PENGARUH FRAUD INDICATORS TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listed di BEI Tahun 2013-2015)

(1)

THE EFFECT OF FRAUD INDICATORS AGAINTS THE

DETECTION OF FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

(Empirical Study On Company Listed In Indonesian Stock Exchange Year 2013 -2015)

Oleh

RIZAL ANGGRIAWAN SAPUTRA

20130420089

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

PENGARUH FRAUD INDICATORS TERHADAP

FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

(Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listed di BEI Tahun 2013-2015)

THE EFFECT OF FRAUD INDICATORS AGAINTS THE

DETECTION OF FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

(Empirical Study On Companies Listed In Indonesian Stock Exchange Year 2013 -2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

RIZAL ANGGRIAWAN SAPUTRA

20130420089

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Rizal Anggriawan Saputra Nomor mahasiswa : 20130420089

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGRUH FRAUD INDICATORS TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT PADA PERUSAHAAN YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta. 02 Desember 2016


(4)

MOTTO

But perhaps you hate a thing and it is good for you; and perhaps you love a thing and it is bad for you. And Allah Know, while you know not

=QS. 2 : 216=

Jauh disana ada cahaya dari cita-citaku yang tinggi, aku mungkin tidak dapat mencapainya, tetapi aku dapat memandang dan melihat keindahan

dari cita itu dan aku akan mencoba untuk mengetahui kemana cita-cita itu turun.

=Lousin May Alcott=

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di

antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui .


(5)

PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati skripsi ini dipersembahkan kepada orang-orang Yang selalu ada dalam setiap doaku. Kepada kedua Orang Tuaku tercinta, Bapak dan Ibu yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan segalanya selama

Dengan seluruh perhatian dan rasa sayangnya. Terima kasih kepada almamaterku


(6)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesikn penyusunan skripsi dengan judul: “PENGARUH FRAUD INDICTORS TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topic ini dengan harapam dapat memberikan masukan bagi masyarakat sehingga dapat digunakan dalam mengambil keputusan. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam proses pertimbangan dan pengambilan keputusan terkait pelaporan keuangan dan memberikan ide pengembangan bagi pebelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih tas bantuan dan dukungan yang begitu besar kepada :

1. Bapak Dr. Nano Pratowo, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(7)

2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Akt., CA., selaku kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Alex Murtin, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik kelas B angkatan 2013.

4. Ibu Erni Suryandari Fatmaningrum, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan masukan sertaa bimbingan selama proses penyelesain karya tulis ini dengan penuh sabar.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membimbing penulisan selama ini.

6. Bapak dan Ibu Karyawan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membantu dalam penulisan ini.

7. Orangtua saya yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan perhatian kepada pennulis hingga dapat menyelesaikan studi dengan tepat waktu.

8. Saudara saya Mbak Linda, Mbak Lia, Mbak Fitri, Mbak Arta, Ravendra, Radela, Bintang, Naga, Andika, Dian, Yosinta, Bintang P dan Ayu.

9. Sahabat saya Erika Putri Aditya Jessika, Hamida Nur Arofah, Hasna Fitria Zain, Lidwina Septyana Anggraeni, Misfa Rimadhani dan Ririn Anggraeni Dini Caesarantika yang selalu memberikan semangat dan perhatian.


(8)

10. Sahabat bimbingan saya Totok Sunarko dan Nindya Carla Yudhanti yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman bimbingan saya Andre, Yogi, Atqatia dan Vicky yang lainnya terima kasih untuk semangat yang diberikan.

12. Teman-teman saya Dikola, Alfareshi, Yoga, Aliffianto, Gista, Zainur, Dicky yang telah memberi keceriaan dengan tingkah polah kalian.

13. Untuk teman-teman KKN 05, Indica, Hanna, Annisa, Bang Ibnu, Jojo, Aji, Ibnu, Merissa, Izta, Fitri, Ali, Dewi, Jenita dan Ica.

14. Untuk teman-teman serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengentahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan bagi penulis agar dapat lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2 Desember 2016


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah... 10

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13


(10)

1. Agency Theory ... 13

2. Fraudulent Financial Statement ... 15

3. Fraud ... 15

4. Fraud indicators ... 16

5. . Fraud Triangle Theory ... 16

6. Fraud Diamond Theory ... 17

7. Pengertian Tekanan (Pressure) ... 18

8. Pengertian Kesempatan (Opportunity) ... 19

9. Pengertian Rasionalisasi (Rationalization) ... 20

10. Pengertian Kemampuan Individu (Capability) ... 21

B. Hipotesis ... 22

C. Model Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Subyek Penelitian ... 33

B. Jenis Data ... 33

C. Teknik Pengambilan Sampel... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

F. Uji Kualitas Instrumen ... 42

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 44


(11)

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 47

B. Uji Kualitas Instrumen ... 48

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 54

D. Pembahsan (Intrepretasi) ... 63

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 75

A. Simpulan ... 75

B. Saran ... 76

C. Keterbatasan ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

4.1 Ringkasan Prosedur Pengambilan Sampel ... 48

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 49

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 51

4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 52

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 53

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 54

4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 55


(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Fraud Triangle ... 16 2.2 Fraud Diamond ... 17 2.3 Model Penelitian ... 32


(14)

(15)

(16)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fraud indicators terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan publik nonkeuangan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, hutang, likuiditas, tingkat kinerja, efektivitas pengawasan, kualitas auditor eksternal, perubahan auditor dan perubahan direksi.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut berasal dari laporan tahunan perusahaan nonkeuangan yang listed di BEI. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang listed di BEI periode 2013-2015, kemudian sampel diambil berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria perusahaan nonkeuangan, memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian, mengalami peningkatan penjulan dan laba dan menyajikan laporan dengan mata uang rupiah. Penelitian ini menggunakan alat statistika regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraud indicators stabilitas keuangan, hutang, dan perubahan direksi berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement, sedangkan fraud indicators target keuangan, tekanan eskternal, likuditas, tingkat kinerja, efektivitas pengawas, kualitas auditor eksternal dan perubahan auditor tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.

Kata Kunci : fraud indicators, fraudulent financial statement, fraud triangle, fraud diamond, F-Score


(17)

viii

financial stability, external pressures, financial targets, debt, liquidity, level of performance, the effectiveness of supervision, the quality of the external auditor, auditor changes and change of directors.

This research was conducted by quantitative methods using secondary data. The secondary data derived from the annual reports non-financial companies listed on the Stock Exchange. The population of this research is a company listed on the Stock Exchange 2013-2015 period, and then the sample was taken by purposive sampling method with the criteria of non-financial companies, have the required data in the study, increased sales and profit and presents a report to the currency. This study uses multiple linear regression statistical tools.

The results showed that the fraud indicators of financial stability, debt, and changes in directors positive influence on fraudulent financial statements, while the fraud indicators financial targets, the pressure is external, liquidity, level of performance, effectiveness watchdog, the quality of the external auditor and changes in auditor has no effect on fraudulent financial statement.

Keywords: indicators of fraud, fraudulent financial statements, fraud triangle, diamond fraud, F-Score


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengguna. Menurut PSAK no 1, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Ketika suatu perusahaan publik menerbitkan suatu laporan keuangan, berarti perusahaan tersebut ingin menunjukkan kondisi kepada semua pihak bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan baik. Di dalam sebuah laporan keuangan bukan saja memuat angka-angka, akan tetapi haruslah memuat informasi yang menyangkut dengan posisi keuangan serta kinerja dari sebuah perusahaan yang pada akhirnya dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan (Kurniawati, 2012).

Hal di atas dapat memicu munculnya fraud pada laporan keuangan yang mengakibatkan investor dan pengguna laporan keuangan menjadi salah paham. Kesalahan yang terjadi di dalam laporan keuangan mengindikasikan


(19)

informasi yang terkandung di dalamnya menjadi tidak relevan untuk dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan sebab analisis yang dilakukan tidak sesuai dengan informasi yang terdapat dalam kenyataan, akan tetapi, munculnya fraudulent financial statementdapat dikarenakan ada salah saji di dalam laporan keuangan. Penyebab terjadinya salah saji yaitu errordan fraud. Istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda.

Error dapat diartikan sebagai kekeliruan terjadi pada kesalahan akuntansi dimana hal tersebut dilakukan dengan sengaja dikarenakan kesalahan dalam perhitungan, pengukuran maupun dalam hal penerapan standar akuntansi (Priantara, 2013). Fraud itu sendiri dapat diartikan sebagai tindakan dengan maksud membalikkan, menyembunyikan atau menghilangkan suatu kebenaran dengan tujuan agar dapat melakukan manipulasi atau penipuan yang menimbulkan kerugian bagi seseorang ataupun organsasi (Akinyomi, 2010).

