Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit Tingkat Inflasi dan Kurs Valuta Asing Terhadap Ekspor Kerajinan Kerang Provinsi Bali Tahun 1996-2014.

(1)

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, TINGKAT INFLASI DAN KURS VALUTA ASING TERHADAP EKSPOR KERAJINAN

KERANG PROVINSI BALI TAHUN 1996-2014

SKRIPSI

Oleh :

KOMANG GEDE SAMARANATHA 1206105058

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, TINGKAT INFLASI DAN KURS VALUTA ASING TERHADAP EKSPOR KERAJINAN

KERANG PROVINSI BALI TAHUN 1996-2014

SKRIPSI

Oleh:

KOMANG GEDE SAMARANATHA 1206105058

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomidan Bisnis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 21 April 2016

Tim Penguji: Tanda tanggan

1. Ketua : Drs. Gst. Pt Nata Wirawan, MSi ... 2. Sekertaris : Prof. Dr. Nym Djinar Setiawina, SE., MS. ... 3. Anggota : I Wayan Sukadana, SE., MSE ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing,

Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, M.Si. Prof. Dr. N Djinar Setiawina, SE., MS. NIP. 19580219 198601 2 001 NIP. 195307301983031001


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, April 2016 Mahasiswa,

Komang Gede Samaranatha 1206105058


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Tingkat Inflasi dan Kurs Valuta Asing terhadap Ekspor Kerajinan Kerang Provinsi Bali Tahun 1996-2014 sesuai dengan yang direncanakan. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Made Suyana Utama,SE.,MS.,dan Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE., Me masing-masing selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ekomomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS.,selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu serta banyak memberikan petunjuk, bimbingan, dan pengarahannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Dra. Ni Putu Martini Dewi, MSi. selaku Dosen Pembimbing Akademis dan penguji yang telah memberikan petunjuk, nasehat, dan bimbingan selama mengikuti kuliah.

6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menjalani masa studi di bangku perkuliahan.


(6)

7. Kedua Orang tua,IWayan Mara, STdanNiWayan Sukerti Astuti, yang telah banyak memberikan doa serta dukungan baik moril maupun material.

8. Saudara saudara tercinta, Ni Luh Gede Sukma Weshima, ST., MT dan Made Sukma Arnesi, SE atas doa dan motivasi yang diberikan.

9. Teman-teman seperjuangan PEJANTAN TANGGUNG EP 12 yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Denpasar, April 2016 Penulis


(7)

Judul : ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, TINGKAT INFLASI DAN KURS VALUTA ASING TERHADAP EKSPOR KERAJINAN KERANG PROVINSI BALI TAHUN 1996 - 2014 Nama : Komang Gede Samaranatha

Nim : 1206105058

ABSTRAK

Kegitan ekspor sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Ekspor merupakan kegitan yang paling menguntungkan dikarenakan dapat menambah devisa suatu negara, seperti kegitan ekspor kerajinan di Provinsi Bali. Bali yang memiliki banyak kulit kerang yang dapat dikreasikan menjadi berbagai aksesoris atau perhiasan. Hanya saja, untuk merubah kulit kerang menjadi kerajinan yang bernilai seni, permodalan masih di anggap sebagai kendala. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penguruh tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi, kurs valuta asing secara serempak terhadap volume ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tahun 1996-2014 dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga kredit, tingkat inflasi dan kurs valuta asing terhadap ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tahun 1996-2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder,time series data yang telah diolah dan diterbitkan oleh lembaga-lembaga pemerintah seperti : Disperindag, Badan Pusat Statistik, dan Bank Indonesia. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analis regresi linier berganda, setelah itu di lakukan pengujian terhadap parameter regresi berganda. Pengujian yang dilakukan mencakup dua tahap uji yaitu uji tahap (1) satu yakni uji asumsi klasik menggunakan program eviews dan uji tahap (2) dua yakni uji hipotesis ( uji f, dan uji t ). Hasil yang di dapat bahwa secara parsial suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor kerajinan kerang, secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kerajinan kerang, dan secara parsial kurs valuta asing tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kerajinan kerang.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.1 Ekspor... 1

