Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Skizofrenik Drug-Naive Episode Pertama

(1)

PROFIL KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN SKIZOFRENIK DRUG-NAIVE EPSODE PERTAMA

TESIS

MUHAMMAD YUSUF

087106004

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK –SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PROFIL KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN SKIZOFRENIK DRUG-NAIVE EPSODE PERTAMA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Program Studi Spesialis Kedokteran Jiwa pada Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara

MUHAMMAD YUSUF 087106004

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul Tesis : Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Skizofrenik Drug-Naive Episode Pertama

Nama Mahasiswa : Muhammad Yusuf Nomor Induk Mahasiswa : 087106004

Program Magister : Magister Kedokteran Klinis Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Jiwa

Menyetujui: Komisi Pembimbing:

dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K) NIP: 19720501199903 2004 NIP : 19540620198011 1001


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Maret 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ ... Anggota : 1. Prof.dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K) ... 2. Prof.dr. Syamsir BS, Sp.KJ (K) ... 3. dr.H. Harun T. Parinduri, Sp.KJ (K) ... 4. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes ...


(5)

PERNYATAAN

Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Skizofrenik Drug-Naive Episode Pertama

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2011


(6)

ABSTRAK

Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Skizofrenik Drug-Naive Episode Pertama

Muhammad Yusuf, Elmeida Effendy Departemen Psikiatri

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Latar Belakang : Kejadian diabetes mellitus lebih tinggi pada pasien dengan skizofrenia dibandingkan pada masyarakat umum. Obat antipsikotik telah terlibat dalam berkembangnya diabetes, tetapi sebagai non-medicated pasien dengan skizofrenia memiliki tingkat diabetes yang tinggi itu kemungkinan bahwa faktor lain dari pada pengobatan. Subramaniam dkk pada tahun 2003 dalam penelitian korort pada pasien skizofrenia yang dirawat dirumah melaporkan angka toleransi diabetes mellitus yang tidak terdiagnosa sebanyak 16% dan angka gangguan resistensi toleransi glukosa lebih dari 30%, tidak ada satupun yang pernah menerima obat neuroleptik atipikal, tetapi angka diabetes pada populasi umum pada usia yang sama lebih dari 22%, hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan skizofrenia cenderung kurang didiagnosa sebagai diabetes daripada rekan-rekan mereka dengan tanpa penyakit mental.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien skizofrenik. Jumlah sampel ditentukan secara consecutive sampling, kemudian subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasanya. Selanjutnya dianalisa terhadap umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal dengan menggunakan chi-square.

Hasil : Dari 60 pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik yang berobat ke poliklinik psikiatri dan Instalasi Gawat Darurat BLUD RSJ PROVSU dalam periode 1 Nopember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010, didapati kadar gula darah puasa hipoglikemi 42%, normoglikemi 44% dan hiperglikemi 14%.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian terhadap 60 orang kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU didapati paling banyak kadar gula darah puasanya dalam keadaan normoglikemi sebanyak 26 orang (44%). Terdapat perbedaan bermakna berdasarkan tingkat pendidikan. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin pekerjaan dan tempat tinggal.


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

Pada umumnya dan khususnya dalam penyusunan tesis ini, yaitu : 1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri FK USU dan guru penulis dalam penyusunan tesis ini, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri FK USU dan pembimbing dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengoreksi, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.


(8)

4. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis dalam penyusunan tesis ini yang banyak memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Dr. H. Harun Thaher Parinduri, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Prof. dr. H.Syamsir BS, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang banyak membagikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan, khususnya mengenai psikiatri anak dan remaja.

8. dr. Vita Camelia, Sp.KJ, dan dr. M. Surya Husada, Sp.KJ, selaku Sekretaris Departemen dan Sekretaris Program Studi PPDS I Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran USU Medan dan sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama saya mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

9. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan FK USU dan Konsultan Metodologi Penelitian dan Statistik penulis dalam penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.


(9)

10. dr. Dapot P. Gultom, Sp.KJ, sebagai Direktur Badan Layanan Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang telah memberikan izin, kesempatan dan fasilitas kepada saya mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

11. dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

12. dr. Juskitar, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa. 13. dr. Mawar G. Tarigan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama saya mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

14. dr. Freddy S.Nainggolan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan selama saya mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.


(10)

Evawati Siahaan, Sp.KJ, dr. Paskawani Siregar, Sp.KJ, dr. Citra J. Tarigan, Sp.KJ, dan dr. Vera RB. Marpaung, Sp.KJ, sebagai senior yang telah memberikan semangat dan dorongan selama saya mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

16. dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ, dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp.KJ, dr. Juwita Saragih, Sp.KJ, dr. Friedrich Lupini, Sp.KJ, dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp.KJ, dr. Laila S. Sari, Sp.KJ, dr. Evalina Perangin-angin, Sp.KJ, dr. Victor Eliezer Perangin-angin, Sp.KJ, dr. Siti Nurul Hidayati Sp.KJ, dr. Lailan Sapinah Sp.KJ, dr. Silvy Agustina Hasibuan Sp.KJ sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

17. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Tembakau Deli, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa .

18. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny T. Tambunan, dr. Mila Astari H M.Ked (KJ), dr. Ira Aini Dania, M.Ked (KJ), dr. Baginda Harahap, dr. Ricky Wijaya Tarigan M.Ked (KJ), dr. Superida Ginting Suka, dr. Ferdinan Leo Sianturi M.Ked (KJ), dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr. Saulina Dumaria Simanjuntak M.Ked (KJ), dr. Hanip Fahri, dr. Andreas Xaverio Bangun, dr. Dian Budianti Amalina,


(11)

dr.Tiodoris Siregar, dr. Endang Sutry Rahayu dan dr. Duma M. Ratnawati, dr.Nauli Aulia Lubis, dr.Nirwan Abidin, dr.Nanda Sari. N, dr. Wijaya Taufik Tiji, dr.Alfi Syahri Rangkuti, dr. Agussyah Putra, dr. Rini Gussya Liza, dr. Gusri Girsang, dr. Dessi Wahyuni, dr. Hendriko Tusandra Putra, dr. Ritha Mariati Sembiring, dr.Susiati, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Annisa Fransiska, dr. Dessy Mawar Zalia, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa. 19. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah

bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

20. Semua pasien skizofrenik beserta orang tua/wali mereka yang telah bersedia berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian untuk keperluan tesis ini.

21. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU : Evi Yulifimar, S.Sos, Yuli Handayani, S.Sos, Diani Hartati, S.Sos, M. Salim A.Md yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas selama mengikuti pendidikan spesialisasi.


(12)

22. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi Drs. Abdul Hasyim Siregar dan Hj. Kartini yang telah bersusah payah membesarkan, memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis sejak lahir hingga saat ini, dalam menjalani segala hal.