Fraudulent financial statementitu sendiri menurut PSAK No. 70 adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah ataupengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Fraudulent financial statementdapat berupa manipulasi, representasi, dan salah penerapan dalam prinsip akuntansi.

Fraud saat ini menjadi suatu permasalahan yang hampir dihadapi oleh semua sesorang atau organisasi di setiap negara, baik di sektor industri apapun. Fraud didalam perusahaan biasanya terjadi di bidang keuangan. Banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fraud. Masih terbatasnya kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan operasi entitas


(20)

3

inilah yang dapat membuka jalan terjadinya fraud seperti pencurian, pemerasan, penggelapan, pemalsuan, dan lain-lain.

Sebagai contoh, kasus yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan indikasi yang dilakukan oleh Kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih (Bapepam, 2002).

Selain itu, kesalahan juga terjadi pada tiga unit yang lain. Unit industri bahan baku, kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar Rp 2,7 milyar. Unit logistik sentral, kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar. Unit pedagang besar farmasi (PBF), kesalahan berupa overstated pada persediaan barang sebesar Rp 8,1 milyar. Kesalahan berupa overstatedpada penjualan sebesar Rp 10,7 milyar (Bapepam, 2002).

Muculnya gejala, perubahan gaya hidup serta keluhan maupun kecurigaan merupakan tanda-tanda adanya fraud. Red flag atau fraud indicators adalah karakteristik yang bersifat kondisi atau perilaku sesorang. Apabila terjadi keadaan yang tidak seharusnya atau tidak sesuai dengan apa yang biasanya terjadi hal tersebut menjadikan pertanda adanya fraud indicators (Priantara, 2013).

Kondisi yang memungkinkan dimana penyebab gejala adanya fraud di dalam suatu perusahaan dihubungkan dengan red flags atau fraud indicators. Kondisi diatas digambarkan oleh Cressey (1953) menggunakan konsep


(21)

triangle fraud yang diperkernalkan dalam Statement of Auditing Standard (SAS) No. 99 yang terdiri tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).

Upaya untuk meningkatkan pendeteksian fraud menggunakan fraud triangle dapat dilengkapi dengan penggunaan konsep fraud diamond. Dimana dalam konsep ini menambah satu elemen dari fraud triangle yang ada yaitu kemampuan dari seorang individu (capability)yang memungkinkan seseorang malakukan fraud. Fraud tidak mungkin ada apabila tanpa adanya seseorang memiliki kemampuan yang tepat (Wolfie dan Hermanson, 2004). Orang yang tepat tersebut haruslah mempunyai kemampuan untuk memahami suatu peluang dimana selanjutnay peluang tersebut dijadikan sebuah kesempatan untuk mengambil keuntungan (Priantara, 2013).

Dalam SAS no. 99, terdapat empat jenis Pressure yang mungkin mengakibatkan kecurangan pada laporan keuangan. Jenis Pressure tersebut antara lain financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets. SAS no. 99 membagi Opportunity yang mungkin terjadi pada kecurangan laporan keuangan menjadi tiga kategori yaitu nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. Bagian paling sulit dikukur dan diamati dari fraud diamond adalah Rationalization dan Capability.

Variabel-variabel dalam penelitian ini membutuhkan adanya alat ukur pada setiap variabel. Dalam penelitian ini mebutuhkan alat ukur antara lain Pressure yang diproksikan dengan stabilitas keuangan, tekanan eksternal,


(22)

5

target keuangan, hutang, likuidits serta tingkat kinerja. Opportunity yang diproksikan dengan efektivitas pengawas dan kualitas auditor eksternal. Rationalization yang diproksikan dengan perubahan auditor. Capability yang diproksikan dengan perubahan dewan direksi.

Stabilitas keuangan muncul karena perusahaan mendapat tekanan dari kondisi ekonomi, politik maupun industri. Di mana menurunnya industri, kegagalan bisnis yang meningkat dan turunnya permintaan dari pelanggan merupakan keadaan yang memperngaruhi stabilitas keuangan perusahaan. Hal tersebut menodrong terjadinya fraud karena manajemen mendapat tekanan untuk menunjukkan kepada pesaing bahwa perusahaan sudah baik dalam kinerjanya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nauval (2014) dan Hanifa (2015) yang menunjukkan hasil yang positif hubungan antara stabilitas keungan dengan frauddalam pelaporan keuangan.

Tekanan eksternal menjadi salah satu alasan terjadinya fraud karena manajemen pasti mendapat tekanan untuk memenuhi kebutuhan akan tambahan uang atau sumber pembiayaan eksternal (Skousen et al., 2009). Di mana manajemen akan berusaha untuk memperoleh tambahan pembiayaan dari segi hutang dan ekuitas, Hal tersebut dilakukan sebagai cara perusahaan untuk mempertahankan keunggulan yang dimiliki dari para pesaingnya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lou and Wong (2009) yang menunjukkan bahwa kondisi yang terjadi memicu adanya fraud dalam pelaporan keuangan.


(23)

Target keuangan ditetapkan melalui manajemen perusahaan seperti target penjualan serta keuntungan tambahan. Target keuangan muncul pada saat posisi keuangan perusahaan dalam keadaan buruk yaitu perusahaan memiliki hutang ke pihak lain yang menyebabkan laba yang diperoleh menurun secara besar serta akan muncul kepentingan keuangan tersendiri dari perusahaan. Hal tersebut akan memicu tekanan bagi manajemen untuk lebih mementingkan kepentingan individu yang berdampak dengan adanya fraud pada pelaporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) dan Hanifa (2015) yang menunjukkan bahwa target keuangan berpengaruh terhadap adanya fraud dalam pelaporan keuangan.

Hutang merupakan hal yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Hutang yang tinggi pada perusahaan secara tidak langsung akan memicu adanya fraud pada pelaporan keuangan. Berdasarkan penelitian yang dilaukan oleh Dechow, et al. (2011) dan Smaili, et al. (2009) menunjukkan bahwa suatu perusahaan jika memiliki hutang tinggi maka semakin tinggi pula akan terjadinya fraud.

Likuiditas dianggap menjadi masalah yang penting ketika mengganggu kelangsungan hidup dari perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan Hutomo (2012) menjelaskan apabila suatu perusahaan mempunyai tingkat likuiditas rendah hal tersebut akan mengindikasikan bahwa fraud akan terjadi. Begitu juga dengan tingkat kinerja. Jika perusahaan memiliki tingkat kinerja yang baik maka semakin besar laba yang akan diperoleh. Sebaliknya jika perusahaan memiliki tingkat kinerja yang rendah maka laba yang didapatkan


(24)

7

akan semakin rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Araujo (2013) dan Hanifa (2013) menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kinerja dengan fraud pada pelaporan keuangan. Dimana tingkat kinerja yang rendah akan mendorong pihak manajemen utuk melakukan fraudulent financial statement.

Efektivitas pengawasan yang baik dari perusahaan dapat dilihat dari fungsi pengawasan dari dewan komisaris independen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dunn (2004) menunjukkan bahwa ketika perusahaan memiliki dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan makan efektivitas perusahaan akan meningkat sehingga terjadinya fraud dapat ditekan. Efektivitas pengawasan yang baik juga harus didukung oleh kualitas auditor eksternal yang baik pula. Kualitas audit dapat terwujud dengan baik apabila penerapan dari standar serta prinsip audit dilakukan dan auditor harus memiliki sikap independent. Pada penelitian yang dilakukan oleh Smaili et al. (2009) menunjukkan ketika auditor eksternal tesebut bekerja di perusahaan pada KAP Big Four dianggap memiliki keahlian yang lebih dalam proses pendeteksian fraudsehingga fraudulent financial statement dapat ditekan.

Disisi lain, jika pada perusahaan terjadi pergantian auditor hal tersebut dapat menggambarkan adanya insiden kegagalan audit (Skousen et al., 2009). Hal tersebut terjadi karena auditor independen yang masih baru belum mengerti kondisi perusahaan secara keseluruhan serta masih terdapat kendala dalam proses audit untuk mendeteksi fraud. Albrecht (2002) menjelaskan bahwa perubahan auditor dihubungkan dengan fraudulent financial statement didukung penelitian yang dilakukan oleh Nauval (2014) yang mengatakan


(25)

bahwa semakin tinggi tingkat frekuensi pergatian auditor maka kecenderungan perusahaan melaukan fraud pada pelaporan keuangan semakin tinggi.

