Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap Unsur Hara Makro di Kabupaten Karo

DAMPAK DEBU VULKANIK LETUSAN GUNUNG SINABUNG
TERHADAP UNSUR HARA MAKRO TANAH DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH :

EDY SURANTA. B. S
ILMU TANAH
060303039

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2 0 11

Universitas Sumatera Utara

DAMPAK DEBU VULKANIK LETUSAN GUNUNG SINABUNG
TERHADAP UNSUR HARA MAKRO TANAH DI KABUPATEN KARO


SKRIPSI

OLEH :

EDY SURANTA. B. S
ILMU TANAH
060303039

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

NIP. 19590917 198701 1 001

Ir. Alida Lubis, MP
NIP. 19540721 197903 2 001

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2 0 11

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

EDY SURANTA B. S: Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung
Terhadap Unsur Hara Makro di Kabupaten Karo, dibimbing oleh Prof. Dr. Ir.
Abdul Rauf, MP dan Ir. Alida Lubis, MS.
Letusan Gunung Sinabung telah mengakibatkan berbagai kerusakan fisik
maupun kerugian ekonomi yang terjadi di sekitarnya. Namun dari segi kesuburan

tanah debu vulkanik ini masih mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi unsur makro tanah
akibat dampak debu vulkanik letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
Pengambilan contoh tanah dengan menggunakan soil sampling atau pengambilan
sampel tanah di 6 lokasi dua taraf kedalaman yaitu 0-5cm dan 0-15cm. parameter
yang di analisis adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S.
Hasil penelitian menunjukkan kadar N pada tanah tidak mnunjukkan
peningkatan yang berarti akibat debu vulkanik, basa-basa tukar yakni K, Ca, dan
Mg, tidak menunjukkan peningkatan di permukaan tanah, dan S pada permukaan
tanah terlihat jelas bahwa debu vulkanik meningkatkan S pada tanah, dimana S di
permukaan tanah yaitu 0-5cm berbeda jauh dari lapisan di bawahnya yaitu
0-15cm.
Kata Kunci : Debu Vulkanik, Gunung Sinabung, Unsur Hara Makro

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

EDI SURANTA B. S: Evaluation of Macro Nutrients of Soil Against The
Volcanic Eruption of Mount Sinabung at Karo Regency, guided by

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Ir. Alida Lubis, MS.
Eruption Mount of Sinabung have resulted various damage of physical and
also loss of economics that happened around it. But from the soil fertility side, of
volcanic dirt still contain various nutrients that required by crop. This research
aim to evaluate macro nutrient of soil was impacted by volcanic dirt from Mount
Sinabung eruption at Tanah Karo Regency. Intake of soil sample by using soil
sampling in six location, two deepness level that is 0-5cm and 0-15cm. Parameter
which is analyzed are N, P, K, Ca, Mg, and S.
Result of research show that rate of N at soil is not at significant difference
caused by volcanic dirt, bases exchange namely K, Ca, and Mg do not show
improvement on the surface of soil and S at surface of soil show that dirt of
volcanic improve S at soil, where S on the surface of soil that in 0-5cm different
so significant than below it that is 0-15cm.
Keyword: Dirt of Volcanic, Mount of Sinabung, Macro Nutrients

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Edy Suranta Bahagia Sitepu, lahir di Kaban Jahe Kab. Karo 16 April 1987

dari ayah Merdeka Sitepu dan Silem Br Ginting, anak ke 4 dari 4 bersaudara.
Tahun 1999 lulus dari SD RK Xaverius 1 Kaban Jahe, tahun 2002 lulus
dari SMP Negeri 2 Kaban jahe, tahun 2005 lulus dari SMU Negeri 2 Kaban Jahe
dan melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Selama Perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi yaitu: Ikatan
Mahasiswa Ilmu Tanah ( IMELTA), Ikatan Mahasiswa Karo “Mbuah Page” FP
USU, pernah mengikuti Seminar Budaya Karo, Sosialisasi dalam rangka
meningkatkan kepedulian Mahasiswa dalam pengendalian dan pengelolaan
lingkungan hidup melalui kegiatan safari daur ulang limbah dan Panitia Gendang
Guro – Guro Aron FP-USU. Tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Kebun Pamela PTPN III dan penelitian skripsi di laksanakan
di Desa Kecamatan Simpang Empat dari bulan april sampai agustus 2010.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian

ini.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “ Dampak Debu Vulkanik
Letusan Gunung Sinabung Terhadap Unsur Hara Makro di Kabupaten
Karo”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP, dan kapada Ibu Ir. Alida Lubis, MS, selaku ketua
dan anggota komisi pembimbing, dan seluruh pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.
Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna oleh
sebab itu saran dan kritik penulis harapkan demi kesempurnaan usulan penelitian
ini di masa yang akan datang.
Semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Hipotesa Penelitian....................................................................................
Kegunaan Penelitian..................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
Debu Vulkanik ..........................................................................................
Nitrogen (N)..............................................................................................
Pospor (P) .................................................................................................
Belerang (S) ..............................................................................................
Kalium (K) ................................................................................................
Kalsium (Ca)……………………………………………………………….
Magnesium (Mg)…………………………………………………………...
Sulfur (S)…………………………………………………………………...
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu ....................................................................................
Bahan dan Alat ..........................................................................................
Metode Penelitian .....................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ..............................................................................
Persiapan Awal.............................................................................................
Kegiatan Dilapangan...................................................................................
Analisis Laboratorium..................................................................................
Peubah Amatan Yang di Ukur ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Judul

Halaman

Hasil Analisis Parameter Nitrogen Tanah Pada Lokasi Penelitian .........
Hasil Analisis Parameter Posfor Tanah Pada Lokasi Penelitian.............
Hasil Analisis Parameter Kalium Tanah Pada Lokasi Penelitian ...........
Hasil Analisis Parameter Kalsium Tanah Pada Lokasi Penelitian..........
Hasil Analisis Parameter Magnesium Tanah Pada Lokasi Penelitian ....
Hasil Analisis Parameter Sulfur Tanah Pada Lokasi Penelitian .............

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Judul

Halaman

Data Parameter Nitrogen Tanah di Lokasi Penelitian ............................
Data Parameter Posfor Tanah di Lokasi Penelitian ...............................
Data Parameter Kalium Tanah di Lokasi Penelitian ..............................
Data Parameter Kalsium Tanah di Lokasi Penelitian ............................
Data Parameter Magnesium Tanah di Lokasi Penelitian .......................
Data Parameter Sulfur Tanah di Lokasi Penelitian ................................
Peta Lokasi Penelitian ..........................................................................

