Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Antara Pasien Skizofrenik Laki-laki dan Perempuan yang Diterapi dengan Risperidon

(1)

PERBANDINGAN PENINGKATAN KADAR PROLAKTIN ANTARA PASIEN SKIZOFRENIK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

YANG DITERAPI DENGAN RISPERIDON

TESIS

OLEH

SUPERIDA BR GINTING SUKA Nomor Registrasi CHS : 19267

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERBANDINGAN PENINGKATAN KADAR PROLAKTIN ANTARA PASIEN SKIZOFRENIK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

YANG DITERAPI DENGAN RISPERIDON

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Keahlian Dalam Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

OLEH

SUPERIDA BR GINTING SUKA 087106006

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Tesis : Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Antara Pasien Skizofrenik Laki-laki dan Perempuan yang Diterapi dengan Risperidon.

Nama Mahasiswa : Superida Br Ginting Suka Nomor Registrasi CHS : 19267

Program : Spesialisasi

Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. dr. Bahagia Loebis,Sp.KJ (K) dr.Mustafa .M.Amin, M.Ked.KJ,MSc,Sp.KJ

An Ketua Departemen Ketua Program Studi Sekretaris Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Ilmu Kedokteran Jiwa

dr. Vita Camellia,M.Ked.KJ,Sp.KJ DR.dr.Elmeida Effendy,M.Ked.KJ,Sp.KJ(K) NIP.19780404 200501 2 002 NIP.19725011999 2 004


(4)

PERNYATAAN

Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Antara

Pasien Skizofrenik Laki-laki dan Perempuan

yang Diterapi dengan Risperidon.

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.

Medan, Januari 2015


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang karena limpahan berkat dan kasih sayangNya tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas yang ada sebelumnya dan memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi keahlian dalam bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

Sebagai manusia, saya menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaaan khususnya tentang:

PERBANDINGAN PENINGKATAN KADAR PROLAKTIN ANTARA PASIEN SKIZOFRENIK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG DITERAPI DENGAN

RISPERIDON

Dengan selesainya penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. DR.dr.Elmeida Effendy,M.Ked.K.J.Sp.K.J, selaku Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK-USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang penuh


(6)

kesabaran dan ketelitian membimbing, mengoreksi dan memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Prof.dr. Bahagia Loebis, Sp.K.J(K), selaku pembimbing serta guru penulis yang penuh kesabaran membimbing, memberikan pengarahan, masukan-masukan dan memberikan literatur-literatur yang sangat berharga bagi penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. dr.H.Harun Thaher Parinduri Sp.K.J(K), selaku guru dan pembimbing penulis, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Prof.dr.H.M. Joesoef Simbolon Sp.K.J(K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Alm. dr.H. Syamsir BS, Sp.K.J(K), selaku guru penulis yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis. 7. dr.Raharjo Suparto, Sp. K.J, selaku guru penulis yang banyak

memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. dr. Vita Camellia,M.Ked.K.J.Sp.K.J, selaku Sekertaris departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK USU dan guru penulis yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. dr. M. Surya Husada,M.Ked.K.J.Sp.K.J, selaku Sekertaris Program Studi Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK-USU dan guru penulis yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10. dr. Mustafa M.Amin,M.Ked.K.J,M.Sc,Sp.K.J selaku pembimbing dan guru penulis yang banyak memberikan bimbingan dan masukan-masukan berharga dalam penyelesaian tesis ini.


(7)

11. dr. Dapot P.Gultom, Sp.K.J, M.Kes selaku guru penulis yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

12. dr. Vera Marpaung, Sp.K.J, M.Kes selaku guru penulis yang banyak memberikan masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

13. Alm.dr.Herlina Ginting Sp.K.J, selaku guru peneulis yang banyak memberikan masukan- masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

14. dr.Mawar Gloria Tarigan, Sp.K.J, selaku guru yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

15. dr.Juskitar, Sp. K.J, selaku guru penulis yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

16. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.K.J, selaku guru penulis yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

17. dr. Donald F. Sitompul, Sp.K.J, dr.Rosminta Girsang, Sp.K.J, dr. Artina R. Ginting, Sp.K.J, Alm.dr.Hj. Sulastri Effendi, Sp.K.J, dr. Mariati, Sp.K.J, dr. Evawati Siahaan, Sp.K.J, dr. Paskawani Siregar, Sp.K.J, dr. Citra J. Tarigan, Sp.K.J, dr. Adhayani Lubis, Sp.K.J, dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp.K.J, dr. Juwita Saragih, Sp.K.J, dr. Evalina Perangin-angin, Sp.K.J, dr. Friedrich Lupini, Sp.K.J, dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp.K.J, dr. Laila S. Sari, Sp.KJ, dr. Victor E. Pinem, Sp.KJ, dr. Siti Nurul Hidayati, Sp.KJ, dr. Lailan Sapinah Sp.K.J, dr. Silvy Agustina, Sp.K.J, dr. Ira Aini Dania, M.Ked.K.J, Sp.K.J, dr. Mila Astari Harahap, M.Ked.K.J, Sp.K.J, dr.Baginda Harahap, M.Ked.K.J, Sp.K.J, dr. Ricky Wijaya Tarigan, M.Ked.K.J, Sp.K.J, sebagai senior yang banyak memberikan


(8)

bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis dalam mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18. Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan, direktur RSU dr. Pirngadi Medan, Direktur RS Tembakau Deli Medan atas izin , kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

19. KA.Biddokes Polda Sumut dan KA.Rumkit Bhayangkara Polda Sumut Medan yang telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas dan masukan-masukan yang sangat berharga kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

20. Prof.dr. Hj. Habibah Hanum Nasution, Sp.PD,K-Psi, selaku Kepala Divisi Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, yang telah menerima dan membimbing penulis selama belajar di stase Divisi Psikosomatik Ilmu Penyakit Dalam FK USU.

21. dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Syaraf dan dr. Yuneldi Anwar, SpS(K), selaku Ketua Program Studi Departemen Ilmu Penyakit Syaraf serta dr. Khairul Surbakti, SpS, dr.Dina Listyanigrum, SpS, Msi, selaku pembimbing penulis selama belajar di Departemen Ilmu Penyakit Syaraf FK USU.

22. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, selaku Kepala Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU dan dr. Pirma Siburian, Sp.PD-K.Ger, yang telah menerima dan membimbing saya selama belajar di stase Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU.

23. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU : dr. Herny T. Tambunan, M.Ked.K.J, dr. M. Yusuf Siregar, M.Ked.K.J, dr. Ferdinan Leo Sianturi M.Ked.K.J, dr. Hanip Fahri, M.Ked.K.J, dr.


(9)

Saulina D. Simanjuntak, M.Ked.K.J, dr. Lenni C. Sihite, M.Ked.K.J, dr. Andreas Xaverio Bangun, M.Ked.K.J, dr. Dian Budianti Amalina, M.Ked.K.J, dr.Duma M. Ratnawati M.Ked.K.J, dr. Tiodoris Siregar, M.Ked.K.J, dr. Endang Sutry Rahayu,M.Ked.K.J, dr. Nauli Aulia Lubis, M.Ked.K.J, dr. Nanda Sari Nuralita, M.Ked.K.J, dr. Agussyah Putra, M.Ked.K.J, dr. Wijaya Taupik Tiji, M.Ked.K.J, dr. Alfi Syahri Rangkuti, M.Ked.K.J, dr. Rini Gusya Liza, M.Ked.K.J, dr. Gusri Girsang, M.Ked.K.J, dr. Dessy Mawar Zalia, M.Ked.K.J, dr. Dessy Wahyuni,M.Ked.K.J, dr. Susiati,M.Ked.K.J, dr. Annisa Fransiska,M.Ked.K.J, dr. Ritha Mariati,M.Ked.K.J, dr. Reni Fransiska Barus,M.Ked.K.J, dr. Nining Gilang Sari, M.Ked.K.J, dr. Nazli Mahdinasari Nasution,M.Ked.K.J, dr. Rosa Yunilda,M.Ked.K.J, dr. Arsusi, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Poltak Jeremias Sirait,M.Ked.K.J, dr. Muhammad Affandy, dr. Manahap Pardosi, dr. Novi Prasanti, dr. Endah Tri Lestari,M.Ked.K.J, dr. Deasy Hendriati,M.Ked.K.J, dr. Rona Hanani Simamora, dr.Novita Linda Akbar, dr.Trisna Marni, dr.Catherine Chong, dr.Cindy yang memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis baik dalam pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan master referat ini dan selama penulis mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

24. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

25. Teman-teman layanan digital perpustakaan USU, Evi Yulifimar S.Sos, Dian Hartati S.Sos, M.Salim A.Md, Hery Satria Nasution


(10)

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas selama mengikuti pendidikan spesialis.

26. Buat kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan cintai, bapak Simon Ginting dan Ibu Rehmalem Br Tarigan, yang telah dengan susah payah membesarkan, mendidik, memberi rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis selama ini. Demikian juga kepada abang, kakak dan adik : Alm.Drs. Riswan Ginting, Sukaria br Ginting, AKBP.dr. Anthonius Ginting, SpOG, MARS, Maspelita br Ginting, KOMPOL.dr. Martinus Ginting, Sp.P, Alm. IPTU.Eddy Ginting, atas dorongan semangat dan doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialis.

27. Buat kedua mertua saya yang sangat penulis hormati dan cintai: Bapak Adma Tarigan dan Ibu Dem Br Ginting, Spd, buat abang, kakak dan adik ipar yang penulis hormati dan sayangi, Ruth br Sitepu, Alm. Udin Sembiring, Roswitha Bukit, SE.Ak, Rasidin Tarigan, dr. Solie Foes, Gelora Adil Ginting, SH, MH, dr. Juliyanti Tarigan, Nora Novita Tarigan,ST, MM, Mayor (CPN) Armanta Ginting, Ssi dan kepada seluruh keponakan-keponakan saya yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialis.

28. Buat suamiku tercinta: Dael Tarigan Sibero, SE.Ak, tiada kata yang terindah yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan saya seorang suami yang baik dan sangat pengertian, terimakasih atas segala doa, dukungan, dorongan semangat, kesabaran dan pengorbanan atas waktu dan material yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

29. Buat kedua buah hati penulis yang tersayang : Hans Sergio Keiji Sibero dan Callista Viola Candy Sibero, terimakasih atas doa dan


(11)

dukungan, kesabaran dan kesempatan yang tidak dapat dihabiskan bersama-sama kalian dalam suka cita dan keriangan selama penulis menjalani pendidikan spesialisasi.

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan bermohon semoga Tuhan yang memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, sahabat dan handaitolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terimakasih.