23. Kedua mertua, (Alm) Benar Barus dan Rasita br Ginting yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

24. Seluruh saudara kandung saya, Ir. Nurhayati Siregar. (Alm) Zulkarnain Siregar, SE, M.Si, Laili Agustina Siregar, NS, S.Kep dan (Almh) Tuti Handayani Siregar, AMAK yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

25. Seluruh ipar saya, Sada Ukur br Barus, S.Pd dan Ir. Ingan Pulung Barus yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

26. Buat istri tercinta, dr. Eli Zabarita, terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam suka cita dan keriangan selama penulis menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa


(13)

semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan pendidikan magister klinis dan tesis ini dengan baik.

27. Buat buah hati tersayang : Raja Daud Siregar dan Theressia Putri Siregar terima kasih atas doa, dukungan, kesabaran dan pengertian serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat dihabiskan bersama-sama kalian dalam sukacita dan kegembiraan selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinis Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis.

Medan, Maret 2011


(14)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing i

Ucapan Terima Kasih iv

Daftar Isi xi

Daftar Tabel xiii

Daftar Singkatan dan Lambang xiv

Abstrak xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.4.1. Tujuan Umum 3

1.4.2. Tujuan Khusus 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Skizofrenia 4

2.2. Skizofrenia Sebagai Faktor Risiko Independen

Diabetes 6 2.2.1. Faktor-faktor Genetik 6 2.2.2. Faktor-faktor Lingkungan 7

2.3. Stres Endokrinologi 7

2.4. Kerangka Konseptual 11

BAB 3. METEDOLOGI PENELITIAN 12

3.1. Desain Penelitian 12

3.2. Tempat dan Waktu 12

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 13

3.4. Estimasi Besar Sampel 13

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 13

3.5.1. Kriteria Inklusi 13

3.5.2. Kriteria Eksklusi 13

3.6. Persetujuan/Informed Consent 14

3.7. Masalah Etika 14

3.8. Cara Kerja Penelitian 14

3.9. Identifikasi Variabel 16

3.10. Definisi Operasional 16


(15)

BAB 4. HASIL PENELITIAN 18

BAB 5. PEMBAHASAN 26

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 29

6.1. Kesimpulan 29

6.2. Saran 29

RINGKASAN 31

DAFTAR RUJUKAN 33

Lampiran 36

1. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 37

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 39

3. Data Sampel Penelitian 40

4. Surat Persetujuan Komite Etik 41

5. Tabel Subjek Penelitian 42


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Sampel berdasarkan Karakteristik demografi 18 Tabel 4.2. Distribusi Sampel Kadar Gula Darah Puasa pasien

skizofrenik episode pertama drug-naive 19 Tabel 4.3. Hubungan antara Kadar Gula Darah Puasa terhadap

kelompok umur 20 Tabel 4.4. Hubungan antara Kadar Gula Darah Puasa terhadap

jenis kelamin 21 Tabel 4.5. Hubungan antara Kadar Gula Darah Puasa terhadap

tingkat pendidikan 22 Tabel 4.6. Hubungan antara Kadar Gula Darah Puasa terhadap

status pekerjaan 23 Tabel 4.7. Hubungan antara Kadar Gula Darah Puasa terhadap


(17)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

dkk : dan kawan-kawan

HPA : Hipothalamus-Pituitari-Adrenal

PPDG III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

SAM : Simpatik-Adrenal-Meduler

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

n : Besar sampel minimum

S : Simpang baku nilai rerata dalam populasi (dari pustaka)

d : Tingkat ketepatan absolute yang diinginkan Zα : Derivat baku normal untuk α

< : lebih kecil dari > : lebih besar dari


(18)

ABSTRAK

Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Skizofrenik Drug-Naive Episode Pertama

Muhammad Yusuf, Elmeida Effendy Departemen Psikiatri

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Latar Belakang : Kejadian diabetes mellitus lebih tinggi pada pasien dengan skizofrenia dibandingkan pada masyarakat umum. Obat antipsikotik telah terlibat dalam berkembangnya diabetes, tetapi sebagai non-medicated pasien dengan skizofrenia memiliki tingkat diabetes yang tinggi itu kemungkinan bahwa faktor lain dari pada pengobatan. Subramaniam dkk pada tahun 2003 dalam penelitian korort pada pasien skizofrenia yang dirawat dirumah melaporkan angka toleransi diabetes mellitus yang tidak terdiagnosa sebanyak 16% dan angka gangguan resistensi toleransi glukosa lebih dari 30%, tidak ada satupun yang pernah menerima obat neuroleptik atipikal, tetapi angka diabetes pada populasi umum pada usia yang sama lebih dari 22%, hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan skizofrenia cenderung kurang didiagnosa sebagai diabetes daripada rekan-rekan mereka dengan tanpa penyakit mental.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien skizofrenik. Jumlah sampel ditentukan secara consecutive sampling, kemudian subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasanya. Selanjutnya dianalisa terhadap umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal dengan menggunakan chi-square.

Hasil : Dari 60 pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik yang berobat ke poliklinik psikiatri dan Instalasi Gawat Darurat BLUD RSJ PROVSU dalam periode 1 Nopember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010, didapati kadar gula darah puasa hipoglikemi 42%, normoglikemi 44% dan hiperglikemi 14%.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian terhadap 60 orang kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU didapati paling banyak kadar gula darah puasanya dalam keadaan normoglikemi sebanyak 26 orang (44%). Terdapat perbedaan bermakna berdasarkan tingkat pendidikan. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin pekerjaan dan tempat tinggal.


(19)

BAB 1. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Skizofrenia adalah masalah kesehatan umum di seluruh dunia yang memerlukan banyak biaya personal dan ekonomi. Skizofrenia menyerang kurang dari 1% populasi dunia.1

Puncak serangan pada pria antara usia 10 sampai 25 tahun dan 25 sampai 35 tahun pada wanita. Sembilan puluh persen pasien yang mendapat pengobatan skizofrenia berusia antara 15 sampai 55 tahun. Serangan di bawah 10 tahun atau diatas 60 tahun jarang dilaporkan. Secara umum, wanita dengan skizofrenia mempunyai outcome yang lebih baik dibanding pria.1 Dampak psikosis terhadap toleransi glukosa pada pasien drug-naive dengan skizofrenia episode pertama telah dilaporkan oleh Ryan dkk pada tahun 2003, yang membandingkan 26 pasien dengan skizofrenia dan sejumlah peserta kontrol yang sama untuk usia dan jenis kelamin.2

Subramaniam dkk pada tahun 2003 dalam penelitian korort pada pasien skizofrenia yang dirawat dirumah melaporkan angka toleransi diabetes mellitus yang tidak terdiagnosa sebanyak 16% dan angka gangguan resistensi toleransi glukosa lebih dari 30%, tidak ada satupun yang pernah menerima obat neuroleptik atipikal, tetapi angka diabetes pada populasi umum pada usia yang sama lebih dari 22%, hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan skizofrenia cenderung kurang


(20)

didiagnosa sebagai diabetes daripada rekan-rekan mereka dengan tanpa penyakit mental.3

Ryan dkk menunjukkan bukti bahwa hal ini bukan hanya karena pengaruh obat-obatan, tetapi dikaitkan independen dengan penyakit skizofrenia itu sendiri. Resistensi insulin ditunjukkan pada orang dengan skizofrenia bahkan sebelum obat antipsikotik tersedia dan hal ini sekarang telah dikonfirmasikan pada pasien drug-naive.4

Di Indonesia hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui profil kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik drug-naive episode pertama. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian profil kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik drug-naive episode pertama.

