Pengaruh Tingkat Upah (Upah Minimum Provinsi) dan Angkatan Kerja Terhadap Pengangguran di Sumatera Barat

(1)

Lampiran 1. Data upah minimum provinsi, angkatan kerja dan pengangguran

Upah minimum provinsi (X1)

Tahun

UMP ( 000 Rupiah)

Tahun

UMP ( 000 Rupiah)

2000 Februari 200 Agustus 750

November 200 2008 Februari 800

2001 Februari 250 Agustus 800

November 250 2009 Februari 880

2002 Februari 385 Agustus 880

November 385 2010 Februari 950

2003 Februari 435 Agustus 950

November 435 2011 Februari 1055

2004 Februari 480 Agustus 1055

November 480 2012 Februari 1150

2005 Februari 540 Agustus 1150

November 540 2013 Februari 1350

2006 Februari 650 Agustus 1350

Agustus 650 2014 Februari 1490


(2)

Angkatan Kerja (X2)

Tahun

Angkatan Kerja ( 000orang)

Tahun

Angkatan Kerja ( 000 orang)

2000 Februari 892,444 Agustus 2106,711

November 815,326 2008 Februari 2125,784

2001 Februari 876,955 Agustus 2127,512

November 892,335 2009 Februari 2180,966

2002 Februari 893,807 Agustus 2172,002

November 899,913 2010 Februari 2273,111

2003 Februari 967,041 Agustus 2194,040

November 1013,829 2011 Februari 2320,752

2004 Februari 1007,580 Agustus 2230,622

November 1019,010 2012 Februari 2406,659

2005 Februari 1963,332 Agustus 2234,007

November 1981,596 2013 Februari 2455,354

2006 Februari 1995,049 Agustus 2216,687

Agustus 2051,800 2014 Februari 2502,702


(3)

Pengangguran (Y)

Tahun Pengangguran (%) Tahun Pengangguran (%)

2000 Februari 1.74 Agustus 10.31

November 1.77 2008 Februari 9.73

2001 Februari 1.84 Agustus 8.04

November 1.90 2009 Februari 7.90

2002 Februari 2.70 Agustus 7.97

November 3.28 2010 Februari 7.57

2003 Februari 3.96 Agustus 6.95

November 4.60 2011 Februari 7.51

2004 Februari 5.84 Agustus 8.02

November 6.90 2012 Februari 6.49

2005 Februari 11.50 Agustus 6.65

November 13.34 2013 Februari 6.39

2006 Februari 12.93 Agustus 7.02

Agustus 11.87 2014 Februari 6.32


(4)

Lampiran 2 Output Analisis Linier Berganda

Analisis Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.971 1.123 -.864 .395

X1 -.009 .002 -1.022 -4.721 .000

X2 .008 .001 1.550 7.158 .000

a. Dependent Variable: Y

Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.971 1.123 -.864 .395

X1 -.009 .002 -1.022 -4.721 .000

X2 .008 .001 1.550 7.158 .000


(5)

Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 218.612 2 109.306 30.274 .000a

Residual 97.485 27 3.611

Total 316.097 29

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .832a .692 .669 1.90015


(6)

Lampiran 3 Output Asumsi klasik

Pengujian Normalitas Histogram


(7)

Uji Kolmogrov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.83345754

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .112

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .612

Asymp. Sig. (2-tailed) .848

a. Test distribution is Normal.


(8)

Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.044 .549 3.722 .001

X1 -.001 .001 -.471 -1.293 .207

X2 .000 .001 .141 .387 .702

a. Dependent Variable: absut

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.971 1.123 -.864 .395

X1 -.009 .002 -1.022 -4.721 .000 .244 4.107

X2 .008 .001 1.550 7.158 .000 .244 4.107


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Badan Pusat Statistik. 2000. Sumatera Barat Dalam Angka 2000, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2001. Sumatera Barat Dalam Angka 2001, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2002. Sumatera Barat Dalam Angka 2002, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2003. Sumatera Barat Dalam Angka 2003, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2004. Sumatera Barat Dalam Angka 2004, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2005. Sumatera Barat Dalam Angka 2005, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2006. Sumatera Barat Dalam Angka 2006, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2007. Sumatera Barat Dalam Angka 2007, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2008. Sumatera Barat Dalam Angka 2008, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2009. Sumatera Barat Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera Barat Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2011. Sumatera Barat Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2012. Sumatera Barat Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2013. Sumatera Barat Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Barat Dalam Angka 2014, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.


(10)

Elfindri, dan Nasri Bachtiar. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan, UNAND Press, Padang.

Sukirno, Sadono. 2008. Pengantar Ekonomi Mikro, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Todaro, Michael. 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Daulay, Murni. 2010. Metodologi Penelitian Ekonomi, USU Press, Medan.

Dra. Arfida BR, M.S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia,Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Santoso, Rokhedi Priyo. 2012.Ekonomi Sumber Daya Manusia Dan

Ketenagakerjaan, UPP SITM YKPN, Yogyakarta.

Prawiro, Ruslan. 1983. Ekonomi Sumberdaya, Alumni, Bandung.

Subri, Mulyadi.2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Bakir Zainab dan Manning Chris.1984. Angkatan Kerja di Indonesia, Lembaga Penerbit CV.RAJAWALI, Jakarta.

Azwar, Saifuddin.1997. Metode Penelitian, Lembaga Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Website dan surat kabar online:

www.antarasumbar.com www.harianhaluan.com www.bps.go.id


(11)

Jurnal:

Dasri Lokiman, Debby Ch Rotinsulu dan Antonius Y Luntungan 2014. Pengaruh

Upah Minimum Provinsi(UMP) dan Investasi Swasta Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Dan Dampaknya pada PDRB di Kota Manado tahun 2003-2012.

