BAB 3 EFEK RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID
Pemberian terapi radiasi pada pasien radioterapi karsinoma tiroid diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Tetapi, sangat sulit untuk menghindari efek
samping yang ditimbulkan oleh terapi ini. Efek yang dapat ditimbulkan akibat radioterapi ini meliput i oral muko sitis, xerostomia dan pain.
3.1 Oral Mukositis Oral mukositis adalah suatu proses peradangan yang terjadi di membran
mukosa yang disebabkan oleh terapi radiasi pada penderita kanker kepala dan leher. Oral muko sitis sulit dihindari selama menjalani terapi radiasi.
15
Lapisan sel basal mukosa sensitif terhadap radiasi terutama radiasi pada lesi – lesi kanker.
2,16
3.1.1 Gambaran Klinis
Secara umum, gambaran awal oral mukositis dapat berupa eritema, lesi ulser, yang selanjutnya diikuti dengan adanya rasa nyeri, sukar makan, minum dan menelan
sehingga menyebabkan terbatasnya konsumsi makanan oleh pasien.
4,7
Komplikasi lainnya dapat berupa kesulitan bicara, susah tidur dan penurunan berat badan yang
cepat. Hal ini akan mempengaruhi proses penyembuhan terapi kanker tersebut.
2
Gambaran eritema dan ulser ini mucul dalam waktu 3 sampai 7 hari setelah terapi radiasi. Normalnya mukositis ini akan mengalami proses penyembuhan sendiri
dalam waktu 2 sampai 4 minggu.
2,4,7,15,17
Tetapi tergantung juga pada tingkat
Universitas Sumatera Utara
keparahan mukositis itu sendiri. Tingkat keparahan mukositis itu sendiri tergantung pada tipe terapi radiasi, dosis yang digunakan dan lamanya proses penyinaran.
2,4
a b
Gambar 5 : a. Gambaran mukositis setelah 2 minggu perawatan radioterapi dimana terdapat eritema pada dasar mulut , sedangkan b. oral mukositis dengan ulserasi dan adanya
pseudomembran pada mukosa bukal, dasar mulut dan permukaan ventrallidah.
4
3.1.2 Proses Terjadinya Oral Mukositis Proses terjadinya mukositis dibagi atas 4 fase, yaitu :
2,18
1. Fase I fase inflammatory atau fase vaskular, yaitu fase cytotoxic kemoterapi atau radioterapi melepaskan berbagai sitokin seperti Interleukin-1 IL-1
dan Interleukin-6 IL-6 sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dan timbul inflamasi. Peningkatan IL-1 mungkin juga meningkatkan proses vaskularisasi.
2. Fase II fase Epitelial, fase ini terjadi 4 sampai 5 hari setelah dilakukan terapi radiasi. Pada fase ini efek langsung cytotoxic menyebabkan penurunan jumlah
sel – sel epitel dan terjadi atropi serta ulser. 3. Fase III fase Ulserasi atau fase bakteriologi, fase ini terjadi 6 sampai 12
hari setelah terapi radiasi. Disini daerah erosi berubah menjadi lapisan pseudomembran yaitu seperti bercak – bercak. Fase ini sering terjadi pada pasien
Universitas Sumatera Utara
yang mengalami penurunan jumlah neutrofil dan resiko infeksi yang tinggi. Sementara itu, koloni bakteri yang meliputi bakteri gram negatif dan positif
menghasilkan endotoksin yang dapat merangsang pelepasan sitokin disekitar jaringan.
4. Fase IV fase Penyembuhan, fase penyembuhan terjadi 12 sampai 16 hari setelah terapi radiasi. Pada fase ini sel – sel epitel berproliferasi untuk membentuk sel
epitel yang baru. Pada fase ini sirkulasi darah dan mikroorganisme di rongga mulut juga akan kembali normal.
Gambar 6 : Patofisiologi dari oral Mukositis secara kompleks
2
Universitas Sumatera Utara
3.2 Xerostomia
Xerostomia dapat diartikan “mulut kering” dimana produksi saliva berkurang dari yang normalnya.