I.2. Perumusan masalah

1. Berapakah kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik.

2. Apakah terdapat perbedaan kadar gula darah puasa dengan karakteristik demografik pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik.

I.3. Hipotesis

1. Terdapat peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama.


(21)

2. Terdapat hubungan perbedaan kadar gula darah puasa dengan karakteristik demografik pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik.

I.4. Tujuan penelitian

A. Tujuan Umum : Untuk mengetahui kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik.

B. Tujuan khusus :

1. Untuk mendapatkan informasi tentang kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik.

2. Untuk mengutahui hubungan antara kadar gula darah puasa dengan karakteristik demografik pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama dan perbedaan kadar gula darah secara demografik terkait dengan rencana dan penatalaksaan terapi selanjutnya pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara.


(22)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan kumpulan gejala-gejala klinik yang melibatkan kognitif, emosi persepsi dan aspek perilaku dan bermanifestasi pada pasien dan mempengaruhi perjalanan penyakit, biasanya berat dan berlangsung lama. 5

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata “schein” yang artinya retak atau pecah (split), dan “phren” yang artinya pikiran yang terbelah dari mental dan pikiran, yang selalu dihubungkan dengan fungsi emosi. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian serta emosi.6

Istilah skizofrenia pertama sekali diperkenalkan oleh pada awal abad ke-20 oleh Eugen Bleuler (1857-1939) dan istilah tersebut menggantikan demensia prekoks di dalam literature, istialh untuk menandakan adanya perpecahan antara pikiran, emosi dan perilaku pada pasien yang terkena. Blueler menggambarkan gejala fundamental spesifik untuk skizofrenia, termasuk suatu gangguan yang ditandai dengan gangguan asosiasi khususnya kelonggaran asosiasi, gangguan afektif, autisme dan ambivalensi. Bleuler menggambarkan gejala pelengkap yang termasuk waham dan halusinasi.1,7

Skizofrenia merupakan suatu bentuk gangguan psikotik berat dan cenderung menjadi kronis.5,8 Prevalensi skizofrenia antara pria dan wanita


(23)

sama, namun berbeda dalam tibulnya serangan partama.9,10 Di Amerika Serikat prevalensi seumur hidup untuk skizofrenia berkisar 1%. Prevalensi skizofrenia sama antara pria dan wanita. Puncak usia timbulnya serangan adalah 10-25 tahun pada pria dan 25-35 tahun pada wanita. Sekitar 90% pasien dalam pengobatan untuk skizofrenia berusiaantara 15-55 tahun.11

Skizofrenia adalah penyakit life-shortening, dengan tingkat mortalitas di antara pasien skizofrenia dua kali lebih tinggi seperti pada populasi umum. Harapan hidup antara penderita skizofrenia adalah 20% lebih pendek daripada populasi umum , dengan penyakit peredaran darah, pernapasan, dan gastrointestinal dicatat sebagian pada penemuan ini . Selain itu, pasien dengan skizofrenia juga tampaknya memiliki angka yang lebih tinggi terhadap toleransi glukosa, resistensi insulin, dan diabetes mellitus tipe 2 dari populasi umum.12

Namun, sebagian besar bukti yang menunjukkan bahwa diabetes mellitus tipe 2 sering terjadi pada skizofrenia telah datang dari studi di mana pasien baik yang menerima neuroleptik atau telah terpapar neuroleptik di masa lalu. Sulit untuk menentukan apakah skizofrenia memiliki peran independen dalam berkembangnya metabolisme glukosa yang abnormal, karena keduanya konvensional dan neuroleptik atipikal telah terlibat dalam patogenesis diabetes mellitus tipe 2 dan gangguan toleransi glukosa.12


(24)

2 pada orang dengan skizofrenia yang disetujui secara luas bahwa kondisi tersebut dapat setidaknya dua sampai empat kali lebih menonjol dari pada di populasi umum. Bagaimanapun, variasi yang signifikan dalam tingkat prevalensi yang dilaporkan dari berbagai studi. Satu hal utama yang mengacaukan ketika berupaya membuat prevalensi sejati dalam skizofrenia dan populasi lain adalah jumlah orang yang telah di skrining secara aktif.4

2.2. Skizofrenia sebagai faktor risiko independen untuk diabetes Interaksi antara diabetes dan skizofrenia, meskipun relatif baik kenyataannya, jauh dari sederhana. Mekanisme dibalik interaksi cenderung menjadi multifaktorial, dan termasuk faktor genetika dan lingkungan, kemungkinan efek obat antipsikotik.4

2.2.1. Faktor-faktor Genetik

Menurut Dynes dkk, Mukherjee dkk, Cheta dkk, Lamberti dkk, Shiloah dkk, faktor genetik tampaknya memiliki peran penting dalam hubungan antara skizofrenia dan diabetes, karena telah dilaporkan bahwa sampai dengan 50% dari individu dengan skizofrenia memiliki riwayat keluarga dari diabetes tipe 2, dibandingkan dengan hanya 4,6% dari dewasa sehat. Lamberti dkk menemukan dalam salah satu bagan review terbesar pernah dilakukan terhadap skizofrenia, riwayat keluarga diabetes tipe 2 ditemukan 17% dari total kohort 436 pasien. Yang penting, dalam kohort pasien yang memiliki riwayat keluarga yang positif diabetes,


(25)

prevalensi diabetes mellitus adalah 33%. Mereka yang tidak ada riwayat keluarga diabetes, prevalensinya hanya 10%. Data ini menunjukkan bahwa faktor genetik dapat menjelaskan batas tertentu angka prevalensi lebih tinggi diabetes ditemukan pada pasien dengan skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum.4

2.2.2. Faktor-faktor Lingkungan

Menurut Brown dkk, banyak orang dengan skizofrenia memiliki kebiasaan perilaku kesehatan yang buruk yang mungkin juga berkontribusi untuk mereka berkembang menjadi diabetes, hal ini termasuk diet yang kurang (umumnya tinggi lemak dan rendah serat), kurang olah raga dan merokok lebih dari biasanya. Menurut Dixon dkk kemiskinan, ketidakstabilan kondisi hidup dan pencapaian pendidikan lebih rendah dari yang diharapkan, semua terkait dengan skizofrenia, dan meningkatkan risiko obesitas dan hal lainnya yang merugikan kesehatan . Lindenmeyer menambahkan faktor yang mempengaruhi individu dengan skizofrenia dapat berkembang menjadi diabetes termasuk etnis, riwayat disregulasi glukosa, dan pre-existing hipertensi.4