Medan, Januari 2015


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing i

Ucapan Terimakasih ii

Daftar Isi iii

Daftar Tabel iv

Daftar Singkatan dan Lambang v

Abstrak vi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Hipotesis 5

1.4. Tujuan Penelitian 5

1.5. Manfaat Penelitian 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1. Skizofrenia 6

2.2. Prolaktin 10

2.3. Risperidon 16

2.4. Kerangka teori 19

2.5. Kerangka konsep 20

BAB 3. METODE PENELITIAN 21

3.1. Desain Penelitian 21

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 21

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 21

3.4. Subjek dan Cara Pemilihan Sampel 21

3.5. Estimasi Besar Sampel 22

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 23

3.7. Persetujuan/ informed Consent 23

3.8. Etika Penelitian 23

3.9. Alur Penelitian 24


(13)

3.11. Identifikasi variable 25

3.12. Definisi Operasional 26

3.11. Kerangka Operasional 27

3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 27

BAB 4. HASIL 28

BAB 5. PEMBAHASAN 35

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 42

6.1. Kesimpulan 42

6.2 Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN

1. Lembaran Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ( Informed Consent) 3. Data Subjek Peneletian

4. Riwayat Hidup Peneliti

5. Surat Persetetujuan Ikut Dalam Penelitian 6. Surat Persetujuan Komite Etik


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 4.2 Perbandingan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3 Perbandingan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin dan Dosis Obat

Tabel 4.4 Perbandingan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Tabel 4.5 Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.6 Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Berdasarkan Dosis Risperidon


(15)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah FDA : Food and Drug Association GH : Growth Hormon

H1 : Histamin

PPDGJ-III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa – III PRL : Prolaktin


(16)

ABSTRAK

Objektif : Untuk mengetahuiperbandingan peningkatan kadar

prolaktin antara pasien skizofrenik laki-laki dan

perempuan yang diterapi dengan risperidon setelah 4 minggu pengobatan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional

yang bersifat analitik untuk melihat perbandingan peningkatan kadar prolaktin antara pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan yang diterapi dengan risperidon yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU Medan, selama periode Juni 2014 sampai dengan Agustus 2014, pengambilan sampel darah dilakukan oleh teknisi dari laboratorium yang ditunjuk.

HASIL : Dari 116 subjek penelitian didapati bahwa Perbedaan

peningkatan kadar prolaktin pasien skizofrenik laki-laki 2,3 kali dari nilai normal, sedangkan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik perempuan 5, 49 kali dari nilai normal. Peningkatan kadar prolaktin berdasarkan kelompok umur dijumpai perbedaan bermagna pada perempuan yakni kelompok umur 18-38 tahun sekitar 5,53 kali dari nilai normal dengan dosis 4 mg didapati peningkatan 5,51 kali dari nilai normal (SD ± 2,93) dan nilai p<0,001.

KESIMPULAN : Didapati peningkatan kadar prolaktin lebih tinggi pada perempuan berdasarkan kelompok umur juga dosis obat.


(17)

ABSTRAK

Objektif : Untuk mengetahuiperbandingan peningkatan kadar

prolaktin antara pasien skizofrenik laki-laki dan

perempuan yang diterapi dengan risperidon setelah 4 minggu pengobatan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional

yang bersifat analitik untuk melihat perbandingan peningkatan kadar prolaktin antara pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan yang diterapi dengan risperidon yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU Medan, selama periode Juni 2014 sampai dengan Agustus 2014, pengambilan sampel darah dilakukan oleh teknisi dari laboratorium yang ditunjuk.

HASIL : Dari 116 subjek penelitian didapati bahwa Perbedaan

peningkatan kadar prolaktin pasien skizofrenik laki-laki 2,3 kali dari nilai normal, sedangkan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik perempuan 5, 49 kali dari nilai normal. Peningkatan kadar prolaktin berdasarkan kelompok umur dijumpai perbedaan bermagna pada perempuan yakni kelompok umur 18-38 tahun sekitar 5,53 kali dari nilai normal dengan dosis 4 mg didapati peningkatan 5,51 kali dari nilai normal (SD ± 2,93) dan nilai p<0,001.

KESIMPULAN : Didapati peningkatan kadar prolaktin lebih tinggi pada perempuan berdasarkan kelompok umur juga dosis obat.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Skizofrenia adalah gangguan yang paling penting dan paling lazim dalam kelompok gangguan psikotik. Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap dipertahankan, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia mencapai sekitar 0,85% dari populasi dunia. Hal ini ditemukan dalam semua masyarakat dan geografis daerah. Skizofrenia telah lama diakui sebagai gangguan kejiwaan yang paling parah dan melemahkan. Biaya keuangan dari penyakit ini di Amerika Serikat tinggi, diperkirakan untuk biaya lebih dari 40 miliar pertahun, tetapi tidak langsung biaya yang dibayar oleh pasien dan keluarga mereka yang tak ternilai. Skizofrenia jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dari setiap negara.2

Skizofrenia merupakan suatu bentuk gangguan psikotik yang berat, dan cenderung menjadi kronis. Walaupun skizofrenia merupakan penyakit tunggal, tetapi mungkin saja merupakan sekumpulan kelainan yang terdiri dari berbagai etiologi, dan meliputi gambaran klinis, respons pengobatan dan rangkaian penyakit yang bervariasi. Prevalensi skizofrenia antara laki-laki dan perempuan sama, namun berbeda dalam timbulnya serangan pertama.


(19)

Laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 tahun sampai 35 tahun. Awitan skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.1,3

Selama lebih dari 50 tahun obat antipsikotik telah menjadi pilar dalam pengobatan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Semua obat antipsikotik saat ini memiliki kekuatan untuk memodulasi dopamin. Efek antipsikotik diasumsikan diberikan melalui gangguan pada neuron dopaminergik dari sistem mesolimbik. Reseptor-reseptor D2 dopamin tidak terbatas pada struktur mesolimbik, namun struktur dan reseptor populasi secara eksklusif terkait dengan gejala dan masalah fungsional yang menjadi ciri gangguan psikotik. 4

Risperidon memasuki uji klinis pada awal 1990-an dan sekarang menjadi umum digunakan. Senyawa antipsikotik atipikal dengan afinitas tinggi untuk D2 dopamin dan serotonin reseptor 5-HT2. Banyak studi menunjukkan bahwa risperidon efektif dalam pengobatan baik gejala positif, negatif dan gejala afektif pada skizofrenia, dan bahwa frekuensi efek samping ekstrapiramidal lebih rendah dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Namun risperidon sebagai antipsikotik atipikal dapat menimbulkan peningkatan substansial prolaktin serum selama pengobatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.4

Prolaktin ditemukan lebih dari 60 tahun yang lalu sebagai hormon yang merangsang pertumbuhan biasanya terkait dengan menyusui. Namun telah diterima juga dalam peran fungsi biologis lainnya seperti fungsi


(20)

reproduksi, metabolisme glukosa dan dalam pengaturan sistem kekebalan tubuh. O’Hman dan Axelsson telah mengeksplorasi secara rinci tentang faktor-faktor yang mengatur sekresi prolaktin. Sekresi prolaktin dari lobus anterior hipofisis berada di bawah stimulasi tonik oleh hipotalamus. Dopamin, dilepaskan dari neuron yang merupakan faktor penghambatan pada sekresi prolaktin. Setelah antipsikotik memblokir reseptor dopamin, maka ada peningkatan kadar-prolaktin. Respons prolaktin mungkin mencerminkan kemanjuran blokade respons dopamin dalam sistem tuberoinfundibular dan karena itu berpotensi juga mencerminkan efek antipsikotik yang diberikan struktur otak yang lain. Antipsikotik konvensional, khususnya dosis tinggi, dan risperidon yang merupakan antipsikotik atipikal, dapat menyebabkan peningkatan prolaktin yang signifikan. Telah dikemukakan bahwa adalah 9-OH-metabolit, yang dominan berperan dalam efek risperidon pada pelepasan prolaktin.

Pengaruh skizofrenik terhadap sekresi prolaktin tidak sepenuhnya jelas. Batas-batas yang luas saat ini definisi klinis skizofrenia, bersama-sama dengan bebagai proses di SSP yang terlibat dalam patobiologi dari gangguan psikotik yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar prolaktin, membuat koherensi penjelasan yang sulit. Sebagai keragaman keefektifan klinis antipsikotik atipikal dan studi pencitraan fungsional telah menunjukkan, bahwa pasien skizofrenia akan menampilkan berbagai kelainan reseptor.

4


(21)

serotonin, α1 dan α2 adrenoseptor, muscarinic cholinergic receptors, histamin, GABA, sigma reseptor opioid, dan sistem glutamat.5

Sementara hampir sebahagian besar antipsikotik menimbulkan hiperprolaktinemia, antipsikotik atipikal yang paling tidak menyebabkan elevasi berkelanjutan dalam kadar prolaktin. Menurut penelitian Goldstein pada tahun 1999 bahwa, risperidon menginduksi hiperprolaktinemia setidaknya ke tingkat yang sama dengan yang ada pada neuroleptik konvensional.5

1.2. Perumusan masalah

Hal inilah yang membuat penulis ingin melakukan penelitian tentang peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik yang diobati dengan risperidon walaupun telah kita ketahui bahwa kadar prolaktin memang lebih tinggi pada perempuan. Namun dalam hal ini penulis bermaksud untuk mengetahui berapa kali peningkatan kadar prolaktin pada laki-laki dan perempuan pasien skzofrenik yang diterapi dengan risperidon.

Apakah terdapat perbedaan peningkatan kadar prolaktin antara pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan yang diterapi dengan risperidon?

1.3. Hipotesis

Terdapat perbedaan peningkatan kadar prolaktin antara pasien skizofrenik laki-laki dengan pasien skizofrenik perempuan.

1.4. Tujuan Penelitian


(22)

Untuk mengetahui perbandingan peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan yang diterapi dengan risperidon.

1.4.2. Tujuan Khusus Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik demografik subjek penelitian

2. Untuk mengetahui kadar prolaktin pada pasien skizofrenia laki-laki yang diterapi dengan risperidon

3. Untuk mengetahui kadar prolaktin pada pasien skizofrenia perempuan yang diterapi dengan risperidon

4. Untuk mengetahui peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik laki-laki yang diterapi dengan risperidon

5. Untuk mengetahui peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik perempuan yang diterapi dengan risperidon

6. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan yang diterapi dengan risperidon.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya atau penelitian serupa atau peneliti lain yang menggunakan penelitian ini sebagai bahan acuan.