1.1.2 Suku Bunga Kredit ... 7

1.1.3 Inflasi... 9

1.1.4 Kurs valuta asing... 10

1.2 Pokok Permasalahan ... 12

1.3 Tujuan penelitian... 13

1.4 Kegunaan penelitian... 13

BAB IIKAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori... 15

2.1.1. Teori Perdagangan Internasional ... 15

2.1.2. Teori Ekspor... 18

2.1.2.1 Fungsi Ekspor ... 20

2.1.2.2 Proses Ekspor... 21

2.1.2.3 Fungsi Impor... 22

2.1.3. Pengertian Kerajinan... 24

2.1.4. Konsep Suku Bunga Kredit... 26

2.1.4.1 Hubungan Suku Bunga Kredit Dengan Ekspor 27 2.1.5. Pengertian Inflasi ... 28

2.1.5.1 Cara menghitung Inflasi... 31

2.1.5.2 Hubungan Antara Tingkat Inflasi dengan Nilai Ekspor ... 32

2.1.6. Konsep Kurs Valuta Asing ... 33

2.1.6.1 Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Ekspor.. 36

2.2. Rumusan Hipotesis ... 36

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Desain Penelitian... 38


(9)

3.5. Definisi Operasional Variabel... 39

3.6. Jenis dan Sumber Data... 40

3.6.1 Jenis data menurut sifatnya ... 40

3.6.2 Sumber data... 40

3.6.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.7. Teknik Analisis Data... 41

3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 41

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 42

3.7.3 Uji Serempak... 44

3.7.4 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial... 46

3.7.5 Standardized Coefficients Beta... 49

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum... 50

4.1.1 Lokasi Wilayah Penelitian... 50

4.1.2 Gambaran Umum Kerajinan Kerang Provinsi Bali... 50

4.1.3 Perkembangan Suku Bunga Kredit ... 52

4.1.4 Tingkat Inflasi ... 53

4.1.5 Kurs Dollar Amerika Serikat... 55

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

4.2.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 56

4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik... 58

4.2.3 Hasil Uji Signifikansi ... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 67

5.2. Saran... 67 DAFTAR RUJUKAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Daftar Nama Nama Pengerajin Kerang di Kabupaten Badung.... 4

2.1 Skedul Impor... 23

4.1 Perkembangan nilai ekspor kerajinan kerang provinsi Baliperiode tahun 1996 2014... 51

4.2 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit Periode 1996 2014.. 52

4.3 Tabel Perkembangan Tingkat Inflasi provinsi Bali peridoe 1996-2014 ... 54

4.4 Tabel Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Periode 1996-2014 ... 55

4.5 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda... 57

4.6 Hasil Uji Autokorelasi... 60

4.7 Nilai R2Auxiliary Regression... 61


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1.1 Grafik Nilai Ekspor Kerajinan Kerang... 7

1.2 Grafik Tingkat Suku Bunga Kredit Periode 1996-2014... 9

1.3 Grafik Tingkat Inflasi Periode 1996-2014 ... 10

1.4 Kurs Jual Rupiah Periode 1996-2014... 12

2.1 Fungsi Ekspor... 20

2.2 Fungsi Impor ... 23

3.1 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H0dengan Uji F 45 3.2 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho denganUji t 47 3.3 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho denganUji t 48 4.1 Hasil Uji Normalitas... 59


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Regresi Linear Berganda... 73

2 Uji Asumsi Klasik ... 74

3 Heteroskedasticity Test: White ... 75

4 Dependent Variable... 76


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada suatu wilayah negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya. Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.Setiapnegara memiliki karakteristik yang berbeda. Baik sumber daya alam, iklim, geografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. Secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan jasa antara satu negara dengan negara lainnya.

Kenyataan yang terjadi saat ini, bahwa kebutuhan masyarakat dan negara akan barang dan jasa semakin kompleks. Sedangkan persediaan barang dan jasa yang tersedia di suatu negara sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan suatu negara memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak mencukupi apabila hanya mengandalkan sumberdaya yang tersedia di dalam negeri. Dalam pelaksanaan kebutuhan tersebut, Indonesia masuk


(14)

dalam perdagangan internasional yang dapat memberikan peluang untuk melakukan kegiatan ekspor maupun impor.

Perdagangan intenasional memberikan harapan bagi negara untuk bisa menutupi kekurangan tabungan yang diperlukan bagi pembentukan modal dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas ekonomi. Menurut Irham dan Yogi (2003), menjual barang-barang ke luar negeri untuk ekspor memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan industri/pembangunan di negaranya, dengan asumsi ekspor yang terjadi harus dengan diversivikasi ekspor sehingga bila terjadi kerugian dalam satu macam barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari komoditi lainnya.