Ni Nyoman Setya Ari Wijayant dan Ni Luh Karmini.Pengaruh Tingkat Inflasi,

Laju Pertumbuhan Ekonomi Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka Di Provinsi Bali.


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifatnya, jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat angka atau bilangan. Data-data yang diambil akan membantu dalam penyajian hasil penelitian nanti. Dan juga menggunakan metode deskriptif yang mendeskripsikan fenomena beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Februari dan maret 2016.

3.3. Definisi Operasional

1. Pengangguran

Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Dinyatakan dalam persen.

2. Angkatan kerja

Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia produktif, yaitu 15-64 tahun yang sedang bekerja maupun mencari pekerjaan. Dinyatakan dalam jiwa.

3.Tingkat upah (Upah Minimum Provinsi)

Upah Minimum Propinsi (UMP) adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi. Dinyatakan dalam Rupiah.


(13)

3.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data skunder dengan deret waktu tahunan (time series) dari tahun 2000 sampai 2014. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Skripsi, Jurnal, Website yang relevan serta buletin-buletin penelitian dan hal-hal lain yang mendukung penelitian ini.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dari buku atau literature untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Data yang akan dicatat yaitu upah minimum provinsi, angkatan kerja dan pengangguran SUMATERA BARAT dari tahun 2000-2014.

3.6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, dimana data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan indikator yang digunakan. Bentuk umum regresi linier berganda, yaitu:

Y = α + b1X1+ b2X2+ e

Keterangan :

Y : Pengangguran


(14)

b1, b2 : Koefisien regresi variabel independen

X1 : Tingkat upah minimum provinsi

X2 : Angkatan kerja

e : Variabel pengganggu

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:111). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan pengujian Uji Kolmogorov Smirnov. Dalam uji ini, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah:

a. Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal b. Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal


(15)

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel -variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini disebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.

Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.


(16)

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.Uji Heteroskesdastisitas

Menurut Imam Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot.

Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.


(17)

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2005:69).

3.7. Uji Statistik

Uji statistik yang dilakukan adalah sebagai uji signifikasi hasil estimasi yang diperoleh terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Maka uji hipotesis yang digunakan adalah:

1. Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat secara simultan (bersama-sama) apakah ada pengaruh dari variabel bebas (tingkat upah dan angkatan kerja). Model hipotesis yang dilakukan dalam uji F ini adalah:

Ho : b1 b2 = 0 (artinya tingkat upah dan angkatan kerja tidak berpengaruh terhadap pengangguran).

H1 : b1 b2 ≠ 0 (artinya tingkat upah dan angkatan kerja berpengaruh terhadap pengangguran).

2.Uji t (Uji Parsial)

Uji T dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (tingkat upah dan angkatan kerja) secara parsial terhadap variabel


(18)

dependen (pengangguran). Adapun hipotesis statistik pengujian sebagai berikut:

Ho : b1 = 0 (tidak ada pengaruh tingkat upah dan angkatan kerja terhadap pengangguran).

H1 : b1 ≠ 0 (ada pengaruh tingkat upah dan angkatan kerja terhadap pengangguran).

3.Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien yang mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R² maka semakin baik pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Ciri-ciri dari R²:

a.Jumlah nilai R² tidak pernah negatif.


(19)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Secara astronomis Sumatera Barat terletak antara 0° 54' Lintang Utara dan 3°30' Lintang Selatan dan antara 98°36'-101°53' Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Provinsi Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera dan mempunyai luas wilayah sekitar 42,2 ribu km² atau setara 2,21 persen dari luas Republik Indonesia. Sumatera barat berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu dan Samudera Indonesia.

Gambar 4.1


(20)

4.1.2 Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat

Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat setiap tahun selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Seperti yang ditunjukan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 UMP

Tahun UMP

( 000 Rupiah) Tahun

UMP ( 000 Rupiah)

2000 Februari 200 Agustus 750

November 200 2008 Februari 800

2001 Februari 250 Agustus 800

November 250 2009 Februari 880

2002 Februari 385 Agustus 880

November 385 2010 Februari 950

2003 Februari 435 Agustus 950

November 435 2011 Februari 1055

2004 Februari 480 Agustus 1055

November 480 2012 Februari 1150

2005 Februari 540 Agustus 1150

November 540 2013 Februari 1350

2006 Februari 650 Agustus 1350

Agustus 650 2014 Februari 1490

2007 Februari 750 Agustus 1490

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase kenaikan upah minimum provinsi yang tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu mengalami kenaikan sebesar 54 persen. Sedangkan persentase kenaikan upah minimum provinsi terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu hanya mengalami peningkatan sebesar 6,7 persen.


(21)

4.1.3 Angkatan Kerja

Angkatan kerja Sumatera Barat setiap periodenya bisa mengalami kenaikan ataupun penurunan seperti yang ditunjukan oleh tabel 4.2

Tabel 4.2 Angkatan Kerja

Tahun Angkatan Kerja

( 000orang) Tahun

Angkatan Kerja ( 000 orang)

2000 Februari 892,444 Agustus 2106,711

November 815,326 2008 Februari 2125,784

2001 Februari 876,955 Agustus 2127,512

November 892,335 2009 Februari 2180,966

2002 Februari 893,807 Agustus 2172,002

November 899,913 2010 Februari 2273,111

2003 Februari 967,041 Agustus 2194,040

November 1013,829 2011 Februari 2320,752

2004 Februari 1007,580 Agustus 2230,622

November 1019,010 2012 Februari 2406,659

2005 Februari 1963,332 Agustus 2234,007

November 1981,596 2013 Februari 2455,354

2006 Februari 1995,049 Agustus 2216,687

Agustus 2051,800 2014 Februari 2502,702

2007 Februari 1999,580 Agustus 2331,993

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan angkatan kerja tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu meningkat sebesar 92,67 persen. Peningkatan pada tahun ini sangat tinggi. Sedangkan angkatan kerja terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu terjadi peningkatan sebesar 0,08 persen.