Wolfe dan Hermanson (2004) bependapat bahwa capability merupakan satu dari beberapa faktor risiko fraud yang memicu adanya kecurangan pada pelaporan keuangan. Capability pada penelitian ini diproksikan dengan perubahan direksi, dimana perubahan direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mampu mengetahui fraudyang dilakukan oleh perusahaan.

Penelitian mengenai analisis Fraud diamond dianggap masih sedikit dilakukan di Indonesia. Pendekatan fraud factors dianggap tidak efektif, karena pendekatan ini terkenal melibatkan penggunaan suatu daftar indikator fraud. Fraud factors tidak meramalkan adanya tindakan kecurangan, tetapi merupakan kondisi yang terkait dengan tindakan kecurangan. Fraud factors memiliki keterbatasan : (1) fraud factors berhubungan dengan tindakan kecurangan, tetapi tidak dapat mengungkapkan secara pasti (tidak menunjukkan hubungan asli), dan (2) karena memfokuskan perhatian pada tanda tertentu mungkin fraud factorsmenghambat auditor internal dan auditor eksternal dari identifikasi alasan-alasan lain bahwa tindakan kecurangan bisa terjadi (Krambia, 2002).

Terjadinya peningkatan besar dalam jumlah kecurangan keuangan yang dilaporkan dan kegagalan bisnis telah menimbulkan keprihatinan tentang legitimasi laporan keuangan perusahaan. Atas dasar uraian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeteksi dan memprediksi fraudulent financial


(26)

9

statement menggunakan analisis fraud triangle serta fraud diamond. Masih jarang adanya penelitian di Indonesia untuk mendeteksi dan memprediksi fraudulent financial statementmenggunakan analisis fraud triangleserta fraud diamondmendorong untuk dilakukan pengujian terhadap variabel tersebut.

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Hanifa (2015). Atas dasar penyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai fraud indicators terhadap fraudulent financial statement. Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti yaitu perusahaan-perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang digunakan untuk mengukur besarnya fraudulent financial statement yang sebelumnya menggunakan pengkodean dalam penelitian ini menggunakan F-Score. Penelitian ini menambahkan variabel lain. Yang pertama menambah variabel pengukur dari rasionalisasi dimana dalam penelitian ini menggunakan pergantian auditor. Yang kedua metode dalam pengolahan data berbeda dengan yang sebelumnya. Yang ketiga periode pengukuran menggunakan tahun yang lebih terbaru.

Berdasarkan latar belakang dan adanya peristiwa mengenai fraudulent financial statement, sehingga peneliti tertarik untuk memberi judul “PENGARUH FRAUD INDICATORS TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listed di BEI Bergerak di Sektor Non-Keuangan Tahun 2013 - 2015.”


(27)

B. Batasan Masalah

Fraud indicators dalam penelitian ini terdiri dari : stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, hutang, likuiditas, tingkat kinerja, efektivitas pengawasan, kualitas auditor eksternal, perubahan auditor dan perubahan direksi.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement?

2. Apakah tekanan eksternal berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement?

3. Apakah target keuangan berpengaruh negatif terhadapfraudulent financial statement?

4. Apakah hutang berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement?

5. Apakah likuiditas berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement?

6. Apakah tingkat kinerja berpengauh negatif terhadap fraudulent financial statement?

7. Apakah efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement?

8. Apakah kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement?


(28)

11

9. Apakah perubahan auditor berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement?

10. Apakah perubahan dewan direksi berpengaruh positif terhadapfraudulent financial statement?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah menguji dan memperoleh bukti empiris :

1. Pengaruh stabilitas keuangan terhadap fraudulent financial statement. 2. Pengaruh tekanan eksternal terhadap fraudulent financial statement. 3. Perngaruh target keuangan terhadap fraudulent financial statement. 4. Pengaruh hutang terhadap fraudulent financial statement.

5.Pengaruh likuiditas terhadap fraudulent financial statement. 6.Pengaruh tingkat kinerja terhadap fraudulent financial statement.

7.Pengaruh efektivitas pengawasan terhadap fraudulent financial statement. 8.Pengaruh kualitas auditor eksternal terhadap fraudulent financial

statement.

9.Pengaruh perubahan auditor terhadap fraudulent financial statement.

10.Pengaruh perubahan dewan direksi terhadap fraudulent financial statement.


(29)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Bagi Investor dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan para investor pada saat akan menanamkan modalnya di dalam sebuah perusahaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kalangan mahasiswa dan akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta pengetahuan mengenai fraud yang terjadi pada laporan keuangan. Penelitian ini untuk melengkapi juga mengembangkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

b. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki dalam penyajian laporan keuangan yang terhidar dari fraud. Karena penyajian laporan keuangan sangat berpengaruh bagi pihak-pihak penting dalam pengambilan keputusan.


(30)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory

Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Terjadinya suatu fraudulent financial statement dikarenakan adanya hubungan yang terjadi antara agen (perusahaan) dan prinsipal (investor). Manajemen sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal).

Dalam agency theory dapat diasumsikan bahwa setiap individu semata-mata melakukan hal tersebuat atas dasar kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konfilik antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak.

Konflik kepentingan akan semakin meningkat karena principal tidak dapat mengawasi aktivitas CEO secara rutin untuk memastikan apakah CEO bekerja sesuai dengan kesepakatan. Disini principal memiliki


(31)

keterbatas dalam hal informasi mengenai para agent. Sedangkan agent kaya tentang hal informasi mengenai diri sendiri, lingkungan kerja dan kondisi perusahan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Dengan adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan principal dapat mendorong bagi para agent untuk melakukan kegiatan untuk menyembunyikan sejumlah informasi yang seharunya diketahui oleh para principal. Hal tersebut akan berdampak dalam kondisi agent ketika menyajikan angka-angka dalam laporan keuangan yang berhubungan dengan manajemen laba.

Suatu peluang atau opportunity dapat muncul dari keputusan serta tindakan yang diambil oleh para pemimpin atau atasan (Rahmanti, 2013). Melihat kondisi tersebut, pemimpin lebih mudah tergoda untuk melakukan kegiatan fraud dalam bentuk menyembunyikan informasi yang sebenarnya seperti yang biasanya terjadi pada perusahaan yang listed. Dalam hal ini, teori yang ada berkaitan dengan adanya faktor dari risiko fraud yaitu opportunity dimana para pelaku beranggapan bahwa tindakan fraud yang mereka lakukan memiliki kemungkinan kecil bahkan tidak akan terdeteksi.


(32)

15

2. Fraudulent Financial Statement

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat mendefinisikan Fraudulent Financial Statement sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau kecurangan non finansial.

Kecurangan dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti :

a. Pemalsuan, manipulasi atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung laporan keuangan.

b. Kesengajaan dalam penyajian atau sengaja menghilangkan atau penyembunyian data seperti transaksi, kejadian atau informasi penting dari laporan keuangan.

c. Salah penerapan secara sengaja mengenai prinsip akuntansi (Jumlah, klasifikasi, penyajian dan pengungkapan).

3. Fraud

Menurut Statement of Auditing Standards No.99, fraud didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit. Fraud berbeda dengan error. Jika seseorang tidak sengaja melakukan proses pemasukan data yang salah disaat proses pencatatan suatu transaksi hal tersebut bukan merupakan kegiatanfraud. Namun apabila sesorang dengan secara


(33)

sengaja melakukan tindakan rekasaya terhadap laporan keuangan maka hal tersebut dapat dikatakan fraud.

4. Fraud Indicators

Priantara (2013) berpendapat bahwa yang dinamakan dengan fraud indicators ialah karakter yang memiliki kondisi lingkungan atau suatu perilaku seseorang. Priantara (2013) juga berpendapat bahwa ketika fraud indicatorsmuncul hal tersebut bukan selalu kegiatan fraud namun fraud indicators dapat hadir disetiap kegiatan fraud. Fraud indicators berkaitan dengan keadaan yang memungkinkan untuk timbulnya fraud pada suatu perusahaan.

5. Fraud Triangle Theory

Fraud Triangle Theory merupakan suatu gagasan tentang penyebab terjadinya kecurangan yang dikemukakan oleh Cressey (1953) yang dinamakan segitiga kecurangan atau lebih dikenal dengan fraud triangle. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud, yaitu pressure, opportunity dan rationalization seperti pada gambar 1.