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

EDY SURANTA B. S: Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung
Terhadap Unsur Hara Makro di Kabupaten Karo, dibimbing oleh Prof. Dr. Ir.
Abdul Rauf, MP dan Ir. Alida Lubis, MS.
Letusan Gunung Sinabung telah mengakibatkan berbagai kerusakan fisik
maupun kerugian ekonomi yang terjadi di sekitarnya. Namun dari segi kesuburan
tanah debu vulkanik ini masih mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi unsur makro tanah
akibat dampak debu vulkanik letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
Pengambilan contoh tanah dengan menggunakan soil sampling atau pengambilan
sampel tanah di 6 lokasi dua taraf kedalaman yaitu 0-5cm dan 0-15cm. parameter
yang di analisis adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S.
Hasil penelitian menunjukkan kadar N pada tanah tidak mnunjukkan
peningkatan yang berarti akibat debu vulkanik, basa-basa tukar yakni K, Ca, dan
Mg, tidak menunjukkan peningkatan di permukaan tanah, dan S pada permukaan
tanah terlihat jelas bahwa debu vulkanik meningkatkan S pada tanah, dimana S di
permukaan tanah yaitu 0-5cm berbeda jauh dari lapisan di bawahnya yaitu
0-15cm.
Kata Kunci : Debu Vulkanik, Gunung Sinabung, Unsur Hara Makro

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

EDI SURANTA B. S: Evaluation of Macro Nutrients of Soil Against The
Volcanic Eruption of Mount Sinabung at Karo Regency, guided by
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Ir. Alida Lubis, MS.
Eruption Mount of Sinabung have resulted various damage of physical and
also loss of economics that happened around it. But from the soil fertility side, of
volcanic dirt still contain various nutrients that required by crop. This research
aim to evaluate macro nutrient of soil was impacted by volcanic dirt from Mount
Sinabung eruption at Tanah Karo Regency. Intake of soil sample by using soil
sampling in six location, two deepness level that is 0-5cm and 0-15cm. Parameter
which is analyzed are N, P, K, Ca, Mg, and S.
Result of research show that rate of N at soil is not at significant difference
caused by volcanic dirt, bases exchange namely K, Ca, and Mg do not show
improvement on the surface of soil and S at surface of soil show that dirt of
volcanic improve S at soil, where S on the surface of soil that in 0-5cm different
so significant than below it that is 0-15cm.
Keyword: Dirt of Volcanic, Mount of Sinabung, Macro Nutrients

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Gunung Sinabung bersama Gunung Sibayak di
dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung
ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara.
Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Koordinat puncak
gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.
Gunung Sinabung yang masuk katagori B kini berubah menjadi katagori
A dengan status awas ,dimana pada tanggal 27 Agustus 2010 pukul 17.15 WIB
terjadi letusan, selanjutnya terjadi letusan susulan sebanyak 4 kali yaitu pada
tanggal 29 dan 30 Agustus 2010, 3 September 2010 pukul 04.38 – 04.51 WIB,
dan pada tanggal 7 September 2010 pukul 00.24- 00.28 WIB.
Akibat dari

letusan gunung tersebut timbul kabut asap yang tebal

berwarna hitam disertai hujan pasir ,dan debu vukanik yang menutupi ribuan
hektar tanaman para petani yang berjarak dibawah radius enam kilometer tertutup
debu tersebut. Debu vulkanik tersebut sangat panas ,sehingga tanaman petani
yang berada di lereng Gunung Sinabung itu, banyak yang mati dan rusak.
Diperkirakan seluas 15.341 hektar tanaman pertanian pengungsi Gunung
Sinabung terancam gagal panen. Akibatnya, petani berpotensi kehilangan hasil
panen pertanian sebesar Rp. 29 miliar lebih. Terlebih lagi, tanaman tidak dirawat

Universitas Sumatera Utara

selama 20 hari karena ditinggal pemiliknya yang mengungsi, selain itu pengaruh
debu Vulkanik bagi manusia dapat menyebabkan iritasi mata, hidung dan
tenggorokan.
Tipe gempa vulkanik adalah tipe gempa yang sering membahayakan
jiwa dan raga manusia, juga kerugian harta benda. Dampak getaran gempa itu
sendiri yang sampai kepermukaan bumi dan kalau getaranya cukup besar dapat
merusak bangunan dan infrastruktur lainya seperti jalan dan jembatan, bendungan,
dan berdampak pada sifat tanah.
Menurut Tryono (2009), selain mempunyai bahaya ternyata ada
beberapa manfaat adanya gunung api, antara lain:
− Menjadi daerah perangkap atau penangkap hujan
− Memperluas daerah pertanian karena semburan dari abu vulkanik
− Menyuburkan tanah, karena abu vulkanis yang sudah mengalami pelapukan
banyak mengandung garam-garam dan mineral batuan yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman atau tumbuhan
− Memperbanyak jenis tanaman budi daya (tanaman perkebunan), karena
adanya bermacam-macam zona tumbuh-tumbuhan
− Menjadi tempat wisata dan sanatorium, kerna udaranya yang sejuk dan
menyegarkan serta sedikit sekali polusinya
− Menyebabkan letak mineral dekat dengan permukaan tanah, sehingga menjadi
daerah pertambangan.
Penelitian ini dilakukan sebab adanya manfaat dari debu vulkanik tersebut
terhadap aspek kesuburan tanah serta penelitian tentang debu vulkanik di Gunung

Universitas Sumatera Utara

Sinabung belum banyak dilakukan terkhusus dampaknya terhadap unsur hara
makro tanah. Penelitian ini berfokus pada sifat kimia tanah seperti Nitrogen (N),
Pospor (P), Kalium (K), kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan belerang (S) pada
tanah.
Hipotesis Penelitian

Debu vulkanik yang disemburkan oleh Gunung Sinabung dapat
meningkatkan unsur hara makro pada tanah di Kabupaten Karo yang terkena debu
vulkanik.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi unsur makro tanah
akibat dampak debu vulkanik letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

Kegunaan Penelitian

-

Sebagai bahan informasi tentang unsur hara makro tanah terhadap dampak
Debu Vulkanik letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

