penerima pelayanan/masyarakat itu merasakan kepuasan.

Menurut Albert dan Zemke dalam Dwiyanto, (2005:144) kualitas pelayanan publik merupakan hasil dari berbagai interaksi dari berbagai asspek, yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia pemberi layanan, strategi, dan pelanggan. Sistem pelayanan yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan yang baik pula. Suatu sistem pelayanan yang baik akan memberikan prosedur pelayanan terstandar dan memberikan mekanisme control di dalam dirinya sehingga segala bentuk penyimpangan akan mudah diketahui, serta sistem pelayanan yang baik akan mengerti kebutuhan publik.

Dalam kaitannya dengan sumberdaya manusia dibutuhkan pelayan publik yang mampu memahami tuntutan zaman dan memiliki kompetensi sesuai kemajuan teknogi. Sifat dan jenis masyarakat yang membutuhkan pelayanan memiliki perbedaan sehingga setiap pelayan publik harus mampu menciptakan strategi pelayanan yang berbeda dan mampu mengenal pelanggan atau orang yang akan dilayani dengan baik sebelum memberikan pelayanan.

Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan konsumen/masyarakat (whatever custumer satisfaction). Dukungan kepada pelanggan/masyarakat dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan


(24)

kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima pelayanan publik. Selain itu, membangun kesan yang dapat memberikan citra positif dimata masyarakat karena jasa pelayanan yang diberikan dengan biaya yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat sehingga membuat masyarakat terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif dalam pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68).

1.6.2.3 Indikator Pelayan Publik

1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap

harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai prinsip atau prosedur administrasi atau oganisasi yang benar dan telah di tetapkan.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.

Pada dasarnya, pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan konsumen/masyarakat (whatever custumer satisfaction). Dukungan kepada pelanggan/masyarakat dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan kepuasan bagi masyarakat, selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa di ingat oleh para penerima pelayanan publik. Selain itu, membangun kesan yang dapat memberikan citra positif dimata masyarakat karena jasa pelayanan yang


(25)

diberikan dengan biaya yang terkendali atau terjangkau bagi masyarakat sehingga membuat masyarakat terdorong atau termotivasi untuk bekerja sama dan dapat berperan aktif dalam pelaksanaan pelayanan yang prima (Dwiyanto, 2005:67-68)

1.6.2.4 Bentuk – bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat. Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut Moenir (2002:190), bentuk pelayanan ini terdiri dari :

1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat, dibidang layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan keterangan dan penjelasan kepada siapa pun yang memerlukan. Agar supaya pelayanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat –syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu: a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b. Memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah. Meski dalam keadaan sepi,tidak berbincang dan bercanda dengan teman, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

d. Tidak melayani orang-orang yang sekedar ingin berbincang dengan cara sopan.

2. Pelayanan dengan tulisan

Pelayanan dengan bentuk tulisan merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui tulisan didalam pengolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni:


(26)

a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Pelayanan berbentuk perbuatan

Pelayanan berbentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dengan bentuk gabungan dari pelayanan berbentuk tulisan dan lisan.

1.6.2.5Asas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Ratminto, 2005:19) :

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Paritisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspiral, kebutuhan dan harapan masyarakat.


(27)

5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

1.6.3 Implementasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik Implementasi penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik ialah pelaksanaan prinsip- prinsip Good Governance yaitu partisipasi, aturan hukum, transparansi, daya tanggap, berorientasi konsensus, berkeadilan, efektifitas dan efisiensi, dan akuntablitas dalam upaya penyelenggaraan pelayanan publik bagi masyarakat.

Dalam penelitian ini, Penerapan prinsip- prinsip Good Governance dalam pelayanan publik dapat kita lihat dengan beberapa indikator berikut :

1. Partisipasi yaitu bermaksud untuk melibatkan pegawai dalam pembuatan kebijakan di Kantor Camat Medan Marelan.

2. Aturan hukum yaitu dalam menjalankan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan tanpa memandang status , ditegakkan dan dipatuhi secara secara utuh, terutama tentang aturan hukum hak asasi manusia dalam mendapat pelayanan publik. 3. Transparansi yaitu keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakaan instansi pemerintah

melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam mendapatkan informasi yang akurat dan memadai terutama dalam bidang pelayanan pubik.


(28)

4. Daya Tanggap yaiu setiap instansi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai phak yang paling membutuhkan.

5. Berorientasi Konsensus yaitu pemerintah yang baik harus bertindak sebagai penengah untuk kepentingan yang berbeda-beda agar mencapai kesepakatan dan kepentingan masing-masing masyarakat.

6. Berkeadilan yaitu adanya kesempatan yang sama antar laki –laki dan perempuan untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

7. Efektifitas dan efisiensi yaitu setia kegiatan kelembagaan diarahkan untukmenghasilkkan sesuatu yang benar- benar ssesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari sumber yang tersedia.

8. Akuntabilitas yaitu adanyan pertanggungjawaban setiap pegawai pemerintah dalam pengambilan keputusan kepada masyarakat umum terutama para masyarakat yang ada di kecamatan Medan Marelan.

1.7 Defenisi Konsep

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang penulis cantumkan dan untuk menghindari makna ganda berikut penulis memberikan defenisi dan penjelasan konsep yang penulis gunakan dalam penelitian ini:

1. Good Governance yaitu pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik merupakan

pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dalam aktivitas setiap kegiatan pemerintahan, yakni transparansi, akuntabel, partisipasi, keadilan, kepastian hukum, efisiensi dan efektifitas, beorientasi konsensus, dan daya tanggap. Pemerintahan yang baik berarti pemerintahan yang mampu melayani masyarakat dengan


(29)

mengutamakan kepentingan rakyat dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintahan yang baik berarti pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

2. Public service yaitu pelayanan publik, yaitu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Pelayanan publik merupakan pelayanaan yang harus diberikan dengan ramah dan sesuai kebutuhan masyarakat. Pelayaanan publik harus diberikan dengan cepat, tanggap, cepat prosesnya dan ramah pada masyarakat.

