1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada suatu wilayah negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan
maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain,
tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya. Kegiatan ekspor impor didasari
oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.Setiapnegara memiliki
karakteristik yang berbeda. Baik sumber daya alam, iklim, geografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan
komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. Secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan
pertukaran barang dan jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Kenyataan yang terjadi saat ini, bahwa kebutuhan masyarakat dan negara
akan barang dan jasa semakin kompleks. Sedangkan persediaan barang dan jasa yang tersedia di suatu negara sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan suatu negara
memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak mencukupi apabila hanya mengandalkan sumberdaya yang
tersedia di dalam negeri. Dalam pelaksanaan kebutuhan tersebut, Indonesia masuk
2 dalam perdagangan internasional yang dapat memberikan peluang untuk
melakukan kegiatan ekspor maupun impor. Perdagangan intenasional memberikan harapan bagi negara untuk bisa
menutupi kekurangan tabungan yang diperlukan bagi pembentukan modal dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas ekonomi. Menurut Irham dan Yogi
2003, menjual barang-barang ke luar negeri untuk ekspor memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan industripembangunan di negaranya,
dengan asumsi ekspor yang terjadi harus dengan diversivikasi ekspor sehingga bila terjadi kerugian dalam satu macam barang akan dapat diimbangi oleh
keunggulan dari komoditi lainnya. Bali yang dikenal sebagai daerah seni yang banyak menghasilkan berbagai
jenis hasil industri kerajinan. Komoditas hasil kerajinan merupakan komoditas yang dijadikan unggulan ekspor Provinsi Bali, karena komoditas ini memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi nilai total ekspor Provinsi Bali. Banyak kerajinan hasil pengrajin Bali yang diminati oleh wisatawan mancanegara yang
mereka beli di Artshop di Bali yang secara tidak langsung dibawa ke luar negeri ketika kembali ke negara asal mereka dan membantu mempromosikannya di sana,
salah satunya kerajinan kulit kerang. Kerajinan bahan baku kerang hasil sentuhan pengerajin Bali, antara lain berupa anting-anting dan jenis perhiasan lainnya untuk
wanita yang dikombinasikan dengan berbagai jenis logam mulia seperti perak dan emas. Kerajinan dengan bahan dasar kerang yang unik mampu menarik perhatian
wisatawan.
3 Salah satu industri yang berhasil mengembangkan usahanya mencapai
pasar ekspor adalah sentra industri kerajinan kerang di Provinsi Bali, keunikan dan kekhasan bahan baku alam berupa kerang dan teknik permbuatannya yaitu
teknik dasar, para pengerajin berhasil memproduksi berbagai jenis produk olahan dari kerang yang memiliki nilai guna dan estetis. Walau demikian keberhasilan
tersebut harus ditunjang dengan suatu usaha pengembangan produk guna mengantisipasi persaingan mutu dari pengrajin negara tetangga karena Philipina
dan Australia juga merupakan sebagai negara penghasil kerang selain Indonesia. Ekspor sangat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Kenaikan jumlah ekspor tidak saja mempengaruhi peningkatan penerimaan devisa negara, kondisi ini juga
memacu peningkatan kapasitas produksi yang dihasilkan dalam negeri dan berdampak terhadap perluasan kesempatan kerja.Berbagai strategi pembangunan
dilaksanakan seperti dengan meningkatkan ekspor non migas, mengingat Bali tidak memiliki sumber minyak dan gas bumi. Ekspor non migas adalah ekspor
yang berupa hasil bumi, hasil industri, yang bukan merupakan minyak bumi, serta sektor lainnya yaitu sektor jasa. Sektor pariwisata banyak memberi andil dalam
mempengaruhi peningkatan ekspor Provinsi Bali. Dalam perkembangannya, sektor industri pengolahan di Provinsi Bali
menempati urutan ke 3 setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Sektor industri pengolahan memiliki potensi untuk dikembangkan dan
harus dipertahankan mengingat peranannya sebagai penghubung antara sektor pertanian dan sektor yang berbasis pariwisata Bali cukup besar. Sebagian besar
4 produsen kerajinan kerang di Provinsi Bali adalah yang berskala industri kecil dan
termasuk di antara tujuh belas hasil kerajinan rumah tangga yang menumbus pasar ekspor. Berikut disajikan beberapa nama pengerajin yang ditemui di kabupaten
badung oleh peneliti, dalam tabel 1.1 :
Tabel 1.1 Daftar Nama Nama Pengerajin Kerang di Kabupaten Badung