(22)

4.1.4 Pengangguran

Pengangguran Sumatera Barat setiap periodenya bisa mengalami kenaikan ataupun penurunan seperti yang ditunjukan oleh tabel 4.3

Tabel 4.3 Pengangguran

Tahun Pengangguran (%) Tahun Pengangguran (%)

2000 Februari 1.74 Agustus 10.31

November 1.77 2008 Februari 9.73

2001 Februari 1.84 Agustus 8.04

November 1.90 2009 Februari 7.90

2002 Februari 2.70 Agustus 7.97

November 3.28 2010 Februari 7.57

2003 Februari 3.96 Agustus 6.95

November 4.60 2011 Februari 7.51

2004 Februari 5.84 Agustus 8.02

November 6.90 2012 Februari 6.49

2005 Februari 11.50 Agustus 6.65

November 13.34 2013 Februari 6.39

2006 Februari 12.93 Agustus 7.02

Agustus 11.87 2014 Februari 6.32

2007 Februari 11.02 Agustus 6.50

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase kenaikan pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu mengalami kenaikan sebesar 4,60 persen. Sedangkan pada tahun 2008 terjadi penurunan pengangguran yang cukup besar yaitu 1,69 persen.


(23)

4.2 Analisis Linier Berganda

Analisis linier berganda dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas Tingkat Upah (Upah Minimum Provinsi) dan Angkatan Kerja terhadap variabel terikat yaitu Pengangguran (Y).

Tabel 4.4

Analisis Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.971 1.123 -.864 .395

X1 -.009 .002 -1.022 -4.721 .000

X2 .008 .001 1.550 7.158 .000

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 maka persamaan analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:


(24)

Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Konstanta (a) = - 0,971, ini menunjukkan harga constant, dimana jika variabel

Tingkat Upah (X1), dan Angkatan Kerja (X2) = 0, maka

Pengangguran = - 0,971 (turun sebesar 0,971 persen)

b. Koefisien X1 (b1) = -0,009, ini berarti bahwa variabel Tingkat Upah (X1)

berpengaruh negatif terhadap Pengangguran, atau dengan kata lain jika Tingkat Upah (X1) meningkat sebesar satu-satuan, maka Pengangguran akan berkurang

sebesar 0,009. Koefesien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara variabel Tingkat Upah dengan Pengangguran, semakin meningkat Tingkat Upah maka akan semakin menurun Pengangguran.

c. Koefisien X2 (b2) = 0,008, ini berarti bahwa variabel Angkatan Kerja (X2)

berpengaruh positif terhadap Pengangguran, atau dengan kata lain jika Angkatan Kerja (X2) meningkat sebesar satu-satuan, maka Pengangguran akan bertambah

sebesar 0,008. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel Angkatan Kerja dengan Pengangguran, semakin tinggi Angkatan Kerja maka akan semakin meningkat pula Pengangguran.

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin menguji apakah dalam model regresi distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan


(25)

1. Analisis Grafik

Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram, dan grafik normal p-p plot, yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hasil output SPSS terlihat seperti gambar 4.2 dan gambar 4.3

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 4.2

Pengujian Normalitas Histogram

Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis


(26)

diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi data normal yang tidak melenceng kanan maupun melennceng kiri. Jadi, berarti data residual berdistibusi normal. Terbukti bahwa data maupun model yang digunakan memenuhi asumsi normalitas

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 4.3

Pengujian Normalitas P-P Plot

Pada P-P plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan cenderung mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas sehingga layak untuk diuji dengan model regresi.


(27)

Uji normalitas dengan grafik bisa saja terlihat berdistribusi normal, padahal secara statistik tidak berdistribusi normal. Jika nilai sig probability lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak dengan pengertian bahwa data yang dianalisis berdistribusi normal. Demikian juga sebaliknya jika nilai sig probability lebih kecil dari 0,05 maka Ho diterima dengan pengertian bahwa data yang dianalisis tidak berdistribusi normal. Berikut ini pengujian normalitas yang didasarkan dengan uji statistik nonparametik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Tabel 4.5

Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.83345754

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .112

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .612

Asymp. Sig. (2-tailed) .848

a. Test distribution is Normal.


(28)

Berdasarkan Tabel 4.5, terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,848, ini berarti nilainya diatas nilai signifikan 5% (0.05), dengan kata lain variabel tersebut berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu :

1. Analisis Grafik

Dasar analisis adalah tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


(29)

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 4.4

Pengujian Heteroskedastisitas Scatterplot

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

2. Analisis Statistik

Dasar analisis metode statistik adalah jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi


(30)

Tabel 4.6

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.044 .549 3.722 .001

X1 -.001 .001 -.471 -1.293 .207

X2 .000 .001 .141 .387 .702

a. Dependent Variable: absut

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa tidak satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat RES2. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

4.3.3 Uji Multikolinieritas

Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya, Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai yang dipakai untuk Tolerance > 0,1,


(31)

Tabel 4.7

Uji Multikolinieritas

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat terlihat bahwa data (variabel) tidak terkena multikolinieritas karena nilai VIF < 5 dan nilai Tolerance > 0,1 sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengangguran berdasarkan tingkat upah dan angkatan kerja.