-

Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Penyediaan dan Penyerapan Unsur Hara
Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun.
Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun
dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar
tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian
dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang
digunakan tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas
(Donahue, Miller, Shickluna, 1977). Unsur-unsur hara lain diserap akar tanaman
dari tanah. Walaupun demikian banyak unsur hara yang bila disemprotkan
sebagai larutan hara dapat diserap tanaman melaui daun. Tanaman menyerap
unsur hara dalam tanah umumnya dalam bentuk ion.
Unsur hara N dimulai dari fiksasi N2- atmosfir secara fisik/kimiawi yang
menyuplai tanah bersama prepitasi (hujan), dan oleh mikrobia baik secara
simbiotik maupun nonsimbiotik yang menyuplai tanah baik lewat tanaman
inangnya menyuplai setelah mati. Sel-sel mati ini bersama dengan sisa-sisa
tanaman/hewan akan menjadi bahan organik yang siap didekomposisikan dan
melalui serangkaian proses mineralisasi (aminisasi, amonifikasi dan nirifikasi)
akan melepaskan N-mineral (NH4+ dan NO3-) yang kemudian diimmobilisasikan
oleh tanaman atau mikrobia. Gas amoniak hasis proses aminisasi apabila tidak
segera mengalami amonifikasi akan segera trvolatilisasi (menguap) keudara,
begitu pula dengan gas N2- atmosfir. Kehilangan nitrat dan ammonium melalui

Universitas Sumatera Utara

mekanisme pelindian (leaching) merupakan salah satu penyebab penurunan kadar
N dalam tanah.
Sumber utama P larutan tanah, disamping dari pelapukan bebatuan/bahan
induk juga berasal dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa
tanaman yang mengimmobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan. Umumnya
kadar P dalam tanah bernisbah C/N = 10 (matang) dapat dibebaskan 10 kg P
(setara 22 kg TSP). Jika tanah mengandung 1% bahan organik, berarti terdapat
200 kg P-organik/ha, yang dimineralisasi secara perlahan tergantung aktivitas
jasad prombak bahan organic tanah, yang tercermin dari penurunan nisbah
C/Nnya. Dibanding N, maka P-tersedia dalam tanah relative lebih cepat menjadi
tidak trsedia akibat segera terikat oleh kation tanah (terutama Al dan Fe pada
kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral) yang kemudian
mengalami presipitasi(pengendapan) atau terfiksasi pada permukaan positif
koloidal tanah (liat dan oksida Al/Fe atau lewat pertukaran anion (terutama
dengan OH-). Ketersediaan P optimum pada kisaran pH 6,0-7,0.
Unsur P diambil tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer dan
sekunder (H2PO4- atau HPO42-). Proporsi penyerapan kedua ion ini dipengaruhi
pH area perakaran tanaman, dimana pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak
mnyerap ion orthofosfat primer, tetapi pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat
sekunder yang lebih banyak diserap tanaman. Bentuk P lain yang dapat diserap
tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat, dan P-organik hasil dekomposisi bahan
organic seperti fofolipid, asam nukleat dan phytin.
Kadar unsur K dalam larutan tanah merupakan hasil keseimbangan antara
suplai dari hasil pelarutan mineral-mineral K (terutama feldspar dan mika), K

Universitas Sumatera Utara

tertukar dari permukaan koloid-koloid tanah dan K hasil mineralisasi bahan
organik/pupuk dengan kehilangan akibat adanya serapan tanaman (immobilisasi),
K-terfiksasi akibat terjerap oleh ruang dalam koloid-koloid dan pelindian.
Kerak bumi mengandung kalium dengan rerata 2,6% sedangkan bahan
induk dan tanah-tanah muda umumnya mengandung 2,2,5% K/ha. 95-99% K
terdapat pada kisi-kisi tiga jenis mineral utama, yaitu feldspar yang paling lambat
lapuk, lalu mika relatif sedang dan liat yang relatif mudah lapuk. Pelapukan
bebatuan terjadi akibat adanya pengaruh peristiwa fisik, seperti hantaman air
hujan/angin, goncangan dan beraturan yang memperluas permukaan terlapukkan,
kemudian melalui proses pergantian basah-kering dan panas-dingin yang
merangsang terjadinya perubahan struktur fisik-kimiawi, dimulai dari permukaan
terluar ke arah dalam struktur menyebabkan terjadinya pelepasan ion-ion baik
secara langsung atau lewat pertukaran ion pada kisi-kisi struktur koloidal,
menghasilkan berbagai mineral tanah. Mika yang mengalami pelapukan secara
perlahan akan berubah menjadi vermikulit yang lebih cepat lapuk akan
melepaskan ion-ion K ke dalam larutan tanah. Kadar K dalam larutan tanah ini
sebagian diserap tanaman/mikrobia, sebagian akan terikat secara lemah pada
muatan pertukaran koloidal tanah (fraksi liat tanah atau bahan organik) (Ktertukar). K-tertukar ini kemudian dapat lepas ke larutan tanah atau terikat lebih
kuat (K-terfiksasi) pada permukaan dalam koloidal tanah.
Penyediaan Ca dan Mg mirip dengan K, perbedaanya hanya terletak pada
fiksasi. Karena kedua unsur ini tersedia dalam bentuk kation bervalensi dua, maka
fiksasi kedua unsur ini lebih lemah dibandingkan K, sehingga tiga bentuk
utamanya adalah kation terlarut, kation tertukar dan dalam mineral tanah. Mineral

Universitas Sumatera Utara

sumber Ca meliputi feldspar, apatit, kalsit, dolomit, gipsum dan amphibol,
sedangkan mineral Mg meliputi biotit, dolomite, augit, serpentin, hornblend dan
olivin. Kedua unsure ini merupakan kation penyusunan kalsit (CaCO3) dan
dolomit (CaMg-(CO3)2) yang terkait dengan upaya pengapuran tanah masam.
Ketersediaan Ca dan Mg terkait dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan
persen kejenuhan basa-basa (Ca, Mg, K dan Na) (KB). Kejenuhan basa yang
rendah mencerminkan ketersediaan Ca dan Mg yang rendah. Jika dibandingkan,
keterikatan Mg pada situs pertukaran kation lebih lemah dibanding Mg. Oleh
karena itu, kehilangan lewat pelindian dan defisiensi Mg lebih sering menjadi
masalah. Hal ini terkait dengan lebih besarnya BA (berat atom) Ca (= 40)
disbanding Mg (= 24).
Defesiensi Ca umumnya dijumpai pada kondisi sangat masam dengan
kejenuhan Ca rendah. Defesiensi Mg pada jagung yang ditanam\ pada tanah
berpasir terjadi jika kadar Mg-tertukar lebih rendah dari 84 kg/ha. Ketersedian
unsure Ca identik Mg, karena tinggi pada pH 7,0-8,5, kemudian menurun pada
pH dibawah 7,0 maupun di atas 8,5.
Unsur sulfur (belerang) merupakan unsur hara makro esensial yang
diserap tanaman dalam jumlah yang hampir sama dengan unsur P (0,1% – 0,3%).
Unsur ini diambil tanaman dalam bentuk SO42- dan sedikit dalam bentuk gas
belerang (SO2) diserap melalui daun dari atmosfer. Bentuk kedua ini dalam
jumlah yang sedikit berlebihan telah menjadi racun bagi tanaman. Sumber S bagi
tanaman berasal dari pelapukan mineral tanah, gas belerang atmosfer dan
dekomposisi bahan organik.

