Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tanah Inseptisol di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH INSEPTISOL DI
DESA RUMAH PILPIL KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN
DELI SERDANG UNTUK TANAMAN DUKU (Lansium domesticum Corr.)

SKRIPSI

OLEH :

RISTANI PARDOSI
030303046
ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH INSEPTISOL DI

DESA RUMAH PILPIL KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN
DELI SERDANG UNTUK TANAMAN DUKU (Lansium domesticum Corr.)

SKRIPSI

OLEH :
RISTANI PARDOSI
030303046
ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007


Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tanah Inseptisol di
Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten
Deli Serdang untuk Tanaman Duku
(Lansium domesticum Corr.)
: Ristani Pardosi
: 030303046
: Ilmu Tanah
: Ilmu Tanah

Disetujui oleh :


(Dr. Ir. Masri Sitanggang, MP)
MP)
Pembimbing I

(Kemala Sari Lubis, SP,
Pembimbing II

Mengetahui

(Dr. Ir. Abdul Rauf, MP)
Ketua Departemen/Program Studi

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

Nama
NIM
Departemen
Program Studi


: Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Duku
(Lansium domesticum Corr.) pada Tanah Inseptisol di
Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten
Deli Serdang
: Ristani Pardosi
: 030303046
: Ilmu Tanah
: Ilmu Tanah

Disetujui oleh :

(Dr. Ir. Masri Sitanggang, MP)
MP)
Pembimbing I

(Kemala Sari Lubis, SP,
Pembimbing II

Mengetahui


(Dr. Ir. Abdul Rauf, MP)
Ketua Departemen/Program Studi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research was conducted at Rumah Pilpil village, Sibolangit district,
Deli Serdang sub-district, from July until November 2007. The research was
purposed to evaluation land suitability classes for lanseh tree (Lansium
Domesticum Corr.) on Inceptisols in Rumah Pilpil village. This research was
conducted by using land evaluation method with grid system. Analysis of land
suitibility by using matching between land need by lanseh tree with land
characteristics at Inceptisols in Rumah Pilpil village. Sampling was done at two
lattitudes such as 5% at soil frofile I and 13 % at soil profile II. The result showd
that lan suitibility class of Inseptisols in Rumah Pilpil village at 5% and 13%
lattitudes was not suitibility for potential and actual because water available
limited and not suit texture for lanseh tree.


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang, dari bulan Juli sampai November 2007. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman duku
(Lansium domesticum Corr.) pada tanah Inseptisol di Desa Rumah Pilpil.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda evaluasi lahan dengan
sistem grid. Untuk analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan perbandingan
antara kebutuhan lahan oleh tanaman duku dengan sifat yang dimiliki lahan
inseptisol di Desa Rumah Pilpil. Pengambilan sampel dilakukan pada dua
kemiringan lereng yaitu 13% pada profil I dan 5% pada profil tanah II. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan tanah inseptisol di Desa
Rumah Pilpil pada kemiringan 13% dan 5% tidak sesuai baik potensial maupun
aktual karena keterbatasan ketersediaan air dan tekstur yang tidak sesuai untuk
tanaman duku (Lansium domesticum Corr.)

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Ristani Pardosi, lahir di Parsoburan pada tanggal 07 Juni 1984. Anak dari
ayahanda S. Pardosi dan ibunda R. Sitorus. Penulis merupakan putri ke-4 dari
empat bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari SD Negeri 2 Parsoburan, tahun 2000 penulis
lulus dari SLTP Negeri 1 Parsoburan, tahun 2003 penulis lulus dari SMU RK
Bintang Timur Pematang Siantar dan masuk di

Universitas Sumatera Utara

melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Klasifikasi Tanah dan
Evaluasi Lahan di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT
Perkebunan Nusantara Kebun Sei Putih Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari penelitian ini adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan pada
Tanah Inseptisol di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk
Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.) yang merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dr. Ir. Masri Sitanggang, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP selaku dosen
pembimbing

yang

telah

banyak


membimbing

penulis

sehingga

dapat

menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna untuk itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Mei 2008
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ......................................................................................................... i
ABSTRAK ..........................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Inseptisol .......................................................................................... 4
Survei Tanah ............................................................................................... 5
Evaluasi Kesesuaian Lahan ........................................................................ 6
Karakteristik Lahan Untuk Evaluasi Kesesuaian ..................................... 13

Sifat Fisik Tanah ............................................................................. 13
Sifat Kimia Tanah ........................................................................... 16
Syarat Tumbuh Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.) ................. 23
KEADAAN UMUM WILAYAH
Lokasi Penelitian ...................................................................................... 27
Fisiografi....................................................................................................
27
Iklim .......................................................................................................... 27
Geologi dan Hidrologi .............................................................................. 28
Vegetasi dan Tata Guna Lahan ................................................................. 28

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................29
Bahan dan Alat ..........................................................................................29
Metode Penelitian ......................................................................................29
Pelaksanaan Penelitian...............................................................................30
Analisis Kesesuaian Lahan ........................................................................31
Parameter yang Diamati ........................................................................... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ......................................................................................... 35
Pembahasan .............................................................................................. 42
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................... 44
Saran ......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel

Judul

Hal

Tabel 1.