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.971 1.123 -.864 .395

X1 -.009 .002 -1.022 -4.721 .000 .244 4.107

X2 .008 .001 1.550 7.158 .000 .244 4.107


(32)

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α= 5% Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5%

Hasil pengujian adalah :

Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k)

n = jumlah sampel, n = 30

k = jumlah variabel yang digunakan, k = 3

Derajat kebebasan / degree of freedom (df) =(n-k) = 30 - 3 = 27

Uji-t yang dilakukan adalah uji satu arah, maka ttabel yang digunakan


(33)

Tabel 4.8

Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.971 1.123 -.864 .395

X1 -.009 .002 -1.022 -4.721 .000

X2 .008 .001 1.550 7.158 .000

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah) Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa:

1. Variabel Tingkat Upah (X1)

Nilai thitung variabel tingkat upah adalah -4,721 dan nilai ttabel 1,703 maka thitung

<ttabel (-4,721 < 1,703) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat

upah berpengaruh negatif dan signifikan (0,000 < 0,05) secara parsial terhadap pengangguran. Artinya, jika variabel upah minimum provinsi ditingkatkan sebesar satu satuan, maka pengangguran akan menurun sebesar -0,009.

2. Variabel Angkatan Kerja (X2)

Nilai thitung variabel sikap konsumen adalah 7,158 dan nilai ttabel 1,703 maka


(34)

angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan (0,000 < 0,05) secara parsial terhadap pengangguran. Artinya, jika variabel angkatan kerja ditingkatkan sebesar satu satuan, maka keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,008.

4.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α= 5% Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada α= 5%

Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan rumus sebagai berikut:

df (Pembilang) = k – 1


(35)

Keterangan :

n = jumlah sampel penelitian

k = jumlah variabel bebas dan terikat

Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) 30 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 3, sehingga diperoleh :

1. df (pembilang) = 3 – 1 = 2

2. df (penyebut) = 30 – 3 = 27

Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS, kemudian

akan dibandingkan dengan Ftabelpada tingkat α = 5%.

Tabel 4.9

Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 218.612 2 109.306 30.274 .000a

Residual 97.485 27 3.611

Total 316.097 29

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y


(36)

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil perolehan Fhitung pada kolom F

yakni sebesar 30,274 dengan tingkat signifikansi = 0.000, lebih besar dari nilai Ftabel yakni 3,350 dengan tingkat kesalahan α = 5%, atau dengan kata lain Fhitung>

Ftabel (30,274 > 3,350).

Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis jika Fhitung> Ftabel dan tingkat

signifikansinya (0.000< 0.05), menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (tingkat upah dan angkatan kerja) secara serempak adalah signifikan terhadap variabel terikat (pengangguran).

4.4.3 Pengujian Koefesien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1). Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.


(37)

Tabel 4.10

Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .832a .692 .669 1.90015

a. Predictors: (Constant), X2, X1

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah) Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa :

1. R = 0,832 berarti hubungan antara variabel tingkat upah (X1), angkatan kerja

terhadap pengangguran (Y) sebesar 83,2%. Artinya hubungannya kuat.

2. Nilai R Square sebesar 0,692 berarti 69,2% variabel pengangguran (Y) dapat dijelaskan oleh variabel tingkat upah (X1) dan angkatan kerja (X2). Sedangkan

sisanya 30,8% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Standard Error of Estimated (Standar Deviasi) artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar 1.90015. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Penganggurann

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat upah memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pengangguran. Hal ini dibuktikan


(38)

dengan nilai koefisien regresi yang bernilai negatif -0,009 dan nilai thitung (-4,721)

yang lebih kecil dari nilai ttabel (1,703) dengan tingkat signifikansi 0,000. Artinya

jika tingkat upah ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka pengangguran juga akan mengalami penurunan sebesar -0,009.

Tingkat Upah sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan. Apabila upah yang diberikan telah memenuhi harapan maka keinginan seseorang untuk bekerja akan meningkat dan tentunya akan mengurangi pengangguran. Tingkat upah di provinsi Sumatera Barat dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini diharapkan bisa mengurangi tingkat pengangguran.

4.5.2 Pengaruh Angkatan Kerja Terhadap Pengangguran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel angkatan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 0,008 dan nilai thitung (7,158) yang lebih besar dari nilai ttabel (1,703) dengan tingkat signifikansi

0.000. Artinya jika angkatan kerja meningkat sebesar satu-satuan, maka pengangguran juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,008.

Jumlah angkatan kerja berpengaruh terhadap pengangguran, jika jumlah angkatan kerja meningkat kemungkinan pengangguran juga meningkat.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis data dengan metode analisis linier berganda menunjukkan bahwa tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran, dan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran. Hal ini dapat dilihat dari Uji-F dimana Fhitung 30,274 > Ftabel 3,350 pada tingkat

kepercayaan 95% (α = 5 %) dan tingkat signifikansinya 0.000 < 0.05. Artinya bahwa kualitas produk dan sikap konsumen, secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

2. Pada hasil analisis koefisien determinasi didapat nilai R Square sebesar 0,692 berarti 69,2% variabel pengangguran (Y) dapat dijelaskan oleh variabel tingkat upah (X1), dan angkatan kerja (X2). Sedangkan sisanya 30,8% dapat dijelaskan

oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi pengangguran adalah tingkat upah.


(40)

5.2 Saran

1. Mengingat tingkat upah adalah yang dominan mempengaruhi pengangguran maka pemerintah harus lebih baik lagi dalam menetapkan upah minimum provinsi. Semakin tinggi upah tentunya akan membuat orang ingin untuk bekerja.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat terus mengembangkan penelitian ini. Penelitian menggunakan dua variabel bebas (tingkat upah dan angkatan kerja) untuk mengukur tingkat pengangguran, tingkat upah berpengaruh negative dan angkatan kerja berpengaruh positif, dan keduanya signifikan terhadap pengangguran. Namun disini masih ada varibel lain yang mempengaruhi. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menambahkan variabel lainnya.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Tingkat Upah (Upah Minimum Provinsi)

Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan (Badan Pusat Statistik).