Universitas Sumatera Utara

Masalah penyediaan S dalam tanah tidak sepenting masalah penyediaan P,
karena apabila P merupakan unsur tak mobil maka S merupakan unsur yang mobil
di dalam tanah, sehingga ion sulfat lebih mudah tersedia di dalam tanah dan
kemampuan tanaman untuk menyerap gas SO2 secara langsung dari atmosfer
(sumber emisi ini melimpah). Namun defesiensi unsure ini juga dapat terjadi
terutama pada tanah berpasir dan tanah-tanah yang tinggi kandungan bahan
organik.
Ketersediaan unsur S identik dengan kalium, yaitu menurun pada pH di
bawah 6,0 dan tinggi pada pH 6,0 ke atas, terkait dengan adanya muatan positif
pada koloid dengan menurunya pH, terutama pada tanah-tanah berliat oksida
seperti Gibsit dan Goethit yang masing-masing berKTA (kapasitas tukar kation) 5
dan 4 me/100g tanah, juga saedikit pada Kaolinit dan montmorillonit (KTA
masing-masing 2 dan 1 me/100g tanah).

Abu Vulkanik
Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan
yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik
terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar
biasanya jatuh disekitar sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang
berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan kilometer bahkan ribuan
kilometer dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin. (Sudaryo dan
Sutjipto 2009).
Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak
tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja, tanah

Universitas Sumatera Utara

ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa
puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak
mengandung unsur hara yang menyuburkan tanah. (Anwas,1994).
Nitrogen (N)
Ketersedian Nitrogen erat hubunganya dengan kandungan bahan organik
dan kecepatan mineralisasi dipengaruhi oleh ketersedian organisme heterotop
aerob. Kehilangan notrogen dari tanah disebabkan oleh penguapan, pencucian,
denitrifikasi, pengikisan dan penyerapan oleh akar tanaman. Keadaan iklim
terutama suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi banyaknya unsur N yang
terdapat didalam tanah, disamping aspek tersebut dipengaruhi juga tekstur tanah.
(Buckman dan Brady, 1982).
Mineralisasi bahan organik tanah merupakan sumber utama nitrogen
yang tersedia bagi tanaman. Mineralisasi 50 pon nitrogen per akre setiap tahun
adalah realistis bagi banyak tanaman sebaliknya, sebanyak 150 busen jagung
(dikurangi akar) mengandung 235 pon nitrogen jelaslah bahwa sumber-sumber
alami nitrogen dalam tanah itu kecil bila dibanding dengan keperluan hasil panen
150 busel jagung. Biosfer sekarang setiap tahunya menerima kira-kira 9 juta
metrik ton nitrogen lebih banyak per tahun daripada hilang. (Foth, 1994).
Pospor (P)
Pospor memainkan peran yang tidak dapat dikesampingkan sebagai
bahan bakar universal untuk kegiatan biokimia dalam sel hidup. Ikatan adenosin
trifosfat (ATP) yang berenergi tinggi melepaskan energi untuk kegiatan bila
diubah menjadi adenosin difosfat (ADP). Hubungan pospor yang terdapat dalam
tanah dan ditanaman dengan kesehatan hewan dan terdapatnya difisiensi pospor

Universitas Sumatera Utara

secara luas pada hewan-hewan pemakan rumput telah diketahui dengan baik.
Perbedaan utama antara daur nitrogen dan daur pospor dalam tanah adalah bahwa
bentuk0bentuk nitrogen yang tersedia (amonium dan nitrat) merupakan ion-ion
yang relatif setabil yang tetap digunakan tanaman. Sebaliknya H2PO4- cepat
bereaksi dengan ion-ion yang lainya dalam larutan tanah untuk menjadi sangat
kurang larut atau tidak tersedia bagi tanaman. (Foth, 1994)
Belerang (S)
Belerang (S) terdapat didalam mineral tanah dan dimmobilisasi
kedalam senyawa-senyawa tanaman yang penting dan akhirnya tertimbun didalam
bahan organik tanah. Belerang, serupa dengan pospor tersedia dalam tanah
melalaui pengikisan dan mineralisasi tanaman memperoleh belerangnya dari tanah
sebagi sulfat (SO-2), tetapi sebagian diserap melaui daun sebagai SO2. sulfat
direduksi dalam tanah yang tergenang menjadi hirogen sulfida (Gas H2S) dan
belerang unsur. (Foth 1994)
Unsur Sulfur ( belerang ) merupakan unsur hara makro esensial yang
diserap tanaman dalam jumlah yang hampir sama dengan unsur P ( 0,1 – 0,3% ).
Unsur ini diambil tanaman dalam bentuk SO42- dan sedikit dalam bentuk gas
belerang (SO2) diserap melalui daun dari atmosfer. Bentuk kedua ini dalam
jumlah yang sedikit berlebihan telah menjadi racun bagi tanaman. Sumber S bagi
tanaman berasal dari pelapukan mineral

tanah, gas belerang atmosfer dan

dekomposisi bahan organik. (Hanafiah 2004)
Masalah penyediaan S dalam tanah tidak sepenting masalah penediaan P,
karena apabila P merupakan unsur tak mobil maka S merupakan unsur yang mobil
di dalam tanah, sehingga ion sulfat lebih mudah tersedia di dalam tanah dan