3. Government yaitu pemerintahan yang mengutamakan pemerintah. Pemerintahan yang

government berarti semua serba negara, dimana kegiatan atau kebijakan yang ditetapkan selalu menguntungkan para penguasa negara. Pemerintahan yang bermental government

berarti pemerintahan yang kaku dan tidak peduli pada kebutuhan masyarakat.

4. Bad governance yaitu sistem pemerintahan yang buruk. System pemerintahan yang buruk merupakan sistem pemerintahan yang tidak melayani masyarakat, tapi lebih cenderung memperkaya para pemimpin-pemimpin negara. Bad governance selalu diwaranai oleh Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang membudaya di setiap instansi pemerintah, baik dari pusat maupun daerah. Dalam bad governance masyarakat mendapat pelayanan yang buruk, seperti proses birokrasi yang lamban, berbelit-belit, mahal, pilih kasih, dan juga sikap yang tidak ramah.

1.8 Sistematika penulisan

Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan ini dibuat ke dalam beberapa bab dalam subbab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :


(30)

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar belakang, Fokus penelitian, Rumusan masalah, Tujuan, Manfaat penelitian, Kerangka teori, Defenisi Konsep, dan Sistematika penulisan.

Bab II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari subbab alasan menggunakan metode penelitian kualitatif, lokasi penelitian, teknik pengambilan sumber informan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data.

Bab III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.

Bab IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi tentang hasil pengumpulan data dilapangan. Dalam bab ini akan dipaparkan atau dicantumkan semua data yang diperoleh dari lapangan atau dari lokasi penelitian selama proses penelitian. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel, bagan, dan juga cerita naratif.

Bab V PEMBAHASAN

Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat- pendapat dari informan yang dianggap kredibel, selanjutya membandingkan dengan hasil penelitian yang ada.


(31)

Bab VII PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.


(32)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena memiliki keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik (menyeluruh) dan dinamis, adanya hubungan timbal balik (interaksi) antara peneliti dengan yang diteliti serta transferability (tidak bersifat general) di mana dalam penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada tingkat makna. Sehingga dapat memudahkan pembaca dari hasil penelitian ini memahami apa yang menjadi masalah.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Marelan. Kantor Camat ini berada di Jalan. Kapten Rahmad Budin No.190, Kecamatan Medan Marelan, Provinsi Sumatera utara. Relevansi metodologis, mengapa Kantor Camat Medan Marelan ini dipilih karena salah satu instansi pemerintah yang melayani kebutuhan masyarakat (publik). Sebagai kantor pemerintahan Kantor Camat Medan Marelan sedang berupaya menerapkan Good Governance dalam pelayanan publik karena paradigma Good Governance harus diterapkan di setiap instansi pemerintah untuk menghasilkan kinerja pemerintah yang baik dan berkualitas di mata masyarakat.

2.3 Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling dengan mencari informan kunci. Mulanya pencarian ini dilakukan melalui jalur formal dengan


(33)

menghubungi Camat Medan Marelan. Berdasarkan rekomendasi mereka diteruskan ke pihak lain seperti para pegawai di Kantor Camat Medan Marelan, masyarakat yang sedang dan pernah berurusan ke Kantor Camat Medan Marelan begitu seterusnya sampai pada titik jenuh, di mana tidak ditemukan lagi data-data baru yang dapat memberi informasi tentang penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan dan program kerja yang dilakukan Camat Medan Marelan untuk mewujudkan Good Governance di Kecamatan Medan Marelan.

Adapun jumlah informan penelitian ini adalah sebanyak dua puluh orang kantor, dimana empat belas orang merupakan pegawai dari Kantor Camat Medan Marelan, dan Enam orang masyarakat yang pernah menerima pelayanan dari Kantor Camat Medan Marelan. Pada tabel di bawah ini dapat terlihat klasifikasi informan yang akan jadi subjek penelitian.

Dari keterangan diatas tersebut ada dua puluh orang yang berperan sebagai informan penelitian. Dua puluh informan ini ditetapkan dengan teknik snow sampling dan purposive sampling. Empat belas pegawai kantor camat sudah mewakili empat puluh lima pegawai yang ada di Kantor Camat Medan Marelan karena sudah mencapai titik jenuh, dimana jawaban yang diberikan informan sudah sama dan sudah merupakan pengulangan jawaban dari informan sebelumnya, sehingga penulis hanya mewawancari empat belas orang saja. Sementara dari masyarakat ada enam orang. Masyarakat di temui sewaktu mengurus keperluan pribadi ke Kantor Camat Medan Marelan. Penulis menetapkan enam orang karena penulis sudah mendapat jawaban pertanyaan penelitian yang sama dari keenam informan ini, dalam arti pencarian data yang penulis butuhkan sudah mencapai titik jenuh.


(34)

2.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri. Sebab menurut Nasution dalam Sugiyono (2008) peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. Selain itu peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

2.5 Tekhnik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (yaitu wawancara semi-terstruktur), observasi, dan dokumentasi. Wawancara mendalam terhadap beberapa pihak yang dianggap menguasai masalah penelitian. Wawancara (interview) merupakan cara/teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung secara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti buku catatan kecil.

Observasi dilakukan melalui pengamatan awal dan terjun langsung ke lapangan dengan mengamati interaksi pegawai Kantor Camat Medan Marelan dengan sesama pegawai dan interaksi pegawai dengan masyarakat serta mengamati cara pelaksaanan tugas pokok pegawai yang telah ditetapkan. Misalnya cara bidang pelayanan umum dalam melayani masyarakat yang datang ke Kantor Camat Medan Marelan. Sementara itu dokumentasi dilakukan untuk dapat memperoleh tambahan informasi lagi dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.


(35)

2.6 Tekhnik Analisis Data

Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip

Good Governance dalam pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan serta untuk

mengetahui program kerja dari Camat Medan Marelan sebagai upaya untuk mewujudkan Good Governance di Kecamatan Medan Marelan.

