Gambar 3.2 Rangkaian Catu Daya
Baterai merupakan sumber tegangan DC. Kemudian tegangan akan
disearahkan dengan menggunakan jembatan dioda, selanjutnya akan diratakan oleh kapasitor 220 µF. Regulator tegangan 5 volt 7805 digunakan agar keluaran yang
dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila Catu daya dinyalakan. Tegangan 5 volt DC langsung
diambil dari keluaran jembatan dioda penyearah gelombang penuh.
3.3 Rangkaian Sensor Ultrasonic
Di dalam blok sensor ultrasonic ada 2 rangkaian yang saling berhubungan yaitu Transmitter sebagai pengirim data dari objek ke benda dan Receiver sebagai penerima
data dari benda ke objek seperti terlihat pada gambar 3.2 dan gambar 3.3. sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3. Rangkaian Transmitter Ultrasonic
Gambar 3.4. Rangkaian Receiver ultrasonic
Jarak antara ultrasonic tranducer Rx dan Tx mempengaruhi kinerja alat dalam aplikasi ini. Pengaturan resistor variabel R6 pada rangkaian receiver dapat dilakukan
saat rangkaian dinyalakan yaitu dengan acuan tampilan LCD. Bila LCD selalu menampilkan “Distance = 001 cm” berarti jendela komparator terlalu sempit sehingga
dapat di-trigger oleh gelombang ultrasonic langsung dari Tx bukan pantulan dari benda di depannya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5. Jarak antara Tx – Rx
Rangkaian ultrasonic transducer terbagi 2 yaitu rangkaian receiver dan rangkaian transmitter, skematik rangkaian terdapat pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3. Pada
Gambar 3.3. resistor variabel R6 berfungsi untuk mengatur jendela komparator yang akan berpengaruh pada sensitivitas receiver dan juga mempengaruhi daya ukur alat ini
secara keseluruhan. Dengan pengaturan R6 yang baik, alat ini dapat mengukur jarak minimum 2 cm dan maksimum 300 cm dengan cukup baik.
Jika gelombang ultrasonik merambat dalam suatu medium, maka partikel Medium mengalami perpindahan energi. Besarnya energi gelombang ultrasonik yang dimiliki
partikel medium. Maka kita perhatikan pulsa di bawah ini adalah keluaran gelombang ultrasonic :
Gambar 3.6. Keluaran Pulsa Ultrasonic
Universitas Sumatera Utara
3.4. Perancangan Rangkaian Sensor Ultrasonic dengan Mikrokontroller AVR Atmega8535
Gambar 3.7. Rangkaian sensor ultrasonic dengan Mikrokontrolller AVR ATmega8535
Sensor ping ultrasonic memiliki tegangan kerja 5 Volt namun outputnya pulsa yang hasilnya akan dikirim ke mikro untuk di olah lebih lanjut . Rangkaian diatas
berfungsi untuk mengendalikan seluruh sistem. Kompoen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroller ATmega8535. Pada IC inilah semua program diisikan,
sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Mikrokontroller ini memiliki 32 port IO, yaitu port A, port B, port C dan
port D. Pin 33 sampai 40 adalah Port A yang merupakan port ADC, dimana port ini dapat menerima data analog. Pin 1 sampai 8 adalah port B. Pin 22 sampai 29 adalah
Universitas Sumatera Utara
port C. Dan Pin 14 sampai 21 adalah port D. Pin 10 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 11 dihubungkan ke ground. Rangkaian
mikrokontroller ini menggunakan komponen kristal sebagai sumber clock-nya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller dalam
mengeksekusi suatu perintah tertentu. Pin 12 dan 13 dihubungkan ke XTAL 8 MHz dan dua buah kapasitor 22pF.
XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AVR Atmega8535 dalam mengaksekusi setiap perintah dalam program. Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah
kapasitor dan sebuah resistor yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen ini berfungsi agar program pada mikrokontroller dijalankan beberapa saat setelah power
aktif. Lamanya waktu antara aktifnya power pada IC mikrokontroller dan aktifnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut.
3.5. Perancangan Rangkaian LCD