Efek suasana kesedihan terhadap durasi dan ketepatan pemecahan masalah pada remaja

EFEK SUASANA KESEDIHAN TERHADAP DURASI DAN
KETEPATAN PEMECAHAN MASALAH PADA REMAJA
SKRIP SI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Psikologi

...111
-..

Unlversitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:
KHAIRUNNISA

NIM:205070©G0498
d:lri

: ""' ,., 1 ,,. • ., .... f:., .NLゥA\GBセ@

lgt


:

ᄋセ@

NAlゥZセエ@

o !ntluk : . NqiA_^[QGヲオZM|セャ@

ォLャZゥセヲ⦅。ウ@

. .0.?.l... ..1

: ............................................. .

Fakultas Psikologi Non Reguler
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
1430 H / 2009 M


'""i""'"'

PENGESAHAN PANITIA ujiaセMᄋ
/ r

L_.

··pusrAKAAN UTAMA
IJiN SYAHID JAKARTA

Skripsi yang berjudul Efek Suasana Kesedihan Terhadap Pemecahan

Masalah Remaja telah diujikan dalam sidang Munaqasyah fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tanggal 3 Desember 2009.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana psikologi

Jakarta, 8 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Sekretaris merangkap anggota


Ketua merangkap anggota

Jahja umar Ph.D

Ora.

adhilah Suralaga M.Si

NIP .130885522

NIP. 195612231983032001
Anggota:

Penguji 1

Penguji 2

Jahja umar PhD


Yunita Faela Nisa M.Si, Psikolog

NIP .130885522

NIP.150368748

Pembimbing 1

Pembimbing 2

1ita Faela Nisa M.Si. Psikolog
NIP.150368748

NIP .150293234

I

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh
gelar Sarjana Psikologi


Oleh:

KHAIRUNNISA
NIM:205070000498

Dibawah bimbingan

Pembimbing I

Pembimbing II
('

Yunita Faela Nisa M.Psi. psikolog

Solicha M.Si

NIP.150368748

NIP. 150293234


Fakultas Psikologi Non Reguler
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
1430 H / 2009 M

KarYa ini l'\U persernbahl'\an
untur' orang-orang
Yang telah rnengisi l'\isah hidupl'\U
dengan rnernberiKan rna1,na
dan arti Kehidupan
serta rnewarnai Kehidupanr'u
dengan cinta,
kasih saYang,
pengorbanan,
l'\eiKhiasan
dan Kebahagiaan.
I 1ove you all
true1y rnadlY deeplY do ...


JifW, ingin ウオセ・L@

pefajarifafi ォᄃウオセ・。ョ@

itu

aan 6eifiJijrfafi seperti orang-orang yang ウオセ・L@

Jifta ingin 6afiagia, pefajarifafi k§6afiagiaan
aan 6eifikjrfafi seperti oran9-orang yang 6afiagia

(I6raliim P,lfiliy)

ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi
(B) November 2009
(C) Khairunnisa
(D) Efek Kesedihan Terhadap Pemecahan Masalah Pada Remaja
(E) X+ 102 Halaman
(F) Masa remaja dikatakan sebagai masa yang penuh tantangan dimana

merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja dan
remaja menuju dewasa dengan permasalahan yang harus diselesaikan
secara mandiri. Kemampuan dalam pemecahan masalah terlihat dari
bagaimana usaha seseorang dalam melepaskan diri dari tekanan yang
muncul. Kemampuan pemecahan masalah yang fleksibel sangat
dibutuhkan oleh setiap individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pemecahan masalah diantaranya adalah emosi. Pada
perkembangannya, remaja memiliki kesulitan mengendalikan emosinya
yang labil, sehingga seringkali para remaja mengambil keputusan tanpa
banyak berpikir akibatnya. Kematangan emosi yang baik sangat
mempengaruhi proses pemecahan masalah. Salah satu emosi yang
banyak dialami adalah kesedihan, yang merupakan salah satu dari
emosi negatif yang dimiliki manusia. Kesedihan juga berpengaruh
terhadap kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Remaja
yang sulit mengendalikan kesedihannya akan sulit untuk memusatkan
pikiran dan sulit menggunakan logikanya, hal itu dapat menurunkan
kemampuan remaja tersebut dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh kesedihan

terhadap kemampuan memecahan masalah pada remaja. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 27 Juli 2009 di sekolah X di Jakarta Selatan,
dengan partisipan berjumlah 30 siswa kelas VII pada tingkatan Sekolah
Menengah Pertama. Tipe penelitian yang dilakukan adalah controlled
field experiment karena adanya perlakuan terhadap variabel bebas yang
dilakukan dalam situasi yang diusahakan terkontrol di .sekolah.
Sementara disain yang digunakan adalah two group postest design,
dimana sampel yang berjumlah 30 siswa dibagi kedalam 2 kelompok
yaitu kelompok eksperimen yang akan diberikan suasana kesedihan
berupa penayangan video yang membangkitkan kesedihan dan
kelompok kontrol yang tidak diberikan suasana kesedihan.

Has ii penelitian dianalisis dengan Analysis Of Covariance menggunakan
uji Between-Subjeck Effects pada General Linera Model pada SPSS,
dan didapatkan kesimpulan bahwa suasana kesedihan mempengaruhi
durasi waktu dan ketepatan dalam memecahkan masalah.

(G) Bahan Bacaan: 37 (1981-2008)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim

Puji syukur kehadirat lllahi Rabb atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah berkat ridho-Nya dan bantuan, bimbingan serta dorongan

dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

l. Bapak. Jahja Umar, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah, beserta jajarannya.
2. lbu Dra. Fadilah Suralaga M.Si selaku Pudek bidang akademik
3. lbu Dra. Zahrotun Nihayah M.Si selaku Pembimbing akademik
4. lbu Yunita Faela Nisa M.Si, psikolog yang telah memberikan bimbingan,
saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. lbu Solicha M.Si yang bayak memberikan bimbingan, pengarahan, dan
saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan
keikhlasan.
7. Pihak sekolah X, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian ini dengan tangan terbuka dan telah membantu
kesuksesan penelitian ini.
8. Kepada tim eksperimen, bunda Shinta dan Rinto. Serta teman-teman
sukarelawan: ayah Wahyu, Nida, Dhi-dhi, jeng Lidia, mba Oca, Ida Ayu,
Tariman, Fera, Mariam, Ani, Retno, dan Bayu yang telah membantu
mensukseskan penelitian ini. Jasa dan bantuan kalian tidak akan pernah
terlupakan.

9. Seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah atas
persahabatan yang tulus serta atas semua bantuan selama masa
perkuliahan. Khususnya untuk sahabat terbaikku Gita, Yuniar, Retno,
Novi, Loli, Dita.Desi, Mala, dan mba Dimar. Serta sahabat lnvivo: Ani, Ida
Ayu, lka,dan Nadia serta lki. Yang memberikan semangat dukungan dan
persahabatan yang indah
10. Kepada seorang ibu yang dengan ikhlas telah bekerja keras untuk
menghidupi anak-anaknya dan dengan tulus memberikan doa untuk
kebahagiaan anak-anaknya, semoga aku dapat membuatmu selalu
bahagia ibu.
11. Untuk seorang ayah yang ingin aku menjadi yang terbaik baginya. If I
have just one more day, I would tell you how much that I've missed you
since you've been away.

12. Untuk adik-adikku yang membuat hidupku berwarna dengan candaan,
kebaikan dan kenakalan kalian.
13. Kepada seorang adam yang telah membuatku mengerti arti dan makna
hidup serta membuatku percaya akan adanya cinta sejati.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dalam
rangka penyusunan skripsi ini.

Hanya asa dan do.a yang penulis panjatkan semoga pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT, amiin.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, Desember 2009
Penulis

DAFTAR ISi

Halaman Judul
Ha la man pengesahan .............................................................. iii
Motto ......................................................................................... iv
Lem bar persembahan ............................................................. v
Abstraksi ................................................................................................. vi
Kata pengantar ........................................................................ viii
Daftar isi ................................................................................... x
Daftar tabel .............................................................................. xiv
Daftar gambar .......................................................................... xv
Bab I.

Pendahuluan

1.1

Latar belakang masalah ......................................................... 1

1.2

ldentifikasi masalah ................................................................ 11

1.3

Rumusan masalah .................................................................. 12

1.4

Pembatasan masalah ............................................................ 12

1.5

Tujuan penelitian .................................................................... 13

1.6

Manfaat penelitian ................................................................. 13

1. 7

Sistematika penulisan ............................................................. 14

Bab II.
2.1

Tinjauan teoritis
Pemecahan masalah .............................................................. 17
2.1.1 Definisi pemecahan masalah ........................................ 18
2.1.2 Jenis-jenis masalah ....................................................... 19
2.1.3 Langkah-langkah dalam pemecahan masalah .............. 23
2.1.4 Metode pemecahan masalah ........................................ 24
2.1.5 Rintangan dalam pemecahan masalah ......................... 26
2.1.6 Petunjuk pemecahan masalah ...................................... 28
2.1.7 Faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah ........ 29

2.2

Emosi kesedihan .................................................................... 31
2.2.1 Emosi ............................................................................. 32
2.2.1.1 Definisi emosi .................................................. 33
2.2.1.2 Fungsi emosi ................................................... 35
2.2.1.3 Macam-macam bentuk reaksi emosi ............... 36
2.2.1.4 Peran Emosi dan kognisi ................................. 38
2.2.2 Kesedihan

............................................................. 41

2.2.2.1 Definisi kesedihan .......................................... .41
2.2.2.2 Fungsi kesedihan ............................................ .42
2.2.2.3 Faktor yang menimbulkan kesedihan .............. 44
2.2.2.4 Temuan empiris dari pengaruh emosi
sedih terhadap proses kognisi ........................ 45
2.3

Kerangka berpikir ................................................................... 47

2.4

Hipotesis ................................................................................. 49

Bab Ill
3.1

Metode Penelitian
Jen is penelitian ....................................................................... 50
3.1.1 Pendekatan penelitian .................................................. 50
3.1.2 Metode penelitian .......................................................... 51

3.2

Rancangan penelitian ............................................................. 52
3.2.1 Tipe penelitian ............................................................. 52
3.2.2 Disain penelitian ........................................................... 52

3.3

Variabel penelitian ................................................................ 53
3.2.1 Variabel bebas dan manipulasinya ................................ 53
3.3.2 Variabel terikat dan pengukurannya .............................. 54
3.3.3 Covariate ....................................................................... 56

3.4

Metode pengambilan sampel ................................................. 59
3.4.1 Populasi penelitian ........................................................ 59
3.4.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel ..................... 60

3.5

Teknik pengumpulan data ...................................................... 61
3.5.1 lnstrumen peneliian ....................................................... 61
3.5.2 Proses pengujian puzzle broken square ...................... 62
3.5.3 Proses penilaian puzzle broken square .......................... 63
........................................... 64

3.6

Pilot study instrumen penelitian

3. 7

Aparatus penelitian ..... ... ............... .... .... ....... ... .... ................

3.8

Prosedur pelaksanaan penelitian ........................................... 68

3.9

Teknik analisis data ................................................................ 76

67

Bab IV

Hasil penelitian

4.1

Gamba ran um um responden .................................................. 78

4.2

Has ii utama penelitian ............................................................ 79

4.3

Pengujian hipotesis ................................................................ 81

4.3.1 Pengujian hipotesis pertama ......................................... 82
4.3.2 Pengujian hipotesis kedua ............................................. 85

BabV

Kesimpulan, diskusi dan saran

5.1

Kesimpulan ........................................................................... 88

5.2

Diskusi .................................................................................... 89

5.3

Saran ...................................................................................... 96

Daftar pustaka .................................................................................... 97
Lampi ran

DAFT AR TABEL

Table 3.1

Rancangan eksperimen .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52

Table 3.2

Covariate .. ... .... .... .... .... ... ............................................ .. . 56

Table 3.3

Hasil pilot studi pertama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65

Table 3.4

Has ii pilot studi kedua . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . .

Tabel 3.5

Jadwal pelaksanaan penelitian ...................................... 72

Table 3.6

Jadwal persiapan penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 73

Table 3.6

Tahap pelaksanaan penelitian kelompok eksperimen . . .....