Kelas bahaya erosi

13

Tabel 2.

Kelas bahaya banjir

13

Tabel 3.

Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku
(Lansium domesticum Corr.)

26

Tabel 4.

Rata-rata Curah Hujan Tahunan di Desa Rumah
Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
Serdang.

35

Tabel 5.

Data Analisis Lapangan Desa Rumah Pilpil
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

37

Tabel 6.

Data Analisis Laboratorium Desa Rumah Pilpil
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

38

Tabel 7.

Kelas Kesesuaian Lahan untuk Unit Lahan
Berbukit (SPT1)

41

Tabel 8.

Kelas Kesesuaian Lahan untuk Unit Lahan Landai
(SPT2)

42

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Judul

Hal

Lampiran 1.

Data Suhu Udara di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang

49

Lampiran 2.

Data Curah Hujan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang

50

Lampiran 3.

Data Analisis Lapangan Desa Rumah Pilpil
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

51

Lampiran 4.

Data Analisis Laboratorium Desa Rumah Pilpil
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

52

Lampiran 5.

Kriteria Hara Tanah Mineral Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat Bogor (1994)

53

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.

Deskripsi profil tanah pada unit lahan berbukit
(13%) SPT1 di Desa Rumah Pilpil Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
Deskripsi profil tanah pada unit lahan landai (KL
5%) SPT2 di Desa Rumah Pilpil Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku
(Lansium domesticum Coor.)
Hasil Analisis Laboratorium

54

55

56

57

Gambar Profil SPT1

58

Gambar Profil SPT2

59

Lampiran 12.

Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang

60

Lampiran 13.

Peta Model Elevasi Digital Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang

61

Lampiran 14.

Peta Satuan

Lahan

dan

Tanah

Kecamatan

62

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research was conducted at Rumah Pilpil village, Sibolangit district,
Deli Serdang sub-district, from July until November 2007. The research was
purposed to evaluation land suitability classes for lanseh tree (Lansium
Domesticum Corr.) on Inceptisols in Rumah Pilpil village. This research was
conducted by using land evaluation method with grid system. Analysis of land
suitibility by using matching between land need by lanseh tree with land
characteristics at Inceptisols in Rumah Pilpil village. Sampling was done at two
lattitudes such as 5% at soil frofile I and 13 % at soil profile II. The result showd
that lan suitibility class of Inseptisols in Rumah Pilpil village at 5% and 13%
lattitudes was not suitibility for potential and actual because water available
limited and not suit texture for lanseh tree.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang, dari bulan Juli sampai November 2007. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman duku
(Lansium domesticum Corr.) pada tanah Inseptisol di Desa Rumah Pilpil.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda evaluasi lahan dengan
sistem grid. Untuk analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan perbandingan
antara kebutuhan lahan oleh tanaman duku dengan sifat yang dimiliki lahan
inseptisol di Desa Rumah Pilpil. Pengambilan sampel dilakukan pada dua
kemiringan lereng yaitu 13% pada profil I dan 5% pada profil tanah II. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan tanah inseptisol di Desa
Rumah Pilpil pada kemiringan 13% dan 5% tidak sesuai baik potensial maupun
aktual karena keterbatasan ketersediaan air dan tekstur yang tidak sesuai untuk
tanaman duku (Lansium domesticum Corr.)

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia.
Tanah tempat kita hidup merupakan tubuh alam yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhannya. Tanah yang subur adalah tanah yang
dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal melalui penyediaan unsur
hara dalam keadaan seimbang didukung dengan sifat fisika, kimia, dan biologi
tanah. Arti penting tanah ini kadang-kadang diabaikan oleh manusia sehingga
tanah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Akibatnya tanah menjadi
gersang dan dapat menimbulkan berbagai bencana sehingga tanah tidak lagi
menjadi subur bagi segala kehidupan.
Dalam usaha pertanian para petani harus sadar bahwa pelaksanaan
pertanaman terus-menerus tanpa memperhatikan pemeliharaan tanah secara
seimbang dapat menimbulkan resiko kerusakan-kerusakan pada tanah yang besar.
Menyebabkan tanah tidak mampu lagi memberi jaminan hidup bagi segala
tanaman yang tumbuh di atasnya.
Sukses suatu usaha pertanian pada hakekatnya sangat ditentukan oleh
pertumbuhan serta hasil tani yang diusahakan. Jika pertumbuhan dan hasil panen
memuaskan maka dapat dikatakan petani itu sukses. Terlepas dari situasi ekonomi
saat ini maka dia akan menerima keuntungan yang besar akibat selisih yang
menggembirakan antara investasi dengan nilai hasil tanaman yang diperoleh.
Untuk mencapai usaha pertumbuhan yang menguntungkan, pertumbuhan tanaman
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya menduduki tempat penting untuk