Bali yang dikenal sebagai daerah seni yang banyak menghasilkan berbagai jenis hasil industri kerajinan. Komoditas hasil kerajinan merupakan komoditas yang dijadikan unggulan ekspor Provinsi Bali, karena komoditas ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi nilai total ekspor Provinsi Bali. Banyak kerajinan hasil pengrajin Bali yang diminati oleh wisatawan mancanegara yang mereka beli di Artshop di Bali yang secara tidak langsung dibawa ke luar negeri ketika kembali ke negara asal mereka dan membantu mempromosikannya di sana, salah satunya kerajinan kulit kerang. Kerajinan bahan baku kerang hasil sentuhan pengerajin Bali, antara lain berupa anting-anting dan jenis perhiasan lainnya untuk wanita yang dikombinasikan dengan berbagai jenis logam mulia seperti perak dan emas. Kerajinan dengan bahan dasar kerang yang unik mampu menarik perhatian wisatawan.


(15)

Salah satu industri yang berhasil mengembangkan usahanya mencapai pasar ekspor adalah sentra industri kerajinan kerang di Provinsi Bali, keunikan dan kekhasan bahan baku alam berupa kerang dan teknik permbuatannya yaitu teknik dasar, para pengerajin berhasil memproduksi berbagai jenis produk olahan dari kerang yang memiliki nilai guna dan estetis. Walau demikian keberhasilan tersebut harus ditunjang dengan suatu usaha pengembangan produk guna mengantisipasi persaingan mutu dari pengrajin negara tetangga karena Philipina dan Australia juga merupakan sebagai negara penghasil kerang selain Indonesia.

Ekspor sangat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Kenaikan jumlah ekspor tidak saja mempengaruhi peningkatan penerimaan devisa negara, kondisi ini juga memacu peningkatan kapasitas produksi yang dihasilkan dalam negeri dan berdampak terhadap perluasan kesempatan kerja.Berbagai strategi pembangunan dilaksanakan seperti dengan meningkatkan ekspor non migas, mengingat Bali tidak memiliki sumber minyak dan gas bumi. Ekspor non migas adalah ekspor yang berupa hasil bumi, hasil industri, yang bukan merupakan minyak bumi, serta sektor lainnya yaitu sektor jasa. Sektor pariwisata banyak memberi andil dalam mempengaruhi peningkatan ekspor Provinsi Bali.

Dalam perkembangannya, sektor industri pengolahan di Provinsi Bali menempati urutan ke 3 setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Sektor industri pengolahan memiliki potensi untuk dikembangkan dan harus dipertahankan mengingat peranannya sebagai penghubung antara sektor pertanian dan sektor yang berbasis pariwisata Bali cukup besar. Sebagian besar


(16)

produsen kerajinan kerang di Provinsi Bali adalah yang berskala industri kecil dan termasuk di antara tujuh belas hasil kerajinan rumah tangga yang menumbus pasar ekspor. Berikut disajikan beberapa nama pengerajin yang ditemui di kabupaten badung oleh peneliti, dalam tabel 1.1 :

Tabel 1.1 Daftar Nama Nama Pengerajin Kerang di Kabupaten Badung

No Nama Pengerajin Daerah / Alamat Pengerajin

1 Andre & istri Jl. Baypass Ngurah Rai Kedonganan

2 Barjo Jln. Raya Uluwatu, Kedonganan

3 Erlin & 4 orang anak Jln. Raya Uluwatu, Kelan 4 Astimin & 3 orang pegawai Nusa dua, Badung

5 Made Astina Jln. Uluwatu II no. 89 Jimbaran

6 Aang Harsono Jln. Mandiri IV no 12 taman griya Jimbaran

7 Faruq Jln. Patih Jelantik no 55 Kuta

8 Aini Meng Jln. Merdeka Raya VIII no 9 Abian

Base, Kuta, Badung

9 Matheri & 7 orang pegawai Jln. Raya Tuban, gang merdeka, Tuban 10 Farinda & 3 orang anak Jln. Raya Uluwatu, Kelan

11 Madigar & istri Jln. Raya Uluwatu, Kelan

12 Bayu Jimbaran

13 Imron Jln. Baypass Ngurah Rai, Kedonganan

14 Faruk & istri Jln. Baypass Ngurah Rai, Kedonganan 15 Reza Sugiantoro& Didik Jln. Raya Uluwatu Kedonganan,

Jimbaran 16 Haji. Basri & 7 orang

pegawai Jln. Raya Uluwatu Kelan

17 Haji. Bacok & 5 orang

pegawai Tuban, Kuta-Badung

18 Haji. Ramli & 9 orang

pegawai Nusa Dua Jimbaran

19 Matheri & 7 orang pegawai Tuban, Kuta-Badung 20 Dian & 2 orang anak Jln. Raya Uluwatu Kelan. Sumber : Hasil Wawancara secara langsung