(23)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia

Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif, perilaku, dan emosional tetapi tidak ada gejala tunggal yang patognomonik dari gangguan. Diagnosis melibatkan adanya pengakuan sekumpulan tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan pada fungsi pekerjaan atau sosial. Individu dengan gangguan tersebut akan beragam secara substansial pada kebanyakan gambaran, seperti skizofrenia adalah sindrom klinis yang heterogen.

Individu yang menderita skizofrenia mungkin menampilkan afek yang tidak sesuai, mood yang disforik yang dapat berbentuk depresi, ansietas, atau kemarahan, pola tidur yang terganggu, dan kurangnya minat untuk makan atau penolakan terhadap makanan. Depersonalisasi, derealisasi dan kekuatiran somatik dapat terjadi dan kadang-kadang sampai mencapai proporsi waham, ansietas dan fobia umum dijumpai.

6

Pedoman diagnosis berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa –III (PPDGJ-III):

6

a. Pikiran bergema (thought echo), penarikan pikiran atau penyisipan (thought withdrawal atau thought insertion), dan penyiaran pikiran


(24)

(thought broadcasting). Waham dikendalikan (delusion of being control), waham dipengaruhi (delusion of being influenced), atau

passivity, yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau

pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensation) khusus, waham persepsi.

b. Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien atau sekelompok orang yang sedang mendiskusikan pasien, atau halusinasi suara lainnya yang datang beberapa bagian tubuh.

c. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan manusia super (tidak sesuai dengan budaya dan sangat tidak atau tidak masuk akal, misalnya mampu berkomunikasi dengan makhluk asing yang datang dari planet lain).

d. Halusinasi yang menetap pada berbagai modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang / melayang maupun yang berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

e. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoheren atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.


(25)

f. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativism, mutisme, dan stupor.

g. Gejala-gejala negative, seperti sikap masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti,dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi hsrus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika,

h. Perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Pedoman diagnostik

Persyaratan yang normal untuk diagnostik skizofrenia adalah harus ada sedikitnya satu gejala tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut diatas, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih.

Ada bukti kuat bahwa jenis kelamin memodulasi gambaran klinis dan skizofrenia. Jalannya penyakit ini lebih ringan pada perempuan dibandingkan pada laki-laki; perempuan rata-rata memiliki usia lebih lanjut pada awitan,


(26)

episode psikotik akut lebih singkat dan lebih jarang, gejala negatif lebih ringan, fungsi pramorbid yang lebih baik, dan respons pengobatan yang lebih baik terhadap obat antipsikotik dibandingkan dengan laki-laki. Namun, bukti masih samar-samar mengenai perbedaan jenis kelamin dalam hal defisit neurokognitif dan dalam respons terhadap pengobatan antipsikotik. Beberapa studi neuropsikologi menemukan laki-laki menjadi lebih terganggu dibandingkan perempuan.

Untuk meminimalkan efek samping yang dihasilkan, harus ada lagi interval antara dosis pada perempuan dibandingkan laki-laki. Perempuan mengalami siklus menstruasi dan banyak mengkonsumsi pil kontrasepsi selama masa dewasa. Apa yang diketahui tentang interaksi antar hormon dan antipsikotik? Dosis pada perempuan harus diubah selama siklus menstruasi, kehamilan, pasca persalinan, dan menopause. Perempuan dalam pengobatan skizofrenia, lebih banyak dari laki-laki, mengkonsumsi berbagai obat tambahan selain antipsikotik. Dengan kata lain, ada lebih banyak kesempatan interaksi obat, yang berpuncak pada kemungkinan diturunkan atau menaikkan serum level antipsikotik.

7

8

Pada pasien skizofrenik, perbedaan jenis kelamin mempengaruhi respons obat

yang meliputi:

Diagnosis tertunda pada perempuan

.

Gejala defisit yang lebih umum pada laki-laki

.


(27)

• Perempuan memiliki masalah komorbiditas (masalah mood, gangguan tidur, kondisi nyeri, alergi, gangguan endokrin, gangguan makan, gangguan kepribadian, gangguan psikofisiologis), mereka memerlukan obat yang lebih secara bersamaan.8

Laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan dalam semua variabel, baik sebagai hasilnya dari aksi hormon seks-spesifik atau berbeda peran jenis kelamin. Hasil beberapa percobaan mengkonfirmasi bahwa perempuan lebih rentan terhadap hiperprolaktinemia dibandingkan laki-laki. Sebuah tinjauan literatur menunjukkan bahwa konsentrasi prolaktin bisa naik 10 kali tingkat normal selama pengobatan antipsikotik, dan sebagai akibatnya, dalam beberapa penelitian, hingga 78% dari pasien perempuan telah dilaporkan menderita amenore dengan atau tanpa galaktorea.8

Obat antipsikotik adalah penyebab paling umum dari

hiperprolaktinemia pada pasien dengan gangguan mental yang berat; tingkat elevasi prolaktin bervariasi antara agen. Pasien harus ditanya tentang gejala kemungkinan berhubungan dengan peningkatan prolaktin. Jangka pendek efek elevasi prolaktin mungkin termasuk ketidakteraturan menstruasi, galaktorea pada perempuan, disfungsi seksual, dan depresi. Risiko jangka panjang termasuk kepadatan mineral tulang menurun ke tingkat yang lebih besar daripada yang diharapkan dengan penuaan normal dan mungkin termasuk osteoporosis.9

2.2. Prolaktin


(28)

Prolaktin adalah hormon polipeptida yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Prolaktin memiliki beberapa fungsi, termasuk laktasi dan ikatan ibu-bayi, pada mamalia. Hal terbaru telah ditemukan sehubungan dengan orangtua dan perilaku seksual pada manusia. Berbagai faktor, termasuk jenis kelamin, aktivitas seksual, melahirkan,stres, merokok, dan obat-obatan, dapat mempengaruhi pelepasan prolaktin. Produksi prolaktin dihambat oleh dopamin di sirkuit hipotalamus-hipofisis dan dapat meningkat dengan memblokir tipe 2 (D2) reseptor dopamin.10,11

Sebagian besar obat antipsikotik yang tersedia dapat menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin.

Peningkatan ini terkait dengan berbagai efek samping: kurangnya libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki, dan amenorea galaktorea pada perempuan, percepatan osteoporosis pada perempuan, berat badan, dan berpotensi meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara pada perempuan.10

Hubungan prolaktin dengan disfungsi seksual laki-laki adalah kompleks dan ditentang oleh beberapa penulis tetapi didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa antipsikotik yang menyebabkan peningkatan yang lebih besar pada prolaktin juga sering ditandai dengan efek samping seksual.

Selain itu, berbagai penelitian selama empat dekade terakhir telah meneliti aspek lain dari hubungan antara prolaktin dan skizofrenia. Dalam tulisan ini, penulis menyoroti pentingnya temuan yang berkaitan dengan


(29)

prolaktin dan skizofrenia, termasuk literatur tentang hiperprolaktinemia akibat obat.10

Prolaktin merupakan hormon yang diproduksi oleh lactotrophs dari anterior hipofisis dan terdiri dari protein rantai tunggal. Prolaktin memainkan peranan penting dalam proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Juga mempengaruhi keseimbangan air dan keseimbangan elektrolit, pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme, immunoregulasi, dan perilaku. Tingkat prolaktin sangat tinggi pada bayi baru lahir dan penurunan selama beberapa bulan pertama kehidupan. Diantara orang dewasa, tingkat prolaktin lebih tinggi pada perempuan, khususnya selama kehamilan, dan mencapai tingkat puncak pada malam hari. Thyrotropinreleasing hormon, usus vasoaktif neuropeptida, opioid, dan serotonin [5-hidroksitriptamin (5 HT)] dapat meningkatkan kadar prolaktin sementara dopamin dapat mengurangi kadar prolaktin.

Prolaktin (PRL) adalah hormon peptida rantai tunggal, struktural dan evolusi homolog dengan hormon pertumbuhan (GH), sebagai gen PRL pada kromosom 6 memiliki 40% kesamaan dengan gen GH hipofisis terletak pada kromosom 17. Ia diidentifikasi sebagai hormon yang terpisah pada awal tahun 1970-an. Reseptor PRL (PRL-R), adalah protein transmembran, yang tidak hanya terletak di jaringan payudara dan ovarium tetapi juga di jaringan perifer.

12


(30)

Pelepasan prolaktin hipofisis adalah berfluktuasi dan mengikuti suatu ritme diurnal. Konsentrasi plasma tertinggi terjadi selama tidur malam dan menurun selama periode bangun, mencapai titik nadir sekitar siang hari (tengah hari). Circadian rhythm ini tidak tergantung pada tidur tapi pada circadian pacemaker di suprachiasmatic nucleus dari hipotalamus dimana sekresi prolaktin diatur.13

Prolaktin merangsang pembesaran payudara selama kehamilan dan produksi susu selama menyusui, sekaligus mengurangi libido dan kesuburan, yang mungkin memiliki evolusi / survival yang signifikan. Gangguan jiwa dapat dikaitkan dengan peningkatan sederhana dalam konsentrasi serum prolaktin sebagai suatu fenomena stres. Peningkatan prolaktin lebih lanjut dapat diukur dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah dimulainya pengobatan dengan obat antipsikotik, dengan kenaikan hingga 10 kali lipat setelah beberapa minggu pada dosis terapi. Prolaktin biasanya dapat kembali normal dalam 2 sampai 4 hari setelah menghentikan obat-obatan namun ada juga yang sampai 3 minggu untuk kembali normal.14

Hiperprolaktinemia secara klinis didefinisikan sebagai tingkat prolaktin plasma dari > 20 ng/mL untuk laki-laki dan > 25 ng/mL untuk perempuan. Peningkatan prolaktin pada laki-laki dapat menyebabkan disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, ginekomastia, dan penurunan libido. Pada perempuan peningkatan prolaktin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan menstruasi, galaktorea, ginekomastia, dan disfungsi seksual. Hiperprolaktinemia kronis


(31)

meningkatkan risiko untuk osteoporosis, penyakit kardiovaskular, dan kanker payudara.12

Peran prolaktin baik pada laki-laki dan perempuan beragam. Tingkatan mungkin merupakan hasil dari tenaga fisik, obat-obatan yang

digunakan, adenoma hipofisis, dan / atau gagal ginjal. Pada perempuan hormonlah yang bertanggung jawab untuk menyiapkan jaringan payudara untuk menyusui setelah kehamilan. Hal ini dapat dideteksi pada laki-laki di tingkat yang jauh lebih rendah dibandingkan terlihat pada wanita. Tingkat PRL normal untuk wanita tidak hamil adalah 2-29 ng/mL dan untuk wanita hamil adalah 10-209 ng/mL. Untuk laki-laki tingkat normal adalah 2-18 ng/mL. Hal yang merugikan akibat kadar PRL tinggi termasuk amenorea, galaktorea, penurunan libido, dan disfungsi ereksi. Seorang yang diduga berhubungan dengan hiperprolaktinemia sekunder penggunaan antipsikotik adalah osteoporosis yang mengarah ke fraktur. Hubungan ini didukung oleh tinjauan studi sebuah korelasi positif antara peningkatan tingkat PRL dan kepadatan mineral tulang menurun yang telah ditemukan pada laki-laki dan perempuam.