2.3. Stres Endokrinologi

Sistem endokrin stres memiliki dua komponen yang cukup luas terhadap sentral anatomis interkoneksi. Akut respon terhadap stres, yang biasanya berlangsung beberapa menit, terdiri dari aktivasi


(26)

simpatik-hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA). Cannon pada tahun 1932 mengusulkan konsep dari homoeostasis, dimana sistem tubuh diatur untuk mempertahankan steady state. Pandangan seperti ini secara signifikan telah mempengaruhi pengembangan integratif modern fisiologi. Sumbu SAM memiliki peran penting dalam homoeostasis dan diatur pada tingkat pontine oleh lokus coeruleus, inti noradrenergik yang menyediakan sangat banyak jaringan simpul saraf yang mempengaruhi tingkat gairah dan kewaspadaan. Sistem kontrol SAM reaksi akut terhadap stres dalam apa yang digambarkan Cannon sebagai 'fight or flight' respon. Dia menunjukkan bahwa tanpa saraf simpatik sistem binatang bisa bertahan hidup dalam tanpa tekanan lingkungan, namun ketika mengalami stres, binatang itu tidak bisa menjaga respon fisiologis dasar seperti mobilisasi glukosa. Aktivasi sumbu SAM menghasilkan sekresi katekolamin adrenalin dan noradrenalin dari medula adrenal, yang pada dasarnya mengalami pembesaran dan sangat khusus pada ganglion simpatik. Karena katekolamin mengatur tanggapan akut mereka memiliki half-lives pendek (1-3 menit), dengan tinggi clearance metabolik rate dan degradasi cepat oleh catechol O-methyltransferase, monoamine oxydase dan oxyidase aldehida. 2

Adrenalin dan noradrenalin mengerahkan dampaknya melalui α -dan β-adrenoceptors . Adrenalin yang paling ampuh pada β1-dan β 2-reseptor, dengan efek yang jauh lebih sedikit pada-2-reseptor, sedangkan noradrenalin lebih kuat di α-reseptor. Dampak hiperglikemi terhadap adrenomedullary dimediasi oleh hormon adrenalin, yang ada dalam


(27)

hormon diabetogenic. Adrenalin menghasilkan efek hiperglikemi dalam hal itu kedua merangsang glukosa hepatik produksi dan juga membatasi penggunaan glukosa. Efek hati sebagian besar dimediasi melalui stimulasi β- adrenergik, meskipun stimulasi-adrenergik mungkin memiliki bagian untuk beperan. Dampak adrenalin pada produksi glukosa bersifat sementara dan berlangsung dalam beberapa menit. Kemampuan untuk membatasi penggunaan glukosa terjadi terutama melalui β-reseptor. Sebagai akibat dari hal ini berdampak pada penggunaan glukosa, hiperadrenalisme berkelanjutan menghasilkan hiperglikemi berkelanjutan.2

Noradrenalin menekan aksi hiperglikemi ketika dirilis dari terminal akson neuron simpatik pasca-ganglionik. Hati memiliki persarafan simpatik yang penting, dan pada hewan pada saraf simpatik ini adalah rangsangan elektrik sebagai penurunan kadar glikogen telah dilaporkan, bersama-sama dengan peningkatan pelepasan glukosa di hati, mengakibatkan hiperglikemia. Tidak ada bukti bahwa sistem yang terlibat dalam pengaturan metabolisme karbohidrat di bawah keadaan normal , tetapi ada secara signifikan pada situasi stres. Menariknya, Kjaer dkk pada tahun 1995 melaporkan bahwa denervasi hati yang terjadi dengan transplantasi tidak menyebabkan perubahan total dalam metabolisme karbohidrat. Terutama dampak metabolik sumbu SAM mengendalikan metabolisme lemak. Kelaparan yang berkepanjangan dan stres lainnya secara signifikan meningkatkan lipolisis melalui respon SAM dimediasi oleh β-adrenoceptors. Sebaliknya, stimulasi α-adrenoceptors menghambat


(28)

adiposa putih terutama persediaan pembuluh darah, di beberapa daerah ada persarafan langsung terhadap sel adiposa. Secara keseluruhan, jaringan adiposa coklat memiliki pembuluh darah besar pasokan dan persarafan dari jaringan putih dan persentase yang lebih besar dari sel-sel ini simpatik diinervasi, dengan efek metabolik dimediasi melalui β -adrenoceptors. Stimulasi dari persarafan simpatik sel β-sel pankreas menghasilkan penghambatan pelepasan insulin dimediasi oleh sebuah α -adrenoceptors, mungkin dari subtipe α2. Ketika sistem SAM tetap diaktifkan ada pengurangan efektivitas insulin untuk merangsang penyerapan dan pemanfaatan glukosa. Dampak tersebut adalah dihasilkan melalui β2-adrenoceptors dan ditiru oleh obat-obatan seperti salbutamol dan terbutaline. Dosis tinggi dari β2 agonis merangsang lipolisis jaringan adiposa dan menginduksi sekresi glukagon pankreas, yang dapat menyebabkan peningkatan produksi keton.2

Gough dan Pelever pada tahun 2004 pada akhir tulisannya menganjurkan bahwa penderita skizofrenik haeus dilakukan uji penyaring untuk diabetes, psikiater bertanggung jawab untuk menurunkan risiko diabetes pada penderita skizifrenik dengan menganjurkan pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan bila ada gejala hiperglikemi, pengobatan efektif tetap menjadi prioritas utama, tetapi pengelolaan risiko diabetes yang baik akan menurunkan akibat diabetes pada kelompok ini. Faktor diet yang buruk, kurangnya aktifitas fisik dan merokok menyebabkan tingginya prevalansi sindroma metabolik atau komponennya pada penderita skizofrenik.13-14


(29)

2.4. KERANGKA KONSEPTUAL  

 

       

Pasien Skizofrenik Drug-Naive Episode Pertama

Kadar Gula Darah Puasa

Karakteristik Demografik :

‐ Usia

‐ Jenis Kelamin

‐ Pendidikan

‐ Pekerjaan

‐ Tempat Tinggal


(30)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.15

3.2. Tempat dan Waktu

Tempat Penelitian : Poliklinik dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) BLUD RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara. Waktu Penelitian : Terhitung sejak 1 Nopember 2010 sampai

dengan 31 Desember 2010.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi target : pasien skizofrenik episode pertama yang datang berobat ke BLUD RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara.

2. Populasi terjangkau : Pasien skizofrenik episode pertama yang datang berobat periode kunjungan 1 Nopember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010.