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction/reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display/penyajian data

Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan dan penyajian data dalam bentuk tabel. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang telah diperoleh selama penelitian.

3. Conclusion/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan bisa berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan kosisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(36)

2.7 Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang akan dilakukan meliputi uji kredibilitas data dengan : trianggulasi sumber dan perpanjangan pengamatan. Trianggulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan menggunakan teknik yang sama. Dalam hal ini peneliti meneliti beberapa pegawai Kantor Camat Medan Marelan dan masyarakat yang pernah berurusan dengan Kantor Camat Medan Marelan. Dari sumber-sumber tersebut, pendapatnya tentu tidak bisa dirata-ratakan, tetapi dideskripsikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda. Sementara dalam perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, hanya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

2.8 Implementasi Metode Penelitian

Setelah izin administrasi untuk melakukan penelitian di Kantor Camat Medan Marelan yang berlokasi di Jalan. Kapten Rahmad Budin No.190, Kecamatan Medan Marelan, Provinsi Sumatera utara diperoleh dari Camat Medan Marelan maka peneliti segera melakukan perkenalan dengan seluruh pegawai Kantor Camat Medan Marelan. Hal ini peneliti lakukan guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam perkenalan tersebut peneliti mulai mendapat sedikit demi sedikit informasi mengenai persepsi pegawai tentang prinsip-prinsip


(37)

peneliti mulai untuk melakukan wawancara dan observasi dengan informan yang dianggap kredibel untuk memberikan informasi yang terkait dengan penelitian ini.

Adapun kendala yang dihadapi oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung adalah keraguan terhadap jawaban yang diberikan oleh informan yaitu Camat dan beberapa pegawai Kantor Camat Medan Marelan karena apakah jawaban tersebut sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Beberapa kendala dan keraguan yang penulis hadapi selama penelitian ialah sebagai berikut:

1. Jawaban salah satu informan dari Kantor Camat Medan Marelan yang mengatakan bahwa prinsip transparansi sangat dijunjung tinggi di Kantor Camat Medan Marelan, sehingga siapa saja bisa bertanya dan mengetahui apa pun yang mau diketahui oleh masyarakat selama masih berhubungan dengan pelayanan publik. Tetapi ketika penulis bertanya berapa biasanya biaya yang dikeluarkan masyarakat yang mengurus KTP ( Kartu Tanda Penduduk), informan tersebut hanya tersenyum dan berkata “rahasia” . Dari jawaban dan situasi ini penulis menjadi ragu akan jawaban informan tentang penerapan transparansi yang baik di Kantor Camat Medan Marelan, karena jika penulis amati sepertinya masih ada yang ditutup-tutupi. Untuk mengatasi hal ini penulis langsung mewawancari masyarakat yang pada saat itu penulis temuin di ruang tunggu Kantor Camat Medan Marelan. Dari informan ini penulis mendapat jawaban, dimana biaya mengurus KTP tidak ditetapkan, biasanya masyarakat sukarela memberi “upah capek” sesuai kantong masyarakat yang bersangkutan.

2. Informan dari pegawai Kantor Camat Medan Marelan mengatakan bahwa semua pegawai ramah dan menghormati semua tamu yang datang ke Kantor Camat Medan Marelan. Tapi jawaban ini berbeda dengan pengalaman penulis yang sudah berhadapan dengan


(38)

pegawai-pegawai di Kantor Camat Medan Marelan. Ketika penulis mengadakan penelitian selama sebelas hari di Kantor Camat Medan Marelan, penulis mengamati banyak pegawai yang berwajah dingin dan “cuek” jika tamu datang, terkhusus ketika penulis menyapa pegawai tersebut. Selama mencari data di Kantor Camat Medan Marelan banyak pegawai yang tidak mau diwawancari dan banyak yang pura-pura sibuk biar tidak di wanwancara.

3. Camat Medan Marelan menerapkan sistem disiplin yang ketat buat semua pegawai, termasuk Apel pagi dan sore, dan berdasarkan observasi dan pengamatan penulis, penulis dapat simpulkan bahwa disiplin sebagian pegawai bukanlah dari motivasi pribadi, tetapi lebih cenderung karena takut tegoran “pimpinan” dan mendapat punishment. Punishment

biasanya yang diterapkan adalah tegoran langsung dari Camat. Hal ini terlihat karena banyak yang hadir hanya waktu “bel” Apel berbunyi, dan setelah siap isi absen, jalan-jalan keluar Kantor Camat Medan Marelan.

4. Masalah pembengkakan birokasi atau kelebihan pegawai di instansi pemerintah merupakan masalah yang umum terjadi di setiap instansi Negara di Indonesia ini. Begitu juga di Kantor Camat Medan Marelan ini, penulis melihat banyak pegawai yang menganggur sewaktu jam kerja karena tidak ada pekerjaan. Menurut penulis hal ini merupakan pemborosan, karena porsi kerja Satu orang pegawai dikerjakan oleh tiga orang. Boros anggaran dan juga tempat.

5. Instansi pemerintah yang sudah menerapkan pelayanan prima bagi masyarakat pasti sudah memiliki sistem pelayanan publik yang lebih rapi dan mudah, dalam arti ada transparansi atau sosialisasi kepada masyarakat yang mau mengurus kepentingan public, misalnya membuat dan menempelkan prosedur pengurusan KTP, Surat pindah dan


(39)

lain-lain di dinding ruang tunggu Kantor Camat. Tetapi hal ini tidak penulis temui di Kantor Camat Medan Marelan. Penulis menarik satu kesimpulan sementara, bahwa strategi pelayanan di Kantor Camat Medan Marelan masih strategi kuno” masyarakat bertanya bagaimana dan pegawai menjelaskan secara panjang lebar dan berulang-ulang”. Padahal jika prosedur mengurus misalnya KTP, ditempelkan didinding, masyarakat tinggal melihat dan membaca tanpa perlu mencari pegawai untuk menjelaskan.