Sedangan Upah Minimum Propinsi (UMP) adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi. Upah minimum ini di tetapkan setiap satu tahun sekali oleh Gubernur berdasarkan rekomendasi Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi). Penetapan upah minimum propinsi selambat-lambatnya 60 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum, yaitu tanggal 1 Januari. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi (Badan Pusat Statistik).

UMP ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur secara serentak setiap tanggal 1 november. Selain UMP, gubernur dapat menetapkan UMK atas


(42)

rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi bupati/walikota. UMK ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur selambat-lambatnya tanggal 21 November setelah penetapan UMP dengan jumlah yang lebih besar dari UMP. Upah Minimum yang telah ditetapkan, berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya dan ditinjau kembali setiap tahun.

2.1.2 Angkatan kerja

Angkatan kerja atau labour force adalah jumlah penduduk dengan usia produktif, yaitu 15-64 tahun yang sedang bekerja maupun mencari pekerjaan. Usia produktif tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

 Bukan angkatan kerja

Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang tidak bersedia bekerja atau belum bekerja. Misal, pelajar dan mahasiswa yang masih bersekolah.

 Angkatan kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang sudah mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan.

Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi. Membicarakan angkatan kerja, sebenarnya berhubungan erat dengan jumlah penduduk. Ukuran


(43)

besar-yang sudah memasuki usia kerja. Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia kerja adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 64 tahun. Namun, tidak semua penduduk yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja, seperti ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa, serta penerima pendapatan (pensiunan).

Makin banyak komposisi jumlah penduduk laki -laki dalam suatu negara, semakin tinggi pula angkatan kerja di negara itu. Sementara, usia penduduk berpengaruh pada jumlah angkatan kerja dalam suatu negara. Semakin besar jumlah penduduk yang berusia produktif, maka semakin tinggi pula angkatan kerjanya. Selanjutnya, semakin rendah tingkat pendidikan penduduk suatu negara, maka akan makin rendah pula angkatan kerjanya, sebab saat ini tingkat pendidikan adalah salah satu syarat untuk memasuki dunia kerja. Agar dapat menyatukan keinginan perusahaan atau instansi yang membuka kesempatan kerja dengan pencari kerja, maka dibutuhkan media yang dapat mempertemukan mereka. Media ini biasanya disebut bursa tenaga kerja. Di bursa tenaga kerja akan diperoleh informasi tentang lowongan kerja dari beberapa perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja, seperti jabatan yang tersedia, spesialisasi, kualifikasi, dan keahlian yang dibutuhkan.

Di Indonesia, badan atau lembaga yang bertindak sebagai bursa tenaga kerja ialah Departemen Tenaga Kerja dan perusahaan penggerak tenaga kerja. Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting bagi setiap negara, di


(44)

suatu negara mempunyai sumber daya alam dan modal yang besar, dia tetap membutuhkan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksinya. Tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam yang merupakan faktor produksi tidak hanya berperan penting dalam peningkatan jumlah produksi, tetapi juga dapat mendorong naiknya pendapatan nasional. Tingginya pendapatan nasional memungkinkan terbentuknya tabungan, baik tabungan masyarakat, tabungan perusahaan, atau tabungan pemerintah. Tabungan adalah sumber investasi untuk perluasan usaha, sehingga akan membuka lapangan kerja baru. Banyaknya angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja sangat erat kaitannya dengan produktivitas kerja. Jika kesejahteraan tenaga kerja baik, maka produktivitasnya akan meningkat. Sebab pekerja akan dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, sehingga tenaga dan pikirannya akan terfokus pada pekerjaannya. Di lain pihak, kesejahteraan tenaga kerja harus diimbangi dengan peningkatan kualitas tenaga kerja itu sendiri. Hal itu perlu dilakukan sebab dengan kualitas tenaga kerja yang rendah peningkatan produktivitas akan sulit dicapai akibatnya pendapatan pekerja pun akan sulit untuk ditingkatkan lagi. Berkaitan dengan itu, peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pelatihan Tenaga Kerja Pelatihan tenaga kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan


(45)

Penduduk usia kerja dapat pula kita bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah semua orang yang siap bekerja disuatu Negara. Kelompok tersebut biasanya disebut sebagai kelompok usia produktif. Dari seluruhan angkatan kerja dalam suatu Negara tidak semuanya mendapat kesempatan bekerja. Diantaranya ada pula yang tidak bekerja. Mereka inilah yang disebut pengangguran.

Angkatan kerja banyak yang membutuhkan lapangan pekerjaan, namun umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju, laju pertumbuhan penduduknya lebih besar dari pada laju pertumbuhan lapangan kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan mpengangguran berhubungan erat dengan ketersediannya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu Negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya, sehingga semakin kecil tingkat penganggurannya. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu Negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktifnya. Dengan demikian, semaki tinggi tingkat penganggurannya.

Yang termasuk angkatan kerja dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

 Mereka yang punya pekerjaan namun sedang tidak bekerja


(46)

 Mereka yang tidak memiliki pekerjaan namun sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan pekerjaan

Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

 Mereka yang mengurus rumah tangga

 Mereka yang sedang bersekolah (sedang menempuh pendidikan)

 Mereka yang memiliki pendapatan namun tidak melakukan kegiatan ekonomi, seperti penerima pensiunan dan penderita cacat yang hidupnya tergantung orang lain.