Meskipun kadar serum prolaktin bervariasi, ada konsensus mengenai batas atas kisaran normal. Beberapa pihak telah menyarankan bahwa batas atas adalah 25 ng/ml baik pada laki-laki maupun perempuan.

15

Lainnya digunakan > 10 ng/ml pada laki-laki dan > 20 pada perempuan dan yang lain menggunakan > 15-16 ng/ml pada kedua jenis kelamin . Laporan terbaru dan


(32)

lebih konservatif menyarankan bahwa > 18-20 ng/ml pada laki-laki dan > 24 ng/ml dalam keadaan tidak hamil, perempuan tidak menyusui harus dipertimbangkan batas atas untuk konsentrasi prolaktin serum.16

Secara fisiologis peran utama dari prolaktin adalah induksi laktasi. Namun, prolaktin berinteraksi dengan Sistem saraf pusat (SSP) dan proses perifer dan sekresi yang dipengaruhi oleh kedua zat endogen stimulasi dan inhibisi. Sekresi prolaktin diatur melalui sekresi tonik dopamin di saluran tuberoinfundibular dan pembuluh darah hipotalamus-hypophyseal. Dopamin bertindak sebagai faktor penghambat prolaktin pada reseptor D2 yang terletak pada permukaan sel lactotroph hipofisis, sedangkan serotonin merangsang sekresi prolaktin. Prolaktin juga dilepaskan untuk menanggapi efek stimulasi yang kuat pada puting susu, seperti menyusui, dan dalam respons terhadap stres. Dalam konteks mekanisme SSP dan gangguan, penting untuk dicatat bahwa estrogen, opioid, substansi P, dan banyak zat endogen lainnya meningkatkan sekresi prolaktin sedangkan neurotransmitter utama seperti Gamma Aminobutyric Acid (GABA) dan asetilkolin menghambat sekresi prolaktin.5

Sekresi prolaktin pada pasien skizofrenik adalah penting, meskipun skizofrenia mempengaruhi hanya 1% dari total populasi dunia. Hal ini karena kronisitas skizofrenia yang terkait kecacatan jangka panjang yang merupakan salah satu dari 10 gangguan yang paling umum yang didokumentasikan oleh Bank Dunia dan World Health Organization (WHO) menyebabkan kecacatan kumulatif dan kehilangan masa produktif.5


(33)

RISPERIDON

Risperidon merupakan antagonis potensial reseptor D2 dan 5HT2

dengan rasio serotonin-dopamin yang tinggi. Risperidon adalah obat yang sangat efektif untuk gejala positif skizofrenia dan juga memperbaiki gejala negatif skizofrenia lebih baik dari antipsikotik konvensional. Risperidon dapat meningkatkan kadar prolaktin. Risperidon memiliki afinitas yang besar untuk reseptor alfa satu tapi lebih sedikit untuk kolinergik dan reseptor D1.17

Obat antipsikotik berbeda kecenderungannya sebagai penyebab terjadinya hiperprolaktinemia. Antipsikotik generasi kedua cenderung menginduksi hiperprolaktinemia yang berkelanjutan dengan pengecualian risperidon dan amisulpride. Beberapa mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan kecenderungan antipsikotik yang berbeda dalam menginduksi hiperprolaktinemia:

(1) D2 receptor- binding affinity,

(2) dapat menembus sawar darah otak (Blood Brain Barrier)

(3) mekanisme utama dimodulasi oleh monoamina selain dopamin.18

Risperidon adalah suatu antagonis reseptor serotonin 5HT2 reseptor

dopamine D2, reseptor adrenergik α1 dan α2, dan reseptor histamin H1.

Risperidon mempunyai afinitas rendah untuk reseptor adrenergik beta dan reseptor kolinergik muskarinik. Meskipun berpotensi sebagai antagonis


(34)

reseptor D2 seperti haloperidol, risperidon kemungkinan sangat sedikit (kecuali dosis besar) menyebabkan simtom ekstrapiramidal dibanding haloperidol.17

Risperidon diserap baik dengan pemberian oral. Puncak level plasma terjadi pada 1 sampai 2 jam, tetapi efek terapeutik terjadi selama 1 sampai 2 minggu. Risperidon dimetabolisme terutama dalam hati oleh enzim P450 2D6 dan menghasilkan metabolit aktif. Efek yang dikaitkan sama untuk risperidon dan metabolit. Sebagian besar (70%) obat diekskresikan melalui urin dan beberapa (14%) dalam tinja. Efek samping termasuk agitasi, gelisah, sakit kepala, insomnia, pusing, dan hipotensi. Risperidon juga dapat menyebabkan parkinsonism dan gangguan gerakan lainnya, terutama pada dosis yang lebih tinggi, tetapi kurang daripada pengobatan antipsikotik tipikal lainnya.19

Risperidon, adalah suatu derivat benzisoxazole17 yang memiliki karakteristik affinitas yang sangat tinggi terhadap 5-HT2 dan affinitas tinggi

yang sedang terhadap D2, histamin (H1), dan terhadap reseptor alfa satu dan

alfa dua. Risperidon direkomendasikan oleh FDA sebagai pengobatan gangguan psikotik. Seperti antipsikotik atipikal yang lain, risperidon dapat meningkatkan kadar prolaktin. Hubungan antara kadar prolaktin dan efek samping secara klinis tidaklah jelas, bagaimana. Kleinberg dan kawan-kawan pada tahun 1999, hasil dari kombinasi analisis Amerika utara dan multicenter Eropa, yang termasuk dalam konsentrasi prolaktin dari 841 pasien dan


(35)

simtom-simtom klinis yang dihubungkan dengan hiperprolaktinemia dari 1884 pasien. Rerata kadar prolaktin berhubungan secara signifikan dengan dosis risperidon (6mg/hari) menimbulkan peningkatan dibandingkan dengan haloperidol 20 mg/ hari dan signifikan tinggi dibandingkan dengan haloperidol 10 mg/hari.20

Risperidon secara oral tersedia dalm bentuk tablet atau sirup, dosis awal dimulai dengan 2 mg, dengan peningkatan dosis 2 mg/hari untuk 2 hari pertama. Sebahagian besar pasien di evaluasi pada dosis 4-6 mg setelah 2-3 minggu. Beberapa pasien kemungkinan mencapai pengobatan optimal dengan dosis 4 mg/hari. Jika tidak respons peningkatan sampai 8 mg dapat diindikasikan. Risperidon dapat diberikan sekali sehari, walaupun dosis yang efektif adalah dua kali sehari. Risperidon secara konsisten dapat meningkatkan serum prolaktin dalam seluruh studi.17 Pasien yang diobati dengan risperidon 6–10 mg/hari dalam 44 minggu dapat meningkatkan prolaktin sebesar 26 ng/ml, dan pada pemberian 4-8 mg/hari rata-rata meningkat dari 11,7 ng/ml setelah 24 minggu sampai 22,7 ng/ml setelah 12 minggu, dan dosis rata-rata 3,9 mg/hari, serum prolaktin meningkat 26,7 ng/ml.21


(36)

KERANGKA TEORI

Stres - skizofrenia Circadian rythm

Umur

Jenis kelamin

Hipopisis anterior

Prolaktin HPA Axis Nutrisi


(37)

KERANGKA KONSEP

Kontrasepsi dan kehamilan pada perempuan

Malignancy

Pasien skizofrenik(laki-laki dan perempuan) yang didiagnosis dengan PPDGJ III dengan pemakaian antipsikotik Risperidon 4 minggu

Peningkatan hormon

prolaktin


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang bersifat analitik untuk melihat perbandingan prolaktin pada pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan yang diterapi dengan risperidon yang datang berobat ke BLUD RSJ PROVSU Medan.

3.2. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian : BLUD RSJ PROVSU MEDAN

Waktu penelitian : Juni 2014 s/d Agustus 2014

3.3. Populasi

1. Populasi target adalah pasien skizofrenik

2. Populasi terjangkau adalah pasien skizofrenik yang datang berobat ke poliklinik psikiatri dan rawat inap di bangsal BLUD RSJ PROVSU Medan Juni 2014 s/d Agustus 2014

3.4. Subjek dan Cara Pemilihan Sampel

Subjek penelitian adalah pasien skizofrenik. Pemilihan subjek dengan cara non probability sampling jenis consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi


(39)

3.5. Besar Sampel

Rumus besar sampel penelitian analitis numerik tidak berpasangan adalah sebagai berikut: 22

n

1= n2 = 2 (Zα + Z β) S 2 S = √ SI 2 (n1 -1) + S22

(n2 -1) X1-X2

Zα = deviat baku alfa (1,96)

n1 +n2 -2

Z β = deviat baku beta (0,84) S = Simpang baku gabungan

X1-X2

( 36,4 – 22) = 14,4

= Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Sg = simpang baku gabungan

(sg)2 S

= varian gabungan

1

n

= simpang baku kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

1

S

= besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

2

n

= simpang baku kelompok 2 pada penelitian sebelumnya


(40)

dari rumus diatas maka diperoleh hasil sebagai berikut:

untuk S = √ 17,8 2(23-1)+ 36,42 23+ 16 - 2

(16-1)

= √ 970,48 + 19874,4 37

= √ 26844,88 37 = √ 725,53729 S = 26,94

Untuk jumlah sampel didapatkan : n1-n2 = 2 (1,96 + 0,842) 26,94 14,4

2

n1=n2

Jadi jumlah sampel yang didapatkan adalah masing-masing sebanyak 55 orang.

= 54,94 = 55

3. 6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

23

1. Pasien skizofrenik yang ditegakkan berdasarkan PPDGJ III 2. Usia 18 – 57 tahun

3. Sudah mendapatkan terapi risperidon 4 minggu 4. Bersedia mengikuti penelitian

Kriteria Eksklusi

1. Penderita gangguan mental lainnya dan penyakit medis umum. 2. Wanita hamil dan menyusui


(41)

3.7. Persetujuan / Informed Consent

Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan pasien, orang tua atau keluarga terdekat setelah terlebih dahulu diberi penjelasan.