Selanjutnya untuk semakin menambah informasi, maka peneliti meminta beberapa subjek penelitian tambahan yaitu masyarakat yang sedang mengurus kebutuhan publik di Kantor Camat Medan Marelan. Beberapa urusan publik yang sedang informan lakukan hari dimana penulis melakukan penelitian di kantor Camat Medan Marelan ialah pengurusan KTP (Surat Tanda Penduduk), Surat pindah, Surat warisan tanah, dan Surat mengurus Kartu Keluarga (KK).

Terlepas dari masalah teknis dalam penelitian dan kendala di lapangan, peneliti sangat menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan melakukan kegiatan dalam penelitian ilmiah. Tetapi peneliti berusaha dengan maksimal untuk memberikan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.


(40)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Letak Geografis

• Luas Wilayah : ± 4447 ha, terdiri dari ±960 ha rawa-rawa Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan

Sebelah Selata berbatasan dengan Desa Manunggal, Kec. Labuhan Deli, Kab. Deli Serdang Sebelah Timur berbatasan dengan Medan Labuhan dan Medan Deli

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang • Luas wilayah dirinci perkelurahan di Kecamatan Medan Marelan

Dari lima kelurahan di Kecamatan Medan Marelan, Kelurahan terjun memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 16,05 KM², sedangkan kelurahan Tanah Enam Ratus mempunyai luas yang terkecil yakni 3,42 KM²

Berikut ini tabel Kelurahan, lurah Jumlah lingkungan, Luas Wilayah dan Alamat kantor Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan hingga saat ini, yaitu

Tabel 3.1.1 : Nama Lurah dan Jumlah Lingkungan

NO KELURAHAN NAMA LURAH JUMLAH

LINGKUNGAN

1 Tanah Enam Ratus Hermawan HB, SE 11

2 Rengas Pulau Ahmad ,SP 35

3 Terjun H. Azwar 22

4 Paya Pasir Saiful Bahri Nst, S.Pt 9

5 Labuhan Deli H.Irwan Daniel Nst 11

JUMLAH 88


(41)

Tabel 3.1. 2 : Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan

NO KELURAHAN LUAS ( KM² ) PERSENTASE

TERHADAP LUAS KECAMATAN

1 Tanah Enam Ratus 3.42 7,69

2 Rengas Pulau 10,50 23,61

3 Terjun 16,05 36,09

4 Paya Pasir 10,00 22,49

5 Labuhan Deli 4,50 10,12

Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan

Tabel 3.1.3 : Daftar Alamat Kantor Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan

NO KELURAHAN ALAMAT KANTOR

1 Tanah Enam Ratus Jl. Marelan Raya

2 Rengas Pulau Jl. Kapten Rahmad Budin

3 Terjun Jl. Kapten Rahmad Budin

4 Paya Pasir Jl. Pasar Nippon

5 Labuhan Deli Jl. Young Panah Hijau

Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan

3.2 Demografi Kecamatan Medan Marelan 3.2.1 Kependudukan

Untuk mengetahui potensi Sumber Daya manusia lebih lanjut, akan kita lihat data -data kependudukan di Kecamatan Medan Marelan dibagi Berdasarkan suku, agama, dan mata pencaharian. Berdasarkan kewarganegaraan dan Jenis kelamin.


(42)

3.2.1.1Data Penduduk berdasarkan Suku

Tabel berikut menunjukkan data kependudukkan di Kecamatan Medan Marelan berdasarkan suku :

Tabel 3.1.4 : Data Penduduk Berdasarkan Suku

NO SUKU JUMLAH %

1 Jawa 184.751 75,39

2 Melayu 30.490 12,44

3 Mandailing 6.490 2,64

4 Batak 5.133 2,09

5 Minang 1.651 0,67

6 Aceh 827 0,33

7 Nias 425 0,01

8 India 233 0,09

9 Cina 7.242 2,95

10 dan lain - lain 7.794 3,18

TOTAL 245.036 100


(43)

3.2.1.2Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 3.1.5 : Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

NO PEKERJAAN JUMLAH %

1 Buruh 24.932 59,6

2 PNS/ABRI 945 2,26

3 Pegawai swasta/ Wiraswasta 5.444 13,03

4 Pedagang 2.419 5,78

5 Petani 5.298 12,68

6 Jasa - jasa 2.749 6,57

TOTAL 41.787 100

Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan

3.2.1.3Data Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan

Tabel 3.1.6 : Data Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan NO Kewarganegaraan Laki - Laki Wanita Jumlah

1 WNI 60.112 39.724 99.836

2 WNA 4 5 0.01

Jumlah 60.116 39.729 100


(44)

3.2.1.4Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.1.7 : Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH JIWA %

1 Laki – laki 64.183 51.15

2 Wanita 62.436 48.85

Jumlah 123.196 100

Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan

3.2.1.5Data Penduduk berdasarkan Agama

Agama Islam merupakan penduduk mayoritas yang mendiami Kecamatan Medan Marelan, hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1.8 : Data Penduduk berdasarkan Agama

NO AGAMA JUMLAH %

1 Islam 88.854 85,6

2 Kristen 5.416 5,22

3 Katholik 3.331 0,31

4 Hindu 896 0,86

5 Budha 8.216 7,92

TOTAL 10.6713 100


(45)

Kesemua pemeluk agama tersebut diatas masing – masing mempunyai sarana ibadah agama sebagai berikut :

a. Masjid : 28 Unit b. Mushalla : 82 Unit c. Gereja : 7 Unit d. Vihara : 6 Unit

3.3 Karakteristik Kecamatan Medan Marelan

Wilayah pemukiman pekerja di perkebunan tembakau Deli yang terkenal sebagai penghasil tembakau terbaik dunia. Berasal dari kata “Maryland” yang berarti tanah harapan. Tanggal 20 Maret 1991, Melalui SK GUBSU/138/402/SK/1991 dibentuk Kecamatan Perwakilan Medan Marelan yang dimekarkan dari Kec. Medan Labuhan