(Antara Bali, 26 Oktober 2014) - Bali mengekspor kerajinan kerang senilai 1,72 juta dolar AS selama Januari--Agustus 2014, atau naik 128,67 persen


(17)

dolar.Ekspor kerajinan kerang ini masuk kedalam tujuh belas jenis ekspor kerajinan di Provinsi Bali yang dapat meningkatkan atau memiliki kontribusi dalam meningkatkan PDRB Provinsi Bali. Tercatat pada tahun 2014 sumbangan ekspor ketujuh belas kerajinan bagi PDRB Bali mencapai Rp 2,432.30 juta . (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2014). Karena banyak masyarakat khususnya pengerajin di Bali yang penghasilan nya dari kerajinan kerang, sudah sepantasnya Balimengandalkan komoditi kerajinan. Hampir seluruh kabupaten yang ada di Bali memiliki komoditi kerajinan yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut (Denny Hendra, 2008).Berikut ini, ditunjukan uraian singkat tentang : ekspor, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan kurs valuta asing.

Kerajinan berbahan baku kerang hasil sentuhan perajin Bali, antara lain berupa kalung, gelang, dan jenis perhiasan lainnya untuk wanita yang dikombinasikan sedemikian rupa dengan logam. Banyaknya komoditi kerajinan yang diminati para wisatawan menyebabkan komoditi kerajinan menjadi komoditi yang strategis untuk pasarkan keluar negeri (ekspor) dari sekian banyaknya kerajinan yang diminati oleh wisatawan, salah satunya adalah kerajinan kerang.Prospek ekspor kerajinan kerang dapat dilihat dari salah satu indikatornya yaitu sebagai mana terlihat dalam Tabel 4.1, yang menunjukkan perkembangan nilai ekspor kerajinan kerang di Provinsi Bali selama periode 1996 hingga 2014 yang selalu mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

Tahun 19961997 ekspor kerajinan kerang mengalami penuruan sekitar -1,49 persen kemudian disusul tahun 1998 kembali mengalami penurunan yang cukup ekstrim sebesar -77 persen. Hal itu diduga akibat terjadinya krisis moneter


(18)

yang mengakibatkan melemahnya harga rupiah pada saat itu hingga puncaknya terjadi pada tahun 1998. Di tahun 1999 nilai ekspor kerajinan kerang kembali mengalami peningkatan hingga mencapai 202,226 US$ atau mencapai kenaikan hingga 43,95 ditahun 1999. Pada tahun 2004 kerajinan kerang mengalami penurunan yang cukup signifikan diduga akibat meningkatnya inflasi pada tahun 2004 yang mengakibatkan naiknya harga kerajinan kerang pada saat itu. Di tahun 2010 ekspor kerajinan kerang kembali mengalami peningkatan hingga mencapai angka 2.107.504 US$ yang meningkat sekitar 41,3 persen dari tahun 2009 namun ditahun 2011-2012 kembali mengalami penurunan. Tahun 2013-2014 ekspor kerajinan kerang kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2013 ekspor kerajinan kerang berada di angka 1.121.660 US$ meningkat 15,72 persen dari tahun sebelumnya yang kemudian di tahun 2014 kembali meningkat sebesar 52,25 persen. Komoditi hasil pengerajin bali salah satunya adalah kerajinan kerang walaupun perkembangannya dari tahun ketahun mengalami fluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yang di angkat oleh penelitian adalah, tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi, dan kurs valuta asing. Berikut ini, ditunjukan uraian singkat tentang : nilai ekspor kerajinan kerang, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan kurs valuta asing.

Data perkembangan nilai ekspor kerajinan kerang di Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 4.1 yang mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan dari tahun 1996-2014, kenaikan dan penurunan ini juga dapat dilihat pada Grafik 1.1.