3.8. Etika Penelitian

Penelitian ini sudah disetujui oleh Komite Etik Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (terlampir)

3.9. Alur Penelitian

1. Pasien yang datang ke poliklinik BLUD RS. Jiwa Propinsi Sumatera Utara, akan diperiksa oleh dokter yang bertugas pada poliklinik, bila pasien memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III, akan diberikan penjelasan untuk mendapatkan persetujuan baik pasien ataupun keluarga yang mendampinginya. Bila setuju untuk ikut dalam penelitian maka dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar prolaktin pasien dengan cara pengambilan darah pasien dilaboratorium klinik Prodia.

2. Pasien yang dirawat pada ruang rawat inap BLUD RS. Jiwa Propinsi Sumatera Utara yang terdiagnosis dengan skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III, akan diberikan penjelasan untuk mendapatkan persetujuan baik dari pasien ataupun keluarga yang mendampinginya. Bila pasien setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini maka dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar prolaktin pasien dengan cara pengambilan sampel darah pasien yaitu dengan mendatangkan laboran khusus dari labratorium klinik Prodia.


(42)

3.10. Cara Kerja

Pasien skizofrenik yang datang kepoliklinik dan ruang rawat inap BLUD RS.Jiwa Propinsi Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan diberikan penjelasan dan diminta untuk menandatangani persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas dari peneliti.Subjek penelitian datang kembali RSJ keesokan harinya untuk dilakukan pemeriksaan darah. Pengambilan sampel darah dilakukan pada saat subjek belum sarapan pagi ( subjek sudah puasa ± 10 jam, serta konsumsi obat terakhir juga 10 jam). Pengambilan darah dilakukan oleh personil laboratorium di dampingi perawat dan peneliti. Jumlah sampel darah diambil sebanyak 2 ml, dan dimasukkan kedalam tabung yang berisi ETA, dan akan dilakukan pemeriksaaan kadar prolaktin dalam serum. Hasil penelitian akan dikumpulkan dan diinterpretasikan serta diolah lebih lanjut.

3.11. Identifikasi Variabel

Variabel bebas : Pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan.


(43)

3.12. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur dan Cara Ukur

Hasil Ukur Skala 1. Pasien

skizofrenik

pasien yang ditegakkan diagnosis skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III Wawancara klinis berdasarkan PPDGJI-III Menderita skizofrenia dan tidak menderita gangguan jiwa lain. Nominal

2. Prolaktin merupakan hormon yang diproduksi oleh lactotrophs dari anterior

hipofisis dan terdiri dari protein rantai tunggal. Prolaktin memainkan peranan penting dalam proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.12 Batas atas normal adalah 20 ng / ml pada laki-laki 25 ng/ml perempuan

Lab.darah

12,16

ng/ml Kontinu

3. Hiperprolakti nemia

bila kadar prolaktin dalam darah > 25 ng/ml dalam darah.

Lab.darah

12,16

ng/ml Ordinal

4. Umur lamanya waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan)

wawancara 18-38 tahun 39-57 tahun

Ordinal

5. Jenis kelamin

laki-laki dan perempuan wawancara Laki-laki Perempuan

Nominal

6. Pendidikan proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

wawancara SD SLTP SLTA Akademi dan


(44)

pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik, dibedakan atas

Perguruan tinggi

7. Pekerjaan pencaharian, yang dijadikan pokok penghidupan,

sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah

Wawancara Bekerja Tidak bekerja

Nominal

KERANGKA OPERASIONAL

Pasien skizofrenik berdasarkan PPDGJ-III

Inklusi eksklusi

Informed conset

Laki-laki Perempuan

Prolaktin 3.13. Rencana pengolahan dan Analisis Data

Untuk melihat perbedaan kadar prolaktin berdasarkan jenis kelamin pada pasien skizofrenik dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium. Dan hasil yang akan diperoleh akan dilakukan pengolahan dan analisis statistik dari data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu


(45)

program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) dengan uji hipotesis chi square dan uji t.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Seratus enam belas pasien skizofrenik yang terdiri dari 58 pasien skizofrenia laki-laki dan 58 pasien skizofrenia perempuan yang datang kepoliklinik rawat jalan ataupun pada ruang rawat inap Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara consecutive sampling pada periode Juni 2014 hingga Agustus 2014.

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah subjek untuk tiap kelompok jenis kelamin masing-masing kelompok berjumlah 58 subjek sehingga total berjumlah 116 orang. Dari tabel dibawah ini juga terlihat bahwa lebih banyak memakai dosis obat 4 mg yaitu sebanyak 101 subjek yang mana jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 subjek (96,6%), yang tidak bekerja sebanyak 82 subjek dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 42 subjek (72,4%), tempat tinggal diluar kota Medan sebanyak 77 subjek dengan jenis kelamin perempuan yang lebih banyak yaitu sebanyak 40 subjek (69,0%), latar belakang pendidikan terbanyak adalah SMP dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 51 subjek yang lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki, dan berusia diantara 18-38 tahun yaitu sebanyak 38 subjek (65,5%) dimana jenis kelamin laki-laki yang lebih banyak.


(47)

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Total Laki-laki Perempuan

Nilai p

n % n % n %

Jenis kelamin Laki-laki 58 50,0 - - - -

Perempuan 58 50,0 - - - -

Umur 18-38 tahun 72 62,1 38 65,5 34 58,6 0,444

39-57 tahun 44 37,9 20 34,5 24 41,4

Pekerjaan Bekerja 34 29,3 18 31,0 16 27,6 0,683

Tidak bekerja 82 70,7 40 69,0 42 72,4

Tempat tinggal Medan 39 33,6 21 36,2 18 31,0 0,555

Luar Medan 77 66,4 37 63,8 40 69,0

Pendidikan SD 18 15,5 11 19,0 7 12,1 0,153

SMP 51 44,0 27 46,6 24 41,4

SMA 43 37,1 20 34,5 23 39,7

PT 4 3,4 4 6,9

Dosis obat 4 101 87,1 56 96,6 45 77,6 0,002


(48)

Tabel 4.2 Perbandingan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel Kategori n Mean Standar p Deviasi

Jenis Kelamin Laki-laki 58 47,76 30,46 <0,001 Perempuan 58 136,99 69,51

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan berbeda secara bermakna dibandingkan kadar prolaktin pada laki-laki. Dari uji statistik Mann-Whitney U didapatkan rata-rata kadar prolaktin pada perempuan lebih tinggi yaitu 136,99 ng/ml, (SD± 69,51) dengan nilai p<0,001.


(49)

Tabel 4.3 Perbandingan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin dan Dosis Obat

Dosis Obat n Mean Standard p Deviasi

Laki-laki 4 mg 56 45,81 29,15 0,001 6 mg 2 102,16 5,08

Perempuan 4 mg 45 137,66 73,16 6 mg 13 134,66 57,64

Pada tabel 4.3 menunjukkan perbandingan kadar prolaktin berdasarkan jenis kelamin dan dosis obat, dengan uji Kruskal-Wallis U; Uji Post Hoc Mann-Whitney U didapati bahwa kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan memperlihatkan nilai mean yang berbeda secara bermakna, pada dosis 4 mg yaitu sebesar 137.66 (SD + 73,16), dengan nilai p<0,001. Dengan dosis risperidon 6 mg, menunjukkan nilai mean yang berbeda secara bermakna, pada dosis 6 mg yaitu sebesar 134.66 (SD + 57,64), dengan nilai p<0,001. Gambar 3 Perbandingan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin dan Dosis


(50)

Tabel 4.4 Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Umur.

Pada tabel 4.4 dengan uji Mann-Whitney U didapat gambaran bahwa jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 18-38 tahun, didapatkan perbedaan yang bermakna dengan nilai mean 5,53 (SD + 2,24) dengan nilai p<0,001. Pada kelompok umur 39-57 tahun juga didapati perbedaan yang bermakna dengan nilai mean 5,43 (SD + 3,44) dengan nilai p<0,001.

Tabel 4.5 Perbandingan Peningkatan Prolaktin Berdasarkan Jenis Kelamin

n Mean Standar Deviasi p

Jenis kelamin

Laki-laki Peningkatan kadar 58 2,39 1,52 <0,001 Prolaktin (x nilai normal)

Perempuan peningkatan kadar 58 5,49 2,77 Prolaktin (x nilai normal)

Pada tabel 4.5 hasil uji statistik menunjukan bahwa perbedaan peningkatan kadar prolaktin jenis kelamin laki-laki 2,3 kali dari nilai normal, sedangkan kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan 5,49 kali dari nilai normal.

Variabel Kategori n Mean Standar deviasi

p Jenis kelamin dan

umur Laki-laki, 18-38 tahun 38 2,36 1,50

0.001

Laki-laki, 39-57 tahun 20 2,45 1,60 Perempuan, 18-38 tahun 34 5,53 2,24


(51)

Tabel 4.6 Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Berdasarkan Kelompok Umur

Jenis

kelamin Umur n Mean Standar p Deviasi

Peningkatan kadar

prolaktin Laki-laki 18-38 38 2,36 1,50 <0,001 (x nilai normal) 39-57 20 2,45 1,60

Perempuan 18-38 34 5,53 2,24 39-57 24 5,43 3,44

Pada tabel 4.6 dari hasil uji statistik menunjukkan perbandingan peningkatan kadar prolaktin berdasarkan kelompok umur pada jenis kelamin laki-laki di kelompok umur 18-38 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 2,36 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,50) dan nilai p<0,001, sedangkan pada kelompok usia 39-57 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 2,45 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,60) dan nilai p<0,001

Pada jenis kelamin perempuan di kelompok umur 18-38 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 5,53 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,24) dan nilai p<0,001, sedangkan pada kelompok usia 39-57 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 5,43 kali dari nilai normal dengan (SD ± 3,44) dan nilai p<0,001


(52)

Tabel 4.7 Perbandingan Peningkatan Kadar Prolaktin Berdasarkan Dosis Risperidon

Jenis kelamin Dosis n Mean Standar p Deviasi

Peningkatan kadar Laki-laki 4 56 2,29 1,46 <0,001 Prolaktin (x nilai normal) 6 2 5,11 1,25

Perempuan 4 45 5,51 2,93 6 13 5,43 2,25

Pada tabel 4.7 diatas dari hasil uji statistik menunjukkan perbedaan bermakna dari peningkatan kadar prolaktin berdasarkan dosis risperidon, bahwa peningkatan kadar prolaktin pada jenis kelamin laki-laki pada dosis 4 mg didapati peningkatan 2,29 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,46) dan nilai p<0,001 dan pada dosis 6 mg didapati peningkatan 5,11 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,25) dan nilai p<0,001.