 PP No. 35 Tanggal 02 September 1992 yang menetapkan Kec. Medan Marelan yang membawahi 4 Kelurahan, yaitu :

 Kelurahan Tanah 600  Kelurahan Rengas Pulau  Kelurahan Terjun

 Kelurahan Labuhan Deli

 PP No. 146/1/11 01/K/94 Tanggal 13 Juni 1994 menetapkan wilayah Kec. Medan Marelan menjadi 5 Kelurahan, hasil pemekaran Kel. Rengas Pulau, yaitu:

 Kelurahan Tanah 600  Kelurahan Rengas Pulau


(46)

 Kelurahan Terjun  Kelurahan Labuhan Deli  Kelurahan Paya Pasir

Dalam perjalanan sejarah keberadaan Kecamatan Medan Marelan sejak mulai berdiri Tahun 1992 sampai saat sekarang ini ada 7 ( tujuh ) orang Camat yang memimpin, yang nama – namanya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini

Tabel 3.1.9. : Nama Camat yang memimpin Kecamatan Medan Marelan Tahun 1992

Sumber : Penelitian pada Kantor Kecamatan Medan Marelan, Juni 2012

3.4 Visi dan Misi Kecamatan Medan Marelan 3.4.1 VISI

“KOTA MEDAN MENJADI KOTA METROPOLITAN YANG BERDAYA SAING, NYAMAN, PEDULI DAN SEJAHTERA”

No NAMA CAMAT MASA BAKTI

1 Syaiful Adnan Siregar, BA September 1992 – tahun 1995

2. Drs. Susilowadi Tahun 1995 – Tahun 1998

3. Drs. Irwan Efendi Lubis September 1998 – April 1999 4. Abd. Malik Dalimunte, SH April 1999 – oktober 1999 5. Drs. H. M. Fitriyus, SH, MSP Oktober 1999 – 2003

6. S. Armansyah Lubis, SH Januari 2003 – 23 Agustus 2010 7. Pulungan Harahap, SH, M.Si Agustus 2010 s/d sekarang – 2012


(47)

3.4.2 MISI

• Memberdayakan Kelurahan dengan Memberdayakan Masyarakat • Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)

• Meningkatkan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat . • Meningkatkan Kebersihan.

• Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat. • Meningkatkan Kamtibmas yang Kondusif. • Meningkatkan Penghijauan.

• Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Dengan mewujudkan misi Kecamatan Medan Marelan maka telah mendukung kemajuan dan kamakmuran Medan Kota metropolitan, dengan Motto Kota Medan: “bekerjasama dan sama-sama berkerja untuk kemajuan dan kemakmuran Medan kota Metropolitan”

3.5 Makna Kecamatan dalam Sistem Pemerintahan.

1. Unit Organisasi Pemerintahan dalam Lingkup Kabupaten/Kota.

2. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Teknis Lini Kewilayahan.

3. Wilayah Kerja Camat yang Melaksanakan Sebagai Kewenangan Bupati/Walikota Dalam Lingkup Kewenangan Legislatif.

4. Wilayah Kerja Camat Sebagai Pelaksana Tugas Umum Pemerintahan Dalam Lingkup Kewenangan Atributif.


(48)

3.6 Kedudukan, dan fungsi pokok pemerintahan yang dilakukan oleh Camat.

3.6.1 Kedudukan Camat

Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Bila Dicermati, Tampak Beberapa Makna Kedudukan Camat :

Pertama; Perpanjangan oleh Bupati/Walikota di Wilayah Kecamatan.

Kedua; Diangkat oleh Bupati/Walikota atas Usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota; Ketiga; Bertanggung Jawab Kepada Bupati/Walikota Melalui Sekretaris Daerah; Keempat; Berkedudukan Sebagai Pembina Pemerintahan Desa dan Atau Kelurahan.

3.6.2 Fungsi pokok Pemerintahan yang dilakukan oleh Camat. 1. Melakukan Pengaturan Terhadap Kehidupan Bersama Warga. 2. Melakukan Pembangunan Dalam Berbagai Aspek Kehidupan. 3. Melakukan Pemberdayaan Kepada Masyarakat.

4. Melakukan Pelayanan Kepada Masyarakat.

5. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Kepada Masyarakat.

3.7 Tugas Camat

1. Tugas Delegatif dari Pelimpahan Kewenangan Bupati/Walikota. 2. Tugas Atributif yang Melekat Pada Jabatan Camat.

3. Tugas Pembantuan. 4. Tugas Dekonsentrasi.


(49)

3.7.1 Tugas Delegatif Camat dalam Melaksanakan sebagian Kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh BUPATI/WALIKOTA untuk menangani urusan Otonomi Daerah . 1. Perizinan

2. Rekomendasi 3. Koordinasi 4. Pembinaan 5. Pengawasan 6. Fasilitasi 7. Penetapan 8. Penyelenggaraan

9. Kewenangan Lain Yang Dilimpahkan.

3.7.2 Tugas Atributif yang diselenggarakan oleh Camat

1. Mengkoordinasikan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ( 5 Urusan );

2. Mengkoordinasikan Upaya Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum ( 3 Urusan );

3. Mengkoordinasikan Penerapan dan Penegakan Peraturan Daerah ( 3 Urusan ); 4. Mengkoordinasikan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Pelayanan Umum

( 3 Urusan );

5. Mengkoordinasikan Penyelenggaraan Kegiatan Pemerintahan di Tingkat Kecamatan ( 4 Urusan );

6. Membina Penyelenggaraan Pemerintahan Desan dan Atau Kelurahan ( 6 Urusan );


(50)

7. Melaksanakan Pelayanan Masyarakat yang Menjadi Ruang Lingkup Tugasnya dan Atau Yang Belum Dapat Dilaksanakan Pemerintahan Desa Atau Kelurahan

( 5 Urusan ).