Universitas Sumatera Utara

kemampuan tanaman untuk menyerap gas SO2 secara langsung dari atmosfer
(sumber emisi ini melimpah). Namun defisiensi unsur ini juga dapat terjadi
terutama pada tanah berpasir dan tanah-tanah yang tinggi kandunggan oksida Fe
dan Al atau alofan, dan rendah kandungan bahan organik.
Ketersediaan unsur S identik dengan kalium, yaitu menurun pada pH di
bawah 6,0 dan tinggi pada pH 6,0 ke atas, terkait dengan adanya muatan positif
pada koloid dengan menurunnya pH, terutama pada tanah-tanah berliat oksida
seperti Gibsit dan Goethit yang masing-masing berKTA (kapasitas tukar kation) 5
dan 4 me/100g tanah, juga sedikit pada Kaolinit dan montmorillonit (KTA
masing-masing 2 dan 1 me/100g tanah).
Kalium (K)
Unsur kalium merupakan unsur yang paling mudah mengadakan
persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya khlor dan magnesium.
Unsur kalium berfungsi untuk tanaman yaitu untuk (a). mempercepat
pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman; (b). memperkokoh tubuh tanaman;
(c). mempertinggi resistensi terhadap serangan hama dan penyakit dan
kekeringan; (d). meningkatkan kualitas biji. Sifat K yaitu mudah larut dan terbawa
hanyut dan mudah pula terfiksasi dalam tanah. Sumber K adalah beberapa jenis
mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi, larutan dalam tanah, abu
tanaman dan pupuk anorganik (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988).
Hakim dkk (1986) mengatakan bahwa pada saat sekarang ini permasalahan
kalium tanah belum mendapat perhatian yang serius. Namun, terjadinya
kekurangan unsur ini dapat terjadi sewaktu-waktu. Dengan meningkatnya
pemakaian pupuk N dan P maka kepeerluan K akan meningkat pula. Akibatnya

Universitas Sumatera Utara

serapan kalium tanah akan meningkat. Bersamaan dengan itu juga, terjadi
kehilangan akibat pencucian, sehingga penambahan kalium kedalam tanah akan
terasa ketersediaanya.
Banyak tanah mempunyai kelimpahan kalium yang dapat digunakan dan
tanaman tidak tanggap terhadap pupuk kalium meskipun tanaman biasanya
menggunakan lebih banyak kalium dari tanah dibandingkan dengan hara lain
kecuali nitrogen. Pada dasarnya, kalium dalam tanah berada dalam mineral yang
melapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion tersebut diserap pada pertukaran
kation dan siap tersedia untuk diambil oleh tanaman. Kalium yang tersedia
menumpuk dalam tanah dengan rejim ustik atau berkelembaban lebih kering tanpa
adanya pencucian. Pada umumnya tanah-tanah seperti itu netral atau basa, tidak
membutuhkan kapur dan memerlukan pupuk kalium bahkan untuk hasil panen
yang tinggi. Pencucian di kawasan basah menghilangkan kalium tersedia dan
menciptakan keperluan akan pupuk kalium bila dikehendaki hasil-hasil panen
yang sedang atau tinggi. Tanah organik terkenal miskin kalium karena tanah
tersebut mengandung sedikit mineral yang mengandung kalium (Foth, 1994).
Dalam Hakim dkk (1986) juga dikatakan bahwa kalium yang tersedia
hanya meliputi 1-2 % dari seluruh kalium yang terdapat pada kebanyakan tanah
mineral. Ia dijumpai dalam tanah sebagai kalium dalam larutan tanah dan kalium
yang dapat dipertukarkan dan diadsorbsi oleh permukaan koloid tanah. Sebagian
besar dari kalium tersedia ini berupa kalium dapat dipertukarkan (900%). Kalium
larutan tanah lebih mudah diserap oleh tanaman dan juga peka terhadap
pencucian. Pada keadaan tertentu, misalnya pada pertanaman intensif atau pada

Universitas Sumatera Utara

tanah muda yang banyak mengandung mineral kalium dengan curah hujan tinggi,
kalium tidak dapat dipertukarkan dapat juga diserap oleh tanaman.
Kalsium (Ca)
Kalsium berasal dari pelapukan dari sejumlah mineral dan batuan yang
sangat dominan, meliputi feldspar, apatit, limestone, dan gypsum. Mineralmineral tersebut sangat banyak jumlahnya, sehingga kebanyakan tanah
mengandung kalsium yang cukup untuk kebutuhan kalsium tanaman. Tanah
terbentuk dari bahan induk yang berkadar kapur tinggi yang mungkin memiliki
tingkat kandungan kapur yang lebih tinggi dari kapur bebas (Plaster, 1992).
Kalsium berfungsi bagi tanaman untuk (a). pengatur kemasaman tanah dan
tubuh tanaman, (b). penting bagi pertumbuhan akar tanaman, (c). penting bagi
pertumbuhan daun, dan (d). dapat menetralisasi akumulasi racun dalam tubuh
tanaman. Menurut Mehlich dan drake dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002),
Ca seperti halnya dengan unsur K berperan mengatur proses fisika-kimia. Ion Ca
menyebabkan dehidratasi, mempengaruhi rumah tangga air tanaman yang sifatnya
antagonik dengan ion K. Ion Ca berperanan penting pula bagi pertumbuhan
tanaman ke arah atas dan pembentukan kuncup.
Kalsium merupakan kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman
tanah, disebabkan ia dapat mengurangi efek kemasaman. Disamping itu ia juga
memberikan efek yang menguntungkan terhadap sifat dari tanah. Pada tanah
daerah basah, kalsium bersama-sama dengan ion hidrogen merupakan kation yang
dominan pada kompleks adsorbsi (Hakim dkk, 1986).
Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion Ca2+, berperan sebagai
komponen dinding sel, dalam pembentukan struktur dan permeabilitas membran

Universitas Sumatera Utara

sel. Kalsium rata-rata menyusun 0,5% tubuh tanaman, banyak terdapat dalam
daun dan pada beberapa tanaman mengendap sebagai Ca-oksalat dalam sel-sel.
Kekurangan unsur ini akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman
akibat terganggunya pertumbuhan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar (titik-titik
tumbuh), serta jaringan penyimpan. Hal ini sebagai konsekuensi rusaknya jaringan
meristematik akibat rusaknya permeabilitas dan struktur membran sel-sel
(Hanafiah, 2005).
Magnesium (Mg)
Menurut Mehlich dan Drake dalam Hardjowigeno (2002) dikatakan bahwa
magnesium merupakan komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu
peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3MgCO3), sulfat potas magnesium, epsom salt (MgSO4.7H2O),
kieserit, magnesia (MgO) serpentin (Mg3SiO2(OH)4, magnesit (MgCO3), dan
lain-lain.
Ketersediaan magnesium dapat terjadi akibat proses pelapukan mineralmineral yang mengandung magnesium. Selanjutnya, akibat proses tadi maka
magnesium akan terdapat bebas di dalam larutan tanah. Keadaan ini dapat
menyebabkan (a). magnesium hilang bersama air perkolasi, (b). magnesium
diserap oleh tanaman atau organisme hidup lainnya, (c). diadsorbsi oleh partikel
liat dan (d). diendapkan menjadi mineral sekunder. Ketersediaan magnesium bagi
tanaman akan berkurang pada tanah-tanah yang mempunyai kemasaman tinggi.
Hal ini disebabkan karena adanya dalam jumlah yang sangat besar mineral liat
tipe 2:1. Dengan adanya mineral liat ini maka magnesium akan terjerat antara kisi-