(19)

Gambar 1.1 Grafik Nilai Ekspor Kerajinan Kerang

Perkembangan nilai ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tidak lepas dari adanya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh lembaga moneter di Indonesia khususnya didalam menetapkan suku bunga kredit yang dikeluarkan melalui kebijakan Bank Indonesia. Meningkatnya suku bunga kredit berarti modal kerja menjadi lebih sedikit. Hal tersebut menyebabkan jumlah produksi menurun, yang selanjutnya mempengaruhi penurunan volume ekspor, sehingga secara otomatis akan mempengaruhi nilai ekspor yang semakin kecil, dengan artian suku bunga kredit dan volume ekspor terdapat hubungan negatif (Bank Indonesia, 2005:32). Upaya peningkatan ekspor komoditi hasil industri harus tetap digalakan baik peningkatan kualitas produk, desain, perluasan pasar melalui promosi-promosi dan pameran pameran, kepercayaan dengan pembeli (buyers). Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah tingkat suku bunga kredit. Tingkat suku bunga kredit mempengaruhi kemampuan pengusaha dalam menyediakan modal untuk menjalankan usaha dan menyediakan biaya dalam kelancaran berproduksinya.

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000

1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

Nilai Ekspor Kerajinan Kerang Nilai Ekspor


(20)

Tingkat suku bunga kredit tertinggi selama periode 1996-2014 adalah sebesar 32,27 persen terjadi pada tahun 1998akibat terjadinya krisis moneter di Indonesia pada saat itudan terendah pada tahun 2008 sebesar 13,00 persen. Suku bunga kredit mengalami penurunan terjadi pada tahun 2002 hingga 2004. Penurunan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 penurunan drastis tingkat suku bunga dari tahun 2000 hingga 2004. Pada tahun 2002 menurunnya suku bunga kredit diduga akibat terjadinya bom Bali pada 12 Oktober yang berakibat melemah nya perekonomian pada saat itu. Pada tahun 2003 suku bunga kredit mengalami penurunan diduga karena menguatnya nilai tukar rupiah dan terkendalinya pertumbuhan uang primer yang berdampak pada menurunnya inflasi dan mempengaruhi turunnya suku bunga kredit pada saat itu. Pada tahun 2004 inflasi dan tekanan terhadap rupiah menahan laju penurunan suku bunga kredit yang pada tahun sebelumnya 15,07 persen pada tahun 2004 menjadi 13,41 persen. Dari tahun 2006 hingga tahun 2008 tingkat suku bunga kembali mengalami penurunan. Pada tahun 2006 tingkat suku bunga kredit sebesar 17,50 persen dan ditahun 2007 perkembangan nya mengalami penurunan sebesar negatif 20,80 persen dan tingkat suku bunga kredit nya sebesar 13,86 persen. Pada tahun 2008 perkembangan suku bunga kembali mengalami penurunan sebesar negatif 6,20 persen, tingkat suku bunga sebesar 13,00 persen.

Kenaikan dan penurunannya juga dapat dilihat pada gambar Grafik 1.2 berikut ini :


(21)

Gambar1.2 Grafik Tingkat Suku Bunga Kredit Periode 1996-2014

Variabel lain yang berpengaruh terhadap aktivitas perdagangan ekspor suatu negara yaitu tingkat inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat. Inflasi yang melanda suatu negara akan menyebabkan para pengusaha menjadi kurang bergairah dalam berproduksi.Inflasi merupakan peristiwa moneter yang sering dijumpai dalam perekonomian disuatu negara. Muritala (2011) menyatakan Inflasi adalah sebuah situasi dimana nilai uang terus mengalami depresiasi atau penurunan dari segi nilai, hal tersebut menandakan adanya kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa yang tersedia. Meningkatnya harga barang baku menyebabkan para produsen akan mengalami penurunan kuantitas produksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai ekspor (Raharja dan Manurung, 2004:319).