3.7.3 Rincian tugas Camat dalam membina penyelenggaraan Pemerintahan Desa

1. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Tertib Administrasi Pemerintahan Desa Atau Kelurahan;

2. Memberikan Bimbingan, Supervisi, Fasilitasi dan Konsultasi Pelaksanaan Adminstrasi Desa Atau Kelurahan;

3. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Kepala Desa dan Kelurahan; 4. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Perangkat Desa dan Kelurahan;

5. Melakukan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Atau Kelurahan di Tingkat Kecamatan;

6. Melaporkan Pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Atau Kelurahan Kepada Bupati/Walikota.

3.8 Program Pemerintahan Kecamatan Medan Marelan

Sejalan dengan Program Pemerintah kota Medan yaitu pemberdayaan kelurahan dan sesuai instruksi Walikota Medan Nomor 141/141/Ins tanggal 24 Juli 2001 tentang tugas dan tanggung jawab camat dalam pembinaan dan mengawasi program pemberdayaan kelurahan di kota Medan dan Camat Medan Marelan beserta jajaran akan melaksanakan program 5K.


(51)

A. Ketentraman

Pendekatan yang dilakukan dalam menciptakan dan memelihara ketentraman di Kecamatan Medan Marelan yaitu secara persuasif, preventif dan refresif. Pendekatan persuasif dilakukan melalui penyuluhan dan penerangan secara terpadu debgan unsur muspika serta instansi/ dinas terkait yang menyangkut tentang arti pentingnya kamtibmas yang mantap.

B. Ketertiban

Mengingat Kecamatan Medan Marelan yang berada di kawasan pinggiran kota, maka prioritas ketertiban diarahkan sebagai berikut:

• Penertiban bangunan liar

• Penertiban warung yang menjual minuman keras • Penertiban hewan berkaki empat

C. Kebersihan

Dengan dicanangkannya Program Medan Bestari, untuk meraih piala adipura, pemerintah bekerjasama dengan masyarakat Kota Medan telah meraih piala adipura pada tahun 1996, 2005 dan 2012 dalam kategori Kota Metropolitan.

Adapun program dan upaya yang dilaksanakan dalam bidang kebersihan, yaitu:

1. Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat baik secara tim maupun setiap kesempatan yang ada dalam bentuk pertemuan.

2. Melakukan kerja bakti dan gotong royong missal pada saat-saat yang sudah dijadwalkan.

3. Memonitor dan melaporkan tentang tumpukan sampah kepada Kepala Lingkungan, Lurah maupun Camat diangkut oleh truk pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan Kota Medan.


(52)

D. Keindahan

Dalam rangka menciptakan suasana kota yang indah, dilakukan hal-hal: Pada setiap menjelang hari-hari besar nasional diinstruksikan kepada seluruh masyarakat agar bangunan pertokoan, kantor dan perumahan dicat rapi dan bersih.

E. Kenyamanan

Langkah-langkah yang telah diambil dalam menciptakan suasana lingkungan yang nyaman antara lain adalah:

1) Membantu Dinas Pertamanan Kota Medan dalam pemeliharaan pohon-pohon yang ditanam di beram jalan.


(53)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini, penulis akan menyajikan semua hasil pengumpulan data yang diperoleh selama penelitian. Penulis melakukan penelitian dari tanggal 21 Mei sampai 10 Juli 2012 di Kantor Camat Medan Marelan. Dari rentang waktu 10 hari ini penulis telah memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sumber informan penelitian menggunakan teknik Snowball sampling dan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dan wawancara. Dokumentasi berupa catatan kecil dan arsip yang diperoleh dari Kantor Camat Medan Marelan, sementara wawancara dilakukan secara langsung dengan informan. Berikut adalah karakteristik informan penelitian yang penulis klasifikasikan ke dalam beberapa karakteristik.

Table 4.1.1

Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki – Laki 8

2 perempuan 12

Total 20

Sumber wawancara penelitian

Dari tabel diatas penulis menetapkan informan duapuluh orang , dengan perincian delapan orang laki- laki dan dua belas orang perempuan. Klasifikasian ini hanya sebagai pengklasifikasian karakteristik dari informan saja. Klasifikasi ini tidak berpengaruh pada hasil pengumpulan data penelitian. Selama penelitian penulis mensetarakan semua informan dengan sama dan jumlah diatas bukanlah kesengajaan tapi hanya fakta dilapangan penulis kebetulan mewawancara delapan orang laki-laki dan dua belas orang perempuan.


(54)

Table 4.1.2

Klasifikasi Informan Berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

1 Pegawai 14

2 Masyarakat 4

3 Mahasiswa 2

Total 20

Sumber Wawancara Penelitian

Dari tabel di atas dapat kita lihat jumlah informan lebih banyak pegawai Kantor Camat Medan Marelan. Hal ini merupakan kesengajaan penulis memilih informan lebih banyak dari Kantor Camat Medan Marelan sesuai dengan fokus penelitian yang telah penulis jelaskan di Bab Pendahuluan. Teknik pengambilan informan penelitian dilakukan dengan teknik snowball sampling. Yaitu teknik mencari informan sampai titik jenuh, yakni jawaban yang diberikan informan sudah sama Dalam penelitian ini Penulis mewawancarai empat belas orang informan karena sudah mencapai titik jenuh, dalam arti data yang diperoleh dari informan ini sudah sama dengan data yang diperoleh dari informan sebelumnya sehingga penulis membatasi pegawai yang diwawancara hanya sampai empat belas orang saja.

Sementara informan dari masyarakat dan mahasiswa ditemui sendiri oleh penulis menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan informan dengan langsung ke tujuan penelitian. Penulis menemui keenam informan ini di Kantor Camat Medan Marelan sewaktu mengurus keperluan pribadi, yaitu mengurus Surat Pindah, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat warisan tanah dan surat mengurus Kartu Keluarga (KK).


(55)

Tabel 4.1.3

Klasifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

1 SMA 6

2 D3 8

3 SARJANA/S1 4

4 PASCASARJANA/2 2

Total 20

Sumber : Wawancara Penelitian

Dari tabel diatas kita bisa melihat ada dua puluh orang informan dengan berbagai latar belakang pendidikan. Dalam hal ini perlu peneliti menekankan walaupun informan berasal dari pendidikan yang berbeda, tapi pertanyaan yang diajukan penulis sama, dan semua jawaban informan penulis masukkan dalam temuan data penelitian tanpa mengubah makna asli dari jawaban informan.