Universitas Sumatera Utara

kisi mineral tersebut, ketika menjadi pengembangan dan pengkerutan dari kisikisinya (Hakim dkk, 1986).
Kekurangan magnesium akan mengakibatkan perubahan warna yang khas
pada daun. Kadang-kadang penguguran daun sebelum waktunya merupakan
akibat dari kekurangan magnesium. Klorosis pada tembakau yang dikenal dengan
tenggelam pasir disebabkan oleh kekurangan magnesium. Tanaman kapas yang
kekurangan unsur ini menghasilkan daun-daun yang merah agak lembayung
dengan tulang-tulang yang hijau. Daun-daun sorgum dan jagung menjadi bergarisgaris, tulang-tulang daunnya tetap hijau tetapi daerah diantara tulang-tulang daun
pada sorgum menjadi lembayung dan ujung-ujung menjadi kuning (Foth, 1994).
Magnesium diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+, terutama berperan
sebagai penyusun khlorofil (satu-satunya mineral), tanpa khlorofil fotosintesis
tanaman tidak akan berlangsung, dan sebagai aktivator enzim. Secara umum
magnesium rata-rata menyusun 0,2% bagian tanaman. Sebagian besar terdapat di
daun tetapi seringkali dijumpai dalam proporsi cukup banyak pada bebijian padi,
jagung, sorgum, kedelai dan kacang tanah (Hanafiah, 2005).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Karo, yakni di lima desa
pengambilan contoh tanah, yaitu

Desa Naman Kecamatan Simpang Empat,

dengan ketinggian 1230 m dpl, titik koordinat 03o09’3.6” LU dan 98o26’59.3”
BT, Desa Sukadebi Kecamatan Namanteren, dengan ketinggian 1260 m dpl, titik
koordinat 03o09’37.8” LU dan 98o26’51.4” BT, Desa Perteguhan Kecamatan
Simpang Empat, dengan ketinggian 1227 m dpl, titik koordinat 03o08’47.6” LU

Universitas Sumatera Utara

dan 98o26”49.4” BT, Desa Cimbang Kecamatan Tiga Pancur, dengan ketinggian
966 m dpl, titik koordinat 03o06’21.1” LU dan 98o23’01.9” BT, Desa Tiga Pancur
Kecamatan Simpang Empat, dengan ketinggian 1167 m dpl, titik koordinat
03o07’50.3” LU dan 98o26’12.4”. Dan analisis tanah dilakukan di laboratorium
tanah BPTP Sumatera Utara Medan.. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober
2010 sampai dengan Maret 2011.

Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah
yang diambil dari lokasi penelitian, dan bahan-bahan kimia untuk analisa di
laboratorium.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi
penelitian dengan skala 1:50.00, cangkul, sekop, GPS, pisau, kertas label, kantong
plastik, karet gelang, karung goni, spidol, dan alat tulis untuk keperluan tulis
menulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel tanah (soil
sampling) yang terdiri dari 6 lokasi pengambilan sampel tanah, dengan 2 taraf
kedalaman yaitu 0-5cm dan 0-15cm dan dilakukan dengan 3 ulangan, sehingga
terdapat 36 sampel tanah.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Awal
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, konsultasi
dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, penyiapan peta jenis

Universitas Sumatera Utara

tanah, penyediaan bahan peralatan yang digunakan di lapangan dan mengadakan
survei pendahuluan untuk mempersiapkan survei utama yang meliputi pencarian
informasi yang sesungguhnya memperinci segala sesuatu yang berhubungan
dengan administrasi data tersebut.
Kegiatan di Lapangan
− Ditetapkan wilayah yang terkena dampak Debu Vulkanik, dimana tiap
wilayah diambil contoh tanah secara komposit dengan kedalaman 0-5cm dan
0-15cm
− Dimasukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diberi label sesuai
lokasi dan contoh tanah yang diambil
Analisis Laboratorium
-

Contoh tanah dikeringudarakan di tempat yang tidak terkena matahari
langsung

-

Contoh tanah ditumbuk dan diayak dengan ayakan 20 mesh

-

Contoh tanah dianalisis sesuai parameter yang ditentukan
Peubah Amatan

-

Nitrogen (N)

-

Pospor (P)

-

Kalium (K)

-

Kalsium (Ca)

-

Magnesium (Mg)

-

Sulfur (S)

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Nitrogen (N)
Hasil analisis contoh tanah parameter nitrogen tanah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Parameter Nitrogen Tanah Pada Lokasi Penelitian
Ketebalan

Kedalaman

Kedalaman

Debu

Tanah

Tanah

…mm…

0.5 cm

*)

0.15 cm

*)

Desa Sukadebi

0.5

0.19

R

0.19

R

Desa Perteguhen(a)

0.5

0.19

R

0.18

R

Desa Naman

1

0.13

R

0.13

R

Desa Cimbang

1

0.17

R

0.19

R

Desa Tiga Pancur

1

0.17

R

0.12

R

Desa Perteguhen(b)

15

0.17

R

0.12

R

Lokasi

*) Kriteria penilaiaan sifat tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
*) R= Rendah
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Nitrogen akibat debu vulkanik Gunung
Sinabung mengakibatkan perbedaan kadar nitrogen tanah di beberapa daerah di
sekitar Gunung Sinabung. Tertinggi adalah di 0,19% yang berada di beberapa
desa yaitu Desa Sukadebi, dan Perteguhen, dan kadar Nitrogen terendah terdapat
di desa Tiga Pancur dan Perteguhan.
Dari Tabel 1 di atas juga dapat dilihat bahwa nitrogen tanah antara
kedalaman 0-5cm dan 0-15cm di setiap desa yang menjadi lokasi penelitian
hampir sama. Di Desa Naman dan Sukadebi menunjukkan hasil yang sama antara
kedalaman 0-5cm dan 0-15cm, di Desa Perteguhen dan Desa Tiga Pancur