Universitas Sumatera Utara

diketahui. Produktifitas pertumbuhan yang optimal dicapai dengan cara
pendekatan kerja yang memadai dan penempatan pola penggunaan lahan yang
sesuai dengan tingkat kesesuaian lahan suatu daerah. Untuk mencakup
kebijaksanaan ini inventaris sumber daya alam termasuk lahan serta penilaian
faktor fisik lahan sangat perlu diketahui dan diperhatikan.
Meningkatnya kebutuhan akan pangan dan persaingan dalam penggunaan
lahan baik untuk keperluan produksi pertumbuhan maupun keperluan lainnya,
dibutuhkan pemikiran yang seksama dalam pengambilan keputusan untuk
perencanaan dalam rangka penataan kembali penggunaan lahan.
Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk
bermacam-macam alternatif penggunaan lahan. Evaluasi lahan ini merupakan cara
yang biasa digunakan dalam proyek perencanaan. Kegunaan dari evaluasi ini
sangat fleksibel tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak
dievaluasi.
Beberapa tahun terakhir ini permintaan terhadap buah duku semakin
meningkat sementara ketersediaannya di pasar semakin langka. Hal ini diduga
karena kondisi lahan tanaman duku mengalami penurunan kualitas tanah di daerah
penanaman.
Petani yang mengelola budidaya tanaman duku secara terus-menerus
memacu produksi dan kualitas yang dihasilkan. Namun kendala-kendala yang
cukup kompleks sering menghambat usaha tersebut, antara lain pengikisan unsur
hara, berkurangnya kandungan bahan organik dan sebagainya. Berdasarkan uraian
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan suatu evaluasi kesesuaian lahan di
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk tanaman duku

Universitas Sumatera Utara

(Lansium domesticum Corr.). Melalui penelitian ini diharapkan faktor-faktor
penghambat untuk tanaman duku dapat diatasi.
Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan di Kecamatan Sibolangit Kabupaten
Deli Serdang untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.).

Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi mengenai kesesuaian lahan di Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk tanaman duku (Lansium domesticum
Corr.).
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Inseptisol
Inseptisol (‘ept’ = inception atau awal), merupakan tanah di wilayah humida
yang mempunyai horison teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi,
eluviasi, dan pelapukan yang ekstrim. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah
tanah brown-forest, gley humik, dan glei-humik rendah (Sutanto, 2005).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan inseptisol adalah :


Bahan induk yang sangat resisten.



Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.



Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum
lanjut.
Penggunaan inseptisol untuk pertanian atau non pertanian adalah beraneka

ragam. Daerah-daerah berlereng curam untuk hutan, rekreasi atau wildlife, yang
berdraenase buruk hanya untuk tanaman pertanian setelah draenase diperbaiki.
Inseptisol yang bermasalah adalah Sulfaquept, yang mengandung horison Sulfurik
(cat clay) yang sangat masam.
Inseptisol adalah tanah yang dapat memiliki epipedon Okrik dan horison
Albik seperti yang dimiliki tanah Entisol, juga mempunyai beberapa sifat penciri
lain (misalnya horison Kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah
yang lain. Inseptisol termasuk tanah yang belum matang (immature) dengan
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan
masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Pada lanscape tertentu, Inseptisol akan lebih produktif daripada satuan tanah
dari ordo-ordo yang lain. Sebagai contoh, satuan tanah yang tebal akan horison
Argilik yang tidak tembus mungkin tidak lebih produktif, yang digolongkan
sebagai tanah berpasir, seperti contoh Entisol (Buol, et all, 1980).
Dalam sistem USDA 7th Approaximately tanah yang berasal dari abu
vulkanik diklasifikasikan ke dalam ordo Inseptisol, sub ordo Andepts dan great
group Andaquepts. Andepts dicirikan sebagai tanah yang mengandung bahan asal
abu vulkanik 60% lebih di dalam. Fraksi debu, pasir dan kerikil, atau berat jenis
fraksi halus tanah < 0,85 per cc dan kompleks penukaran diduduki bahan amorf.
Andepts terbagi atas great group sebagai berikut : Cryandepts (suhu tanah ratarata < 8,30C dan suhu musim panas < 150C), Durandepts (duripan < 1m),
Hydrandepts (lempung yang mengalami hidratasi tak pulih), Eutrandepts
(kejenuhan basa tinggi), Dystrandepts (kejenuhan basa rendah) dan Vintrandepts
(Darmawijaya, 1990).

Survei Tanah
Survei tanah merupakan proses penelitian dan pemetaan permukaan bumi di
mana istilah unitnya disebut tipe tanah. Laporan satu survei tanah terdiri dari dua
bagian, yaitu pada tanah, dapat berupa karakteristik-karakteristik lahan yang
dimiliki oleh tanah tersebut, dan satu deskripsi daerah yang diperlihatkan dalam
peta. Proses survei terdiri dari pengamatan lahan berupa data fisik tanah dan data
lingkungan dan mencatat perbedaan-perbedaan tanah dan gambaran yang
berhubungan dengan permukaan seperti, tingkat kemiringan lereng, erosi yang
terjadi, penggunaan lahan, penutup vegetatif, serta gambaran bumi (Foth, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Survei tanah juga merupakan pekerjaan pengumpulan data fisika, kimia dan
biologi tanah di lapangan maupun data analisis dari laboratorium, dengan tujuan
pendugaan penggunaan lahan umum maupun khusus. Penggunaan dari survei
tanah dapat dikelompokkan dalam lima jenis yaitu :
1. Produksi tanaman pada suatu jenis tanah tertentu, rekomendasi
pengapuran dan sebagainya.
2. Penafsiran lahan untuk kegunaan perpajakan, pengajuan proyek dengan
pinjam dan jual beli usaha tani.
3. Pengelolaan penggunaan lahan.
4. Perencanaan penelitian tanah.
5. Pendidikan umum yang menyangkut sumber daya alam (Abdullah, 1993).
Penelitian tanah pada umumnya dimulai dengan pengamatan tanah di
lapangan. Profil tanah terdiri dari beberapa horison tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna,
struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia, susunan mineral dan lain-lain
(Hardjowigeno, 1995).