Perkembangan tingkat inflasi provinsi Bali selama periode 1996-2014 Seperti terlihat pada grafik 1.3 tingkat inflasi berfluktuasi dari tahun ke tahun. Rata-rata perkembangan tingkat Inflasi provinsi Bali tahun 1996-2014 sebesar 55,09 persen. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 75,11

0 5 10 15 20 25 30 35 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 Tingkat Suku Bunga Tingkat Suku Bunga Kredit (%)


(22)

persen, dengan pertumbuhan sebesar 670,36 persen. Hal ini di sebabkan Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berimbas pada kenaikan harga yang terus menerus. Tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar 3,14 persen dengan penurunan sebesar 45,58 persen. Hal tersebut disebabkan stabilnya kondisi moneter dan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya Bali. Tahun 2006-2014 bisa di bilang nilai inflasi Provinsi Bali cukup baik walaupun di tahun 2008 nilai inflasi berada diangka 9,62 persen, pada tahun 2009-2014 kembali menurun cukup jauh dari angka 10 persen yang berarti ini menandakan inflasi yang terjadi dapat digolongkan menjadi inflasi rendah.

Gambar 1.3 Grafik Tingkat Inflasi Periode 1996-2014

Dalam melakukan perdagangan internasional dibutuhkan alat tukar-menukar berupa uang atau yang sering disebut kurs valuta asing khususnya kurs Dollar AS. Kurs Dollar AS memiliki peranan penting dalam perdagangan internasional, karena hampir seluruh transaksi yang dilakukan dan dilaksanakan sebagian besar menggunakan mata uang Dollar AS. Hal ini disebabkan karena

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

Tingkat Inflasi(%) Tingkat Inflasi (%)


(23)

seluruh dunia sebagai alat pembayaran dan tidak mudah mengalami fluktuasi karena goncangan-goncangan ekonomi yang bersifat global. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri ini akan menyebabkan kenaikan ekspor dan penurunan impor, begitu juga sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri atau mata uang dalam negeri melemah maka akan menyebabkan penurunan ekspor (Sukirno, 2000:319). Ekspor sangat tergantung pada kurs valuta asing dan harga dalam negeri. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri, maka hal ini dapat meningkatkan ekspor dan sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami depresiasi terhadap mata uang dalam negeri, maka hal ini dapat menurunkan ekspor (Soundres dan Liliana, 2002).

Perkembangan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar periode 1996-2014 menunjukkan peningkatan nilai kurs tertinggi terjadi pada tahun 1998, yakni dengan pertumbuhan tertinggiyaitu 127,84persen. Hal ini terjadi karena krisis moneter di Indonesia yang diikuti dengan krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Sedangkan pertumbuhan kurs terendah terjadi pada tahun 1999 dimana persentase bisa dicapai hingga minus 23,47 persen. Pada tahun 2008 nilai kurs Dollar Amerika Serikat kembali menguat yang berada di angka 10.950 dan di tertinggi di tahun 2014 yang mencapai 12.440, jika dilihat pada Tabel 1.1 pada tabel ekspor kerajinan kerang di tahun 2014 juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi walaupun kurs dollar terhadap rupiah menguat di tahun yang sama. Pelemahan nilai rupiah terhadap dollar dikarenakan adanya gejolak politik yang


(24)

terjadi di Indonesia yang bersamaan Indonesia dalam keadaan pemilihan umum. Kenaikan dan penurunannya dapat di lihat dalam Grafik 1.4 berikut ini :

Gambar Grafik 1.4 Kurs Jual Rupiah Periode 1996-2014

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Apakahtingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi dan kurs Dollar Amerika Serikat berpengaruh secara serempak terhadap nilai ekspor kerajinan kerang di Provinsi Bali periode 1996-2014 ?

2. Bagaimanakah pengaruh tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi dan kurs Dollar Amerika Serikat secara parsial terhadap nilai ekspor kerajinan kerang di Provinsi Bali periode 1996-2014 ?

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 Kurs Jual Rupiah Kurs Jual (Rupiah)


(25)

3. Variabel manakah yang berpengaruh dominan diantara variabel kurs dollar Amerika Serikat, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit terhadap ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tahun 1996 2014?

1.3Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit,tingkat inflasi Provinsi Bali, kurs valuta asing secara serempak terhadap volume ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tahun 1996-2014.

2) Untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit, tingkat inflasi Provinsi Bali, kurs valuta asing secara parsial terhadap volume ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tahun 1996-2014.

3) Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan diantara variabel kurs dollar Amerika Serikat, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit terhadap ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali tahun 1996 2014.