Universitas Sumatera Utara

menurun dari kedalaman 0-5cm ke 0-15cm, dan di Desa Cimbang justru
meningkat dari kedalaman 0-5cm ke 0-15cm
Posfor (P)
Hasil analisis contoh tanah parameter P-tersedia tanah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Parameter Posfor Tanah Pada Lokasi Penelitian
Ketebalan

Kedalaman

Kedalaman

Debu

Tanah

Tanah

…mm…

0.5 cm

*)

0.15 cm

*)

Desa Sukadebi

0.5

5.30

SR

1.84

S

Desa Perteguhen(a)

0.5

35.51

ST

15.61

S

Desa Naman

1

1.02

SR

1.02

SR

Desa Cimbang

1

15.61

S

52.85

ST

Desa Tiga Pancur

1

3.67

SR

3.27

SR

Desa Perteguhen(b)

15

43.06

ST

19.69

S

Lokasi

*) Kriteria penilaiaan sifat tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
*) SR= Sangat Rendah *) S= Sedang *) ST= Sangat Tinggi
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat Posfor
Gunung sinabung mengakibatkan

tanah akibat debu vulkanik

kadar yang berbeda pada setiap daerah.

Tertinggi adalah 52,85ppm pada desa Cimbang pada kedalaman dan kadar
terendah terdapat pada Desa Naman yaitu 1,02ppm.
Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pada setiap lokasi penelitian pada
kedalaman 0-5cm dan 0-15cm menunjukkan yang mencolok dimana pada
kedalaman 0-5cm Posfor tanah dalam tanah

lebih tinggi dibandingkan pada

kedalaman 0-15cm, kecuali pada Desa Naman terdapat kadar Posfor yang sama
pada kedalaman 0-5 dan 0-15 yaitu 1,02 ppm.

Universitas Sumatera Utara

Kalium
Hasil analisis contoh tanah parameter Kalium disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Parameter Kalium Tanah Pada Lokasi Penelitian
Ketebalan
Lokasi

Kedalaman

Debu

Kedalaman

Tanah

Tanah

…mm…

0.5 cm

*)

0.15 cm

*)

Desa Sukadebi

0.5

0.74

ST

26.56

ST

Desa Perteguhen(a)

0.5

6.39

ST

6.66

ST

Desa Naman

1

0.74

T

0.52

T

Desa Cimbang

1

6.48

ST

6.68

ST

Desa Tiga Pancur

1

0.56

T

0.35

S

Desa Perteguhen(b)

15

8.34

ST

9.25

ST

*) Kriteria penilaiaan sifat tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
*) R= Rendah *)S= Sedang *)T= Tinggi *)ST= Sangat Tinggi
Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat kadar Kalium akibat debu Vulkanik yang
sampai ketanah memiliki kadar yang berbeda pada setiap Desa yang menjadi
lokasi penelitian, kadar kalium yang tertinggi dapat dilihat pada lokasi penilitian
di Desa Sukadebi pada yaitu 26,56Cmol(+)/kg dan yang terendah terdapat pada
Desa Tiga Pancur yaitu 0,35Cmol(+)/kg.
Dari Tabel 3 kadar Kalium tanah pada setiap Desa lokasi penelitian pada
kedalaman 0-5cm dan 0-15cm m menunjukkan perbedaan yang mencolok pada
kedalaman tanah. Di desa Sukadebi, Desa Perteguhen(a), Desa Perteguhen(b)
Desa Cimbang meningkat dari 0-5cm ke 0-15cm, dan di Desa Naman, Tiga
Pancur mengalami penurunan dari kedalaman 0-5cm ke 0-15cm.
Calsium (Ca)

Universitas Sumatera Utara

Hasil analisis contoh tanah parameter Calsium disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Parameter Calsium Tanah Pada Lokasi Penelitian
Ketebalan

Kedalaman

Kedalaman

Debu

Tanah

Tanah

…mm…

0.5 cm

Desa Sukadebi

0.5

11.97

T

11.22

T

Desa Perteguhen(a)

0.5

13.06

T

10.20

T

Desa Naman

1

6.10

S

8.22

S

Desa Cimbang

1

3.15

R

2.82

R

Desa Tiga Pancur

1

4.08

R

6.83

S

Desa Perteguhen(b)

15

24.80

ST

27.27

ST

Lokasi

*)

0.15 cm

*)

*) Kriteria penilaiaan sifat tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
*) R= Rendah *)S= Sedang *)T= Tinggi *)ST= Sangat Tinggi
Dari Tabel 4 kadar Kalsium tanah diatas akibat Debu Vulkanik yang
sampai kedalam tanah memiliki kadar yang berbeda disetiap daerah lokasi
penelitian, kadar Kalsium tanah yang tertinggi terdapat pada Desa Perteguhen(a)
pada

yaitu 27,27me/100g, dan yang terendah pada Desa Cimbang yaitu

2,82me/100g.
Dari Tabel 5 kadar Kalsium tanah pada setiap lokasi penelitian pada
kedalaman 0-5cm dan 0-15cm tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Di
Desa Naman, Perteguhan(a), Tiga Pancur mengalami kenaikan kadar Kalsium dari
kedalaman 0-5cm ke 0-15cm. Namun di Desa Sukadebi, Perteguhan(b), Cimbang
mengalami penurunan dari kedalaman 0-5cm ke 0-15cm.
Magnesium (Mg)
Hasil analisis contoh tanah parameter Magnesium disajikan pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Hasil Analisis Parameter Magnesium Tanah Pada Lokasi Penelitian
Ketebalan

Kedalaman

Kedalaman

Debu

Tanah

Tanah

…mm…

0.5 cm

Desa Sukadebi

0.5

2.96

Desa Perteguhen(a)

0.5

Desa Naman

Lokasi

*)

0.15 cm

*)

T

3.23

T

2.33

T

1.24

T

1

1.04

S

1.52

S

Desa Cimbang

1

1.33

S

1.02

S

Desa Tiga Pancur

1

0.69

R

0.74

R

Desa Perteguhen(b)

15

3.74

T

4.16

T

*) Kriteria penilaiaan sifat tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
*) R= Rendah *)S= Sedang *)T= Tinggi *)ST= Sangat Tinggi
Dari Tabel 5 kadar Magnesium tanah diatas akibat Debu Vulkanik yang
sampai kedalam tanah memiliki kadar yang berbeda disetiap daerah

lokasi

penelitian, kadar Magnesium yang tertinggi terdapat di Desa Perteguhan(b) pada
yaitu 4,16cmol(+)kg, dan kadar Magnesium yang terendah terdapat pada Desa
Tiga Pancur pada yaitu 0,69cmol(+)kg.
Dari Tabel 5 kadar Magnesium tanah pada setiap lokasi penelitian pada
kedalaman 0-5cm dan 0-15cm tidak menunjukkan perbedaan yang mencolo. Di
Desa Naman, Sukadebi, Perteguhen, Tiga Pancur mengalami kenaikan dari kadar
0-5cm ke 0-15cm, dan di Desa Perteguhan(b), Cimbang mengalami penurunan
kadar Magnesium didalam tanah pada kedalaman 0-5cm ke 0-15cm.