Evaluasi Kesesuaian Lahan
Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan untuk
keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan
pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling
menguntungkan dari sumber daya yang terbatas. Sementara itu juga harus
dilakukan tindakan konservasi lahan untuk penggunaan di masa yang akan datang,
sehingga potensi lahan dapat terus terjaga (Sitorus, 1985).

Universitas Sumatera Utara

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman
(performance) lahan jika dipergunakan untuk tanaman tertentu, meliputi
pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim,
dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasikan dan membuat
perbandingan penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (Arsyad, 1989).
Adapun tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk mengetahui potensi atau
nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Evaluasi tidak terbatas hanya
pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi juga dapat mencakup analisaanalisa ekonomi, konsekuensi sosial dan dampak lingkungannya. Oleh karena itu
Sitorus (1985) berpendapat proyek evaluasi lahan harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan lahan sekarang dan apa yang akan terjadi jika
pengelolaan lahan yang sekarang tetap atau tidak berubah.
2. Perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan dalam tindakan
kerangka pengelolan sekarang.
3. Apa jenis penggunaan lahan lainnya yang secara fisik memungkinkan dan
relevan atau sesuai baik secara ekonomis maupun sosial.
4. Penggunaan yang bagaimana yang memungkinkan produksi yang lestari
atau keuntungan-keuntungan lainnya.
5. Apa pengaruh buruk yang mungkin timbul dari masing-masing
penggunaan baik secara fisik, ekonomi dan sosial.
6. Masukan

apa

yang

diperlukan

secara

berulang

untuk

dapat

mempertahankan produksi yang diinginkan dan meminimumkan pengaruh
buruknya.

Universitas Sumatera Utara

7. Apa keuntungan-keuntungan dari masing-masing bentuk penggunaan
lahan tersebut.

Pendekatan menyeluruh dari suatu evaluasi lahan ditunjukkan dalam
beberapa aktivitas sebagai berikut, (Sitorus, 1985) :
1. Memilih secara relatif jenis penggunaan lahan dalam kaitannya dengan kondisi
fisik, sosial dan ekonomi daerah yang bersangkutan.
2. Penentuan keperluan fisik untuk penggunaan lahan yang relevan
3. Deleniasi untuk setiap land mapping unit.
4. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk LUT (Land Utilization Type) per unit peta.
5. Kualitas lahan
6. Membandingkan kemungkinan-kemungkinan pengembangan.
Perkembangan sistem evaluasi lahan tidak terlepas dari perkembangan
kegiatan survei tanah di Indonesia. Evaluasi lahan merupakan proses penilaian
potensi suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan digambarkan
dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang rasional,
sehingga tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan terjadinya
kerusakan lahan dan dapat meningkatkan masalah kemiskinan dan sosial budaya
(Subardjo, 1999).
Dalam penilaian kesesuian lahan Sitorus (1985) menggolongkan kelas-kelas
kesesuaian sebagai berikut :
 Kelas S1 : Sangat sesuai (Highly Suitable)

Universitas Sumatera Utara

Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara
lestari atau

hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak

berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan
masukan dari apa yang telah biasa diberikan.
 Kelas S2 : Cukup sesuai (Moderately Suitable)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang agak berat untuk
penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau
keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.
 Kelas S3 : Sesuai marginal (Marginally Suitable)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu
penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau
keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.
 Kelas N1 : Tidak sesuai pada saat ini (Currently not Suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan
untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional.
 Kelas N2 : Tidak sesuai permanen (Permanently not Suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi kemampuan
lahan untuk penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasarkan
tingkat produksi pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu
yang panjang (Sitorus, 1985).

Universitas Sumatera Utara

Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian
pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang
mencakup iklim, tanah, terrain mencakup lereng, topografi atau relief, batuan di
permukaan atau di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outerof),
hidrologi dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman.
Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan
penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau
informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas
tersebut. Hal ini mempunyai pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan
untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi
mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil
(output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenudin, dkk, 2000).
Adapun kriteria kesesuaian lahan S1 - N yang digunakan sebagai parameter
untuk evaluasi antara lain:
Kemiringan lereng














A

: 0 -3 % = datar

B

: 3 – 8 % = landai/berombak

C

: 8 – 15 % = agak miring/bergelombang

D

: 15 - 30 % = miring/berbukit

E

: 30 – 45 % = agak curam

F

: 45 - 65 % = curam

G

: > 65 % = sangat curam

Batuan permukaan


Tidak ada

: < 0,01 %, luas areal

Universitas Sumatera Utara



Sedikit

: 0,01 - 3 %, permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah

dengan mesin agak terganggu, tapi tidak mengganggu pertumbuhan
tanaman.