3. Sampel penelitian : Pasien skizofrenia episode pertama yang belum pernah mengkonsumsi obat anti psikotik.

4. Cara pengambilan sampel dengan non probability sampling jenis consecutive sampling.


(31)

3.4. Estimasi Besar Sampel15

Perkiraan besar sampel pada penelitian ini berdasarkan rumus dibawah ini :

n = Z2. S2 d2

n : Besar sampel

Z : Nilai baku normal berdasarkan nilai  yang telah ditentukan (1,96)

S : Simpang baku nilai rerata dalam populasi (186) d : Tingkat ketepatan absolut yang didinginkan (0,05)

dengan menggunakan rumus diatas didapati jumlah sampel (n) = 53,16 atau digenapkan menjadi 60 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteri inklusi :

1. Penderita skizofrenia yang sesuai dengan kriteria PPDGJI – III. 2. Pasien skizofrenia episode pertama yang belum penah

mengkonsumsi obat anti psikotik. 3. Usia 30 sampai dengan 45 tahun. 4. Bersedia sebagai subjek penelitian.

Kriteria Eksklusi :


(32)

2. Keadaan Hamil dan Menyusui

3.6. Persetujuan/Informed Consent

Semua subjek penelitian telah diminta persetujuan dari keluarga setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas menyangkut hal yang berhubungan dengan faktor risiko saat pengambilan sampel darah.

3.7. Masalah Etika

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3.8. Cara Kerja Penelitian

Seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi mengisi persetujuan secara tertulis mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian . Dalam hal ini pihak keluarga diikutsertakan dalam persetujuan.

Pasien dan kontrol diambil sampel darahnya sekitar pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.00 pagi. Sebelum diambil sampel darahnya di anjurkan untuk puasa terlebih dahulu selama 10 sampai 12 jam. Selanjutnya sampel darah preiksa untuk di hitung kadar gula darah puasanya.


(33)

KERANGKA KERJA  

 

 

Pasien Skizofrenik Drug-Naive Episode

Pertama

Inklusi Eksklusi

Kadar Gula Darah Puasa  

 

Analisa Data  

 

Karakterimostik Demografik : - Usia

- Jenis kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Tempat Tinggal  

 


(34)

3.9. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas : pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik dan karakteristik demografik.

b. Variabel tergantung : Kadar gula darah puasa

3.10. Definisi Operasional

a. Pasien skizofrenik adalah pasien yang memenuhi kriteria diagnostik Skizofrenia (F.20) berdasarkan PPDGJI III.

b. Umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.

c. Jenis kelamin adalah yang membedakan laki-laki dan perempuan.

d. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan responden yang telah diikuti atau sedang dijalani melalui pendidikan formal. e. Pekerjaan adalah aktifitas responden sehari-hari yang dilakukan

untuk memenuhi kehidupan rumah tangga yang dapat menghasilkan uang ataupun yang tidak menghasilkan uang. f. Tempat tinggal adalah alamat responden berdomisili.

g. Hipoglikemi adalah kadar gula yang terdapat dalam darah dengan rentang <6,1mmol/l (>110mg/dl).

h. Normoglikemi adalah kadar gula yang terdapat dalam darah dengan rentang normal >6,1mmol/l (>110mg/dl) sampai <7,0 mmol/l (<126 mg/dl) .


(35)

i. Hiperglikemi adalah kadar gula yang terdapat dalam darah dengan rentang >7,0 mmol/l (>126mg/dl).

j. Berat badan dalam rentang normal yang diukur dari indeks massa tubuh dalam rentang 18,50-24,99

Berat Badan (kg) BMI = --- Tingi badan (m)

3.11. Rencana Pengolahan dan analisa data

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan langsung pada sujek penelitian dan wawancara pada keluarga setelah menandatangani surat perjanjian bersedia ikut dalam penelitian.

2. Data sekunder meliputi data demografik pasien dan catatan penyakit pasien yang diperoleh melalui buku status pasien.

3. Data yang diperoleh dari subjek penelitian dan keluarga dimasukkan kedalam kelompok menurut jenisnya.

4. Data yang berhasil dikumpulkan diolah dan dianalisa dengan menggunakan perangkat lunak Statisical for Social Sciences (SPSS) versi 15.0 dengan tingkat kemaknaan p<0,05


(36)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Responden berjumlah 60 orang yang berobat ke BLUD RSJ PROVSU adalah pasien skizofrenik episode pertama yang belum pernah mengkonsumsi obat anti psikotik periode 1 Nopember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010.

Tabel 4.1 Distribusi Sampel berdasarkan karakteristik demografik Demografik Penderita Jumlah %

Umur 31-35 21 35

36-40 24 40

41-45 15 25

Jenis kelamin Laki-laki 34 57 Perempuan 26 43

Pendidikan SD 8 14

SLTP 15 25

SLTA 31 51

PT 6 10

Pekerjaan Bekerja 22 37

Tidak Bekerja 38 63

Tempat tinggal Medan 32 53


(37)

Dari tabel 4.1 dapat diamati bahwa sampel yang paling banyak adalah pada kelompok umur 36-40 tahun (40%), jenis kelamin laki-laki (57%), tingkat pendidikan SLTA (51%), tidak bekerja (63%) dan bertempat tinggal di Medan (53%).

Tabel 4.2 Distibusi sampel berdasarkan kadar gula darah puasa

Kadar gula darah puasa Jumlah %

Hipoglikemi 25 42

Normoglikemi 26 44

Hiperglikemi 9 14

Total 60 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kadar gula darah puasa pasien skizofrenik episode pertama yang belum pernah mengkonsumsi obat anti psikotik paling banyak menunjukkan normoglikemi, yaitu sebanyak 26 (44%).


(38)

Tabel 4.3 Hubungan antara kadar gula darah puasa terhadap kelompok umur

Kelompok umur Kadar Gula Darah p

Hipoglikemi Normoglikemi Hiperglikemi N % N % N %

31-35 7 28 9 35 5 56

36-40 9 36 12 46 3 33 0,211

41-45 9 36 5 19 1 11

Jumlah 25 100 26 100 9 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kadar gula darah puasa yang hipoglikemi paling banyak pada kelompok umur 41-45 sebanyak 9 orang (36%), umur 36-40 sebanyak 9 orang(36%) dan umur 31-35 sebanyak 7 orang (28%). Normoglikemi paling banyak pada kelompok umur 36-40 sebanyak 12 orang (46%), umur 31-35 sebanyak 9 orang(35%) dan umur 41-45 sebanyak 5 orang (19%). Hiperglikemi paling banyak pada kelompok umur 31-35 sebanyak 5 orang (56%), umur 36-40 sebanyak 3 orang (33%) dan umur 41-45 sebanyak 1 orang (11%).


(39)

Dari uji statistik menggunakan Chi-squre test didapat hasil p=0.211 yang berarti nilai p>0.05, tidak ada perbedaan bermakna kadar gula darah terhadap kelompok umur.