3,7,16
Pada keadaan normal produksi saliva berkisar 0,3 – 0,5 mlmenit. Jika produksi saliva kurang dari 0,1 mlmenit maka kondisi ini disebut
xerostomia.
7
Terganggunya produksi saliva ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas dan terjadi perubahan komposisi kimia saliva serta berkurangnya viskositas
saliva. Sementara itu, pH saliva pun menurun menjadi 4,5 dan terjadinya demineralisasi sehingga berkurangnya deposit mineral pada gigi. Selain itu, juga
terjadi perubahan pada flora normal rongga mulut yang menjadi patogen.
2,3,4,7,16,17
3.2.1 Gambaran Klinis
Gambaran umum xerostomia ditandai dengan sensasi mulut kering, mulut terasa terbakar, bibir pecah – pecah, terdapat ulser dan luka, ada fisur atau celah pada
sudut mulut, permukaan lidah menjadi merah dan licin yang disertai dengan kesukaran dalam berbicara, susah menelan, sulit memakai gigi tiruan, dan kehilangan
sensasi rasa.
2,7
Kehilangan sensasi rasa akan kembali normal dalam waktu 6 – 8 minggu setelah perawatan radioterapi.
2,17
Dengan terjadinya xerostomia ini, terlihat peningkatan proses terjadinya karies dan penyakit periodontal. Perkembangan karies menjadi sangat cepat karena
tidak adanya fungsi proteksi dari saliva.
2,7
Plak gigi juga akan menjadi tebal yang melekat erat dan banyaknya debris yang tetinggal. Semua faktor ini akan
mengganggu proses penyembuhan pada pasien.
3,15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7 : Gambaran Xerostomi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan karies
4
3.2.2 Proses Terjadinya Xerostomia
Xerostomia ini ada yang bersifat sementara dan ada juga yang bersifat permanen, hal ini tergantung pada faktor penyebabnya.
3
Salah satu penyebabnya adalah efek pengunaan radioterapi pada pengobatan pasien karsinoma tiroid.
2,7
Efek radioterapi pada saliva terlihat jelas pada minggu pertama perawatan dan akan
bertambah jelas selama perawatan masih dilakukan setelah dosis 20 Gy. Pada penderita karsinoma di leher dan kepala yang menggunakan dosis lebih dari 50 Gy
akan menyebabkan gangguan pada fungsi kelenjar saliva, tapi pada sebagian orang fungsi salivanya akan kembali normal setelah dosis radioterapinya diturunkan
menjadi 30 Gy.
17
Tingkat keparahan gangguan saliva ini tergantung pada dosis radiasi dan luasnya jaringan kelenjar yang dikenai radiasi. Kelenjar parotid paling
rentan terhadap radiasi jika dibandingkan dengan kelenjar submandibular, sublingual dan kelenjar saliva minor lainnya.
2,3,7
Universitas Sumatera Utara
3.3 Pain Nyeri
Pain adalah suatu gejala yang dirasakan oleh pasien secara subjektif dan berdasarkan pengalaman emosional yang menimbulkan reaksi akibat stimulus dari
suatu kasus. Banyak komplikasi oral yang berhubungan dengan pain , baik lokal maupun sistemik. Nyeri juga bisa terjadi pada pasien yang menjalani prosedur
tranplantasi, tumor dan terapi radiasi pada kepala dan leher. Sangat penting mempertimbangkan keluhan dan reaksi emosional pasien pada saat menjalani
perawatan. Nyeri juga biasa terjadi pada karsinoma kepala dan leher, dilaporkan 85 terlihat pada saat dilakukan perawatannya dan biasanya digambarkan dari tingkat
kegelisahan pasien. Penatalaksanaan kanker perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan berbagai nyeri.
2,4
Nyeri dapat juga mempengaruhi intake nutrisi pasien. Pasien biasanya menjadi kurang selera dan tidak mampu makan atau minum ketika mereka menderita
nyeri di rongga mulut. Kekurangan nutrisi dapat juga menambah kompllikasi oral dan menyebabkan masalah yang serius. Untuk itu,perlu diperhatikan efek radioterapi yang
dapat menyebabkan nyeri pain.
2
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 TERAPI LASER LOW-LEVEL TERHADAP ORAL MUKOSITIS,