Table 3.7

Tahap pelaksanaan penelitian kelompok kontrol .............. 75

Table 4.1

Pembagian kelompok berdasarkan gender . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 78

Tabel 4.2

Hasil penelitian kelompok eksperimen .............................. 79

Tabel 4.3

Hasil penelitian kelompok kontrol .................................... 80

Table 4.4

Data durasi waktu memecahkan masalah kelompok

66

74

penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... .. 82
Table 4.5

Hasil uji between-subjects effects untuk
durasi waktu memecahkan masalah . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . .. . . ...

Table 4.6

83

Data ketepatan memecahkan masalah kelompok
Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 85

Table 4.7

Hasil uji between-subjects effects untuk
ketepatan memecahkan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ... 86

DAFT AR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram teori arousal................................................... 39
Gambar 2.2 Diagram arousal kesedihan .......................................... 49
Gambar 3.1 Skema pelaksanaan penelitian . . .. . . . . .. . . . . ........ .. . . . . . . . ...

70

1

BAB!
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan,
manfaat serta sistematika penulisan penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari masalah. Masalah
selalu mengiringi setiap perkembangan manusia, mulai dari masa anak-anak
sampai masa dewasa, tidak terkeculi pada masa remaja. Dalam masa
perkembangannya, remaja dihadapi dengan banyak permasalahan baik
permasalahan dalam dirinya maupun permasalahan dari luar yang
menyangkut status dirinya, ditambah lagi dengan adanya perubahanperubahan dalam bidang teknologi dan ekonomi, perubahan-perubahan ini
juga menambah persoalan bagi remaja. Masa remaja dikatakan sebagai
masa yang penuh tantangan dimana pada masa itu terjadi berbagai masalah
yang harus diselesaikan.

2

Banyaknya kenakalan yang dilakukan remaja mengidentifikasikan bahwa
remaja tersebut kurang dapat menyelesaikan permasalahan yang
dialaminya. Seperti fenomena yang banyak terjadi belakangan ini, seperti
tawuran antar pelajar (Tawuran SMA 6 dan 70, 2009), penyalahgunaan
narkotika (Penghobi narkoba remaja, 2009), seks bebas yang menyebabkan
terjangkitnya HIV-AIDS (Djoerban, 2009) dan banyaknya remaja putri yang
melakukan aborsi (Aborsi jangan hanya, 2009), serta kasus bunuh diri yang
banyak dilakukan para remaja (Vivi Setiono,2009).

Masalah adalah suatu kesenjangan yang tidak diinginkan antara kondisi
yang diinginkan dengan kondisi aktual dari sesuatu yang dianggap penting.
Penyebab dari masalah itu sendiri bisa jadi sesuatu yang diketahui atau
sesuatu yang tidak diketahui. Pada remaja tidak sedikit yang mengalami
kesulitan dalam menghadapi berbagai masalah. Permasalahan tidak akan
terselesaikan tanpa adanya penyelesaian yang baik. Remaja yang
mempunyai emosi labil seringkali mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mengambil keputusan tanpa banyak berpikir
akibatnya.

3

Kemampuan dalam memecahkan masalah menjadi bagian penting dalam
kesuksesan hidup, karir atau tujuan hidup setiap manusia, termasuk untuk
para remaja. Pemecahan masalah membutuhkan kemampuan pemikiran
yang kritis dan kemampuan analisa yang baik untuk mencari pemecahan
suatu masalah. Kemudian juga dibutuhkan pemikiran yang kreatif bisa lewat

brainstorming, bertanya, melihat masalah dari sudut pandang berbeda dan
visualisasi. Kemampuan pemecahan masalah adalah proses berpikir yang
diarahkan untuk solusi atau pencegahan terhadap masalah spesifik yang
dihadapi. Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah
ketrampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam setiap aspek
kehidupannya. Jarang sekali seseorang tidak menghadapi masalah dalam
kehidupannya sehari-hari.

Gaya pemecahan masalah tiap orang memang berbeda, ini tergantung
bagaimana seseorang itu merespon terhadap masalah yang ia hadapi.
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah (Tingkatkan lagi mutu, 2008)
adalah mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah
yang dihadapi, mengumpulkan fakta dan data yang relevan, mengolah fakta
dan data, menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah, memilih
cara pemecahan dari alternatif yang dipilih, memutuskan tindakan yang akan
diambil, melakukan evaluasi dari pemecahan masalah yang dilakukan.

4

Kemampuan alami dalam pemecahan masalah terlihat pada bagaimana
usaha individu dalam melepaskan diri dari tekanan yang muncul.
Kemampuan pemecahan masalah yang fleksibel sudah pasti sangat
dibutuhkan oleh setiap individu. Faktor-faktor psikososial yang
mempengaruhi proses pemecahan masalah antara lain adalah: motivasi,
kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan serta emosi. Salah satu faktor
yang mempengaruhi pemecahan masalah di antaranya adalah emosi. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Dwi Puji Astuti (2009) bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan
faktor pendukung kemampuan problem solving pada siswa SMA
Muhammadiyah Kudus.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Any Kusdaryati (2007) yang membuktikan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kestabilan emosi dan
kemandirian dengan kemampuan pemecahan masalah pada anak jalanan.
Hasil penelitian itu juga menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kestabilan emosi dengan kemampuan pemecahan masalah pada
anak jalanan, ada hubungan positif yang signifikan antara kemandirian
dengan kemampuan pemecahan masalah pad a anak jalanan. Dapat ditarik
kesimpulan dari hasil penelitian di atas menunjukan bahwa emosi
berpengaruh secara signifikan terhadap pemecahan masalah.

5

Kecenderungan emosional (Najati, 2008) dapat mengakibatkan seseorang
terjerumus dalam kesalahan. Banyak riset dan eksperimen modern dalam
ilmu psikologi yang menjelaskan munculnya kesalahan-kesalahan dalam
berpikir disebabkan oleh kecenderungan emosional, khususnya emosi
negatif. Keadaan emosional sering berpengaruh dalam berpikir dan
menyebabkan pikiran membuat kesalahan dalam mengeluarkan keputusan,
sehingga dapat dikatakan emosi negatif dapat menurunkan kemampuan
seseorang dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu emosi negatif
yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah
adalah emosi sedih. Dimana kesedihan dapat menurunkan kemampuan
seseorang dalam memecahkan suatu masalah.