Orang yang tergolong bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menjadi angkatan kerja bila usianya masih tergolong produksi. Contoh, anak yang telah lulus sekolah kemudia segera mencari pekerjaann. Hal ini berarti bahwa, penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja ini dinamakan angkatan kerja potensial.

2.1.3 Pengangguran

Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Pengangguran akan merugikan negara dan akan memberatkan keluarga karena kebutuhannya menjadi beban keluarga yang sudah bekerja. Indikator beban ini disebut Dependency Ratio, yang dihitung dengan cara:


(47)

Makin tinggi tingkat Dependency Ratio (DR), makin buruk tingkat beban yang harus ditanggung setiap penduduk produktif.

Di dalam ilmu ekonomi pengangguran ada beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

 Pengangguran siklis adalah pengangguran yang disebabkan merosotnya perekonomian atau resesi ekonomi suatu negara.

 Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena tidak sesuainya jenis pekerjaan yang diminta dengan yang ditawarkan.

 Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musim. Biasanya terjadi di daerah pertanian.

 Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang disebabkan oleh adanya modernisasi dalam berproduksi.

 Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan karena adanya pergeseran antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Misalnya, tenaga kerja yang keluar dari pekarjaan karena ingin pekerjaan yang lebih baik.  Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena kesempatan

kerja lebih sedikit jika dibandingkanangkatan kerja.

Tingginya angka penganguran yang terjadi di suatu negaran dapat dihitung menggunakan rumus berikut.


(48)

Masalah ketenagakerjaan di indonesia sekarangini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan, antara lain ditandai oleh jumlah pengangguran dan setengah pengagguran yang besar, pendapatan relatif rendah dan kurang merata.

Berikut ini adalah kerugian-kerugian sebagaimana ditimbulkan oleh pengangguran;

1) Menurunnya tingkat produktifitas

2) Turunnya penerimaan Negara

3) Tidak meratanya distribusi pendapatan nasional

4) Peningkatan biaya sosial.

Cara paling utama untuk mengatasi pengangguran adalah melakukan perluasan kesempatan kerja. Sejumlah upaya dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran. Meskipun demikian, upaya itu juga berbeda-beda tergantung pada jinis pengangguran itu.

Berikut ini cara mengatasi penganguran yaitu:

1) Peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal

2) Pengelolaan permintaan masyarakat

3) Penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja

4) Program pendidikan dan pelatihan kerja


(49)

6)Wiraswasta

Alasan saya mengambil materi itu karena rata-rata penduduk di Sumatera Barat tidak tahu usia siap kerja yang sebenarnya, padahal usia di bawah 15 tahun ke bawah itu adalah belajar. Contoh: seorang anak kecil di bawah umur 15 tahun dia bekerja sebagai pengamen itu tidak bisa disebut angkatan kerja karena kriteria nya belum terpenuhi. Dan di indonesia juga banyak sekali orang yang menganggur karena orang-orang nya tidak punya kreatifitas atau kemampuan dan banyak juga orang yang bekerja tidak sesuai dengan kemampuannya atau keahlian nya, padahal Adam Smit juga berkata "the right man and the right place". Dan pemerintah juga mengupayakan untuk bekerja yang berkualitas , jadi kita itu harus mengadakan training inservice dan training preservice buat kita supaya bekerja yang lebih baik.


(50)

2.2Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama,Tahun,Judul Variabel Metode analisis Hasil

1 Ayudha

Lindiarta,2014, Analisis Pengaruh Tingkat Upah Minimum,Inflasi, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengangguran Dikota Malang (1996-2013) Y=Pengangguran X1 = Tingkat upah

minimum X2 = Inflasi X3 = Jumlah penduduk

Motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan

untuk analisis dalam penelitian ini menggunakan

analisis regresi linear berganda.

a. variabel upah minimum mempunyai pengaruh negatif yang

tidak signifikan terhadap variabel

pengangguran b. variabel Inflasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel

Pengangguran. c. variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap

variabel jumlah penduduk 2 Nirmala Mansur,

Daisy Engka dan Steeva Tumangkeng,2014,

Analisis Upah Terhadap Pengangguran Di Kota

Manado Tahun 2003-2012

Y:Pengangguran Kota Manado X: Upah

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan

metode analisis regresi sederhana.

1. upah (UMP) mempunyai hubungan

yang negatif dan berpengaruh signifikan terhadap pengangguran

di Kota Manado berpengaruh pada tingkat pengangguran yang semakin menurun.


(51)

2.3Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4Hipotesis

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

 Tingkat upah (UMP) memberikan pengaruh positif terhadap pengangguran di

Sumatera Barat

 Angkatan kerja memberikan pengaruh positif terhadap pengangguran di Sumatera

Barat

Tingkat upah

minimum provinsi (X1)

Angkatan kerja (X2)


(52)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan untuk perekonomian di Indonesia. Namun faktanya sekarang, banyak warga Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan atau dengan kata lain menjadi pengangguran.

Pertumbuhan penduduk yang lebih besar berakibat pada jumlah penduduk yang besar yang akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Misalnya, permintaan akan kebutuhan papan, pangan, dan sandang di masyarakat. Disisi lain, jumlah penduduk yang besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula. Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur. Dengan keadaan seperti ini, mewujudkan pembangunan ekonomi merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk mengatasi masalah pengangguran, menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan perkapita penduduk dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah penyediaan lapangan kerja untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja terutama bagi negara berkembang seperti


(53)

tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup. Hal ini menimbulkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi.

Pengangguran adalah kegiatan seseorang yang sedang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan seperti mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti menurunkan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Masalah Pengangguran dalam hal ini adalah keadaan terkendalanya pemenuhan hak atas kesejahteraan dan hak atas pekerjaan. Tingginya angka pengangguran dapat membawa bangsa berada pada kehancuran yang sulit dihindarkan. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.