Pada jenis kelamin perempuan dosis 4 mg didapati peningkatan 5,51 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,93) dan nilai p<0,001 dan pada dosis 6 mg didapati peningkatan 5,43 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,25) dan nilai p<0,001.


(53)

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian Perbandingan kadar prolaktin pasien skizofrenik laki-laki dan perempuan yang diterapi dengan risperidon merupakan penelitian analitik dengan studi cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan peningkatan kadar prolaktin pada laki-laki dan perempuan setelah pengobatan 4 minggu dengan risperidon.

Penelitian ini memilih kelompok skizofrenik yang berumur 18-57 tahun sebagai subjek penelitian karena menurut kepustakaan yang ada menyatakan bahwa 90% pasien yang mendapat pengobatan skizofrenik berumur antara umur 15-55 tahun. Puncak serangan pada laki-laki antara umur 10-25 tahun dan 25- 35 tahun pada perempuan. Serangan dibawah 10 tahun atau diatas 60 tahun dilaporkan jarang. Secara umum, perempuan dengan skizofrenia mempunyai hasil (outcome) yang lebih baik dibanding laki-laki.3

Dari seratus enam belas pasien skizofrenik yang datang berobat ke Klinik Psikiatri Rawat Jalan dan Rawat Inap BLUD Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara selama periode Juni 2014 s/d Agustus 2014 berdasarkan karakteristik demografik ditemukan paling banyak adalah kelompok umur 18-38 tahun pada jenis kelamin laki-laki yaitu 38 orang (65,5%), tidak bekerja pada jenis kelamin perempuan yaitu 42 orang (72,4%), tempat tinggal diluar kota Medan pada jenis kelamin perempuan yaitu 40


(54)

orang (69,0%), dan latar belakang pendidikan SMP pada jenis kelamin laki-laki yaitu 27 orang (46,6%).

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan berbeda secara bermakna dibandingkan kadar prolaktin pada laki-laki. Dari uji statistik Mann-Whitney U didapatkan rata-rata kadar prolaktin pada perempuan lebih tinggi yaitu 136,99 ng/ml, (SD ± 69,51) dengan nilai p<0,001. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar prolaktin pada laki-laki dan perempuan. Zhang dan kawan-kawan pada tahun 2004 meneliti tentang kadar prolaktin pada laki-laki dan perempuan pada pasien skizofrenia, mereka menemukan bahwa kadar prolaktin didapati lebih tinggi pada pada perempuan. Penyebab dari hal ini tidak lah begitu jelas namun salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah pengaruh dari D2 resptor pada pengobatan dengan risperidon. Artinya, risperidon mungkin memiliki beberapa perbedaan dalam D2 reseptor dan selanjutnya dalam induksi peningkatan kadar prolaktin relatif lebih tinggi daripada antipsikotik atipikal lainnya.

Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan kadar prolaktin berdasarkan jenis kelamin dan dosis obat, dengan uji Kruskal-Wallis ; Uji Post Hoc Mann-Whitney U didapati bahwa kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan memperlihatkan nilai mean yang berbeda secara bermakna, pada dosis 4 mg yaitu sebesar 137.66 (SD + 73,16), dengan nilai p<0,001. Dengan dosis risperidon 6 mg, memperlihatkan nilai mean yang berbeda secara bermakna, pada dosis 6 mg yaitu sebesar 134.66 (SD + 57,64), dengan nilai p<0,001.


(55)

Respons prolaktin terhadap pengobatan antipsikotik, dijumpai lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini dijelaskan oleh adanya ability dari estrogen terhadap peningkatan prolaktin. Risperidon memiliki konsistensi potensi tinggi untuk peningkatan prolaktin. Hal ini menyebabkan peningkatan prolaktin yang lebih jelas dibandingkan dengan obat generasi kedua lainnya. Sejumlah data kompetitip yang berbeda tentang prolaktin secara konsisten menemukan bahwa risperidon meningkatkan prolaktin lebih umum atau sama bahkan lebih besar daripada haloperidol.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 18-38 tahun, didapatkan perbedaan yang bermakna dengan nilai mean 5,53 (SD + 2,24) dengan nilai p<0,001. Pada kelompok umur 39-57 tahun juga didapati perbedaan yang bermakna dengan nilai mean 5,43 (SD + 3,44) dengan nilai p<0,001. Dengan mengacu pada penggunaan obat antipsikotik pada remaja (12-18 tahun), satu review menunjukkan bahwa, secara umum, semua obat antipsikotik, kecuali clozapine, ziprasidone dan quetiapine, meningkatkan tingkat PRL rata-rata dari nilai baseline 8,0 ng / ml untuk 25-28 ng / ml setelah 4-8 minggu pengobatan (rentang referensi 0-15 ng / ml). I

24

nsidensi hiperprolaktemia selama pengobatan dengan risperidon sebesar 62 %.24 Menurut Montgomery dan kawan-kawan pada tahun 2004 bahwa kadar prolaktin plasma telah dilaporkan meningkat tergantung dari jumlah dosis.

Suatu penelitian di Italia oleh Daria La Torre, yang membandingkan efek risperidon dan olanzapin pada 42 remaja, mereka menemukan bahwa


(56)

dosis dan besarnya potensi dari risperidon dalam meningkatkan kadar prolaktin selama pengobatan dengan risperidon 10,7 kali lebih besar dari pada olanzapine. Penelitian yang serupa yang dilakukan pada remaja usia 18 tahun menemukan bahwa peningkatan prolaktin terjadi 91% pada remaja yang diterapi dengan risperidon.

Hal ini berhubungan dengan interaksi obat pada perempuan dan metabolisme obat yang meningkat dengan adanya pertambahan umur (umur yang lebih tua) pada kedua jenis kelamin.

14

Tabel 4.5 terlihat bahwa perbedaan peningkatan kadar prolaktin jenis kelamin laki-laki 2,3 kali dari nilai normal, sedangkan kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan 5, 49 kali dari nilai normal. Hal ini menggambarkan bahwa peningkatan kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan lebih bermakna dari pada jenis kelamin laki-laki. Peningkatan kadar prolaktin dijumpai sebesar 5,49 kali dari nilai normal pada perempuan.

14

Ditafsirkan hasil ini berhubungan dengan hal peningkatan dopaminergik pada pasien dengan gejala paranoid, yang konsisten dengan hipotesis dopamin skizofrenia. Mengingat hasil yang tidak konsisten pengukuran basal prolaktin plasma, basis penelitian lain akan menilai respon prolaktin terhadap berbagai rangsangan eksternal pasien dengan skizofrenia, karena ini akan memberi kita implikasi yang lebih jelas tentang proses fisiologis yang terlibat dalam perubahan peningkatan kadar prolaktin. Berbagai obat, hormon, adrenergik agonis, serotonergik agonis, dan dopamin antagonis-telah digunakan untuk mempelajari pelepasan prolaktin pada pasien dengan skizofrenia.10


(57)

Tabel 4.6 perbandingan peningkatan kadar prolaktin berdasarkan kelompok umur pada jenis kelamin laki-laki di kelompok umur 18-38 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 2,36 dari nilai normal dengan (SD ± 1,50) dan nilai p<0,001, sedangkan pada kelompok usia 39-57 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 2,45 dari nilai normal dengan (SD ± 1,60) dan nilai p<0,001.

Pada jenis kelamin perempuan di kelompok umur 18-38 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 5,53 dari nilai normal dengan (SD ± 2,24) dan nilai p<0,001, sedangkan pada kelompok usia 39-57 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 5,43 dari nilai normal dengan (SD ± 3,44) dan nilai p<0,001. Di antara pasien laki-laki, usia tidak ditemukan pengaruh konsentrasi prolaktin, sedangkan pada wanita usia lebih muda adalah terkait dengan kadar prolaktin tinggi, seperti yang diharapkan untuk status reproduksi mereka.

Tabel 4.7 menunjukkan perbedaan bermakna dari peningkatan kadar prolaktin berdasarkan dosis risperidon, bahwa peningkatan kadar prolaktin pada jenis kelamin laki-laki pada dosis 4 mg didapati peningkatan 2,29 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,46) dan nilai p<0,001 dan pada dosis 6 mg didapati peningkatan 5,11 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,25) dan nilai p<0,001. Pada jenis kelamin perempuan dosis 4 mg didapati peningkatan 5,51 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,93) dan nilai p<0,001 dan pada dosis 6 mg didapati peningkatan 5,43 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,25) dan nilai p<0,001.


(58)

Pada dosis yang sama, perempuan tampaknya lebih mungkin untuk mengembangkan hiperprolaktinemia dari pada laki-laki, dan mereka mencapai tingkat kemaknaan prolaktin tinggi selama perawatan.Kenaikan dimulai setelah beberapa jam dan tetap selama sisa pengobatan, efek total tergantung pada terapi. Durasi: pengobatan jangka menengah (3-9 minggu) telah ditemukan dapat meningkatkan hingga 10 kali lipat dari nilai dasar menurut penelitian oleh Meltzer dan Fang tahun 1976, sedangkan selama perawatan kronis, meskipun setelah terapi jangka panjang prolaktin tetap di atas normal di sebagian besar kasus dalam penelitian Rivera dan kawan-kawan tahun 1976.25

Berhubungan dengan dosis lazim dalam hal terjadinya

hiperprolaktinemia antara laki-laki dan perempuan yang diobati dengan risperidon,pentinguntuk mempertimbangkankorelasiklinis hiperprolaktinemia secara lebih rinci ketika memilih pengobatan. Beberapa efek sering diasumsikan terkait dengan peningkatan prolaktin, mungkin dihubungkan dengan aspek penyakit lainnya, bukan obat dalam penelitian terbaru oleh

Hummer dan kawan-kawan.Sementara Zhang dan kawan-kawan

mengeksplorasi pengaruh risperidon terhadap kadar prolaktin dan hubungan antara perubahan tingkat prolaktin dan terapi. Hasil pada 30 pasien rawat inap laki-laki,pengobatan dengan risperidon dengan dosis tetap 6 mg / hari. Mereka menemukan bahwa pengobatan risperidon signifikan meningkatkan kadar prolaktin, dan ada hubungan yang positif dan signifikan antara perubahan prolaktin dari pra ke pasca-pengobatan.4


(59)

Antipsikotik menimbulkan hiperprolaktinemia juga lebih umum di antara perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Beberapa penelitian lain yang menemukan bahwa 46% dari perempuan, dan hanya 14% dari laki-laki, memiliki tingkat PRL yang meningkat cukup tinggi, bahkan meskipun perempuan menerima dosis antipsikotik yang rendah.