Sedang

: 3 – 15 %, permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah

mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang.


Banyak

: 15 - 90 %, pengolahan tanah dan penanaman menjadi

sangat sulit.


Sangat banyak : > 90, tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk
produksi pertanian (Hardjowigeno, 2003).

Batuan tersingkap




Tidak ada

: 90 % tanah sama sekali tidak dapat digarap.

Draenase tanah


Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat
tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah berwarna homogen tanpa
bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).



Agak cepat, konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah.
Tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium
serta warna gley (reduksi).

Universitas Sumatera Utara



Baik, konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab,
tapi tidak cukup basah. Tanah berwarna homogen tanpa bercak atau
karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi) pada kedalaman
>100.



Agak baik, konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah serta daya
menahan air rendah, tanah basak dekat ke permukaan. Tanah berwarna
homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley
(reduksi)pada kedalaman >50.



Agak terhambat, konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air
sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah berwarna
homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley
(reduksi)pada kedalaman >25.



Terhambat, konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah
sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai
ke permukaan. Tanah mempunyai warna gley dan bercak atau karatan besi
dan atau mangan sedikit pada lapisan samapi ke permukaan.



Sangat terhambat, konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan
air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu
yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah mempunyai warna gley
yang permanen sampai pada lapisan permukaan.

Tekstur






Halus: liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus: lempung berliat, lempungliat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

Universitas Sumatera Utara







Agak kasar : lempung berpasir
Kasar : pasir, pasir berlempung
Sangat halus : liat

Bahan kasar (persentase kerikil, kerakal, batuan)








Sedikit, < 15%
Sedang, 15 - 35%
Banyak, 35 - 60%
Sangat banyak, > 60%

Kedalaman tanah








Sangat dangkal : < 20 cm
Dangkal

: 20 - 50 cm

Sedang

: 50 - 75 cm

Dalam

: >75 cm.

Tabel 1. Kelas bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat

Tabel 2. Kelas bahaya banjir
Simbol Kelas bahaya banjir
F0
Tanpa
F1
Ringan
F2
Sedang
F3
Agak berat
F4
Berat
(BPPT, 2003)

Jumlah permukaan tanah yang hilang
(cm/tahun)
< 0,15
0,15 - 0,9
0,9 - 1,8
1,8 - 4,8
> 4,8

Kelas bahaya banjir berdasarkan kombinasi
kedalaman dan lamanya banjir
F1.1, F2.1, F3.1
F1.2, F2.2, F3.2, F4.1
F1.3, F2.3, F3.3
F1.4, f2.4, F3.4, F4.2, F4.3, F4.4

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Lahan Untuk Evaluasi Kesesuaian

Sifat Fisik Tanah :
Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Dengan kata
lain tekstur merupakan perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat. Tanah
dengan kandungan debu yang tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk
mengikat air tersedia bagi pertumbuhan tanaman, karena suatu kombinasi yang
unik antara area permukaan dan ukuran pori. Pada umumnya tanah yang
mengandung partikel-partikel debu yang lebih banyak, area permukaannya per
gram lebih besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat daripada pasir yang
menyebabkan tanah berdebu lebih subur daripada tanah berpasir. Pelapukan dapat
merubah ukuran debu menjadi ukuran liat. Terdapat tiga cara menganalisis ukuran
partikel tanah yakni dengan pipet, hydrometer, atau dengan metoda centrifuge dan
dengan perasaan atau by feeling (Foth, 1998).
Pasir dan debu pada beberapa tanah umumnya terdiri dari mineral-mineral
yang kaya akan unsur hara essensial. Tidak suburnya tanah-tanah berpasir
biasanya erat hubungannya dengan kandungan kwarsa yang tinggi. Permukaan liat
dapat mengadsorbsi sejumlah unsur-unsur hara dalam tanah. Dengan demikian
liat yang permukaannya bermuatan negatif dianggap sebagai penyimpan air dan
makanan untuk tanaman. Proses reaksi kimia dan fisika tanah penting bagi
pertumbuhan tanaman

yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, karena dapat

menentukan luas permukaan tempat terjadinya reaksi. Luas permukaan butir liat
sendiri sangat jauh lebih besar dari luas permukaan butir debu. Disebabkan fraksi
pasir mempunyai luas permukaan yang kecil, maka fungsi utamanya adalah

Universitas Sumatera Utara

sebagai penyokong tanah dimana di sekelilingnya terdapat partikel-partikel liat
dan debu yang lebih aktif (Hakim, dkk, 1986).

Drainase
Keadaan draenase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh.
Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan draenase buruk, tetapi
jagung, karet, cengkeh, kopi, dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh dengan baik
kalau tanah selalu tergenang air (Hardjowigeno, 2003).
Pembuatan fasilitas drainase mutlak diperlukan di daerah-daerah dimana
muka air dekat dengan permukaan tanah atau bahkan menggenang, yang
dimaksud untuk membuang air berlebihan dari profil tanah, terutama pada tanah
lapisan atas sehingga aerase tanah yang baik tetap dapat dipertahankan. Tujuan
utama drainase adalah menurunkan muka air tanah untuk meningkatkan
kedalaman dan efektifitas daerah perakaran (Foth, 1998).