Pressure

Opportunity Rationalization Gambar 2.1Fraud Triangle


(34)

17

Sumber : Fraud Triangle Theory(Cressey, 1953) 6. Fraud Diamond Theory

Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang fenomena Fraud yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Fraud diamond merupakan suatu bentuk penyempurnaan dari teori Fraud triangleoleh Cressey (1953). Dalam konsep fraud diamond Wolfe dan Hermanson (2004) menambahkan satu elemenfraud yaitu capability yang dianggap memiliki pengaruh yang signfikan terhadap Fraud seperti pada gambar 2.

Pressure Opportunity

Rationalization Capability Gambar 2.2Fraud Diamond

Sumber :Fraud Diamond Theoryoleh Wolfe dan Hermanson (2004) 7. Tekanan (Pressure)

Tekanan merupakan keadaan yang ditujukan kepada individu maupun sekelompok orang yang dapat mengubah tingkah laku individu tersebut (Hanifa, 2015). Didalam segi pandang fraud, tekanan merupakan kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Dalam lingkup fraud, tekanan dibagi kedalam enam jenis antara lain :


(35)

a. Stabilitas Keuangan

Bank Indonesia (2013) menjelaskan yang dimaksud dengan stabilitas keuangan merupakan keadaan saat proses ekonomi dimana terjadi penetapan harga, alokasi dana serta pengendalian risiko dapat bekerja semaksimal mungkin serta dapat membantu adaya pertumbuhan ekonomi.

b. Tekanan Eksternal

Menurut Rahmanti (2013) tekanan eksternal adalah tekanan yang berasal dari luar organisasi yang dapat mempengaruhi keadaan seseorang.

c. Target Keuangan

Rahmanti (2013) menjelaskan bahwa target keuangan merupakan suatu susunan kinerja dari laba dimana dapat diraih dengan usaha yang dilakukan. Suatu target keuangan biasanya ditetaptakan melalui manajemen perusahaan seperti adanya sasaran penjualan serta motivasi untuk mendapat keuntungan.

d. Hutang

Hutang adalah kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu, untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Kieso, 2002).


(36)

19

e. Likuiditas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), likuiditas adalah posisi uang atau kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo tepat pada waktunya.

f. Tingkat Kinerja

Menurut Puspita (2012), tingkat kinerja memiliki arti gambaran suatu perolehan pelaksanaan dari program serta kebijakan yang ada untuk meraih visi, misi serta tujuan dari suatu perusahaan.

8. Peluang (Opportunity)

Menurut Jalius HR (2013), peluang memiliki arti sebagai kondisi dimana seseorang memungkinkan untuk melakukan tindakan.

a. Efektivitas Pengawasan

Efektivitas merupakan sistem penilaian yang digunakan pada tiap organisasi maupun lembaga dalam hal pengukuran dari keberhasilan serta yang diharapkan (Chairil, 2012). Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan yaitu usaha untuk memeriksa semua hal yang terjadi apakah telah sesuai atau sama dengan rencana awal yang dirumuskan. Pada dasarnya pengawasan memiliki fungsi yaitu memastikan apakah tujuan bisa tercapai (Fayol, 2011).

b. Kualitas Auditor Eksternal

Kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan


(37)

apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien (Rosnidah, 2010). Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala sesuatu yang memungkinkan seorang auditor menemukan pelanggaran yang terjadi dan melaporkan hal tersebut ke dalam bentuk laporan audit, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

9. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi dapat diartikan sebagai sifat perilaku yang mencari pembenaran atas perbuatan yang dilakukan seseorang (Priantara, 2013). Hampir semua Frauddilatarbelakangi oleh Rationalization.Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur (Skousen et al.2009).

Perubahan Auditor

Pergantian auditor adalah keinginan perusahaan untuk mengganti kantor akuntan Publik, dari KAP yang satu ke KAP yang lainnya (Tampubolon, 2010).

Beberapa penelitian mengindikasi bahwa insiden kegagalan audit meningkat saat terjadi pergantian auditor dalam perusahaan (Skousen et


(38)

21

al., 2009). Hal tersebut dapat terjadi karena auditor independen terutama yang masih baru belum mengerti kondisi perusahaan secara keseluruhan serta terbatasnya waktu dalam melakukan proses audit menjadi kendala dalam proses audit untuk mendeteksi kecurangan yang tersembunyi. 10. Kemampuan Individu (Capability)

Kemampuan individu memiliki arti sebagai sifat dan kemampuan orang yang memiliki porsi besar dimana dapat memberikan kemungkinan tindakan terjadi (Ginting, 2010). Pada fraud diamond memasukkan capabilityuntuk diajikan pelaku yang tepat dalam kegiatan fraud.

Perubahan Dewan Direksi

Perubahan direksi merupakan kondisi dimana proses pemindahan wewenang dari direksi yang lama menuju direksi yang baru, hal tersebut dilakukan agar kinerja yang ada dapat diperbaiki (Hanifa, 2015). Perubahan direksi biasanya berkaitan dengan politik dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu munculnya conflict of interest. Salah satu fraud risk factor yang memicu munculnya fraud adalah capability. Sebagai contoh dimana perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya fraud (Wolfe dan Hermanson, 2004).

Perubahan direksi tidak selamanya berdampak buruk bagi perusahaan. Sebaliknya, hal tersebut dapat dijadikan sebagai upaya untuk perusahaan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja dari direksi sebelumnya.


(39)

B. Hipotesis

1. Pengaruh Stabilitas Keuangan Terhadap Fraudulent Financial Statement

Bank Indonesia (2013) menjelaskan yang dimaksud dengan stabilitas keuangan merupakan keadaan saat proses ekonomi dimana terjadi penetapan harga, alokasi dana serta pengendalian risiko dapat bekerja semaksimal mungkin serta dapat membantu adaya pertumbuhan ekonmi. Munculnya kondisi yang tidak stabil dipicu oleh banyak sebab yang muncul dari kedaan ekonomi, politik serta industri. Kondisi yang dapat mempengaruhi kestabilan keuangan dari perusahaan yaitu ketika kegagalan dari bisnis yang dilakukan dan penurunan permintaa dari para pelanggan.

Pada peneliti ini dalam pengukuran stabilitas keuangan menggunakan rasio pertumbuhan asset. Penelitian yang dilakukan oleh Loebbecke et al. (1989) dan Bell et al. (1991) serta Skousen et al. (2009) dan yang terbaru Nauval (2014) dan Hanifa (2015) menunjukkan bahwa ketika semakin besar nilai rasio dari perubahan jumlah asset yang ada di perusahaan berarti probabilitas untuk melakukan kegiatan kecurangan berupa fraudulent financial statement akan semakin tinggi. Hal tersebut akan memicu terjadinya tekanan dari manajemen untuk melakukan perbuatan menutupi keadaan stabilitas keuangan yang ada dimana hal tersebut memungkinkan terjadi kecurangan pada pelaporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :


(40)

23

H1 : Stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap fraudulent

financial statement

2. Pengaruh Tekanan Eksternal Terhadap Fraudulent Financial Statement

Tekanan eksternal merupakan tekanan yang berasal dari luar organisasi yang dapat mempengaruhi keadaan seseorang (Rahmanti, 2013). Pada umumnya perusahaan terkena tekanan yang berasal dari luar perusahaan. Tekanan yang biasanya dialami oleh perusahaan yaitu kebutuhan memenuhi tambahan sumber pembiayaan yang berasal dari luar perusahaan dengan tujuan untuk menjaga kondisi perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, sebagai contoh pembiayaan penelitian dan pembangnuna (Skousen et al., 2009). Pernyataan di atas didukung penelitian yang dilakukan oleh Persons (1995) serta Lou and Wong (2009). Keadaan tersebut memicu risiko yang tinggi sebagai indikasi dalam melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan. Untuk melakukan kegiatan yang dapat mendeteksi adanya kecurangan pada pelaporan keuangan dibutuhkan auditor yang berpengalaman. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H2 : Tekanan eksternal berpengaruh positif terhadap fraudulent financial

statement

3. Pengaruh Target Keuangan Terhadap Fraudulent Financial Statement Rahmanti (2013) menjelaskan bahwa target keuangan merupakan suatu susunan kinerja dari laba dimana dapat diraih dengan usaha yang


(41)

dilakukan. Suatu target keuangan biasanya ditetaptakan melalui manajemen perusahaan seperti adanya sasaran penjualan serta motivasi untuk mendapat keuntungan. Target keuangan yang telah ditetapkan harus dapat dicapai sehingga manajer di dalam melakukan kinerja haruslah bekerja dengan maksimal. Target keuangan dapat digambarkan dengan Return of Assets (ROA). Dimana jika perusahaan memiliki ROA yang tinggi makan perusahaan tidak akan melakukan kecurangan, karena nilai tersebut menggambarkan bahwa perusahaan telah mengalami pertumbuhan yang baik.