Dalam studi ini ada kekurangan termasuk pengukuran kadar prolaktin awal sebelum diberikan risperidon, tidak dilakukan sehingga perbandingan peningkatan kadar prolaktin hanya dari nilai normal berdasarkan literatur.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Seratus enam belas subjek yang ikut serta dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenik yang datang ke instalasi rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Jiwa BLUD Provinsi Sumatera Utara periode Juni 2014 s/d Agustus 2014, dan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1 .Kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan berbeda secara bermakna dibandingkan kadar prolaktin pada laki-laki, dengan rata-rata kadar prolaktin pada perempuan lebih tinggi yaitu 136,99 ng/ml, (SD ± 69,51) dengan nilai p<0,001.

1. Perbandingan kadar prolaktin berdasarkan jenis kelamin dan dosis obat, didapati bahwa kadar prolaktin pada jenis kelamin perempuan memperlihatkan nilai mean yang berbeda secara bermakna, pada dosis 4 mg yaitu sebesar 137.66 (SD + 73,16), dengan nilai p<0,001. Dengan dosis risperidon 6 mg, memperlihatkan nilai mean yang berbeda secara bermakna, yaitu sebesar 134.66 (SD + 57,64), dengan nilai p<0,001.

2. Didapatkan bahwa pasien skizofrenik perempuan pada kelompok umur 18-38 tahun, terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai mean 5,53 (SD + 2,24) dengan nilai p<0,001. Pada kelompok


(61)

umur 39-57 tahun juga didapati perbedaan yang bermakna dengan nilai mean 5,43 (SD + 3,44) dengan nilai p<0,001.

3. Perbedaan peningkatan kadar prolaktin pasien skizofrenik laki-laki 2,3 kali dari nilai normal, sedangkan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik perempuan 5, 49 kali dari nilai normal.

4. Peningkatan kadar prolaktin berdasarkan kelompok umur pada laki-laki, dimana pada kelompok umur 18-38 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 2,36 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,50) dan nilai p<0,001, sedangkan pada kelompok umur 39-57 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 2,45 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,60) dan nilai p<0,001. Pada jenis kelamin perempuan di kelompok umur 18-38 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 5,53 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,24) dan nilai p<0,001, sedangkan pada kelompok usia 39-57 tahun didapati perbedaan bermakna peningkatan kadar prolaktin 5,43 kali dari nilai normal dengan (SD ± 3,44) dan nilai p<0,001. 5. Diperoleh perbedaan bermakna dari peningkatan kadar prolaktin

berdasarkan dosis risperidon, bahwa peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik laki-laki pada dosis 4 mg didapati peningkatan 2,29 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,46) dan nilai p<0,001 dan pada dosis 6 mg didapati peningkatan 5,11 kali dari nilai normal dengan (SD ± 1,25) dan nilai p<0,001. Pada pasien


(62)

skizofrenik perempuan dosis 4 mg didapati peningkatan 5,51 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,93) dan nilai p<0,001 dan pada dosis 6 mg didapati peningkatan 5,43 kali dari nilai normal dengan (SD ± 2,25) dan nilai p<0,001.

6.2 SARAN

1. Peningkatan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik dapat mempengaruhi prognosis dan juga kualitas hidup pasien skizofrenik sehingga pemantauan atau pemeriksaan lanjutan dan bertahap terhadap kadar prolaktin yang harus dipertimbangkan oleh klinisi.

2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut atau yang lebih besar dengan melibatkan berbagai pusat pendidikan ataupun perawatan skizofrenik tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan prolaktin pada pasien skizofrenik, yang belum diteliti dalam penelitian ini, seperti berat badan dan efek jangka panjang akibat peningkatan prolaktin yang lama.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) Jakarta, 1993;105-109.

2. Chanpattana W.Electroconvulsive therapy for schizophrenia, current psychiatry reviews, 2007,3,15-24.

3. Sadock BJ, Sadock VA, ods, Kaplan & Sadock Synopsis Of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.Edisi 10,

4. Ebenhard J, Lindstrom E, Levander S. Prolactin level during 5 years of risperidone treatment in patients with psychotic disorders, Acta Psychiatrica Scand 2007,115: 268-276.

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins 2007 : h. 467-97

5. Halbreich U, Kinon BJ, Gilmore JA, Khan LS. Elevated prolactin levels in patients with schizophrenia: mechanisms and related adverse effects, journal of Psychoneuroendocrinology 28(2003) 53-67.

6. American Psychiatric Association. Schizophrenia spectrum and other psychotic disorders. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th

7. Rubin HL, Haas LG, Keshavan SM, Sweeney AJ, Maki MP. Sex difference in cognitive response to antipsychotic treatment in first episode schizophrenia, in journal of neuropsychopharmacology (2008) 33, 290-297.

DSM-5. American Psychiatric Association, 2013, hal 87-122.

8. Seeman,VM. Gender differences in the prescribing of antipsychotic drugs, AMJ Psychiatry 2004; 167: 1324-1333.

9. Nunes Alves VL, Moreira CH, Razzouk D, Nunes Vargas OS, Mari JDJ. Strategis for treatment of antipsychotic –induced sexual dysfuction and/or hyperprolactemia among patients of shizophrenia spectrum : a review, journal of sex and marital therapy, 38:3, 281-301.


(64)

10. Rajkumar PR. Prolactin and psychopathology in schizophrenia : a literature review and reappraisal, Sschizophrenia research and treatment vol.2014, article ID 175360, 12 pages.

11. Steibliene V, Mickuviene N, Bunevicius R. Effect of treatment with antipsychotics on sex hormone binding concentrations in patients with acute psychosis, vol.14, no.1, 2012, May.

12. Aboraya A, Fullen EJ, Ponieman LB, Makela HE, Latocha M. Hyperprolactinemia associated with risperidone: a case report and review literature, november psychiatry 2004.

13. Bargiota IS, Bonotis EI, Angelopoulos NV. The effects of antipsychotics on prolactin levels and women’s menstuation, Schizophrenia research and treatment vol.2013, article ID 502697, 10 pages.

14. Rosenbloom LA. Hyperprolactinemia with antipsychotic drug in children and adolescents, International journal of pediatric endocrinology,vol. 2010, article ID,159402, 6 pages.

15. Lambert LT, Farmer CK, Brahm CN. Evaluation of serum prolactin levels in intellectually disabled patients using antipsychotic medications, International journal of endocrinology metabolism 2013, 11(1): 57-61.

16. Kelly LD, Wehring JH, Earl K.A, Sullivan MK, Dickerson BF, Feldman S, at al. Treating symptomatic hyperprolactinemia in women with schizophrenia; presentation of the ongoing DAAMSEL clinical trial ( Dopamine partial Agonist, Aripiprazole, for the management of symptomatic elevated prolactin), BMC Psychiatry 2013, 13: 2014.

17. Marder SR, Kammen DP. Serotonin- dopamin antagonists ( Atypical- Second generation antipsychotics). In Sadock BJ,Sadock VA. Comprehensive textbook of psychiatry 8th ed.Philadelphia: Lippincott William and Walkin: 2005.p. 2914, 2923-27.


(65)

18. Iglesias PR, Mata I, Garcia MO, Unzueta GT, Amado AJ, Valdizian MA, at al. Long term effect of haloperidol,olanzapine, and risperidone on plasma prolactin levels in patients with first episode psychosis, journal of clinical psychopharmacology, vol. 32, no.6, December 2012. 19. Jones C. Antipsychotic drugs, chapter 9, page 153-73.

20. Goff. CD. Risperidone in the American Psychiatric Publishing, Text book of Psychopharmacology, third edition, part 2, Washington DC, Page 495 – 503.

21. Yurkov V, Jha S, Collins D.M, Severini AS. Second generation antipsychotic agent: a reveaw, Current Psychiatry, Current psychatry, reviews, 2012, 8, 46 -68

22. Dahlan MS. Evidence based medicine seri 2, besar sampel dan cara pengambilan sampel untuk penelitian kedokteran dan kesehatan. 3 ed Jakarta : Salemba Medika; 2013

23. Rettenbacher MA, Hofer A, Ebenbichler C, Baumgartner S,Edlinger M, Engl J, at al, Prolactin levels and sexual adverse effects in patients with schizophrenia during antipsychotic treatment, journal of Clinical Psychiatry 2010; 30: 711-715.

24. Peuskens J,Pani L, Detraux J. The effects of novel and newly approved antipsychotics on serum prolactin levels : a comprehensive review, CNS Drugs (2014) 28:421-53.

25. Anna MM, Smith S, Hower,O.D, O’bren M, Murray MR, Veronica. Effect of long term prolactin raising antipsychotic medication on bone mineral density in patients with shizophrenia, BJP 2004, 184: 503-08. 26. Xiang yang Zhang, Dung Fey Zhou, Lian Yuan Cao, Pei Youy

Zhang,Gui Ying Wu, Yu Cwn Shen, Prolactin levels in male schizophrenic patients treated with risperidone and haloperidol a double-blind and randomized study, psychopharmacology (2005)178: 35-40.


(66)

27. Gerald AM. Prolactin elevation with Antipsychotic medications, mechanisms of action and clinical consequences, J.Clin Psychiatry 2002, 69 (supll4).

28. Yacup A, Ursal Cunegt, Murrat B, Murrat K. Comparison of short term effects of risperidone and paliperidone on serum prolactin levels in female patients, Journal of mood disorders 2014; 4(1); 7-13.

29. Peter T, Shitij Kapur, Mary VS, Alastair JF. Elevation of prolactin levels by atipical antipsychotics, AMJ Psychiatry 2002, 159: 133-135. 30. Motgomery J, Winterbottom.E, Jessani M, Kohegyi E, Fulmer J,

Seamonds B, at al. Prevalence of hyperprolactinemia in schizophrenia: association with typical and atipical antipsychotic treatment, J ClinPsychiatry 2004:65: 1491-98.


(67)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb / Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Saya dr. Superida Br Ginting Suka sedang menjalani pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri) di Fakultas Kedokteran USU, saat ini saya sedang meneliti tentang Perbandingan kadar prolaktin berdasarkan jenis kelamin pada pasien skizofrenik yang diterapi dengan risperidon.