Bahan kasar
Terdapatnya batu-batu baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah
dapat mengganggu perakaran tanaman, serta mengurangi kemampuan tanah untuk
berbagai penggunaan. Karena itu, jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan
perlu dicatat dengan baik.
Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan tanah.
Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau di bagian atas tanah yang
berukuran lebih besar dari 2 mm dapat dibedakan atas kerikil, batuan kecil, batuan
lepas dan batuan tersingkap (rock). Batuan permukaan atau batuan lepas adalah
batuan yang tersebar di atas permukaan tanah dan berdiameter > 25 cm. Batuan

Universitas Sumatera Utara

tersingkap atau rock adalah persentase jumlah batuan yang terdapat di dalam
tanah atau di bawah permukaan tanah (Hardjowigeno, 2003).

Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh
akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati
penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran baik halus maupun kasar, serta
dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah perlu diamati dengan baik.
Kedalaman efektif bisa lebih dalam dari kedalaman solum tanah karena bisa
mencapai horison C. Sebaliknya jika di atas atau di dalam horison B ditemukan
lapisan padas keras yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman, maka
kedalaman efektif lebih dangkal dari kedalaman solum tanah. Kedalaman efektif
akan sama dengan kedalaman solum bila langsung di bawah horison B ditemukan
hamparan batuan keras (R) (Hardjowigeno, 2003).

Kemiringan Lereng
Keadaan lingkungan di luar solum tanah yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kesesuaian tanah (lahan) untuk berbagai penggunaan adalah lereng.
Lereng diukur kemiringannya dengan Clinometer, Abney Level, atau Teodolit dan
umumnya dinyatakan dalam persen (%). Semakin curang lereng kesesuaian lahan
semakin berkurang. Pada umumnya dianggap bahwa kemiringan lereng yang
lebih dari 30 % tidak cocok lagi untuk tanaman pangan dan lereng yang lebih dari
45 % tidak cocok lagi untuk daerah pertanian. Lereng dapat berbentuk cembung,
cekung, atau rata, dengan panjang yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Sifat Kimia Tanah :
Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan koloid tanah untuk
menjerap dan mempertukarkan kation-kation. Biasanya dinyatakan dalam
miliekivalen per 100 gr tanah. Koloid tanah yang berbeda mempunyai
kemampuan mempertukarkan kation-katioan dijerap yang berbeda pula. Jumlah
kation yang dijerap sering tidak setara dengan jumlah kation yang ditukarkan
(Tan, 1998).
Mudah tidaknya kation-kation dapat digantikan oleh ion H+ dari akar
tergantung pada kejenuhan kation tersebut dikompleks jerapan. Bila kejenuhan
tinggi maka akan mudahlah ia digantikan, sebaliknya bila kejenuhan sangat
rendah ia akan sulit untuk digantikan (Buckman and Brady, 1982).
Kapasitas tukar kation sangat perlu untuk mengetahui kesuburan tanah
maupun untuk genesis tanah. Kapasitas tukar kation berperan dalam penyediaan
unsur hara. Tanah dengan kapasitas tukar kation tinggi mempunyai daya
menyimpan hara yang tinggi. Walaupun demikian, pada tanah masam tanah
tersebut mungkin banyak mengandung Al dapat dipertukarkan yang berbahaya
bagi tanaman. Sedangkan untuk genesis, kapasitas tukar kation sebagai petunjuk
untuk tingkat pelapukan tanah. Tanah muda umumnya mempunyai kapasitas tukar
kation yang rendah sesuai dengan tekstur bahan induk. Kapasitas tukar kation
mula-mula akan meningkat dengan meningkatnya pelapukan tetapi akan menjadi
rendah pada tanah dengan tingkat pelapukan lanjut (Hardjowigeno, 2003).
Ada dua cara yang banyak dipakai untuk menentukan kapasitas tukar kation
yaitu : (a) penjenuhan dengan Amonium pada pH 7 (NH4Oac, pH 7), (b) metode

Universitas Sumatera Utara

penjumlahan kation di mana semua kation yang dapat dipertukarkan yaitu kation
basa + kation asam dijumlahkan. Kapasitas tukar kation tergantung pH, terjadi
karena meningkatnya ionisasi ion H+ dari gugus-gugus OH fungsional bahan
organik dan gugus-gugus OH dari patahan mineral liat atau hidroksida Fe dan Al,
akibat naiknya pH tanah (Hardjowigeno, 2003).
Suatu tanah dengan kapasitas tukar kation yang tinggi memerlukan
pemupukan kation tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia bagi
tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang tersedia bagi
tanaman karena lebih banyak terjerap. Sebaliknya pada tanah-tanah yang berKTK rendah pemupukan kation tertentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci
bila diberikan dalam jumlah berlebihan (tidak efisien) (Hakim, dkk, 1986).