Tabel 4.4 Hubungan antara kadar gula darah puasa terhadap jenis kelamin

Jenis Kelamin Kadar Gula Darah p

Hipoglikemi Normoglikemi Hiperglikemi N % N % N %

Laki-laki 15 60 15 58 4 45 Perempuan 10 40 11 42 5 55 0,321

Jumlah 25 100 26 100 9 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kadar gula darah puasa yang hipoglikemi paling banyak pada laki-laki sebanyak 15 orang (60%) dan perempuan sebanyak 10 orang (40%). Normoglikemi paling banyak pada laki-laki sebanyak 15 orang (58%) dan perempuan 11 orang (42%). Hiperglikemi pada perempuan sebanyak 5 orang(55%) dan laki-laki sebanyak 4 orang (45%).

Dari uji statistik menggunakan Chi-squre test didapat hasil p=0.321 yang berarti nilai p>0.05, tidak ada perbedaan bermakna kadar gula darah


(40)

Tabel 4.5 Hubungan antara kadar gula darah puasa terhadap tingkat pendidikan

Pendidikan Kadar Gula Darah p

Hipoglikemi Normoglikemi Hyperglycemia N % N % N %

SD 8 32 7 27 3 33 SLTP 7 28 8 31 5 56

SLTA 4 16 7 27 0 0 0,036

PT 6 24 4 15 1 11 Jumlah 25 100 26 100 9 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kadar gula darah puasa terhadap tingkat pendidikan kadar gula darah puasa yang hipoglikemi paling banyak pada SD sebanyak 8 orang (32%), SLTP sebanyak 7 orang (28%), PT sebanyak 6 orang (24%) dan SLTA sebanyak 4 orang (16%). Normoglikemi paling banyak pada SLTP sebanyak 8 orang ( 31%), SD sebanyak 7 orang (27%), SLTA sebanyak 7 orang (27%) dan PT sebanyak 4 orang (15%). Hiperglikemi paling banyak pada SLTP sebanyak 5 orang (56%), SD sebanyak 3 orang (33%) dan PT sebanyak 1 orang (11%).


(41)

Dari uji statistik menggunakan Chi-squre test didapat hasil p=0,036 yang berarti nilai p<0.05, terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah terhadap tingkat pendidikan.

Dalam penelitian yang dilakukan Dixon dkk kemiskinan, ketidakstabilan kondisi hidup dan pencapaian pendidikan lebih rendah dari yang diharapkan, semua terkait dengan skizofrenia, dan meningkatkan risiko obesitas, diabetes dan hal lainnya yang merugikan kesehatan

Tabel 4.6 Hubungan antara kadar gula darah puasa terhadap status pekerjaan

Pekerjaan Kadar Gula Darah p Hipoglikemi Normoglikemi Hiperglikemi

N % N % N %

Bekerja 7 28 11 42 4 44

Tidak bekerja 18 72 15 58 5 56 0,332

Jumlah 25 100 26 100 9 100

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kadar gula darah puasa yang hipoglikemi paling banyak pada kelompok yang tidak bekerja sebanyak 18 orang (72%), dan yang bekerja sebanyak 7 orang (28%). Normoglikemi


(42)

paling banyak pada kelompok yang tidak bekerja sebayak 5 orang (56%) dan yang bekerja sebanyak 4 orang (44%).

Dari uji statistik menggunakan Chi-squre test didapat hasil p=0,332 yang berarti nilai p>0.05, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa terhadap status pekerjaan.

Tabel 4.7 Hubungan antara kadar gula darah puasa terhadap tempat tinggal

Tempat tinggal Kadar Gula Darah p

Hipoglikemi Normoglikemi Hiperglikemi N % N % N %

Medan 15 60 15 58 4 44 Luar Medan 10 40 11 42 5 56 0,067

Jumlah 25 100 26 100 9 100

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kadar gula darah puasa yang hipoglikemi paling banyak tinggal di Medan sebanyak 15 orang(60%) dan diluar Medan sebanyak 10 orang (40%). Normoglikemi paling banyak paling banyak tinggal di Medan sebanyak 15 orang (58%) dan diluar Medan sebanyak 11 orang (42%). Hiperglikemi paling banyak tinggal


(43)

diluar Medan sebanyak 5 orang (56%) dan di Medan sebanyak 4 orang (44%).

Dari uji statistik menggunakan Chi-squre test didapat hasil p=0,067 yang berarti nilai p>0.05, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa terhadap tempat tinggal.


(44)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study.15 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana profil kadar gula darah puasa pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik di BLUD RSJ PROVSU, dengan cara pengambilan sampel menggunakan non probability sampling jenis consecutive sampling.15

Dari 60 pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik yang berobat ke poliklinik psikiatri dan Instalasi Gawat Darurat BLUD RSJ PROVSU dalam periode 1 Nopember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010, didapati kadar gula darah puasa hipoglikemi 42%, normoglikemi 44% dan hiperglikemi 14%.

Berdasarkan kelompok umur dapat dilihat bahwa kadar gula darah yang hipoglikemi paling banyak pada kelompok umur 41-45 sebanyak 9 orang (36%), umur 36-40 sebanyak 9 orang(36%) dan umur 31-35 sebanyak 7 orang (28%). Normoglikemi paling banyak pada kelompok umur 36-40 sebanyak 12 orang (46%), umur 31-35 sebanyak 9 orang(35%) dan umur 41-45 sebanyak 5 orang (19%). Hiperglikemi paling banyak pada kelompok umur 31-35 sebanyak 5 orang (56%), umur 36-40 sebanyak 3 orang (33%) dan umur 41-45 sebanyak 1 orang (11%). Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa berdasarkan kelompok umur.


(45)

Berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa kadar gula darah yang hipoglikemi paling banyak pada laki-laki sebanyak 15 orang (60%) dan perempuan sebanyak 10 orang (40%). Normoglikemi paling banyak pada laki-laki sebanyak 15 orang (58%) dan perempuan 11 orang (42%). Hiperglikemi pada perempuan sebanyak 5 orang(55%) dan laki-laki sebanyak 4 orang (45%). Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa berdasarkan jenis kelamin.

Berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa kadar dula darah puasa yang hipoglikemi paling banyak pada SD sebanyak 8 orang (32%), SLTP sebanyak 7 orang (28%), PT sebanyak 6 orang (24%) dan SLTA sebanyak 4 orang (16%). Normoglikemi paling banyak pada SLTP sebanyak 8 orang ( 31%), SD sebanyak 7 orang (27%), SLTA sebanyak 7 orang (27%) dan PT sebanyak 4 orang (15%). Hiperglikemi paling banyak pada SLTP sebanyak 5 orang (56%), SD sebanyak 3 orang (33%) dan PT sebanyak 1 orang (11%). Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa berdasarkan tingkat pendidikan.

Dalam penelitian yang dilakukan Dixon dan kawan-kawan kemiskinan, ketidakstabilan kondisi hidup dan pencapaian pendidikan lebih rendah dari yang diharapkan, semua terkait dengan skizofrenia, dan meningkatkan risiko obesitas, diabetes dan hal lainnya yang merugikan kesehatan


(46)

sebanyak 18 orang (72%), dan yang bekerja sebanyak 7 orang (28%). Normoglikemi paling banyak pada kelompok yang tidak bekerja sebanyak 15 orang (58%) dan yang bekerja sebanyak 11 orang (42%). Hiperglikemi yang paling banyak pada kelompok yang tidak bekerja sebayak 5 orang (56%) dan yang bekerja sebanyak 4 orang (44%). Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa berdasarkan pekerjaan.

Berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat bahwa kadar gula darah puasa yang hipoglikemi paling banyak tinggal di Medan sebanyak 15 orang(60%) dan diluar Medan sebanyak 10 orang (40%). Normoglikemi paling banyak paling banyak tinggal di Medan sebanyak 15 orang (58%) dan diluar Medan sebanyak 11 orang (42%). Hiperglikemi paling banyak tinggal diluar Medan sebanyak 5 orang (56%) dan di Medan sebanyak 4orang (44%). Tidak terdapat perbedaan bermakna kadargula darah puasa berdasarkan tempat tinggal.


(47)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap 60 orang kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU didapati paling banyak kadar gula darah puasanya dalam keadaan normoglikemi sebanyak 26 orang (44%). Terdapat perbedaan bermakna berdasarkan tingkat pendidikan. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin pekerjaan dan tempat tinggal.

Pada hasil penelitian ini penulis masih merasakan banyaknya kekurangan yang ditemukan seperti tidak menghubungkan faktor masalah kebiasaan perilaku kesehatan yang buruk, diet yang buruk, kurangnya olah raga, kebiasaan merokok seperti yang pernah diteliti oleh Brown dkk. Faktor etnis seperti yang dituliskan Lindenmeyer, faktor genetik seperti yang dituliskan Dynes dkk, Mukherjee dkk, Cheta dkk, Lamberti dkk, maupun Shiloah dkk. Kemudian faktor kemiskinan seperti yang dituliskan Dixon dkk. Hal tersebut terjadi karena kurang mendalamnya wawancara yang dilakukan penulis terhadap responden.

6.2. Saran


(48)

dapat membantu klinisi dalam memberikan penatalaksanaan pada pasien skizofrenik. Perlunya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa kepada pasien skizofrenia yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU sebagai skrining pertama untuk mengurangi bekembangnya Diabetes Mellitus tipe 2, mengigat banyaknya penderita skizofrenik walaupun belum mengkonsumsi obat anti psikotik tetapi mengalami hiperglikemi sebanyak 9 orang (14%).

Perlu juga dilakukan penelitian yang lebih luas dan subjek penelitian yang lebih besar untuk menjawab hubungan kadar gula darah puasa dengan dan kebijakan pemberian obat-obatan yang akan diberikan terutama pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum pernah mengkonsumsi obat antipsikotik.


(49)

BAB 7. RINGKASAN

Skizofrenia adalah masalah kesehatan umum di seluruh dunia yang memerlukan banyak biaya personal dan ekonomi. Skizofrenia menyerang kurang dari 1% populasi dunia

Dampak psikosis terhadap toleransi glukosa pada pasien drug-naive dengan skizofrenia episode pertama telah dilaporkan oleh Ryan dkk padatahun 2003, yang membandingkan 26 pasien dengan skizofrenia dan sejumlah peserta kontrol yang sama untuk usia dan jenis kelamin.

Tujuan Umum : Untuk mengetahui kadar gula darah pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik. Tujuan khusus penelitian ini adalah Untuk mendapatkan informasi tentang kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengutahui hubungan kadar gula darah puasa dengan karakteristik demografik pada pasien skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara periode 1 Nopember 2010 sampai dengan 31 Desember 2010. Sampel penelitian adalah pasien skizofrenik episode pertama. Pemilihan sampel dengan cara non probability sampling jenis consecutive sampling. Pasien yang menjadi


(50)

eksklusi serta telah mendapat penjelasan terperinci dalam penelitian. Selanjutnya pasien diambil sampel darahnya sekitar pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.00 pagi. Sebelum diambil sampel darahnya di anjurkan untuk puasa terlebih dahulu selama 10 sampai 12 jam. Selanjutnya sampel darahnya diperiksakan dilaboratorium untuk dihitung kadar gula darah puasanya.


(51)

DAFTAR RUJUKAN

1. Saddock BJ, Saddock VA. Dalam Kaplan & Saddock’s Synopsys of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Edisi Kesepuluh. Philadelphia: Lippincott William& Wilkins: 2007. h.467-97.

2. Dinan TG. Stress and The Genesis of Diabetes Mellitus in Schizophrenia. British Journal of Psychiatry 2004 ; 184 (suppl.47), s72-s75.

3. Thakore JH. Metabolic Disturbance in First-episode Schizophrenia. British Journal of Psychiatry 2004 ; 184 (suppl.47), s76-s79.

4. Holt R, Bushe C. Prevalence of Diabetes and Impaired Glucose Tolerance in Patients with Schizophrenia. British Journal of Psychiatry 2004 ; 184 (suppl.47), s67-s71.

5. Meltzer HY, Fateni SH. Schizophrenia. Dalam: Elbert MH, Loosen PT, Nurcombe B. eds. Current Diagnosis & Treatment In Psychiatry. New York: Lange Medical Books/Mc Graw-Hill; 2000. h. 261-69.

6. Buchanan RW. Carpenter TW. Concept of Scizophrenia. Dalam: Saddock BJ, Saddock VA. Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol 1. Edisi Kedelapan Philadelphia: Lippincott William& Wilkins: 2005, h. 1329-45


(52)

7. Gelder M, Harrison P Cowen P. Shorter Oxford Textbook of Psychiatry. Edisi kelima, New York; Oxford University Press, 2006. h. 268-306.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) . Jakarta, 1993: 105-109.

9. Saddock BJ, Saddock VA. Dalam Kaplan & Saddock’s Synopsys of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Edisi Kesembilan. Philadelphia: Lippincott William& Wilkins: 2007. h.467-97

10. Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia. Dalam : Kaplan & Saddock Pocket Handbook of Clinical Psychiatry. Edisi keempat. Philadelphia: Lippincott William& Wilkins: 2005. h.117-31.

11. Joel E.D. Michael I, Francis JK, Murray B.S. Stress and Psychiatry. Dalam Kaplan & Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume II, Edisi kedelapan. Philadelphia: Lippincott William& Wilkins: 2005. h.2180-95.

12. Ryan MCM, Collin P, Thakore JH. Impaired Fasting Glucose Tolerance in First-episode, Drug-Naïve Patients with Scizophrenia. Am J Psyciatry 2003; 160:284-289.

13. Suastika K. Obat anti Psikotik dan Sindrom Metabolik. Udayana University Press 2008

14. Peet M 2004. Diet, Diabetes and Schizophrenia. British Journal of Psychiatry; 184 (Suppl. 47): s102-s105.


(53)

15. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi penelitian Klinis. Edisi Ketiga, Jakarta; Sagung Seto 2002. h. 144-64.