Pada pasien skizofrenik yang diterapi dengan risperidon dapat mengalami peningkatan kadar prolaktin dalam darah setelah pengobatan lebih dari empat minggu. Peningkatan kadar prolaktin dapat menimbulkan suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagi pasien skizofrenik, salah satu contoh keluarnya air susu pada wanita yang tidak sedang menyusui, dan pembesaran buah dada pada pasien laki-laki.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perbandingan kadar prolaktin antara laki-laki dan perempuan pada pasien skizofrenik yang sudah mendapatkan pengobatan dengan risperidon. Pada penelitian ini saya akan melakukan penilaian dengan pemeriksaan kadar prolaktin pada pasien skizofrenik dengan mengambil sampel darah. Adapun orang yang melakukan pengambilan darah tersebut adalah petugas dari Laboratorium Klinik Prodia bersama dengan peneliti.Kemudian saya akan menginformasikan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i hasil penelitian tersebut.

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun.Setiap data yang


(68)

ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Sdr/i tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/ Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : dr.Superida br Ginting Suka

Alamat : Jl.Sedap Malam IX No. 16 Medan

No. HP : 0812-601-2348

Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang bersedia sebagai sukarelawan dalam penelitian ini dapat mengisi lembaran persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, ...2014

Hormat Saya


(1)

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

:

Jenis Kelamin

:

Umur

:

Alamat

:

Telp/ HP

:

Hubungan dengan pasien

:

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai

penelitian ”Perbandingan kadar prolaktin berdasarkan jenis kelamin pada

pasien skizofrenik yang diterapi dengan risperidon.” dan telah mendapat

kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara

sukarela tanpa paksaan menyatakan bersedia, bahwa pasien diikutsertakan

dalam penelitian tersebut.

Medan...2014

(______________________)


(2)

Lampiran 3

DATA SUBJEK PENELITIAN

Tanggal

:

No. RM

:

Data Demografi

1. Nama

:

2. Alamat

:

3. Jenis Kelamin

: L/P

4. Umur

:

/ (Tahun/Bulan)

5. Status Perkawinan

:

6. Pendidikan

:

7. Diagnosis

:


(3)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama

: dr. Superida Br Ginting Suka

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir

: Tiga Panah/ 04-05-1974

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jl. Bunga Sedap Malam IX No.16 Medan

Telepon / HP

: +62812 601 2348

Email

:

Riwayat Pendidikan

Tahun 1980 – 1986

: SDN Tiga Panah Kab. Karo

Tahun 1986 – 1989

: SMP Swasta GBKP Kabanjahe Kab.Karo

Tahun 1989 – 1992

: SMA Negeri 1 Pancur Batu Deli Serdang

Tahun 1992 – 2000

: Pendidikan Dokter Umum di FK-USU

Tahun 2009 – Sekarang

: Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-USU

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2002 – 2005

: Dokter PTT di Puskesmas Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2005 – Sekarang

: PNS RS. Bhayangkara POLDA SUMUT


(4)

(5)

NO MR NAMA UMUR JENIS

KELAMIN PEKERJAAN T.TINGGAL PENDIDIKAN

KADAR PROLAKTIN 4 MINGGU DOSIS OBAT KADAR PROLAKTIN NORMAL

1 28565 R 43 2 2 2 3 279,11 4 25

2 21956 A 40 2 2 2 3 245,33 4 25

3 27110 MF 20 2 2 1 3 158,93 4 25

4 23928 RN 23 2 2 1 3 92,48 4 25

5 11514 R 26 2 2 1 2 237,8 6 25

6 25757 ES 28 2 1 1 4 101,04 4 25

7 26263 P 48 2 2 2 3 215,45 4 25

8 12204 ES 20 2 2 2 2 94,59 4 25

9 13643 H 50 2 1 1 3 78,01 4 25

10 26697 APD 35 2 2 1 3 95,53 4 25

11 26988 D 45 1 1 1 3 24,56 4 20

12 26797 EJ 26 1 2 2 2 13,27 4 20

13 26786 JH 40 1 2 2 2 6,87 4 20

14 2030 U 37 1 2 1 3 13,27 4 20

15 26842 PL 25 1 2 1 2 19,15 4 20

16 19130 AK 20 1 2 1 3 30,26 4 20

17 15542 RT 30 1 2 1 2 10,09 4 20

18 27957 MF 45 1 1 1 2 18,03 4 20

19 23591 MAG 21 1 1 1 2 36,43 4 20

20 25917 BS 27 1 2 2 2 20,88 4 20

21 19465 AT 32 1 2 2 2 14,43 4 20

22 19821 BH 34 1 2 2 3 6,62 4 20

23 23709 A 28 1 2 2 3 42,71 4 20

24 24721 I 29 1 2 2 2 52,89 4 20

25 18921 WL 25 1 2 2 2 35,5 4 20

26 18572 SP 34 1 2 2 3 105,75 6 20

27 17542 E 27 1 2 2 3 15,05 4 20

28 27032 A 42 1 2 2 2 44,19 4 20

29 15076 SR 44 1 2 2 2 32,82 4 20

30 12806 M 47 1 1 1 2 54,54 4 20

31 26846 S 36 1 2 2 2 102,54 4 20

32 6932 M 48 1 2 2 2 98,56 6 20

33 17272 M 45 1 2 2 2 88,72 4 20

34 25852 M 49 1 2 2 2 96,89 4 20

35 20630 R 35 1 2 2 2 42,15 4 20

36 26154 YH 54 2 2 1 4 278,69 4 25

37 16012 N 29 1 2 2 3 85,97 4 20

38 27615 EB 43 2 2 2 2 265,03 4 25

39 22997 N 29 1 2 2 3 68,93 4 20

40 21698 JS 43 2 1 2 4 150,67 4 25

41 25366 SM 35 2 1 1 2 126,65 4 25

42 12598 HS 30 1 2 2 1 65,78 4 20

43 25190 H 26 1 1 2 3 45,21 4 20

44 27462 H 45 1 2 2 1 50,03 4 20

45 1984 LS 50 1 1 2 1 78,61 4 20

46 26423 MN 20 1 1 1 3 42,35 4 20

47 28393 VK 33 2 2 2 2 125,23 6 25

48 26398 ES 34 2 1 2 2 170,56 4 25

49 8843 JT 32 2 1 1 2 168,43 4 25

50 25222 S 28 1 2 2 1 76,09 4 20

51 28094 B 52 2 1 1 2 215,07 4 25

52 20642 G 21 2 1 1 4 135,21 4 25

53 23084 C 31 1 2 2 1 62,54 4 20

54 28427 A 29 1 1 1 1 90,72 4 20

55 23957 T 47 2 1 2 3 159,98 4 25

56 27718 ES 34 1 1 2 1 84,21 4 20

57 1235 WL 30 2 2 2 1 186,21 4 25

58 14542 HR 39 1 1 2 2 45,31 4 20

59 10740 WFR 50 2 1 2 2 89,53 4 25

60 14547 HR 39 1 2 2 2 107,78 4 20

61 27866 HY 27 2 2 2 3 50,23 4 25

62 20734 E 25 1 1 2 1 16,14 4 20

DAFTAR PASIEN PENELITIAN KADAR PROLAKTIN


(6)

63 26529 AP 23 1 1 1 1 99,65 4 20

64 22583 Y 22 1 1 1 2 85,24 4 20

65 28113 YK 29 2 2 2 2 143,53 4 25

66 28147 DI 20 1 1 1 2 65,02 4 20

67 28136 T 23 2 1 2 1 192,2 4 25

68 13840 MS 30 2 1 2 1 57,21 4 25

69 28347 M 39 2 1 2 1 96,43 4 25

70 30391 JL 25 2 1 2 1 163,41 4 25

71 24360 RW 41 2 1 2 3 195,35 4 25

72 28049 E 32 1 1 1 2 69,25 4 20

73 24421 MK 30 2 2 2 2 185,69 4 25

74 16933 W 24 1 2 2 3 40,05 4 20

75 20053 NM 52 1 2 2 3 78,25 4 20

76 14824 BS 51 2 2 2 3 132,04 6 25

77 21519 NM 35 2 2 2 3 185,21 4 25

78 26580 R 41 2 2 2 3 165,34 4 25

79 21409 DT 33 1 2 1 3 76,12 4 20

80 26763 UH 31 2 2 1 2 176,65 4 25

81 26847 MP 51 1 2 2 2 25,06 4 20

82 26897 SH 39 1 2 2 2 43,15 4 20

83 26894 AK 51 1 2 2 1 31,05 4 20

84 26774 SS 37 1 1 2 1 26,91 4 20

85 9242 ES 20 1 2 1 3 12,43 4 20

86 18083 A 51 1 2 2 3 32,13 4 20

87 14455 AS 32 2 2 1 3 105,85 4 25

88 15154 H 47 2 1 2 2 52,97 4 25

89 26810 KA 34 1 1 1 2 32,71 4 20

90 13416 SB 26 1 2 1 3 7,35 4 20

91 13850 S 46 1 2 1 3 15,07 4 20

92 12204 T 51 2 2 1 2 44,52 4 25

93 26019 SL 45 2 2 2 3 33,21 4 25

94 4245 DS 38 1 1 2 2 52,98 4 20

95 7922 LK 40 2 2 2 2 216,25 6 25

96 26703 S 44 1 2 1 3 6,54 4 20

97 13735 Y 24 2 2 2 3 170,96 4 25

98 25666 S 33 1 2 1 3 25,08 4 20

99 19130 IL 48 2 2 2 2 61,2 6 20

100 35985 LL 37 2 2 2 3 105,76 6 25

101 15542 R 30 2 2 2 3 17,32 4 25

102 26842 B 33 2 2 1 2 56,71 4 25

103 2030 BC 27 2 2 2 1 89,04 6 25

104 26786 HS 52 2 2 2 2 6,57 4 25

105 19881 S 33 2 2 2 3 254,27 4 25

106 26799 MAG 22 2 2 1 2 90,13 6 25

107 11877 S 33 2 2 2 3 174,35 4 25

108 26988 EG 42 2 2 2 2 43,02 4 25

109 5268 JS 23 2 2 2 3 196,08 4 25

110 26484 JP 32 2 2 1 2 102,05 6 25

111 12977 B 40 2 2 2 1 35,6 4 25

112 12212 S 39 2 2 2 2 85,67 4 25

113 26859 AH 34 2 2 2 3 178,23 6 25

114 11980 E 22 2 2 1 2 100,23 6 25

115 22290 M 53 2 2 2 3 96,73 6 25

116 15542 DA 31 2 2 2 2 215,91 6 25

Keterangan :

Tempat Tinggal : 1. Medan Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Luar Medan

2. Perempuan

Pekerjaan : 1. Bekerja Jenjang Pendidikan : 1. SD

2. Tidak Bekerja 2. SMP

3. SMA