(54)

Secara ekonomi makro, pengangguran menjadi permasalahan pokok baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil persentasenya, hal ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja. Atau dengan kata lain, di dalam pasar tenaga kerja jumlah penawaran akan tenaga kerja yang ada lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah permintaan tenaga kerja.

Pengangguran ini merupakan masalah yang selalu menjadi persoalan di Sumatera Barat yang sulit untuk dipecahkan. Hal ini mengingat jumlah kepadatan penduduk di Sumatera Barat yang terus bertambah dan tidak diiringi dengan tingginya permintaan akan tenaga kerja dan kurangnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada. Jumlah penduduk yang besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula. Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengangguran adalah upah. Upah merupakan suatu permasalahan yang cukup menarik karena sebagian besar dari pengangguran yang ada lebih memilih bekerja di sektor informal untuk memenuhi kebutuhan hidup (walaupun masih mencari pekerjaan yang lebih baik tingkat upahnya), dari pada dipaksakan bekerja di sektor formal dengan upah yang minim. Jadi bukan berarti lapangan pekerjaan tidak tersedia, tetapi informasi dari


(55)

dengan upah yang sesuai walaupun sebenarnya pemahaman tentang upah yang sesuai adalah relatif dengan kebutuhan yang ada.

Menurut Undang-Undang (UU) No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian pekerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan (Badan Pusat Statistik).

Upah Minimum Propinsi (UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi. Upah minimum ini di tetapkan setiap satu tahun sekali oleh Gubernur berdasarkan rekomendasi Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi). Penetapan upah minimum propinsi selambat-lambatnya 60 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum, yaitu tanggal 1 Januari.

Upah itu merupakan unsur terpenting yang berpengaruh terhadap kehidupan pekerja karena upah menjadi sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya baik berupa sandang, pangan, perumahan maupun kebutuhan lain. Seseorang akan menolak mendapatkan upah tersebut sehingga menyebabkan pengangguran. Jika upah yang ditetapkan pada


(56)

suatu daerah terlalu rendah maka akan berakibat pada tingginya tingkat pengangguran yang terjadi pada daerah tersebut.

Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja. Dari pengertian di atas mengenai Upah dapat di simpulkan bahwa Upah merupakan faktor pendorong bagi penganggur untuk segera memperoleh pekerjaan. Karena dengan tingkat upah yang baik maka dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Pada pihak pengusaha, penetapan upah minimum yang tinggi akan menyebabkan tingkat pengangguran yang bertambah. Hal ini dikarenakan perusahaan mengambil kebijakan efisiensi biaya produksi dengan mengurangi tenaga kerja. Pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada bidang-bidang lainnya selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan, oleh karena itu jumlah penduduk di dalam suatu negara adalah unsur utama dalam pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan pembangunan bahkan dapat menjadi beban bagi keberlangsungan pembangunan tersebut. Jumlah penduduk yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh pekerjaan.


(57)

Kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan Thomas Robert Malthus berpendapatan bahwa selalu ada perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Karena penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, maka akan terdapat kesulitan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalau penduduk itu dapat memperoleh pekerjaan, maka hal ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan bangsanya. Tetapi jika tidak memperoleh pekerjaan berarti mereka akan menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi lebih rendah.

Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan angkatan kerja semakin lama masa tunggunya. Untuk itu perluasan kesempatan kerja merupakan usaha mengembangkan sektor penampungan kesempatan kerja yang berproduksi rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas tenaga kerja dan kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri.

Penduduk usia kerja di Provinsi Sumatera Barat masih didominasi oleh golongan umur muda yaitu dibawah usia 35 tahun. Penduduk usia kerja golongan umur 15–19 tahun menempati proporsi terbesar. Hal ini diduga karena pada golongan umur ini masih banyak penduduk usia kerja yang berada dalam masa pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah dan mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi. Pada golongan umur 60 - 64 tahun terjadi


(58)

sedangkan disisi lain PUK golongan umur 65 tahun ke atas, tiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Dimana penduduk usia kerja golongan umur 60 - 64 di tahun 2012 menempati proporsi terendah. Hal ini diduga karena tidak terjadi perbaikan gizi dan kesehatan yang memungkinkan kelompok umur ini mengalami kondisi fisik yang tidak sehat, sehingga sudah tidak produktif lagi dalam bekerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah tingkat upah minimum provinsi Sumatera Barat mempengaruhi pengangguran di Sumatera Barat.

2. Apakah jumlah angkatan kerja Sumatera Barat mempengaruhi pengangguran di Sumatera Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah minimum provinsi Sumatera Barat terhadap pengangguran di Sumatera Barat.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah angkatan kerja Sumatera Barat terhadap pengangguran di Sumatera Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya maupun yang secara langsung terkait didalamnya. Adapun manfaat


(59)

1) Untuk Pengambilan Kebijakan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pemerintah provinsi dalam menentukan kebijakan ketenagakerjaan dan menetukan UMP (upah minimum provinsi).

2) Untuk Masyarakat

Memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan, serta hasil dari penelitian ini sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3) Untuk Peneliti

Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam menerapkan teori yang telah diperoleh sebelumnya.