No Nama Pengerajin
Daerah Alamat Pengerajin 1
Andre istri Jl. Baypass Ngurah Rai Kedonganan
2 Barjo
Jln. Raya Uluwatu, Kedonganan 3
Erlin 4 orang anak Jln. Raya Uluwatu, Kelan
4 Astimin 3 orang pegawai
Nusa dua, Badung 5
Made Astina Jln. Uluwatu II no. 89 Jimbaran
6 Aang Harsono
Jln. Mandiri IV no 12 taman griya Jimbaran
7 Faruq
Jln. Patih Jelantik no 55 Kuta 8
Aini Meng Jln. Merdeka Raya VIII no 9 Abian
Base, Kuta, Badung 9
Matheri 7 orang pegawai Jln. Raya Tuban, gang merdeka, Tuban
10 Farinda 3 orang anak
Jln. Raya Uluwatu, Kelan 11
Madigar istri Jln. Raya Uluwatu, Kelan
12 Bayu
Jimbaran 13
Imron Jln. Baypass Ngurah Rai, Kedonganan
14 Faruk istri
Jln. Baypass Ngurah Rai, Kedonganan 15
Reza Sugiantoro Didik Jln. Raya Uluwatu Kedonganan,
Jimbaran 16
Haji. Basri 7 orang pegawai
Jln. Raya Uluwatu Kelan 17
Haji. Bacok 5 orang pegawai
Tuban, Kuta-Badung 18
Haji. Ramli 9 orang pegawai
Nusa Dua Jimbaran 19
Matheri 7 orang pegawai Tuban, Kuta-Badung
20 Dian 2 orang anak
Jln. Raya Uluwatu Kelan. Sumber : Hasil Wawancara secara langsung
Antara Bali, 26 Oktober 2014 - Bali mengekspor kerajinan kerang senilai 1,72 juta dolar AS selama Januari--Agustus 2014, atau naik 128,67 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 754.666,78
5 dolar.Ekspor kerajinan kerang ini masuk kedalam tujuh belas jenis ekspor
kerajinan di Provinsi Bali yang dapat meningkatkan atau memiliki kontribusi dalam meningkatkan PDRB Provinsi Bali. Tercatat pada tahun 2014 sumbangan
ekspor ketujuh belas kerajinan bagi PDRB Bali mencapai Rp 2,432.30 juta . Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014. Karena banyak masyarakat khususnya
pengerajin di Bali yang penghasilan nya dari kerajinan kerang, sudah sepantasnya Balimengandalkan komoditi kerajinan. Hampir seluruh kabupaten yang ada di
Bali memiliki komoditi kerajinan yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut Denny Hendra, 2008.Berikut ini, ditunjukan uraian singkat tentang : ekspor,
tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan kurs valuta asing. Kerajinan berbahan baku kerang hasil sentuhan perajin Bali, antara lain
berupa kalung, gelang, dan jenis perhiasan lainnya untuk wanita yang dikombinasikan sedemikian rupa dengan logam. Banyaknya komoditi kerajinan
yang diminati para wisatawan menyebabkan komoditi kerajinan menjadi komoditi yang strategis untuk pasarkan keluar negeri ekspor dari sekian banyaknya
kerajinan yang diminati oleh wisatawan, salah satunya adalah kerajinan kerang.Prospek ekspor kerajinan kerang dapat dilihat dari salah satu indikatornya
yaitu sebagai mana terlihat dalam Tabel 4.1, yang menunjukkan perkembangan nilai ekspor kerajinan kerang di Provinsi Bali selama periode 1996 hingga 2014
yang selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 1996-1997 ekspor kerajinan kerang mengalami penuruan sekitar -
1,49 persen kemudian disusul tahun 1998 kembali mengalami penurunan yang cukup ekstrim sebesar -77 persen. Hal itu diduga akibat terjadinya krisis moneter
6 yang mengakibatkan melemahnya harga rupiah pada saat itu hingga puncaknya
terjadi pada tahun 1998. Di tahun 1999 nilai ekspor kerajinan kerang kembali mengalami peningkatan hingga mencapai 202,226 US atau mencapai kenaikan
hingga 43,95 ditahun 1999. Pada tahun 2004 kerajinan kerang mengalami penurunan yang cukup signifikan diduga akibat meningkatnya inflasi pada tahun
2004 yang mengakibatkan naiknya harga kerajinan kerang pada saat itu. Di tahun 2010 ekspor kerajinan kerang kembali mengalami peningkatan hingga mencapai
angka 2.107.504 US yang meningkat sekitar 41,3 persen dari tahun 2009 namun ditahun 2011-2012 kembali mengalami penurunan. Tahun 2013-2014 ekspor
kerajinan kerang kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2013 ekspor kerajinan kerang berada di angka 1.121.660 US
meningkat 15,72 persen dari tahun sebelumnya yang kemudian di tahun 2014 kembali meningkat sebesar 52,25 persen. Komoditi hasil pengerajin bali salah
satunya adalah kerajinan kerang walaupun perkembangannya dari tahun ketahun mengalami fluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yang di angkat
oleh penelitian adalah, tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi, dan kurs valuta asing. Berikut ini, ditunjukan uraian singkat tentang : nilai ekspor kerajinan
kerang, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan kurs valuta asing. Data perkembangan nilai ekspor kerajinan kerang di Provinsi Bali dapat
dilihat pada Tabel 4.1 yang mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan dari tahun 1996-2014, kenaikan dan penurunan ini juga dapat dilihat
pada Grafik 1.1.