Kesedihan (Indra, 2009) adalah emosi yang dirasakan seseorang ketika
mereka kehilangan sesuatu yang penting, atau ketika mereka kecewa
mengenai sesuatu, atau ketika ada kesedihan yang terjadi kepada orangorang di dekatnya ataupun pada orang lain yang dia saksikan atau dengar.
Ketika seseorang kesepian, biasanya orang tersebut merasakan kesedihan.
Ketika seseorang merasakan kesedihan, dunia terasa seperti gelap, dan
tidak ramah. Orang tersebut mungkin merasa seakan tidak memiliki apapun
untuk dituju. Kesedihan juga merupakan suatu emosi yang di tandai dengan
perasaan tidak berguna, tidak berdaya, dan kehilangan. Pada saat sedih,

6

orang biasanya lebih banyak diam, kurang energik, dan lebih banyak
menarik diri. Kesedihan dikenali sebagai kebalikan dari bahagia, dan sama
dengan emosi pada saat kita mengalami dukacita (sorrow), kepiluan (grief),
kesengsaraan/ kemelaratan (misery), dan kemurungan (melancholy).
Beberapa orang mengalami kesedihan hanya sebentar saja, sementara ada
beberapa orang yang mengalami kesedihan yang cukup sering. Lebih dari
setengah remaja mengalami masa sedih paling sedikit satu kali satu bulan
dan sebagian anak-anak juga mengalami hal yang sama. Ketika seseorang
berada pada kesedihan, rasanya seperti terjadi selamanya, tetapi umumnya
kesedihan tidak berjalan selamanya, beberapa jam atau mungkin beberapa
hari kemudian segera berganti dengan mood lainnya (Indra 2009)

Kesedihan (Alkindi, 2006) biasanya terdiri dari lima tingkat: shock,
pengingkaran dan marah, kemudian depresi dan akhirnya benar-benar mau
menerima kesedihan itu. Pada beberapa orang diperlukan waktu yang lebih
lama untuk bisa menerima kesedihan dan menyembuhkannya dibanding
orang lain, oleh karena itu kesedihan tidak selayaknya diabaikan. Ekspresi
sedih (Seputar emosi sedih, 2009) bisa dengan gampang dilihat. Seseorang
yang bersedih akan terlihat dari ekspresi wajahnya yang sendu. Matanya
mungkin berkaca-kaca karena menangis. Geraknya jadi lamban. Kata-

7

katanya menjadi berat. Menjawab pertanyaan lebih singkat dan cenderung
menjadi pasif.

Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar
juga bila sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu
sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru
dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan
dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Bila
kisah cinta berjalan baik, remaja akan merasa bahagia, tetapi mereka
menjadi sedih bilamana percintaan kurang berjalan baik. Demikian pula,
menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan
masa depan mereka (Suhil, 2007).

Remaja banyak dipengaruhi oleh emosi. Kegagalan pengendalian emosi
biasanya terjadi karena remaja kurang mau bersusah payah menilai sesuatu
dengan kepala dingin. Kegagalan mengekspresikan emosi juga karena
kurang mengenal perasaan dan emosi sendiri sehingga jadi salah dalam
mengekspresikannya. Remaja seringkali menunjukkan kesedihan dengan
bertingkah menunjukkan sikap marah untuk menutupi apa yang mereka
rasakan di dasar hati. Ada yang pada akhirnya menggunakan obat-obatan
atau alkohol, mengebut atau melakukan hal-hal yang berbahaya.

8

Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali
pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Mereka sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru
dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian
seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Demikian juga dalam
hal kesedihan, remaja yang sulit mengendalikan kesedihannya, akan sulit
keluar dari permasalahan yang dideritanya. Jika kesedihan yang dirasakan
tidak dapat di atasi, remaja dapat mengalami depresi, dan dapat
membahayakan remaja itu sendiri. Ketika remaja sudah merasa sangat
depresi dan tertekan, mereka tidak dapat lagi berpikir jernih untuk mengatasi
masalahnya, remaja tersebut terkadang lebih sering mengambil jalan pintas
sebagai jalan keluar dari permasalahnnya yang dapat membahayakan
dirinya sendiri atau merugikan dirinya dan orang lain. Tidak sedikit remaja
yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sebagai jalan keluar bagi
permasalahan yang dihadapinya. Seperti beberapa fenomena bunuh diri
yang banyak terjadi di kalangan remaja.

Pada remaja tidak sedikit yang mengalami kesulitan dalam menghadapi
berbagai masalah. Permasalahan tidak akan terselesaikan tanpa
penyelesaian yang baik. Remaja yang mempunyai emosi labil seringkali
mengambil keputusan tanpa banyak berpikir akibatnya. Kematangan emosi

9

yang baik pada remaja sangat mempengaruhi proses pemecahan masalah
yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Santrock (2004), Ustman
Najati (2008), LeDoux (Jensen, 2008), dan Jalaludin Rackhmat (2009), yang
mengemukakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi pemecahan
masalah seseorang, yaitu kecenderungan emosional. Kecenderungan,
dorongan, emosi dan perasaan seseorang berpengaruh terhadap pola
pikirnya.

Beberapa penelitian mengenai pengaruh kesedihan terhadap proses kognisi
telah dilakukan oleh Bower, Gilian, dan Montero (dalam Suharnan, 2005)
yang mendapatkan kesimpulan bahwa orang yang mengalami kesedihan
cenderung mengingat informasi yang mengandung kesedihan daripada
kesenangan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Leight dan Ellis
(Suharnan, 2005) yang menyatakan bahwa kesedihan dapat mengganggu
seseorang melakukan transformasi informasi ke dalam gudang ingatan.

Disamping penelitian mengenai kesedihan terhadap beberapa proses
kognisi, terdapat pula beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh depresi
terhadap proses kognisi. Secara singkat depresi bukanlah sedih, melainkan
percampuran antara rasa sedih, pesimis, tanpa harapan, dan mungkin juga

10

marah. Jadi, depresi adalah emosi yang kompleks. Sementara itu, sedih bisa
dibilang merupakan emosi tunggal.

Adapun beberapa penelitian lain memberikan hasil bahwa depresi dapat
mempengaruhi proses kognisi seperti penyelesaian tugas, penggalian
informasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ellis, Thomas dan
Rodrigues (Suharnan, 1996) yang menunjukan hasil bahwa depresi
cenderung memperlemah usaha seseorang mengerjakan tugas atau
mempelajari bahan yang lebih kompleks, sukar dan banyak menuntut usaha
keras (dalam arti pengunaan kapasitas memori) sementara untuk tugastugas yang sederhana, depresi cenderung tidak memiliki pengaruh yang
berarti.