Reaksi Tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman tanah dan alkalinitas tanah
yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi
ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Suatu tanah disebut masam bila pH-nya < 7,
netral bila = 7, dan basa bila pH > 7. Bila konsentrasi ion H bertambah maka pH
turun, dan sebaliknya bila konsentrasi ion OH bertambah maka pH naik (Hakim,
dkk, 1986).
Umumnya tanah-tanah lanjut dalam daerah iklim basah mempunyai pH
tanah yang rendah. Makin lanjut umurnya makin asam tanahnya. Sebaliknya di
daerah beriklim kering penguapan mengakibatkan tertimbunnya unsur-unsur basa
di permukaan tanah karena besarnya evaporasi dibanding presipitasi, sehingga
makin lanjut umur tanah makin tinggi pH-nya. Selain itu pertumbuhan tanaman

Universitas Sumatera Utara

banyak dipengaruhi pH tanah. Hal ini berbeda bagi jenis-jenis tanah tertentu
(Darmawijaya, 1990).
Pengaruh pH cukup besar terhadap ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Kondisi tanah terbaik (tidak mengandung bahan yang meracun) terjadi pada
kondisi yang agak asam sampai netral (pH 5,0-7,5), akan tetapi perbedaan jenis
tanaman maupun pola tanam menghendaki kondisi tertentu (Sutanto, 2005).
Pengukuran pH dapat memberi keterangan tentang hal-hal berikut :
kebutuhan kapur, respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin
berlangsung dalam proses pembentukan tanah. Selain itu pH tanah menunjukkan
mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara mudah
diserap oleh akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut
kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam banyak
ditemukan ion-ion Al, yang kecuali memfiksasi unsur P juga merupakan racun
bagi tanaman. Di samping itu pada reaksi tanah yang masam, unsur-unsur mikro
juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak
sehingga menjadi racun, seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Co.
Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan
kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya
dengan penambahan belerang. Adapun tujuan dari pengapuran (menaikkan pH)
adalah agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al
dapat dihindarkan. Selain itu juga dapat menambah unsur-unsur Ca dan Mg, serta
memperbaiki kehidupan mikroorganisme.
Pada umumnya faktor hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah
sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan faktor hara mudah larut di

Universitas Sumatera Utara

dalam air. Pada tanah masam unsur hara P tidak dapat diserap tanaman karena
diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis juga tidak dapat diserap oleh
tanaman karena difiksasi oleh Ca (Hardjowigeno, 2003).

Karbon-Organik
Komponen bahan organik yang penting adalah kadar C dan N. kandungan
bahan organik ditentukan secara tidak langsung dengan mengalikan kadar C
dengan suatu faktor, yang umumnya sebagai berikut :
Kandungan bahan organik = C x 1,724
Kandungan bahan organik pada masing-masing horison merupakan petunjuk
besarnya akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan yang berbeda. C/N
rasio, petunjuk derajat dokomposisi bahan organik seperti : humus C/N =12-13,
straw (bahan organik kasar) C/N = 40. C/N tidak digunakan sebagai kriteria
dalam Taxonomy Tanah, karena tidak semua N dalam tanah berasal dari bahan
organik, sehingga kadang-kadang nilai C/N tidak sejalan (Hardjowigeno, 2003).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar
sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya
juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
-

Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah.

-

Sumber unsur hara N, P, S, unsur hara mikro, dan lain-lain.

-

Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.

-

Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (KTK
menjadi tinggi).

-

Sebagai sumber energi bagi mikroorganisme (Hardjowigeno, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Kandungan bahan organik tanah umumnya diukur berdasarkan kandungan
C-organik. Kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 %- 60 %
(rerata 50 %). Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh aras akumulasi bahan
asli dan aras dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi
lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, praktek pertanian). Pengukuran
kandungan bahan organik tanah dengan metode Walkley and Black (pembakaran
basah) ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Sutanto, 2005).

Kejenuhan basa
Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, di mana tanah-tanah
dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedangkan
tanah-tanah dengan pH yang tinggi mempunyai KB yang tinggi pula. Tanah-tanah
dengan kejenuhan basa rendah, berarti kompleks jerapan lebih banyak diisi oleh
kation-kation asam yaitu Al3+ dan H+. Apabila jumlah kation asam terlalu banyak,
terutama Al3+ dapat merupakan racun bagi tanaman. Keadaan ini terdapat pada
tanah-tanah masam (Hardjowigeno, 2003).
Kejenuhan basa menunjukkan tingkat pencucian. Kejenuhan basa sub-soil
dari horison B di bagian atas horison C menunjukkan sejauh mana pencucian
basa-basa dari tanah telah terjadi. Daerah dengan curah hujan tinggi, suhu tinggi
dan landscape tua umumnya mempunyai KB (jumlah kation) < 35 % pada horison
B. Di daerah humid temperate dan landform lebih muda di daerah tropika dan
sub-tropika tanah mempunyai KB > 35 % (Hardjowigeno, 2003).