Pada penelitian Skousen et al. (2009) didapatkan hasil bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nauval (2014), Sihombing (2014) dan Hanifa (2015) dimana keadaan tersebut menimbulkan dampak risiko rendah terhadap kecurangan sebab manajemen perusahaan melakukan kinerja keuangan dengan lebih hati-hati sehingga indikasi kecurangan pada pelaporan keuangan lebih rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H3 : Target keuangan berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial

statement

4. Pengaruh Hutang Terhadap Fraudulent Financial Statement

Hutang merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu, untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya


(42)

25

dimasa depan sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Kieso, 2002). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wuerges dan Borba, (2010); Kirkos

et al (2007); Beneish, (1999); Dechow, et al (2011) dan Smaili, et al (2009) menunjukkan apabila suatu perusahaan memiliki hutang tinggi maka semakin tinggi pula akan terjadinya fraud.

Agent bisa melakukan suatu tindakan dimana akan berdampak pada meningkatnya kekayaan agentdengan mengabaikan kepentingan bagi para principal. Hal tersebut berkaitan pada tingkat nilai hutang yang ada pada perusahaan dimana tingkat hutang tersebut akan menggambarakan kinerja dari manajemen. Manajemen akan melakukan fraud dengan menyembunyikan informasi yang seharusnya dimana hal tersebut berkaitan dengan adanya kecurangan pada pelaporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : H4: Hutang berpengaruh positif terhadapfraudulent financial statement

5. Pengaruh Likuiditas Terhadap Fraudulent Financial Statement

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), likuiditas adalah posisi uang atau kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo tepat pada waktunya.

Pada penelitian Perols dan Lougee (2011) dan Kirkos, et al. (2007) serta Hutomo (2012) menjelaskan apabila suatu perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yag rendah, hal tersebut mengindikasikan bahwa fraud akan terjadi. Jika perusahaan memiliki likuditas yang rendah itu berarti


(43)

perusahaan berada pada masalah kekurangan kas lancar yang berakibat pada kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Likuiditas dianggap menjadi masalah yang penting ketika mengganggu kelangsungan hidup dari perusahaan. Sebagai contoh, jika perusahaan kesulitan dalam mendapatkan kepercayaan karena tidak dapat membayar bunga maupun pokok dari pinjaman hingga perusahaan tidak bisa melunasi deviden dengan tunai. Agent akan tetap berupaya sehingga perusahaan agar bisa terus melakukan usahanya. Kondisi seperti ini memicu adanya kecurangan pada pelaporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H5: Likuiditas berpengaruh negatif terhadapfraudulent financial statement

6. Pengaruh Tingkat Kinerja Terhadap Fraudulent Financial Statement Menurut Puspita (2012), tingkat kinerja memiliki arti gambaran suatu perolehan pelaksanaan dari program serta kebijakan yang ada untuk meraih visi, misi serta tujuan dari suatu perusahaan. Tingkat kinerja perusahaan dapat memliki berdampak terhadap terciptanya laba. Apabila tingkat kinerja suatu perusahaan dalam keadaan baik maka semakin besar pula laba dapat diperoleh. Sebaliknya, apabila tingkat kinerja dalam keadaan rendah maka laba yang dapatkan akan semakin rendah.

Pada penelitian Dechow, et al. (2011) serta Araujo, (2013) dan Hanifa (2015) menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara probabilitas pada tingkat kinerja dengan kucurangan pada pelaporan keuangan. Ketika tingkat kinerja pada tingkat yang rendah, hal tersebut


(44)

27

dapat mendorong pihak manajemen dalam melakukan kecurangan dengan cara menyembunyikan atau menyalahgunakan informasi dari perusahaan. Hal tersebut dilakukan supaya kinerja dari perusahaan meningkat secara merata dan memberikan gambaran yang baik bagi para pengguna laporan keuangan.

Berdasarkan hal di atas mengandung makna jika perusahaan memiliki tingkat kinerja yang rendah hal tersebut dapat mendorong pihak manajemen dalam memenuhi kewajiban yang ada dan menunjukkan kinerja semaksimal mungkin agar berada pada tingkat kinerja yang diinginkan. Kondisi tersebut memiliki risiko yang rendah sebab menajemen dari perusahaan akan melaksanakan kinerja dengan lebih hati-hati yang berarti adanya kecurangan pada pelaporan keuangan akan rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H6 : Tingkat kinerja berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial

statement

7. Pengaruh Efektivitas Pengawasan Terhadap Fraudulent Financial Statement

Efektivitas merupakan sistem penilaian yang digunakan pada tiap organisasi maupun lembaga dalam hal pengukuran dari keberhasilan serta yang diharapkan (Chairil, 2012). Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan yaitu usaha untuk memeriksa semua hal yang terjadi apakah telah sesuai atau sama dengan rencana awal yang dirumuskan. Pada dasarnya pengawasan memiliki fungsi yaitu memastikan apakah tujuan bisa


(45)

tercapai (Fayol, 2011). Fraud dapat ditekan dengan memaksimalkan fungsi pengawas dengan mengaitkan dengan dewan komisaris independen dimana tugas utama dari dewan komisaris independen adalah mengawasi aktivitas kinerja dari perusahaan.

Pada hasil penelitian Beasley (1996), Dechow et al. (1996) serta Dunn (2004)menunjukkan ketika dewan komisaris pada perusahaan berasal eksternal perusahaan dapat memberikan pengaruh berupa peningkatan dari efektivitas kinerja dari dewan komisaris ketika melakukan monitoring untuk menekan adanya fraudulent financial statement. Dapat dikatakan, apabila suatu perusahaan mempunyai komposisi dewan komisaris independen yang jumlahnya lebih dari satu dan berasal dari luar perusahaan, hal tersebut dapat mencerminkan bahwa tingkat pengawasan pada perusahaan akan semakin besar yang berdampak pada semakin rendah adanya tindakan kecurangan pada pelaporan keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H7 : Efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap fraudulent

financial statement

8. Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal Terhadap Fraudulent Financial Statement

Kualitas audit merupakan pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien (Rosnidah, 2010). Auditor eksternal bertugas melakukan proses audit secara luas dan menyeluruh atas


(46)

29

laporan keuangan serta mengamati kinerja dari laporan keuangan. Kualitas audit dapat terwujud dengan baik apabila penerapan dari standar serta prinsip audit dilakukan dan auditor memiliki sikap independent, taat kepada hukum dan kode etik yang telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Dalam penelitian Lennox dan Pittman (2010) serta Smaili et al. (2009) menunjukkan ketika auditor yang berasal dari luar tersebut bekerja di perusahaan pada KAP Big Four dianggap memiliki keahlian yang lebih baik dalam proses pendeteksian kecurangan dibandingan yang bekerja pada KAP Non-Big Four. Itu berarti menunjukkan bahwa jika perusahan memiliki auditor yang berasal dari luar perusahaan dan bekerja pada KAP Big Four dianggap memliki keahlian yang lebih baik dalam prroses pendeteksian kecurangan makan fraud yang dideteksi akan makin besar karena kualitas dari audit yang dihasilkan akan lebih baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H8 : Kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif terhadap fraudulent

financial statement

9. Pengaruh Perubahan Auditor Terhadap Fraudulent Financial Statement

Pergantian auditor merupakan keinginan perusahaan untuk mengganti kantor akuntan Publik, dari KAP yang satu ke KAP yang lainnya (Tampubolon, 2010). Beberapa penelitian mengindikasi bahwa insiden kegagalan audit meningkat saat terjadi pergantian auditor dalam


(47)

perusahaan (Skousen et al., 2009). Hal tersebut dapat terjadi karena auditor independen terutama yang masih baru belum mengerti kondisi perusahaan secara keseluruhan serta terbatasnya waktu dalam melakukan proses audit menjadi kendala dalam proses audit untuk mendeteksi kecurangan yang tersembunyi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Albrecht (2002) dimana adanya perubahan auditor dihubungkan dengan fraudulent financial statement. Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Nauval (2014) dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi frekuensi pergantian auditor maka kecenderungan perusahaan melakukan fraudulent financial statementsemakin tinggi. Skousen et al. (2009) berendapat bahwa ketika kantor akuntan publik pada suatu perusahaan dilakukan pergantian hal tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur adanya Rationalization. Krishnan dan Krishnan (1997) dan Shu (2000) menemukan bahwa pengunduran diri auditor berpengaruh positif terhadap kemungkinan litigasi. Perubahan yang ada mengakibatkan munculnya masa perpidahan serta stress period pada suatu perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan Loebbecke et al., (1989) dalam Lou and Wang (2009) menunjukkan bahwa 36 persen dari kecurangan dalam sampel mereka dituduhkan dalam dua tahun awal masa jabatan auditor. Adanya pergantian akuntan publik pada pada dua tahun periode dapat menjadi indikasi terjadinya fraud. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:


(48)

31

H9 : Pergantian auditor berpengaruh positif terhadap fraudulent financial

statement

10. Pengaruh Perubahan Direksi Terhadap Fraudulent Financial Statement Perubahan direksi secara luas berkaitan dengan politik serta kepentingan pihak-pihak tertentu yang mengundang adanya conflict of interest. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa capability merupakan satu dari beberapa faktor risiko fraud yang memicu adanya kecurangan pada pelaporam keuangan.