Terdapat pula perbedaan hasil penelitian mengenai depresi terhadap
penggalian informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Goldstein (Suharnan,
2005) tidak menemukan adanya pengaruh depresi terhadap ingatan tentang
sifat-sifat pribadi seperti pada masa kanak-kanak. Namun penelitian yang
dilakukan oleh Ellis, Thomas, McFarlend dan Lene menemukan adanya
pengaruh depresi terhadap aktifitas penemuan kembali informasi yang
tersimpan dalam gudang ingatan (Suharnan, 2005).

11

Dari hasil penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa emosi berpengaruh
terhadap penyelesaian tugas dan penggalian informasi, sehingga peneliti
ingin mengetahui apakah emosi juga berpengaruh terhadap proses
pemecahan masalah. Selain itu, dilihat dari fenomena pemecahan masalah
pada remaja yang masih dipengaruhi emosi, khususnya kesedihan membuat
peneliti ingin mengkaji bagaimanakah kesedihan dapat mempengaruhi
proses pemecahan masalah dan seberapa besar kesedihan mempengaruhi
kemampuan memecahkan masalah pada remaja.

1.2 ldentifikasi Masalah
1) Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan
memecahkan masalah antara kelompok yang diberikan suasana
kesedihan berupa penayangan vidoe kesedihan dengan kelompok
yang tidak diberikan suasana kesedihan (kelompok kontrol)?
2) Apakah kesedihan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah?
3) Apakah kesedihan mempengaruhi seseorang dalam mengambil
keputusan?
4) Apakah kesedihan menurunkan daya kreativitas seseorang dalam
memecahkan masalah?

12

1.3 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1) Apakah ada pengaruh yang signifikan suasana kesedihan terhadap
lamanya waktu dalam memecahkan masalah pada remaja?
2) Apakah ada pengaruh yang signifikan suasana kesedihan terhadap
ketepatan memecahkan masalah pada remaja?

1.4 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:
1) Suasana kesedihan yang dimaksudkan adalah adanya pengaruh
suasana sedih. Dalam penelitian ini, kesedihan adalah pemberian
video kesedihan yang diberikan kepada kelompok eksperimen untuk
nantinya dibandingkan dengan kelompok kontrol atau kelompok
netral.
2) Pemecahan masalah yang dimaksudkan adalah bagaimana para
partisipan dalam kelompok eksperimen maupun dalam kelompok
kontrol menyelesaikan suatu permainan broken square diberikan oleh
peneliti, dinilai dari segi durasi waktu dan ketepatan mamacahkan
masalah.
3) Remaja yang dimaksudkan adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah
Pertama yang berusia 13-15 tahun.

13

1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang
signifikan dari suasana kesedihan terhadap durasi waktu dan ketepatan
memecahkan masalah pada remaja.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Teoritis
Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan wacana dalam psikologi, khususnya dalam psikologi kognitif,
psikologi pendidikan, dan psikologi eksperimental, mengenai pengaruh
emosi sedih terhadap kemampuan memecahkan masalah pada remaja.

1.6.2 Praktis
1) Secara praktis hasil penelitian ini dapat diketahui sejauh mana pengaruh
emosi kesedihan terhadap kemampuan remaja dalam memecahkan
suatu masalah, sehingga dapat menjadi masukan bagi orang tua dan
guru (pengajar) untuk membantu anak mengelola emosinya dalam
proses belajar maupun menghadapi permasalahan dalam kehidupan
secara nyata.

14

2) Selain itu dapat menjadi masukan untuk remaja, khususnya para pelajar
untuk mengelola suasana emosinya, khususnya kesedihan, sehingga
dapat lebih berhasil dalam proses belajar atau dalam memecahkan suatu
masalah dalam kehidupan sehari-hari.

1. 7 Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini, penulis menggunakan gaya penulisan APA (American
Psychological Association) style. Hasil penelitian ditulis dan tersusun menjadi
lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB1: Pendahuluan
Dalam bab ini, penulis mendeskripsikan latar belakang penelitian, juga
menjelaskan identifikasi masalah yang ada dengan pembatasan
masalah. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam
perumusan masalah. Peneliti juga menjelaskan tentang tujuan,
manfaat serta sistematika penulisan pada penelitian ini.
BAB II: Tinjauan teoritis
Dalam bab ini, peneliti menguraikan tentang landasan teori mengenai
pemecahan masalah meliputi definisi pemecahan masalah, jenis-jenis
masalah, langkah-langkah dalam pemecahan masalah, metode
pemecahan masalah, rintangan dalam memecahkan masalah,
petunjuk pemecahan masalah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi

15

pemecahan masalah. Selain pembahasan tentang pemecahan
masalah. Penulis juga menguraikan teori mengenai emosi sedih
meliputi definisi emosi, fungsi emosi, macam-macam bentuk reaksi
emosi, definisi kesedihan, fungsi kesedihan, faktor-faktor yang
menimbulkan kesedihan serta temuan empiris dari pengaruh emosi
sedih terhadap proses kognisi. Terakhir penulis menguraikan benang
merah dari pengaruh emosi terhadap pemecahan masalah para
remaja awal dalam suatu kerangka berpikir serta merumuskan dalam
hipotesis.
BAB Ill: Metode penelitian
Dalam bab ini, peneliti menguraikan tentang jenis penelitian,
pendekatan dan metode penelitian. Peneliti juga menjelaskan
mengenai variabel penelitian berupa variabel bebas dengan
manipulasinya, variabel terikat beserta pengukurannya dan variabel
sekunder beserta kontrolnya. Setelah itu peneliti akan memberikan
gambaran mengenai populasi, sampel dan teknik sampling. Peneliti
juga akan menjelaskan mengenai teknik pengumpulan data, metode
dan instrumen penelitian, hasil uji coba instrumen penelitian,
rancangan penelitian, hipotesis statistik, definisi operasional,
aparatus, prosedur pelaksanaan penelitian serta teknik analisis data.