(60)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT UPAH DAN ANGKATAN KERJA

TERHADAP PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

OLEH

DERI MARSAL

120501095

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(61)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Tingkat Upah (UMP) ... 9

2.1.2 Angkatan Kerja ... 10

2.1.3 Pengangguran ... 15

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 19

2.4 Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20


(62)

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 21

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.6 Teknik Analisis Data ... 21

1. Uji Normalitas ... 22

2. Uji Multikolinieritas ... 23

3. Uji Heteroskesdastisitas ... 24

3.7 Uji Statistik ... 25

1. Uji F ( Uji Simultan) ... 26

2. Uji t (Uji Parsial) ... 26

3. Koefisien Determinasi (R2) ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 28

4.1.1 Letak Geografis ... 28

4.1.2 UMP Sumatera Barat ... 29

4.1.3 Angkatan Kerja ... 30

4.1.4 Pengangguran ... 31

4.2 Analisis Linier Berganda ... 32

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 33

4.3.1 Uji Normalitas ... 33

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 37

4.3.3 Uji Multikolinieritas ... 39

4.4 Uji Hipotesis ... 41

4.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 41

4.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 43


(63)

4.7.1 Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Pengangguran ... 46

4.7.2 Pengaruh Angkatan Kerja Terhadap Pengangguran .... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(64)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 18

Tabel 4.1 Upah Minimum Provinsi ... 29

Tabel 4.2 Angkatan Kerja ... 30

Tabel 4.3 Pengangguran ... 31

Tabel 4.4 Analisis Linier Berganda... 32

Tabel 4.5 Uji Kolmogorov Smirnov ... 37

Tabel 4.6 Uji Glejser ... 39

Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas ... 40

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 42

Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 44


(65)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 19

Gambar 4.1 Peta Sumatera Barat ... 28

Gambar 4.2 Pengujian Normalitas Histogram ... 34

Gambar 4.3 Pengujian Normalitas P-P Plot ... 35


(66)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data ump, angkatan kerja, pengangguran ... 52 2 Output Analisis Linier Berganda ... 55 3 Output Asumsi klasik ... 57


(67)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah: “Pengaruh Tingkat Upah (Upah Minimum Provinsi) dan Angkatan Kerja Terhadap Pengangguran di Sumatera Barat”.

Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari Orangtua tercinta Ayah (alm) Agus Salim dan Ibu Mardiah, kakek Anas dan nenek Raamah, paman Tarmizi dan Mulyadi, beserta ketiga adik saya Zilkhairani, Radiah, Elfi Rahmani, dan adik sepupu saya Ahmad Daffa selama perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ramli,SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(68)

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Rujiman, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skrispsi ini.

5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Ilyda Sudradjat,S.Si., M.Si sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

8. Seluruh staff dan karyawan Badan Pusat Statistik yang telah memberikan data-data yang terkait dengan penelitian skripsi ini.

9. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Departemen S1- Ekonomi Pembangunan angkatan 2012 Muhammad Ali Nasution, Fajar Syahputra, Doli Zulfirman, Rizki Maulana, Winda Gea, Vivi Saragih, Thalita Eka Putri, dan lain-lain yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan dukungan, kerja sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini. Sukses buat kita semua.


(69)

10.Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Herbert Nababan, Dedi Amin, Rianly Catra Nugraha, Muhammad Arief, Yusra Rosan, Syntia Apdajuna Putri, Lusi Kurniawati, Actara Rahmadita, Riyandhika, Arifandi, Ridho Vernanda, Arie Agusta, dan lain-lain yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan dukungan, kerja sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini. Sukses buat kita semua.

11.Beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Besar membalas budi dan pengorbanan yang diberikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Medan, ………..

Peneliti

Deri Marsal NIM:120501095


(1)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 18

Tabel 4.1 Upah Minimum Provinsi ... 29

Tabel 4.2 Angkatan Kerja ... 30

Tabel 4.3 Pengangguran ... 31

Tabel 4.4 Analisis Linier Berganda... 32

Tabel 4.5 Uji Kolmogorov Smirnov ... 37

Tabel 4.6 Uji Glejser ... 39

Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas ... 40

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 42

Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 44


(2)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 19

Gambar 4.1 Peta Sumatera Barat ... 28

Gambar 4.2 Pengujian Normalitas Histogram ... 34

Gambar 4.3 Pengujian Normalitas P-P Plot ... 35


(3)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data ump, angkatan kerja, pengangguran ... 52 2 Output Analisis Linier Berganda ... 55 3 Output Asumsi klasik ... 57


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul

skripsi ini adalah: “Pengaruh Tingkat Upah (Upah Minimum Provinsi) dan Angkatan Kerja Terhadap Pengangguran di Sumatera Barat”.

Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari Orangtua tercinta Ayah (alm) Agus Salim dan Ibu Mardiah, kakek Anas dan nenek Raamah, paman Tarmizi dan Mulyadi, beserta ketiga adik saya Zilkhairani, Radiah, Elfi Rahmani, dan adik sepupu saya Ahmad Daffa selama perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ramli,SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Rujiman, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skrispsi ini.

5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Ilyda Sudradjat,S.Si., M.Si sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

8. Seluruh staff dan karyawan Badan Pusat Statistik yang telah memberikan data-data yang terkait dengan penelitian skripsi ini.

9. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Departemen S1- Ekonomi Pembangunan angkatan 2012 Muhammad Ali Nasution, Fajar Syahputra, Doli Zulfirman, Rizki Maulana, Winda Gea, Vivi Saragih, Thalita Eka Putri, dan lain-lain yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan dukungan, kerja sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini. Sukses buat kita semua.


(6)

10.Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Herbert Nababan, Dedi Amin, Rianly Catra Nugraha, Muhammad Arief, Yusra Rosan, Syntia Apdajuna Putri, Lusi Kurniawati, Actara Rahmadita, Riyandhika, Arifandi, Ridho Vernanda, Arie Agusta, dan lain-lain yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan dukungan, kerja sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini. Sukses buat kita semua.

11.Beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Besar membalas budi dan pengorbanan yang diberikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Medan, ………..

Peneliti

Deri Marsal NIM:120501095