Perubahan direksi tidak selamanya berdampak buruk bagi perusahaan. Sebaliknya, hal tersebut dapat dijadikan sebagai upaya untuk perusahaan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja dari direksi sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal. Berdasarkan uraian, diatas penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H10 : Perubahan direksi berpengaruh positif terhadap fraudulent financial


(49)

C. Model Penelitian

(+) H1

(+) H2

(-) H3

(+) H4

(-) H5

(-) H6

(-) H7

(-) H8

(+) H9

(+) H10

Gambar 2.3 Model Penelitian

FRAUDULENT FINANCIAL STATEM ENT

RATIONALIZATION

PERUBAHAN AUDITOR

CAPABILITY

PERUBAHAN DEWAN DIREKSI

PRESSURE

STABILITAS KEUANGAN

TEKANAN EKSTERNAL

TARGET KEUANGAN

LIKUIDITAS HUTANG

TINGKAT KINERJA

OPPORTUNITY

EFEKTIVITAS PENGAWAS


(50)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak disektor nonkeuangan yang terdaftar tahun 2013–2015.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang bersangkutan. Data yang akan digunakan diperoleh dari sumber-sumber yang bersangkutan atau berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa annual report perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015. Laporan keuangan yang telah diaudit (annual report) dapat diperoleh di pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, selain itu juga dapat diperoleh dari website resmi BEI http://www.idx.co.id dan website resmi perusahaan.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Purposive

Sampling. Pengambilan metode purposive sampling yaitu pengambilan

berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria dalam pengambilan sampel antara lain : 1. Perusahaan yang bergerak disektor nonkeuangan yang terdaftar di


(51)

2. Perusahaan mempunyai kelengkapan data yang harus ada untuk penelitian dimana data yang diambil berasal dari annual report atau laporan keuangan tahunan (LKT).

3. Perusahaan yang konisisten mengalami peningkatan penjualan pada tahun 2013-2015.

4. Perusahaan yang konsisten mengalami peningkatan laba pada tahun 2013-2015.

5. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah.

6. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga metode pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang berasal dari pencatatan sumber atau publikasi lain. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari BEI dan www.idx.co.id pada tahun 2013-2015. Selain itu untuk mendukung data dalam penelitian juga dapat diperoleh dari jurnal, internet, dan sumber-sumber lain yang relevan.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen : Fraudulent Financial Statement

Fraudulent Financial Statement merupakan kecurangan yang


(52)

35

keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Variabel fraudulent

financial statement diukur dengan fraud score model dimana model

tersebut telah ditetapkan oleh Dechow et al., (2009). Dimana tersebut merupakan hasil dari penjumlahan Accrual Quality dan Financial

Performance. Model F-Score dapat dihitung dengan rumus :

Accrual Quality dapat diukur melalui RSST accrual yang didapat melalui perubahan aktiva lancar (tidak termasuk kas), dikurangi dengan perubahan kewajiban lancar (tidak termasuk utang jangka pendek) dan penyusutan serta perubahan long-term operating assets dan long-term operating liabilities.Dimana model tersebut dapat dihitung :

Dimana :

WC = Current Asset – Current Liability

NCO = (Total Assets – Current Assets – Investment and Advances)

(Total Liabilities – Current Liabilities – Long Term Debt) FIN = Total Investasi – Total liabilities

ATS = (Beginning total assets + end total assets) / 2 Keterangan :

WC : Working capital

NCO : Non-current operating accrual

F– Score = Accrual Quality + Financial Performance


(53)

FIN : Financial accrual

ATS : Average total assets

Financial performance dianggap dapat memprediksi adanya

fraudulent financial statement yang terjadi menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Skousen (2009). Financial performance dapat dilihat dari :

Dimana :

Change in receivable = Δ Receivaable / Average total Assets Change in inventory = Δ Inventory / Average total Assets

Change in cash sales = [(Δ Sales / sales (t)) – (Δ Receivable / receivable (t))]

Change in earnings = [(Earnings (t) / Average total Assets (t)) – (Earnings (t-1) / Average total assets (t-1))]

2. Variabel Independen a. Stabilitas Keuangan

Bank Indonesia (2013) menjelaskan yang dimaksud dengan stabilitas keuangan merupakan keadaan saat proses ekonomi dimana terjadi penetapan harga, alokasi dana serta pengendalian risiko dapat bekerja semaksimal mungkin serta dapat membantu adaya pertumbuhan ekonomi. Variabel ini dapat diukur dengan menggunakan AGROW yang merupakan selisih total asset tahun Financial Performance = Change in receivable + Change in

inventories + Change in cash sales + Change in earnings


(54)

37

sekarng dengan tahun sebelumnya dibagi dengan total asset tahun sekarang. AGROW dapat dicari dengan rumus :

b. Tekanan Eksternal

Menurut Rahmanti (2013) tekanan eksternal merupaka tekanan yang berasal dari luar organisasi yang dapat mempengaruhi keadaan seseorang. Variabel ini bisa diukur dengan menggunakan rasio leverage

(LEV). Rasio tersebut didapat dengan membagi total liailitas dengan total asset. Jika hasil rasio tersebut kecil berrti likuiditas perusahaan dikatakan baik. LEV dapat dicari dengan rumus :

c. Target Keuangan

Target kerja merupakan tingkat kerja pada laba dimana laba dicapai bekat usaha yang dilakukan. Target keuangan dapat diproksikan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) dimana rasio tersebut dapat diperoleh dengan membagi laba setelah pajak dengan total asset. Rumus rasio On Asset (ROA) :

(Total Asset t – Total Asset t-1 )

AGROW = X 100%

Total Asset t

Total Liabilitas LEV =


(55)

d. Hutang

Hutang merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu, untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Kieso, 2002).Variabel ini dapat diproksikan dengan rasio Debt to Equity Ratio

(DER). Rasio Debt to Equity Ratio (DER) dapat diperoleh dengan membagi ekuitas pemegang saham dengan total hutang dikali dengan 100%. Rumus Debt to Equity Ratio (DER) :

e. Likuiditas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), likuiditas adalah posisi uang atau kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila perusahaan memiliki tingkat likuiditas sebesar 100% maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan

Laba Setelah Pajak t-1

ROA =

Total Aset t-1

Total Hutang

DER = x100%


(56)

39

sehat. Variabel ini dapat diproksikan dengan rasio likuiditas (LIQ) dimana rasio tersebut didapatkan dengan membagi asset lancar yang ada dengan likuiditas lancar. Rumus rasio likuiditas (LIQ) :

f. Tingkat Kinerja

Kinerja memiliki arti gambaran dari suatau pencapaian pelaksanaan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi (Puspita, 2012). Variabel ini dapat diproksikan menggunakan Return of Equity (ROE) dimana rasio ini membandingkan laba bersih yang didapatkan dengan ekuitas. Rumus raiso Return of Equity (ROE) :

g. Efektivitas Pengawasan

Efektivitas merupakan sistem penilaian yang digunakan pada tiap organisasi maupun lembaga dalam hal pengukuran dari keberhasilan serta yang diharapkan (Chairil, 2012). Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan yaitu usaha untuk memeriksa semua hal yang

Aset Lancar LIQ =

Likuiditas Lancar

Aset Lancar LIQ =

Likuiditas Lancar

Laba Bersih

ROE = X 100%


(57)

terjadi apakah telah sesuai atau sama dengan rencana awal yang dirumuskan. Pada dasarnya pengawasan memiliki fungsi yaitu memastikan apakah tujuan bisa tercapai (Fayol, 2011). Variabel ini diproksikan dengan rasio IND dimana rasio tersebut membandingkan jumlah komisaris independen yang ada dengan jumlah dari dewan komisaris perusahaan. Rumusa dari rasio IND adalah :

h. Kualitas Auditor Eksternal

Kualitas audit ialah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien (Rosnidah,2010). Kualitas audit dapat terwujud dengan baik apabila penerapan dari standar serta prinsip audit dilakukan dan auditor memiliki sikap

independent, taat kepada hukum dan kode etik yang telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Jika perusahan memiliki auditor yang berasal dari luar perusahaan dan bekerja pada KAP Big Four dianggap memliki keahlian yang lebih baik dalam prroses pendeteksian kecurangan makan fraud yang dideteksi akan makin besar karena kualitas dari audit yang dihasilkan

Jumlah Komisaris Independen IND =


(58)

41

akan lebih baik.. Adapun kantor akuntan publik di Indonesia yang berafiliasi dengan BIG four adalah :

1. KAP Purwantoro, Sarwoko, Sandjaja - affiliate of Ernst and

Young(EY).