Nitrogen

Universitas Sumatera Utara

Nitrogen merupakan unsur utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada
umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan vegetatif
tanaman seperti daun, batang dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat
menghambat pembungaan pada tanaman. Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen
yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang
terdapat di dalam tanah sangat sedikit sedangkan yang diangkut tanaman berupa
panen setiap musim cukup banyak. Di samping itu senyawa nitrogen anorganik
sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase (Hakim, dkk, 1986).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Di dalam tanah
sebagian besar nitrogen berasal dari kehidupan organisme tanah. Di atmosfer
kandungan nitrogen hampir 78% dari total udara, ini menjadi sumber utama bagi
tanaman. Berdasarkan keberadaannya unsur nitrogen digolongkan menjadi N
organik dan N anorganik. Tetapi untuk penilaian kesuburan tanah hanya terbatas
pada bentuk NH4+, NO2-, dan NO3- yang jumlahnya berkisar 2-5 % dari total
nitrogen di dalam tanah (Thomson and Frederick, 1975).
Jumlah nitrogen yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan optimum,
produksi dan kualitas buah. Tanaman yang kekurangan nitrogen dicirikan
perubahan warna daun dari hijau menjadi kekuning-kuningan. Warna kuning ini
dimulai dari ujung dan terus menjalar ke tulang dan daun tengah, kulit biji
mengkerut dan berat biji rendah. Pada tanaman buah-buahan akan terlihat daun
kuning mengkerut, tunas-tunas mati, buah berkurang dengan warna yang tidak
normal (Hakim, dkk, 1999).
Untuk mengatasi gejala kekurangan hara nitrogen salah satu cara adalah
dengan melakukan pemupukan yang mengandung Amonium. Keadaan ini

Universitas Sumatera Utara

mungkin disebabkan oleh tersedianya bahan dasar sebagai sumber untuk proses
nitrifikasi dan sebagai sumber energi dari bakteri nitrifikasi. Pemberian pupuk
yang mengandung amonium adalah sangat menstimulir proses nitrifikasi. Karena
untuk terjadinya nitrifikasi harus ada amonium (NH4+). Di samping itu sebagai
sumber amonium ini dapat pula dari bahan organik tanah yang mengalami
dekomposisi. Contoh pupuk yang mengandung amonium seperti Pupuk urea dan
ZA (Hakim, dkk, 1999).

Kalium
Kalium dalam larutan tanah lebih mudah diserap oleh tanaman dan juga
peka terhadap pencucian. Pada keadaan tertentu, misalnya pada pertanaman yang
intensif atau pada tanah muda banyak mengandung mineral kalium. Dengan
curah hujan yang tinggi kalium tidak dapat dipertukarkan tetapi dapat diserap oleh
tanaman (Foth, 1998).
Gejala kekurangan kalium umumnya terlihat pada daun yang menguning,
mulai dari ujung terus ke sisi daun sebelah bawah. Secara umum dapat dikatakan
ciri utama kekurangan kalium adalah daun bawah chlorosis dengan adanya bintikbintik. Bintik-bintik jaringan mati biasanya pada pucuk dan di antara urat-urat
daun, lebih jelas pada pinggir daun sehingga tampak seperti terbakar (Hakim, dkk,
1986).
Penambahan pupuk kalium ke dalam tanah sangat membantu untuk
mengatasi gejala kekurangan unsur kalium. Pengaruh pemberian kapur ke dalam
tanah dapat menyebabkan kalium tidak tersedia. Hal ini penting artinya dalam
membatasi kehilangan kalium akibat pencucian. Untuk semua tanaman terdapat
hubungan kalium yang tersedia dengan jumlah yang terangkut tanaman (Foth,
1998).

Universitas Sumatera Utara

Fosfor
Unsur P dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang, sisa-sisa
tanaman), pupuk buatan, dan mineral-mineral tanah. Adapun jenis P dalam tanah
adalah P-organik dan P-anorganik. Pupuk P dalam tanah berfungsi dan berperan
dalam pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga buah dan biji,
mempercepat pematangan, memperkuat batang, perkembangan akar, metabolisme
karbohidrat, tahan terhadap penyakit, menyimpan dan memindahkan energi.
Jumlah P dalam tanah sangat sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang
tidak dapat diambil oleh tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Syarat Tumbuh Tanaman Duku
Duku adalah tanaman yang berasal dari daerah barat Asia Tenggara, yaitu
Indonesia, Malaysia dan Thailand. Tanaman ini dikenal pula dengan nama
langsat,

langsep,

kokosan.

Adapun

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan tanaman duku adalah sebagai berikut :

Iklim
Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman duku, tetapi tidak
dapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi. Tanaman duku
umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata
sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh optimal di daerah dengan iklim basah
sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun. Tanaman
duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi dan tumbuh subur
jika terletak di suatu daerah dengan suhu rata-rata 19 0C. Kelembaban udara yang
tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman duku, sebaliknya jika
kelembaban udara rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku
(Iptek_net, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman duku dapat tumbuh dan berbuah baik pada tempat yang
terlindung. Oleh karena itu tanaman ini biasa ditanam di pekarangan atau tegalan,
bersama dengan tanaman tahunan lainnya seperti durian, jengkol atau petai.
Pohon duku dan sebangsanya meghendaki daerah lembab tetapi ia tidak tahan
dengan air yang berlebihan (Iptek_net, 2005).

Media Tanam
Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak
mengandung bahan organik, subur dan mempunyai aerase tanah yang baik.
Sebaliknya pada tanah yang agak sarang/ tanah yang banyak mengandung pasir,
tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan
pengairan yang cukup. Derajat kemasaman tanah (pH) yang baik adalah 6-7
meskipun ia relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam. Di daerah yang
agak basah, duku akan tumbuh dan berproduksi baik asalkan keadaan air tanahnya