Tabel 4.1.4

Klasifikasi Informan dari Kantor Camat Berdasarkan Jabatan

NO Jabatan Jumlah

1 Camat 1

2 Kasubag.Umum 3

3 Kasubag.Keuangan 1

4 Kasubag .Program 1

5 Kasubag.Pemerintahan 2

6 Kasubag.PM 1

7 Kasubag.Kesos 2


(56)

Total 14 Sumber : Wawancara Penelitian

Dari tabel diatas penulis mewancara pegawai Kantor Camat Medan Marelan 14 orang dengan jabatan yang sudah penulis paparkan pada tabel 4.1.4. Pertama penulis menemui camat Medan Marelan, kemudian dari camat direkomendasikan ke beberapa orang yang bisa menjawab masalah penelitian, penulis menemui pegawai yang direkomendasikan Camat dan pegawai tersebut juga menjadi informan penelitian.

Dari pegawai yang sudah menjadi informan penelitian, penulis juga mendapat rekomendasi pegawai lain yang bisa menjadi informan penelitian, siklus ini berlaku sampai penulis mencapai titik jenuh dimana pegawai yang direkomendasikan informan sebelumnya sudah mengulang jawaban informan sebelumnya, sehingga penulis menhentikan tahap pencarian informan sampai ke 14 informan saja dari Kantor Camat Medan Marelan.


(57)

4.2 Kerangka berfikir peneliti 4.2.1 Kerangka Berfikir Secara Umum

4.3 Hasil wawancara penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada informan yang telah dijumpai selama penelitian. Wawancara dilakukan dengan bertemu langsung dengan informan, dengan terlebih dahulu penulis menyiapkan pedoman wawancara dan catatan. Wawancara dilakukan kepada dua puluh orang informan dan sudah sampai ke titik jenuh yakni jawaban informan sudah sama.

Dari dua puluh informan yang telah diwawancara telah diperoleh data-data penelitian yang menurut penulis sudah bisa menjawab masalah penelitian. Berikut adalah penyajian data yang sudah dikumpulkan oleh penulis dimana penyajian data disajikan dalam uraian sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan semua informan. Alasan mengapa peneliti menyajikan dalam bentuk uraian singkat adalah supaya jawaban informan bisa terlihat jelas dan penafsiran kesimpulan data lebih mudah dilakukan.

Kualitas Pemerintahan dalam pelayanan publik

Bad Governance Good Governance

Masyarakat melayani pemerintah Birokrasi lamban dan berbelit belit Kecurangan KKN dan diskriminasi pelayanan Pemerintah melayani Masyarakat Penerapan prinsip2 good governance Cepat, tanggap dan tepat Reformasi Pelayanan publik


(58)

4.3.1 Pemahaman Tentang Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik 4.3.1.1Pemahaman Tentang Prinsip-Prinsip Good Governance

Bicara tentang Good Governance berarti bicara tentang pemerintahan yang baik. Good

Governance ialah pemerintahan yang baik dan berwibawa, bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (KKN). Sebuah pemerintahan dikatakan “good ” apabila aktor pemerintahan memiliki karakter pribadi yang jujur dan bertanggungjawab. Jujur dalam semua aspek kehidupannya dan bertanggungjawab dalam pekerjaannya sebagai pelayan publik. Prinsip-prinsip Goo Governance ialah keterbukaan, akuntabel, efisien dan efektif, serta partisipasi dari semua masyarakat, pemerintah dan swasta (Wawancara dengan Camat Medan Marelan).

Good Governance bisa diwujudkan kalau ada komitmen untuk jujur dan bertanggung jawab dari pemerintah dalam pelaksanaan tugasnya (Wawancara dengan Kasubag.Pelayanan )

Prinsip-prinsip Good Governance ialah keterbukaan, tanggungjawab, partisipasi, efesien dan efektif. Kalau semua prinsip-prinsip diatas dilakukan maka pemerintah sudah bisa dikatakan baik. Tapi dalam kenyataannya prinsip-prinsip Good Governance masih belum bisa diwujudkan secara keseluruhan, tapi prinsip paling dasar yakni keterbukaan, transparansi,dan keadilan hukum sudah diterapkan di hampir semua instansi pemerintah (Wawancara dengan Kasubag. Umum, Kasubag.PM, dan Kasubag. Kesos).

Prinsip-prinsip Good Governance ialah keterbukaan, keadilan efesian dan efektif serta partisipasi. Keempat prinsip ini sangat penting untuk diterapkan baik di pemerintahan pusat maupun daerah. Jika keempat prinsip diatas mampu diwujdukan maka dapat disimpulkan pemerintah sudah menerapkan Good Governance (Wawancara dengan Ksubag.Kasi Tartip).


(1)

Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

Tujuan dari prinsip ini adalah untuk menjamin agar kepentingan pihak-pihak yang kurang beruntung, seperti mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi dalam proses pengambilan keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum minoritas agar mereka tidak tersingkir. Selanjutnya kebijakan khusus akan disusun untuk menjamin adanya kesetaraan terhadap wanita dan kaum minoritas baik dalam lembaga eksekutif dan legislatif.

Prinsip berkeadilan di Kantor Camat Medan Marelan sudah diterapkan dengan baik karena selama pengamatan penulis semua pegawai dan masyarakat yang datang mendapat perlakuan yanmg sama dan tidak yang diistimewahkan, dalam hal keadilan semua mendapat hak yang sama.

Prinsip Efesiensi dan efektifitas merupakan setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.