2. KAP Haryanto Sahari -affiliate of PricewaterhouseCoopers(PwC). 3. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja-affiliate of Klynveld Peat Marwick

Goerdeler (KPMG).

4. KAP Osman Haryanto Sabari -affiliate of Deloitte Touche Tohmatsu

(Deloitte).

Sumber : www.wikipedia.org

Kualitas auditor eksternal (AUD) dapat diukur menggunakan variabel dummy dimana variabel tersebut terbagi menjadi dua kategori. Kode 1 (satu) apabila perusahaan diaudit oleh auditor dari KAP Big Four dan kode 0 (nol) apabila perusahaan diaudit oleh auditor dari KAP

Non-Big Four.

i. Perubahan Auditor

Pergantian auditor merupakan keinginan perusahaan untuk mengganti kantor akuntan Publik, dari KAP yang satu ke KAP yang lainnya (Tampubolon, 2010). Perubahan auditor pana penelitian ini diproksikan dengan Pergantian Akuntan Publik (ΔCPA), dimana pengukuran tersebut menggunakan variabel dummy dimana variabel tersebut terbagi menjadi dua kategori. Kode 1 (satu) untuk perusahaan


(59)

yang melakukan pergantian auditor dan kode 0 (nol) untuk perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor.

j. Perubahan Dewan direksi

Perubahan direksi merupakan kondisi dimana proses pemindahan wewenang dari direksi yang lama menuju direksi yang baru, hal tersebut dilakukan agar kinerja yang ada dapat diperbaiki (Hanifa, 2015). Perubahan direksi (DCHANGE) dapat diukur menggunakan variabel dummy dimana variabel tersebut terbagi menjadi dua kategori. Kode 1 (satu) apabila perusahaan melakukan perubahan direksi dan kode 0 (nol) apabila perusahaan tidak melakukan perubahan direksi. F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Statistik Deskriptif

Ghozali (2011) berpendapat bahwa statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai maksimum, minimum, rata-rata serta standar deviasi.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah data dalam penelitian ini memenuhi kriteria asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk menghindari estimasi yang biasa karena tidak semua data dapat ditrapkan dengan melakukan analisis regresi.


(60)

43

a. Uji Normalitas

Ghozali (2011) berpendapat uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji residual yang ada pada model regresi apakah berdistribusi normal atau tidak.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah pengujian untuk mengetahui apakah terdapat korelasi diantara variabel bebas atau independennya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi yang tinggi antar variabel independen (Ghozali, 2011). Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinieritas dapat menggunakan variance inflation factor (VIF) serta nilai tolerance. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Batasan nilai yang dipakai dengan nilai VIF adalah jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, maka model regresi tersebut tidak mengandung multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji auto korelasi bertujuan untuk menguji model regresi linier ada atau tidaknya kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1. Jika dalam hasil pengujian terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi. Autokorelasi akan muncul ketika penelitian yang dilakukan secara berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan lainnya (Ghozali, 2011). Penelitian ini menggunakan uji Durbin Waston. Jika terjadi korelasi, maka


(61)

terdapat masalah pada autokorelasi. Ada tidaknya autokorelasi, dapat diliat dari criteria yaitu:

1) Jika d lebih kecil dari DI atau lebih besar dari (4-DL) maka hipotesis nol ditolak, artinya terdapat autokorelasi.

2) Jika d terletak diantara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, artinya tidak terdapat autokorelasi.

3) Jika d terletak diantara dL dan dU antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian yang dilakukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser. Hal ini dapat terlihat dari signifikansinya di atas nilai sig, yaitu 5% (Ghozali, 2011).

G. Uji Hipotesis dan Analisis data 1. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk mengetahui pengaruh beberapa


(62)

45

variabel independen terhadap variebel dependen. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut :

FRAUD = β0 + β1 AGROW + β2 LEV -β3 ROA + β4 DER -β5 LIQ -β6 ROE - β7 IND + β8 AUD + β9 ΔCPA + β10 DCHANGE + e

Keterangan :

FRAUD : F-Score

AGROW : Stabilitas Keuangan LEV : Tekanan Eksternal ROA : Target Keuangan DER : Hutang atau liabilitas LIQ : Likuiditas

ROE : Tingkat kinerja atau performance

IND : Efektivitas Pengawasan AUD : Kualitas Auditor Eksternal ΔCPA : Pergantian Auditor Independen DCHANGE : Perubahan Direksi

e : error

2. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien Determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai Adjusted R2 dimana untuk menginterpretasi besarnya nilai koefisien dterminasi harus dalam bentuk presentase.


(63)

3. Uji Nilai F

Uji nilai F digunakan untuk menguji secara signifikan apakah variabel independen yang ada berrpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Jika nilaiF menunjukkan signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen.

4. Uji Nilai t

Uji nilai t digunkan untuk menguji secara signifikan dari setiap variabel independen yang ada terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Kriteria hipotesis diterima jika:

1. Nilai sig < alpha 0,05


(1)

Hipotesis keenam yaitu tingkat kinerja berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement. Hal tersebut tidak didukung dari hasil uji regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang keenam tidak diterima melihat nilai tidak signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2012) dimana dalam penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja berpengaruh dengan fraudulent financial statement. Dalam hal ini tingkat kinerja yang di proksikan menggunakan Retun of Equity menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kinerja perusahaan tersebut dikatakan baik, semakin baik perusahaan maka semakin besar pula laba yang dapat diciptakan. Hal tersebut memberikan tekanan kepada para manajer untuk melakukan fraud dalam melaporkan data atau menyembunyikan informasi agar kinerja mereka dikatakan baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka semakin tinggi kinerja perusahaan maka akan semakin besar pula tingkat fraudulent financial statement.

Hipotesis ketujuh yaitu efektivitas pengawas berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement. Hal tersebut tidak didukung dari hasil uji regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang ketujuh tidak diterima melihat nilai tidak signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amara et al. (2013) dan Listyawati (2016) dimana dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa keberadaan komisaris independen didalam suatu perusahaan tidak mempengaruhi terjadinya fraudulent financial statement. Dimana misalkan perusahaan mempunyai dewan komisaris independen dengan jumlah dua atau lebih dan berasal dari luar perusahaan hal tersebut dilakukan hanya sebagai pemenuhan regulasi namun tidak dapat mencegah terjadinya upaya fraud yang dilakukan oleh perusahaan pada laporan keuangan. Jadi dapat dikatakan bahwa ada atau tidaknya dewan komisaris independen belum bisa melakukan fungsi pencegahan terhadap fraudulent financial statement.

Hipotesis kedelapan yaitu kualitas auditor eksternal berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement. Hal tersebut tidak didukung dari hasil uji regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang delapan tidak diterima melihat nilai tidak signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan


(2)

penelitian yang dilakukan oleh Carcello (2004) dan Soeselia dan Mukhlasi (2008) dimana dalam penelitian tersebut bahwa meskipun auditor eksternal bekerja pada KAP Big Four yang memiliki kemampuan lebih baik untuk mendeteksi fraud dibanding auditor yang bekerja pada KAP non-Big Four tidak berpengaruh terhadap terjadinya fraudulent financial statement. Alsan tersebut muncul sebab meskipun auditor berasal dari KAP Big Four atupun Non-Big Four tetap saja akan memiliki kemungkinan dalam berbuat kesalahan maupun kekeliruan pada laporan keuangan. Jadi dapat dikatakan bahwa kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.

Hipotesis kesembilan yaitu perubahan auditor berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement. Hal tersebut tidak didukung dari hasil uji regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang delapan tidak diterima melihat nilai tidak signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Skousen (2008) dan Kurniawati (2013) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian auditor yang berasal dari KAP yang satu ke KAP yang lain baik KAP Big Four maupun KAP Non-Big Four tidak mempengaruhi terjadinya fraudulent financial statement. Pada penelitian yang dilakukan oleh COSO antara tahun 1998 hingga 2007 mengenai hubungan pergantian auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya fraudulent financial statement.