7
Gambar 1.1 Grafik Nilai Ekspor Kerajinan Kerang
Perkembangan nilai ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tidak lepas dari adanya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh lembaga moneter di Indonesia
khususnya didalam menetapkan suku bunga kredit yang dikeluarkan melalui kebijakan Bank Indonesia. Meningkatnya suku bunga kredit berarti modal kerja
menjadi lebih sedikit. Hal tersebut menyebabkan jumlah produksi menurun, yang selanjutnya mempengaruhi penurunan volume ekspor, sehingga secara otomatis
akan mempengaruhi nilai ekspor yang semakin kecil, dengan artian suku bunga kredit dan volume ekspor terdapat hubungan negatif Bank Indonesia, 2005:32.
Upaya peningkatan ekspor komoditi hasil industri harus tetap digalakan baik peningkatan kualitas produk, desain, perluasan pasar melalui promosi-promosi
dan pameran pameran, kepercayaan dengan pembeli buyers. Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah tingkat suku bunga kredit. Tingkat suku bunga
kredit mempengaruhi kemampuan pengusaha dalam menyediakan modal untuk menjalankan usaha dan menyediakan biaya dalam kelancaran berproduksinya.
500000 1000000
1500000 2000000
2500000 3000000
1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Nilai Ekspor
Kerajinan Kerang
Nilai Ekspor Kerajinan Kerang
8 Tingkat suku bunga kredit tertinggi selama periode 1996-2014 adalah
sebesar 32,27 persen terjadi pada tahun 1998akibat terjadinya krisis moneter di Indonesia pada saat itudan terendah pada tahun 2008 sebesar 13,00 persen. Suku
bunga kredit mengalami penurunan terjadi pada tahun 2002 hingga 2004. Penurunan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 penurunan drastis tingkat suku
bunga dari tahun 2000 hingga 2004. Pada tahun 2002 menurunnya suku bunga kredit diduga akibat terjadinya bom Bali pada 12 Oktober yang berakibat
melemah nya perekonomian pada saat itu. Pada tahun 2003 suku bunga kredit mengalami penurunan diduga karena menguatnya nilai tukar rupiah dan
terkendalinya pertumbuhan uang primer yang berdampak pada menurunnya inflasi dan mempengaruhi turunnya suku bunga kredit pada saat itu. Pada tahun
2004 inflasi dan tekanan terhadap rupiah menahan laju penurunan suku bunga kredit yang pada tahun sebelumnya 15,07 persen pada tahun 2004 menjadi 13,41
persen. Dari tahun 2006 hingga tahun 2008 tingkat suku bunga kembali mengalami penurunan. Pada tahun 2006 tingkat suku bunga kredit sebesar 17,50
persen dan ditahun 2007 perkembangan nya mengalami penurunan sebesar negatif 20,80 persen dan tingkat suku bunga kredit nya sebesar 13,86 persen. Pada tahun
2008 perkembangan suku bunga kembali mengalami penurunan sebesar negatif 6,20 persen, tingkat suku bunga sebesar 13,00 persen.