16

BAB IV: Hasil penelitian
Bab ini akan membahas gambaran umum mengenai hasil penelitian,
yaitu dengan menyajikan data-data yang diperoleh, analisis data serta
interpretasi data tersebut.

BABV: Kesimpulan, diskusi dan saran
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi
yang membahas hasil dari penelitian dan saran yang berdasar pada
hasil penelitian.

17

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Bab ini terdiri dari 4 sub bab. Sub bab pertama akan dijjelaskan mengenai
pemecahan masalah. Pada sub bab kedua akan dijelaskan mengenai emosi
kesedihan. Terakhir penulis menguraikan kerangka berpikir serta
merumuskan dalam hipotesis.

2.1 Pemecahan Masalah
Dalam pembahasan pemecahan masalah peneliti akan menguraikan
mengenai definisi pemecahan masalah, jenis-jenis masalah, langkahlangkah dalam pemecahan masalah, metode pemecahan masalah,
rintangan dalam memecahkan masalah, petunjuk pemecahan masalah, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah.

2.1.1 Definisi pemecahan masalah
Masalah (Suharnan, 2005).sering disebut orang sebagai kesulitan,
hambatan, gangguan, ketidakpuasan, atau kesenjangan. Secara umum dan
hampir semua ahli psikologi kognitif mengatakan bahwa masalah adalah
suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan datang

18

atau tujuan yang ingin dicapai. Masalah adalah bagian dari kehidupan
manusia. Masalah dapat bersumber dari dalam diri seseorang atau dapat
bersumber dari lingkungannya, bergerak dari yang mudah sampai yang
paling sulit, dan dari masalah yang sudah jelas sampai masalah yang tidak
jelas

Santrock (2004) memberikan definisi pemecahan masalah adalah sebagai
suatu usaha mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Chaplin
(2006) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu proses yang
tercakup dalam usaha menemukan urutan yang benar dari alternatifalternatif jawaban, mengarah kepada yang sasaran atau arah pemecahan
yang ideal.

Menurut Evans (Suharnan, 2005) pemecahan masalah merupakan suatu
aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang
cocok untuk tindakan dan pengubahan kondisi sekarang menuju situasi yang
diharapkan .

Belajar dan pemecahan masalah (Leavit, 2005) adalah proses yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Apabila seseorang sedang
memecahkan masalah,maka orang tersebut sedang mempelajari

19

pemecahan masalah tersebut. Seorang pemikir yang analitik, memecahkan
suatu masalah dengan memisah misahkan suatu masalah yang kompleks
menjadi bagian-bagian, memperincinya menjadi kepingan-kepingan yang
saling berhubungan secara logis dan kemudian menyatukannya lagi.
Seorang pemikir yang imaginatif adalah orang yang menyimpulkan dengan
cepat ide-ide dan pemecahan masalah yang bersifat ganda atau
memecahkan masalah dengan cara coba-coba (tryal and error) (Leavit,
2005).

2.1.2 Jenis-jenis masalah
Dave Francis (1990) membagi masalah dalam 6 jenis, yaitu:
1. Mysteries atau Misteri
Sebuah misteri adalah "sebuah deviasi atau penyimpangan yang tidak
jelas dari apa yang diharapkan". Definisi ini menekankan pada kata
"tidak jelas". Misteri terjadi jika sesuatu terjadi dan hal itu berbeda dari
harapan, dan seseorang tidak tahu alasannya. Aspek yang paling
penting dari sebuah misteri adalah saat seseorang tidak tahu
kasusnya. Dengan demikian, semua usaha harus dikerahkan untuk
mencari tahu mengapa orang tersebut memiliki deviasi yang tidak
jelas dari apa yang diharapkan. Terkadang suatu misteri dapat
terpecahkan, namun terkadang tidak.

20

2. Assignments atau tugas
Tugas selalu terjadi pada saat seseorang diberikan suatu pekerjaan
untuk dikerjakan. Tugas adalah seperti perjanjian: sebuah perjanjian
antara atasan (atau klien) dengan orang yang diberikan suatu
pekerjaan. Seorang konsultan mendapat tugas pada perimaan proyek
tertentu, seorang dokter memberikan tugas saat ia memberitahukan
obat apa yang harus didapatkan pasien, dan konsumen memberikan
tugas saat ia mengatakan kepada penata rambut penampilan seperti
apa yang ia inginkan. Dalam kasus ini, tugas menjadi bentuk perintah
yang perjanjiannya dapat dimengerti, diketahui, ada kejelasan dan
adanya persetujuan.
3. Difficulties atau kesulitan
Kesulitan adalah sesuatu yang sulit untuk diselesaikan. Seringkali
seseorang tahu apa yang harus diselesaikan tetapi pada
pelaksanaannya banyak persyaratan, sangat sukar, dan berbelit-belit.
Sebuah kesulitan terjadi karena dua alasan yaitu: seseorang tidak
mengetahui bagaimana menangani situasi atau merasa kekurangan
sumber daya yang memadai. Dengan demikian, untuk
menyelesaikannya sebuah kesulitan, seluruh tenaga harus dikerahkan
untuk menyelesaikan halang rintangan dar:i mendapatkan sumber
daya yang dibutuhkan.

21

4. Opportunities atau kesempatan
Hal yang penting tentang kesempatan adalah adanya tawaran potensi
yang menguntungkan. Semua tenaga dikerahkan untuk menciptakan
kesempatan. Bagaimanapun, memecahkan masalah atau mengatasi
kesulitan dapat melahirkan kesempatan. Seorang yang mendapatkan
kesempatan secara sadar dengan adanya kesempatan dan kemauan
untuk menerima bagian dari kegagalan. Contohnya, seseorang yang
mencari adanya kesempatan tidak lagi mencari pakaian dari bahan
wool, tatapi mencari kesempatan bisnis dari hal itu.
5. Dilema
Beberapa situasi adalah dilema. Adanya kesulitan untuk memilih
solusi terbaik atau sulit membedakan mana yang benar untuk
dilakukan. Walaupun dengan semua informasi yang ada, hal itu tidak
dapat memastikan penilaian seseorang akan hal yang benar. Hal
yang penting mengenai dilema adalah adanya sedikitnya dua pilihan
untuk melakukan tindakan yang mungkin keduanya sama-sama
menarik atau malah sama-sama tidak menarik. Sebuah dilema tidak
dapat dipecahkan oleh program komputer yang canggih, tetapi hal itu
memerlukan penilain manusia dan adanya aspek moral. Contohnya
dilema untuk perusahaan kimia yang dapat memperoleh keuntungan