Penerapan prinsip ini sudah diterapkan tapi masih belum maksimal karena seperti masalah pembengkakan pegawai dan belum adanya prosedur pengurusan kepentingan publik yang ditempelkan di dinding menurut hemat penulis telah mengurangi point keefesienan dan keefektifan pelayanan publik di Kantor Camat Medan Marelan. Tapi jika dilihat dari penggunaan semua anggaran pada sasaran yang tepat, dan adanya sistem pertanggungjawaban dari setiap kegiatan yang dilakukan, penulis menilai bahwa kantor Camat Medan Marelan sudah menerapkan prinsipo ini. Hanya saja masih banyak yang perlu dibenahi, dan saat ini Camat Medan Marelan sedang berupaya mewujudkan prinsip ini dalam semua bidang.


(2)

Prinsip akuntabilitas mengandung makna bahwa pengambil keputusan (decision maker) dalam organisasi sektor pelayanan dan warga negara madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung kepada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.

Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi. Penerapan prinsip akuntabilitas sudah diterapkan dengan baik di Kantor Camat Medan Marelan melalui pertanggungjawaban kinerja pegawai yang dinilai setiap bulan.

5.3 Upaya Camat Medan Marelan Untuk Mewujudkan Good Governance Dalam Pelayanan Publik

Good Governance harus ditandai dengan tindakan nyata yang dapat dirasakan, dinilai dan dinikmati oleh masyarakat. Dalam rangka mewujudkan Good Governance, Camat Medan Marelan telah melakukan berbagai program dan kegiatan kerja, yaitu sebagai berikut:

1. Program mendisiplinkan pegawai Kantor Camat Medan Marelan . 2. Kegiatan pelestarian lingkungan


(3)

Dari enam program diatas peneliti dapat menganalisa bahwa Kantor Camat Medan Marelan sudah mengambil langkah yang benar dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Kegiatan dan program diatas saat ini sudah dijalankan dan akan terus dipertahankan oleh Camat Medan Marelan. Dalam pemerintahan yang Good Governance sebuah program yang mendukung kesejahteraan dan berdampak positif bagi masyarakat merupakan pelayanan publik yang baik. Dalam penelitian ini juga peneliti memperoleh suatu konsep baru, bahwa pemerintahan yang “good” tidak hanya memperhatikan hal- hal yang bersifat pemerintahan saja, tetapi perlu memperhatikan pelestarian lingkungan juga . Hal ini bisa kita lihat melalui program Camat Medan Marelan yang melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan dan kegiatan gotongroyong menjaga keasrian lingkungan. Melalui kegiatan ini pemerintah Kecamatan Medan Marelan menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan hidup yang mendukung kesehatan masyarakat dan keberlangsungan ekosistem alam.


(4)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Good Governance merupakan kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Pemerintahan bisa dikatakan “good ” jika sudah menerapkan prinsip-prinsip Good Governance yaitu partisipasi, transparansi, aturan hukum, berkeadilan, berorientasi konsensus, efisien dan efektif, akuntabel dan daya tanggap.

Kata baik (good) dalam istilah Good Governance mengandung dua arti. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai-nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan social. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Kantor Camat Medan Marelan dalam proses pelaksanaan tugas melayani publik telah berupaya mewujudkan prinsip-prinsip Good Governance melalui berbagai kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik. Sebagai instansi pemerintah yang baru belajar memperbaiki citra pelayanan di mata masyarakat, Kantor Camat Medan Marelan masih belum mampu mewujudkan pelayanan yang Good Governance secara utuh.

Beberapa kesimpulan penelitian yang penulis peroleh setelah melakukan penelitian ialah sebagai berikut:


(5)

3. Penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik diwujudkan dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat yang lebih ramah, cepat dan transparan.

4. Program Camat Medan Marelan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik adalah melalui berbagai program kerja, yaitu : Program mendisiplinkan pegawai Kantor Camat Medan Marelan, Kegiatan pelestarian lingkungan, Kegiatan gotongroyong menjaga keasrian lingkungan, Rapat kinerja pegawai, Program penyediaan fasilitas kerja, Kegiatan peninjauan keamanan dan ketertiban lingkungan

5. Saat ini Kantor Camat Medan Marelan sedang dalam proses mengupayakan penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik secara keseluruhan.

6. Kantor Camat Medan Marelan belum bisa jadi model sebagai instansi pemerintah yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip Good Governance. Tetapi kepedulian Camat Medan Marelan terhadap kelestarian lingkungan hidup merupakan model pemerintahan yang bisa jadi model bagi kecamatan lainnya.

6.2 Saran

Good Governance merupakan solusi tepat untuk mengatasi pemerintahan yang “bad governance” dan Kantor Camat Medan Marelan sudah mengambil langkah yang baik dengan berupaya menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dalam pelayanan publik. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance masih sebagian sehingga Kantor Camat Medan Marelan belum berhasil mewujudkan pemerintahan yang Good Governance. Saran peneliti Camat dan pegawai Kantor Camat Medan Marelan mau terus berupaya untuk mewujudkan Good Governance dalam peningkatan kualitas pelayanan publik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta:Rineka Cipta

Djohan, Djohermansyah. 2007. Potret Otonomi Daerah Dan Wakil Rakyat Di Tingkat lokal. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset

Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan Moenir, A.S. 1992. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik dan Costemer Satisfiction.Bandung: PT. Alumni Ratminto dan Atik Septiwinarsi.2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Salam, Dharma Setyawan. 2005. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Djambatan Sedermayanti, Dr. 2003. Good Governance dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung : CV

Mandar maju

Sianipar, J.P.G.2001. Manajemen Pelayanan Masyarakat. Jakarta:Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

Sinambela, Lijan Poltak. 2008. Reformasi pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Akasara Tangkilisan, Hesel Nogi. 2005. Manajemen Publik Negara. Jakarta: PT.Gramedia Undang-Undang NO.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)

11 98 106

Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Perjuangan ).

10 91 81

Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia

11 76 97

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Samsat Medan Selatan)

46 186 127

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik Di Kantor Camat Medan Baru)

1 34 72

Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur)

5 104 160

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur Pelayanan Publik (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Serdang Bedagai)

9 73 103

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian - Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Perjuangan ).

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Perjuangan ).

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia

0 0 7