(54)

Lampiran 1:

1. Personil penelitian

Nama : dr. Muhammad Yusuf

Jabatan : Peserta PPDS-I Ilmu Kedokteran Jiwa FK-USU/ RSHAM

2. Biaya Penelitian

1. Pemeriksaan Laboratorium : Rp. 1.200.000 2. Akomodasi dan transportasi : Rp. 3.000.000 3. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 3.000.000 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 2.000.000

Jumlah : Rp. 9.200.000

3. Jadwal Penelitian

Bulan  Nopember  Desember  Januari 

Minggu  1  2  3  4  1  2  3  4  1 

Persiapan       

Persiapan Data       

Analisa Data       

Seminar Hasil       


(55)

Lampiran 2:

LEMBAR PENJELASAN KEPADA KELUARGA

Bapak/Ibu Sdr/i Yth:

Saat ini saya akan meneliti tentang kadar gula darah pada pasien skizofrenia episode pertama. Perlu diketahui bahwa ada dugaan bahwa terjadi peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenia episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik. Pada penelitian ini saya akan melakukan pengambilan contoh darah dari Bapak/Ibu Sdr/i yaitu dengan tahapan sebagai berikut:

- Darah akan diambil pada pembuluh darah di bagian lengan atau tangan.

- Dilakukan oleh tenaga yang ahli yang sudah terampil dalam mengambil contoh darah.

- Daerah lengan yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dibersihkan dengan bahan anti kuman agar tidak terjadi infeksi kuman.

- Dengan menggunakan jarum suntik darah akan diambil sebanyak 1 cc/ml.


(56)

Partisipasi pasien dalam hal ini bersifat sukareladan anpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu Sdr/I menolak untuk berpartisipasi dalam hal penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembaran persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka Bapak/Ibu Sdr/i dapat menghubungi saya : dr. Muhammad Yusuf, Departemen Psikiatri, telp 061-76270684 atau 08126071291. Terimakasih atas perhatiannya.

Medan, 2010

Hormat Saya


(57)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……….

Umur : ………..

Jenis kelamin : ………..

Alamat : ………..

Hubungan dengan pasien : ………..

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Kadar gula darah puasa pada penderita skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat antipsikotik” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut maka saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian ini.

Medan,………2010


(58)

Lampiran 4

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor : Tanggal :

No. Medical Record :

A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan :

6. Alamat :

7. Berat badan :

B. Diagnosis : Skizofrenia


(59)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : Muhammad Yusuf

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir : Medan, 12 Juni 1973

Agama : Islam

Alamat : Jl. Brigjend Zein Hamid No. 7 DD Titi Kuning - Medan

Telepon : 061-76270684

Riwayat Pendidikan

Tahun 1980-1986 : SD Alwashliyah Medan Tahun 1986-1989 : SMP Negeri 4 Medan Tahun 1989-1992 : SMA Kesatria Medan

Tahun 1992-2002 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas

Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

Tahun 2008 - sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Riwayat Pekerjaan


(60)

Tahun 2006- Sekarang : Dokter PNS di BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara.


(1)

Lampiran 2:

LEMBAR PENJELASAN KEPADA KELUARGA

Bapak/Ibu Sdr/i Yth:

Saat ini saya akan meneliti tentang kadar gula darah pada pasien skizofrenia episode pertama. Perlu diketahui bahwa ada dugaan bahwa terjadi peningkatan kadar gula darah puasa pada pasien skizofrenia episode pertama yang belum mengkonsumsi obat anti psikotik. Pada penelitian ini saya akan melakukan pengambilan contoh darah dari Bapak/Ibu Sdr/i yaitu dengan tahapan sebagai berikut:

- Darah akan diambil pada pembuluh darah di bagian lengan atau tangan.

- Dilakukan oleh tenaga yang ahli yang sudah terampil dalam mengambil contoh darah.

- Daerah lengan yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dibersihkan dengan bahan anti kuman agar tidak terjadi infeksi kuman.

- Dengan menggunakan jarum suntik darah akan diambil sebanyak 1 cc/ml.

Hasil dari kadar gula darah yang akan saya sampaikan kepada Bapak/Ibu Sdr/i agar dapat diketahui bersama.


(2)

Partisipasi pasien dalam hal ini bersifat sukareladan anpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu Sdr/I menolak untuk berpartisipasi dalam hal penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembaran persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka Bapak/Ibu Sdr/i dapat menghubungi saya : dr. Muhammad Yusuf, Departemen Psikiatri, telp 061-76270684 atau 08126071291. Terimakasih atas perhatiannya.

Medan, 2010

Hormat Saya


(3)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……….

Umur : ………..

Jenis kelamin : ………..

Alamat : ………..

Hubungan dengan pasien : ………..

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Kadar gula darah puasa pada penderita skizofrenik episode pertama yang belum mengkonsumsi obat antipsikotik” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut maka saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian ini.

Medan,………2010


(4)

Lampiran 4

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor : Tanggal :

No. Medical Record :

A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 4. Pekerjaan :

5. Pendidikan :

6. Alamat :

7. Berat badan :

B. Diagnosis : Skizofrenia


(5)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : Muhammad Yusuf

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir : Medan, 12 Juni 1973

Agama : Islam

Alamat : Jl. Brigjend Zein Hamid No. 7 DD Titi Kuning - Medan

Telepon : 061-76270684

Riwayat Pendidikan

Tahun 1980-1986 : SD Alwashliyah Medan Tahun 1986-1989 : SMP Negeri 4 Medan Tahun 1989-1992 : SMA Kesatria Medan

Tahun 1992-2002 : Pendidikan Dokter Umum di Fakultas

Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

Tahun 2008 - sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Riwayat Pekerjaan


(6)

Tahun 2006- Sekarang : Dokter PNS di BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Pasien Skizofrenik Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang telah diterapi antipsikotik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara”

2 71 61

Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Antara Pasien Skizofrenik Laki-laki dan Perempuan yang Diterapi dengan Risperidon

0 51 74

Profil Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Mellitus Dihubungkan Dengan Kadar Gula Darah Puasa

0 57 62

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Tahun 2013

3 10 59

Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa dengan Profil Lipid pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Periode Januari 2012-April 2013

3 34 70

HUBUNGAN KADAR KREATININ SERUM DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Hubungan Kadar Kreatinin Serum dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Pasien Diabetes melitus Tipe 2 di RSUD Dr.Sayidiman Kabupaten Magetan.

0 7 9

HUBUNGAN KADAR KREATININ SERUM DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Hubungan Kadar Kreatinin Serum dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Pasien Diabetes melitus Tipe 2 di RSUD Dr.Sayidiman Kabupaten Magetan.

0 5 13

Hubungan Kadar Gula Darah Puasa dan pH saliva pada Pasien DM Tipe 2.

1 8 4

Asupan Vitamin C dan E Tidak Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2

0 1 14

PROFIL KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN

0 2 11