22

yang luar biasa tetapi hal itu dapat menimbulkan pencemaran di
sungai terdekat.
6. Puzzle
Terdapat beberapa situasi dimana seseorang tahu jawaban apa yang
benar tetapi tidak tahu yang mana jawaban yang benar. Beberapa
situasi mirip seperti puzzle: hanya beberapa jawaban yang benar dan
yang lainnya salah. Dalam memecahkan puzzle seseorang harus
menguraikan kekusutan yang kompleks, dan untuk membawa orang
tersebut pada jawaban yang benar, seseorang harus mengetahui
bahwa terdapat jawaban yang benar dan jawaban itu dapat
ditemukan. Puzzle yang dapat dipecahkan ketika jawabanya dapat
diperoleh dari pengetahuan yang dimiliki.

Dalam penelitian ini, jenis masalah yang digunakan adalah jenis masalah
berbentuk puzzle. Puzzle dapat memberikan tantangan bagi anak untuk
bisa memberikan suatu pemecahan masalah dan bagaimana cara
mengatur dan mengatasinya.

23

2.1.3 Langkah-langkah dalam pemecahan masalah

Santrock (2004) menjelaskan beberapa langkah-langkah yang ditempuh
dalam pemecahan masalah, yaitu:
1. Mencari dan memahami masalah.
Sebelum sebuah masalah dapat dipecahkan, masalah tersebut harus
dikenali dahulu. Banyak masalah riil sulit untuk disepakati dan dapat
didefinisikan dengan banyak cara yang berbeda-beda, yang masingmasing cenderung menunjukan arah solusi yang berbeda pula.
2. Menyusun strategi pemecahan masalah yang baik.
Diantara strategi yang efektif adalah menentukan subtujuan,
menggunakan alogaritma, dan mengandalkan heuristic.
3. Mengeksplorasi solusi.
Setelah individu menganggap telah memecahkan suatu masalah,
individu tersebut mungkin tidak tahu apakah solusi tersebut efektif
atau tidak, kecuali mengevaluasinya. Perlu dipertimbangkan kriteria
untuk efektifitas solusi.
4. Memikirkan dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi waktu ke
waktu.
Langkah terakhir dalam pemecahan masalah adalah terus memikirkan
kembali dan meredefinisikan masalah dan solusi (Bereiter &
Scardamalia, dalam Santrock, 2004). Orang yang pandai dalam

24

memecahakan masalah biasanya termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya dan membuat kontribusi yang orisinal.

2.1.4 Metode pemecahan masalah
Suhaman (2005) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan
dalam memecahkan masalah, adalah:
1. Penemuan dengan strategi acak (algoritma)
Penemuan secara acak dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang
dapat membimbing seseorang kearah pemecahan masalah. Cara ini
juga dikatakan sebagai trial and error karena semua jalan
penyelesaian dicoba sehingga dapat pencarian dua kali atau lebih
pada jalan atau cara yang sama. Metode penemuan secara acak
efektif untuk masalah yang ruang lingkupnya sempit.
2. Penemuan melalui strategi heuristic
Metode ini didefinisikan sebagai proses penggunaan pengetahuan
seseorang untuk mengidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan
ditempuh dan dianggap menjanjikan untuk penemuan pemecahan
suatu masalah.

3. Proximity Methods
Metode ini digunakan seseorang untuk menempuh jalan atau cara
yang dipersepsi lebih mendekati tujuan yang diingginkan.

25

4. Analogi
Analogi dilakukan dengan membandingkan pola masalah yang tengah
dihadapi dengan pola masalah yang serupa yang pernah dialami baik
oleh orang yang bersangkutan atau orang lain.

5. Matching.
Metode ini hampir sama dengan proximity method, dimana seseorang
memahami situasi yang sedang dihadapi dengan tujuan yang
diingginkan, lalu membandingkan dengan pengetahuan yang ada
dalam ingatannya.
6. Generate-Test Method
Dasar pemikiran ini adalah bahwa pemecahan masalah
membutuhkan dua tahapan proses. Pertama, satu cara pemecahan
yang paling memungkinkan dicari atau dihasilkan. Kedua, gagasan
pemecahan yang dihasilkan itu diuji apakah dapat berjalan dengan
baik. jika belum berhasil akan dicari pemecahan lainnya yang paling
memungkinkan kemudian diuji atau dipraktekan.

7. Means-Ends Analysis
Cara ini digunakan dimana orang yang menghadapi masalah
mencoba membagi permasalahannya menjadi bagian-bagian tertentu
dari permasalahan tersebut. Metode ini memfokuskan perhatian

26

seseorang pada perbedaan antara keadaan yang tengah dihadapi
dengan keadaan yang diinginkan.

8. Backward Search
Strategi ini dilakukan dengan berjalan mundur, dimana meminta orang
memulai pada tujuan yang diingginkan dan bergerak mundur
kebelakang menuju pada keadaan yang dihadapi semula.

9. Forward Search
Dalam strastegi ini, seseorang memulai dari kenyataan yang dihadapi
kemudian secara bertahap bergerak menuju pada tujuan akhir yang
diingginkan.

2.1.5 Rintangan dalam memecahkan masalah
Beberapa rintangan yang dapat mempengaruhi proses pemecahan masalah
menurut Suharnan (2005) diantaranya adalah:

1. Functional fixedness
Keterpakuan fungsional berarti seseorang beranggapan bahwa fungsi
dan kegunaan suatu objek atau benda adalah cenderung stabil dan
menetap sepanjang waktu. Seseorang hanya memandang sesuatu
benda berfungsi sebagaimana dirancang atau diingginkan
pembuatnya.

27

2. Mental set
Merupakan tipe fiksasi dimana individu berusaha memecahkan
masalah dengan cara khusus yang berhasil dimasa lalu. Fenomena
ini menujuk pada kecenderungn orang untuk mempertahankan
aktivitas mental yang telah dilakukan secara berulang-ulang dan
berhasil ketika seseorang menghadapi masalah serupa namun dalam
situasi yang baru atau berbeda.