Universitas Sumatera Utara

Sulfur (S)
Hasil analisis contoh tanah parameter Sulfur disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Parameter Sulfur Tanah Pada Lokasi Penelitian

Lokasi

Ketebalan Debu

Kedalaman Tanah

Kedalaman Tanah

…mm…

0.5 cm

0.15 cm

Desa Sukadebi

0.5

611.33

ST

454.33

ST

Desa Perteguhen(a)

0.5

709.66

ST

1075

ST

Desa Naman

1

1267.33

ST

507

ST

Desa Cimbang

1

83

T

89.33

T

Desa Tiga Pancur

1

835

ST

474.33

ST

Desa Perteguhen(b)

15

2307.33

ST

2185

ST

*) Kriteria penilaiaan sifat tanah menurut Staf Pusat Penelitian Tanah 1983
*) T= Tinggi

ST= Sangat Tinggi

Dari Tabel 6 kadar Sulfur tanah diatas akibat Debu Vulkanik yang sampai
dipermukaan tanah lokasi penelitian memiliki kadar Sulfur tanah yang berbeda,
dimana pada lokasi penelitian kadar yang tertinggi terlihat pada tabel diatas di
Desa Perteguhen yaitu 2307,33 ppm, dan kadar yang terendah terlihat di Desa
Cimbang yaitu 83 ppm.
Dari Tabel 6 analisis Sulfur tanah diatas terlihat bahwa pada setiap lokasi
penelitian memiliki perbedaan kadar Sulfur tanah, dimana yang mencolok di Desa
Naman, Sukadebi, Perteguhan(a), Tiga Pancur mengalami penurunan kadar Sulfur

Universitas Sumatera Utara

dari kedalaman 0-5cm ke 0-15cm, namun pada lokasi penelitian di Desa
Perteguhan(b), Cimbang mengalami kenaikan dari kedalaman 0-5cm ke 0-15cm.
Pembahasan

Pasca 30 hari setelah letusan Gunung sinabung yang mengeluarkan debu
vulkanik yang tersisa di permukaan tanah meningkatkan kadar unsur hara makro
tanah. Dimana yang sangat berpengaruh akibat dampak letusan Gunung Sinabung
tersebut pada kadar Sulfur tanah, hal ini disebabkan tingginya kadar sulfur yang
ada pada debu vulkanik. Juga meningkatkan kadar basa-basa tukar Ca, Mg,
namun berbeda dengan basa-basa tukar Kalium tanah yang lebih rendah, hal ini
disebabkan kadar kalium tanah yang ada di dalam debu vulkanik tersebut rendah.
Dan akibat pasca letusan Gunung sinabung yang mngeluarkan debu
vulkanik juga meningkatkan kadar P-tersedia tanah, hal ini disebabkan tingginya
kadar posfor tanah yang ada pada debu vulkanik, tetapi pada kadar N-total tanah
ada yang sama dan ada yang lebih rendah dikarenakan pada debu vulkanik akibat
letusan Gunung Sinabung tersebut tidak mengandung unsur N-total tanah.
Tingginya kadar Debu Vulkanik yang ada di permukaan tanah maupun yang
terlarut kedalam tanah akibat pasca letusan Gunung Sinabung sangat
mempengaruhi kadar unsur hara makro tanah yang ada di kabupaten karo, dimana
semakin tinggi kadar debu vulkanik yang ada akan meningkatkan kadar unsur
hara makro tanah, hal ini dapat dilihat pada kadar sulfur yang sangat berpengaruh
akibat tingginya debu vulkanik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Sumatera Utara

Kesimpulan

Semakin tebal debu vulkanik yang tersedia dalam tanah pada 30 hari
setelah pasca letusan Gunung Sinabung dapat meningkatkan kesuburan tanah
ditandai dengan peningkatan basa-basa tukar, P-trsedia, walaupun terjadi
peningkatan kadar Sulfur tanah yang terlihat,namun berbeda dngan kadar N-total
yang kurang sama dan ada yang lebih rendah
Saran
Disarankan agar pada saat pengolahan tanah pertanian di lokasi yang
terkena dampak debu vulkanik Gunung Sinabung dilakukan pencampuran tanah
pada kedalaman olah lahan supaya unsur-unsur hara yang dikandung debu
vulkanik dapar bercampur merata dengan tanah sehingga penyerapan hara oleh
tanaman dapat lebih mudah.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Anwas,Oss.M.1994.BentukMukaBumi.Geografi Kelas Satu.http://elcom.umy.ac.
id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Geografi/BEN
TUK%20MUKA%20BUMI.pdf.(05 Oktober 2010)

Buckman, H.O. dan N.C.Brady.1992. Ilmu Tanah. Penerjemah : Soegiman.
Bhratara Karya Aksara

Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi keenam. Alih Bahasa Adi
Soemarto. Penerbit Erlangga. Jakarta

Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A.
Diha., G. B. Hong., dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
UNILA. Lampung

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajagrafindo Persada. Jakarta

Hardjowigeno, H. S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta

Plaster, E. J. 1992. Soil Science And Management. Second Edition. Delmar
Publishers Inc. Canada

Universitas Sumatera Utara

Sutedjo, M. M., dan A. G. Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah.
Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Bina Aksara. Jakarta

Sutedjo, M. M. dan A. G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Cetakan
Ketiga. Rineka Cipta. Jakarta

Triyono,

2009.

Gunung

Api

Meletus.

http://id.shvoong.com/exact-

sciences/earthsciences/1894106-gunung-api-meletus-berbahayakah/. (05
Oktober 2010)

Wikipedia,2010.GunungSinabung.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung. (05 Oktober 2010)

Waspada,

2010.

Debu

Vulkanik

Dengan

Gangguan

Kesehatan.

http://www.waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=
article&id=6554:debu-vulkanik-dan-gangguankesehatan&catid=59:opini&Itemid=215. (05 Oktober 2010)

Universitas Sumatera Utara