Hipotesis kesepuluh yaitu perubahan dewan direksi perusahaan berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement. Hal tersebut didukung dari hasil uji regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang kesepuluh diterima melihat nilai signifikan serta arah prediksi yang sama dengan hipotesis yang diajukan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wolfe dan Hermanson (2004) di mana membuktikan bahwa perubahn direksi berpengruh signifikan terhadap adanya fraudulent financial statement. Dalam hal ini, perubahan tersebut dapat dilakukan dengan tujuan pengalihan tanggungjawab kepada direksi yang baru melalui RUPS. Perubahan direksi tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki kinerja, akan tetapi perubahan direksi yang dilakukan tidak sesuai ketentuan memunculkan adanya indikasi fraudulent financial statement.


(3)

Perubahan dewan direksi yang terjadi akan memunculkan kondisi yang tidak baik (stress period) pada perusahaan. Kondisi tersebut dapat menjadi peluang bagi individu yang ada untuk mengambil kesempatan dengan mengambil keuntungan yang diinginkan, yang dapat mempengaruhi tingkat fraudulent yang ada akan semakin meningkat (Priantara, 2013).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdaasarkan hasil analisis pengaruh fraud indicators terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan nonkeuangan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015 dapat diambil kesimpulan bahwa stabilitas keuangan, hutang dan perubahan dewan direksi berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement. Sedangkan tekanan eksternal, target keuangan, likuiditas, tingkat kinerja, efektivitas pengawas, kualitas auditor eksternal dan perubahan auditor tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat digunakan atau dikembangkan oleh penelitian berikutnya antara lain penelitian selanjutnya sebaiknya dalam pengkuran fraudulent financial statement pada sebuah perusahaan menggunakan laporan yang dihasilkan oleh Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) mengenai perusahaan yang melakukan fraudulent financial statement. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengambil sampel pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Serta mengganti variabel-variabel lain yang berada di luar model penelitian yang diperkirakan berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat diperkaya dengan memasukan faktor lain dari variabel rationalization pada penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat diperkaya dengan memasukan faktor lain dari variabel capability pada penelitian selanjutnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht W. Steve and Albrecht Chad O, (2002). “Fraud Examination”, Thomson South-Western.

Amara, I. e. 2013. Detection of Fraud in Financial Statement: French Companies as a Case Study, 41-49.

Araujo, A. D. 2013. Analisis Return On Assets dan Return On Equity untuk Mengukur Kinerja Keuangan. Universidade Da Paz Timor Leste, 1-32.

Beasly, M., Joseph.V., Dana R., dan Terry L. 2010. Fraudulant Financial Reporting.Diakses:http://www.coso.org/documents/COSOFRAUDSTUDY2010 _001.pdf

Bell, T. B., S. Szykowny, and J. J. Willingham. 1991 .Assessing the Likelihood of Fraudulent Reporting: A Cascaded Logic Aproach. Working Paper, KPMG Peat Marwick.

Beneish, M. (1999). The Detection of Earnings Manipulation. Financial Analyst’s Journal (September/October): 24-36

Carcello, J. V. 2004. Audit Firm Tenure And Fraudulent Financial Reporting. University Missouri’s United States of America. Vol: 23, No: 2, pp: 55-69

Cressey, D. R. 1953. Other People’s Money: A Study in the Social Psychology of Embezzlement, Glencoe, IL: Free Press.

Dechow, P. M., R. G. Sloan, and A. P. Sweeney. 2011. Causes and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject Enforcement Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research, 13(1), 1-36,

Dunn, P. 2004. The Impact of Insider Power on Fraudulent Financial Reporting. Jurnal Of Management, 30(3), 397-412.

Fayol, Henry. 2011. Manejemen Public Relations. Jakarta: Pt. Elex Media.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanifa, S.I. 2015. Pengaruh Fraud Indicators Terhadap Fraudulent Financial Statement : Studi Empiris Pada Perusahaan Listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Diponegoro Journal Of Accounting.

Hutomo, OS. 2012. Cara Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting dengan Menggunakan Rasio-Rasio Finansial. Diponegoro Journal Of Accounting. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba

Empat


(5)

Jensen, M.C dan Mecking, W.H. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 (University of Rochester, Rochester NY).

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kirkos, E., Spathis, C., & Manolopoulos, Y. 2007. Data Mining techniques for the detection of fraudulent financial statements. Expert Systems with Applications, 32(4), 995-1003. doi:10.1016/j.eswa.2006.02.016

Krishnan, J., and J. Krishnan. 1997. “Litigation Risk and Auditor Resignations,” The Accounting Review, 72(4), 539-560.

Kurniawati, E 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Diponegoro Journal Of Accounting. Listyawati,Ika. 2016. Anaisis Faktor yang Mempengaruhi Fiancial Statement Fraud. Lennox, C., Pittman, J. (2010). Big Five Audits and Accounting Fraud, Contemporary

Accounting Research .Vol 27, No1, pp 209-247.

Loebbecke, J. K., M. M. Eining, dan J. J. Willingham. 1989. Auditors’ Experience with Material Irregularities: Frequency, Nature, and Detectability. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 9(1), 1-28.

Lou, Yung-I and Ming-Long Wang. 2009. Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business & Economics Research.

Mulya. 2012. Pengaruh Modal Kerja dan Struktur Modal Terhadap Return of Equity. Universitas Komputer Indonesia.

Nauval, Muhammad. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Diponegoro Journal Of Accounting

Perols, J. L., & Lougee, B. A. (2011). The relation between earnings management and financial statement fraud. Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 27, 39-53. Retrieved 1 1, 2015, from www.sciencedirect.com

Persons, O. 1995. “Using Financial Statement Data to Identify Factors Associated with Fraudulent Financial Reporting,” Journal of Applied Business Research, 11(3), 38-46.

Priantara, Diaz. 2013. Fraud Auditing and Invetigatioan. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Rahmanti, M. M. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang. Diponegoro Journal Of Accounting.


(6)

Sihombing, K. S. 2014. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Diponegoro Journal Of Accounting, 1-22.

Shu, S. 2000. Auditor Resignations: Clientele Effects and Legal Liability. Journal of Accounting and Economics, 29 (2), 173-205.

Skousen, C. 2009. Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No. 99. Emerald Group Publishing Limited: Advances in Financial Economics, 53-81.

Smaili, N., Labelle, R., Stolowy, H. 2009. La publication d’une information financière non conforme à la loi et aux normes : Déterminants et conséquences. Comptabilité - Contrôle - Audit, n° 15 (1), 2009, p. 159-198.

Soselia, R. dan Mukhlasin. 2008. “Pengaruh Faktor Kultur Organisasi, Manajemen, Strategik Keuangan, dan Auditor terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Tesis.Unika Atma Jaya Jakarta.

Tampubolon, Cendana. 2010. Pengaruh Pergantian Auditor (Audit Changes) Terhadap Peningkatan Nilai Laba Bersih Saham Perusahaan Manufaktur Indonesia (Studi Kasus Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wolfe, David T., dan Dana R. Hermanson. 2004: "The Fraud Diamond: Considering the Four Elements of Fraud. CPA Journal 74.12 38-42.

Wuerges, Artur Filipe Ewald dan Borba, Jose Alonso. 2010. Accounting Fraud Detection: Is it Possible to Quantify Undiscovered Cases?. Papers SSRN.


Dokumen yang terkait

ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2015.

6 40 37

ANALISIS FRAUD DIAMOND UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA FINANCIAL STATEMENT FRAUD Analisis Fraud Diamond Untuk Mendeteksi Terjadinya Financial Statement Fraud Di Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015).

1 10 13

ANALISIS FRAUD DIAMOND UNTUK MENDETEKSI TERJADINYA Analisis Fraud Diamond Untuk Mendeteksi Terjadinya Financial Statement Fraud Di Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015).

0 4 18

Pengaruh Faktor Risiko Tekanan dan Kesempatan dalam Perspektif Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015

0 0 14

MENDETEKSI DETECT FRAUDULENT REPORTING FINANCIAL STATEMENT

0 0 18

FRAUD RISK FACTOR (OPPORTUNITY) DAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT

0 0 16

PENGARUH FRAUD DIAMOND TERHADAP FINANCIAL STATEMENT FRAUD (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

1 0 15

PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD DI INDONESIA (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listed di BEI Tahun 2014- 2016) - Unissula Repository

1 10 11

ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listed di BEI Tahun 2014- 2016) - Unissula Repository

1 16 9