3. Perceptual added frame.
Penambahan bingkai perceptual ini terjadi ketika orang yang
menghadapi masalah atau tanpa sadar seolah-olah melihat adanya
bingkai tersamar (pembatas) yang mengelilingi di sekitar masalah
tersebut. Sesungguhnya bingkai itu tidak ada, hanya ada didalam
bayangan persepsi seseorang. Bingkai tersamar membatasi gerak
langkah orang tersebut dalam mencari jalan keluar alas persoalan
yang sedang dihadapi.

Santrock (2004) menambahkan faktor kekurangan motivasi dan persistensi
serta kontrol emosi yang tidak memadai juga dapat menjadi penghambat
dalam memecahkan masalah, berikut adalah penjelasannya:

28

1. Kontrol emosional yang tidak memadai.
Emosi dapat membantu atau merintangi pemecahan masalah. Pada
saat orang sangat termotivasi, pemecahan masalah yang baik sering
kali dapat mengontrol emosinya dan berkonsentrasi pada solusi
masalah. Terlalu cemas dan takut bisa membatasi kemampuan dalam
memecahkan masalah. lndividu yang kompeten dalam pemecahan
masalah biasanya tidak takut membuat keputusan.
2. Kekurangan motivasi dan persistensi.
Walaupun individu sudah sangat terampil dalam memecahkan
masalah, mereka akan sulit melakukannya jika tidak punya motivasi
untuk menggunakan kemampuannya itu.

2.1.6 Petunjuk pemecahan masalah

Anderson (Suharnan, 2005) memberikan bagaimana sikap dan tindakan
yang dilakukan seseorang dalam pemecahan masalah, yaitu
1. Sikap (attitudes):
a. Berpikir positif terhadap masalah
b. Berpikir positif terhadap kemampuan memecahkan masalah
c. Berpikir secara sistematis

29

2. Tindakan (action):
a. Rumusan masalahnya
b. Cari dan kumpulkan fakta-fakta
c. Fokus pikiran pada fakta-fakta yang penting
d. Temukan gagasan-gagasan untuk pemecahan masalah
e. Pilih gagasan yang terbaik dan laksanakan

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2008) ada dua hal yang mempengaruhi
pemecahan masalah, situasional dan personal. Jika seseorang menganggap
suatu hal sebagai kurang penting atau penting, mudah atau sulit, itulah yang
dimaksud faktor situasional. Sementara faktor personal diantaranya faktor
biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis yang mempengaruhi
pemecahan masalah misalnya, seseorang yang sedang dalam keadaan
terlalu lapar, sangat sakit, atau sangat lelah cenderung mengalami
kemampuan berpikir, hingga sulit memecahkan masalah.

30

Sementara faktor-faktor psikososial yang mempengaruhi proses pemecahan
masalah antara lain:
1) Motivasi:
Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian. Motivasi yang tinggi
membatasi fleksibilitas.
2) Kepercayaan dan sikap yang salah
Asumsi yang salah dapat menyesatkan. Kita akan mengalami
kesulitan dalam memecahkan penderitaan batin kita, bila kita percaya
bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material.
3) Kebiasaan
Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu, atau
kepercayaan yang berllebihan dan tanpa kiritis pada pendapat
otoritas, atau melihat masalah dari satu sisi saja, akan menghambat
pemecahan masalah yang efisien.
4) Emosi
Bila emosi sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga
menjadi stress, kita menjadi sulit berpikir efisien.

Ustman Najati (2008) juga mengemukakan salah satu hal yang dapat
mempengaruhi pemecahan masalah seseorang, yaitu kecenderungan
emosional. Kecenderungan, dorongan, emosi dan perasaan seseorang

31

berpengaruh terhadap pola pikirnya. Kecenderungan ini dapat
mengakibatkan seseorang terjerumus dalam kesalahan. Banyak riset dan
eksperimen modern dalam ilmu psikologi yang menjelaskan munculnya
kesalahan-kesalahan dalam berpikir disebabkan oleh kecenderungan
emosional. Keadaan emosional sering berpengaruh dalam berpikir dan
menyebabkan pikiran membuat kesalahan dalam mengeluarkan keputusan
(Ustman Najati, 2008).

2.2 Emosi Kesedihan
Dalam pembahasan mengenai kesedihan, peneliti akan menjabarkan
mengenai definisi kesedihan, fungsi kesedihan, faktor yang menimbulkan
kesedihan, serta temuan empiris dari pengaruh emosi sedih terhadap
proses kognisi. Namun sebelum peneliti menjabarkan mengenai kesedihan
peneliti terlebih dahulu akan membahas mengenai emosi, karena kesedihan
merupakan salah satu dari emosi dasar pada manusia, adapun dalam sub
bahasan emosi akan dijelaskan mengenai definisi emosi, fungsi emosi, dan
macam-macam bentuk reaksi emosi.

32

2.2.1 Emosi
James dan Lange (Yusuf, 2004) mengatakan bahwa emosi timbul karena
pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis
karena sedih, tertawa karena senang, lari karena takut dan berkelahi karena
marah. Biasa disebut teori perifir dalam emosi atau juga disebut paradoks

James. Linsdey (Yusuf, 2004) mengemukanan teori penggerakan "activition
theorj'. Menurut teori ini, emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlalu
keras dari susunan syaraf terutama pada bagian otak. Contohnya apabila
individu mengalami frustasi, susunan syaraf akan bekerja sangat keras
sehingga menimbulkan emosi.

John B. Watson (Yusuf, 2004) mengemukakan bahwa ada tiga polar dasar
emosi, yaitu takut, marah, dan cinta (fear, anger, and love). Ketiga jenis
emosi tersebut akan menunjukan respon tertentu pada stimulus tertentu
pula, namun kemungkinan dapat terjadi modifikasi (perubahan). Namun, Eric
Jensen (2008) membedaakan emosi dengan perasaan. Jenis-jenis emosi
antara lain emosi senang, takut, terkejut/ heran, jijik marah dan sedih.
Sedangkan jenis-jenis perasaan diantaranya adalah khawatir, antipati,
frustasi, sinisme dan optimisme.

33

Dalam buku Emotional Brain, LeDoux (dalam Jensen, 2008) menjelaskan
bahwa emosi atau unsur rasa adalah penting dalam semua fungsi mental
dan memiliki kontribusi yang besar terhadap atensi, persepsi, mem