Kenaikan dan penurunannya juga dapat dilihat pada gambar Grafik 1.2 berikut ini :
9
Gambar1.2 Grafik Tingkat Suku Bunga Kredit Periode 1996-2014
Variabel lain yang berpengaruh terhadap aktivitas perdagangan ekspor suatu negara yaitu tingkat inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat. Inflasi yang
melanda suatu negara akan menyebabkan para pengusaha menjadi kurang bergairah dalam berproduksi.Inflasi merupakan peristiwa moneter yang sering
dijumpai dalam perekonomian disuatu negara. Muritala 2011 menyatakan Inflasi adalah sebuah situasi dimana nilai uang terus mengalami depresiasi atau
penurunan dari segi nilai, hal tersebut menandakan adanya kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa yang tersedia. Meningkatnya harga barang baku
menyebabkan para produsen akan mengalami penurunan kuantitas produksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai ekspor Raharja dan Manurung,
2004:319. Perkembangan tingkat inflasi provinsi Bali selama periode 1996-2014
Seperti terlihat pada grafik 1.3 tingkat inflasi berfluktuasi dari tahun ke tahun. Rata-rata perkembangan tingkat Inflasi provinsi Bali tahun 1996-2014 sebesar
55,09 persen. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 75,11
5 10
15 20
25 30
35
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
20 13
20 14
Tingkat Suku
Bunga
Tingkat Suku Bunga Kredit
10 persen, dengan pertumbuhan sebesar 670,36 persen. Hal ini di sebabkan Indonesia
dilanda krisis ekonomi yang berimbas pada kenaikan harga yang terus menerus. Tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar 3,14 persen dengan
penurunan sebesar 45,58 persen. Hal tersebut disebabkan stabilnya kondisi moneter dan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya Bali. Tahun 2006-2014
bisa di bilang nilai inflasi Provinsi Bali cukup baik walaupun di tahun 2008 nilai inflasi berada diangka 9,62 persen, pada tahun 2009-2014 kembali menurun
cukup jauh dari angka 10 persen yang berarti ini menandakan inflasi yang terjadi dapat digolongkan menjadi inflasi rendah.
Gambar 1.3 Grafik Tingkat Inflasi Periode 1996-2014
Dalam melakukan perdagangan internasional dibutuhkan alat tukar- menukar berupa uang atau yang sering disebut kurs valuta asing khususnya kurs
Dollar AS. Kurs Dollar AS memiliki peranan penting dalam perdagangan internasional, karena hampir seluruh transaksi yang dilakukan dan dilaksanakan
sebagian besar menggunakan mata uang Dollar AS. Hal ini disebabkan karena mata uang Dollar AS bersifat convertible yaitu bisa diterima dan diakui oleh
10 20
30 40
50 60
70 80
1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Tingkat
Inflasi
Tingkat Inflasi
11 seluruh dunia sebagai alat pembayaran dan tidak mudah mengalami fluktuasi
karena goncangan-goncangan ekonomi yang bersifat global. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri ini akan
menyebabkan kenaikan ekspor dan penurunan impor, begitu juga sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri
atau mata uang dalam negeri melemah maka akan menyebabkan penurunan ekspor Sukirno, 2000:319. Ekspor sangat tergantung pada kurs valuta asing dan
harga dalam negeri. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri, maka hal ini dapat meningkatkan ekspor dan
sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami depresiasi terhadap mata uang dalam negeri, maka hal ini dapat menurunkan ekspor Soundres dan Liliana,
2002. Perkembangan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar periode 1996-2014
menunjukkan peningkatan nilai kurs tertinggi terjadi pada tahun 1998, yakni dengan pertumbuhan tertinggiyaitu 127,84persen. Hal ini terjadi karena krisis
moneter di Indonesia yang diikuti dengan krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Sedangkan pertumbuhan kurs terendah terjadi pada tahun 1999 dimana
persentase bisa dicapai hingga minus 23,47 persen. Pada tahun 2008 nilai kurs Dollar Amerika Serikat kembali menguat yang berada di angka 10.950 dan di
tertinggi di tahun 2014 yang mencapai 12.440, jika dilihat pada Tabel 1.1 pada tabel ekspor kerajinan kerang di tahun 2014 juga mengalami peningkatan yang
cukup tinggi walaupun kurs dollar terhadap rupiah menguat di tahun yang sama. Pelemahan nilai rupiah terhadap dollar dikarenakan adanya gejolak politik yang
12 terjadi di Indonesia yang bersamaan Indonesia dalam keadaan pemilihan umum.
Kenaikan dan penurunannya dapat di lihat dalam Grafik 1.4 berikut ini :
Gambar Grafik 1.4 Kurs Jual Rupiah Periode 1996-2014
1.2 Pokok Permasalahan