1.4 Kegunaan penelitian 1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, dalam arti hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya bahan pustaka yang sudah ada, baik sebagai pelengkap maupun bahan perbandingan. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan


(26)

tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi Provinsi Bali dan kurs valuta asingterhadap nilai ekspor kerajian kerang Provinsi Bali tahun 1996-2014. 2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan kepada pihak terkait tentang pentingnyatingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi Provinsi Bali dan kurs valuta asingdalam mempengaruhi volume ekspor kerajian kerang Provinsi Bali tahun 1996-2014.


(27)

✁ ✂ ✂

✄✁☎✂ ✁✆✝✞✟✠✁✄✁✡✁✆☛✂✝☞ ✠✌ ✟✂✟✝✌ ✆✌ ✍✂✠✂✁✆

✎✏✑✍ ✒✓✔ ✒✕ ✒✓✠✖✗✘✙

✎✏✑ ✏✑✠✖✗✘✙✝✖✘✔ ✒✚✒✓✚✒✓✂✓✛✖✘✓ ✒✕✙ ✗✓ ✒✜

Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang di dasarkan atas kahendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termaasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud. Perdagangan selalu menguntungkan masing-masing pihak atau setidak-tidaknya salah satu pihak tidak ada yang dirugikan. Perdagangan timbul karena salah satu atau kedua pihak melihat adanya manfaat / keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut dari pertukaran tersebut (Boediono, 2000 : 10).

Menurut Nugroho (2003;2) Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dmaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks.

Menurut Tambunan (2000:1), perdagangan internasional adalah perdagangan antar atau lintas negara yang meliputi kegiatan ekspor dan impor.


(28)

Perdagangan internasional dibagi menjadi 2 kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa antara lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi, pembayaran bunga, dan remmit✢✣ ✤e seperti gaji tenaga kerja Indonesia sertafee atau royalty teknologi (lisensi).

Teori perdagangan internasional adalah teori yang mencoba mengungkapkan mengapa sebuah negara melakukan kerjasama perdagangan internasional dengan negara lain. Teori tersebut makin disempurnakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan Heckser Ohlin.

1) Teori Pra Klasik (Merkantilisme)

Merkantilisme merupakan filosofi ekonomi pada abad ke enam belas yang mempunyai pendapat bahwa kepemelikan emas dan perak menjadi tolak ukur untuk menentukan kekayaan yang dimiliki oleh suatu negara. Bagi kaum merkantilisme perdagangan internasional merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Tujuan dari penganut merkantilisme dalam suatu negara adalah dengan meningkatkan ekspor sebesar-besarnya dan mencegah adanya impor.

2) Teori Klasik

Menurut Adam Smith, suatu Negara akan mengekspor barang tertentu karena Negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain, karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Keunggulan mutlak oleh Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit


(29)

dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit disbanding kemampuan negara lain ( Deliarnov, 1995 : 198).

Suatu negara yang memiliki keunggulan mutlak tidak selalu akan mengekspor semua barang yang di produksinya. Menurut David Ricardo salah seorang ekonom klasik, yang berlaku dalam keadaan seperti ini adalah teori keunggulan komparatif dimana suatu negara hanya akan mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang memiliki keunggulan komparati rendah, yaitu barang yang jika dihasilkan sendiri memerlukan biaya yang lebih besar (Boediono, 2000 : 21).

3) Teori Modern

Perkembangan teori perdagangan internasional selanjutnya dikembangkan oleh ahli ekonomi Swedia yaitu Eli Hecksher dan Berti Ohlin, dimana kedua ahli ekonomi ini terkenal dengan teori Hecksher Ohlin yaitu teori faktor proporsi. Teori yang lebih modern yang menyatakan bahwa terjadinya perdagangan internasional disebabkan karena adanya perbedaan relatif faktor faktor pemberian dan intensitas penggunaan faktor produksi (Lindert, 1994 : 35). Heckser Ohlin yang menyatakan bahwa setiap negara akan mengekspor barang yang diproduksinya menggunakan faktor produksi yang perseduaanynya melimpah dan murah serta menyimpan barang yang produksinya menggunakan sektor produksi yang persediaannya langka dan mahal secara intensif.

Suatu negara akan menghasilkan barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang lebih banyak (harga relative faktor produksi renda). Atau sebaliknya teori ini menganggap bahwa tiap-tiap negara akan mengekspor


(30)

komoditi yang relative murah dan melimpah di negara itu dan mengimpor komoditi yang relative langka dan mahal. (Boediono, 2000 : 52).

4) Teori Permintaan dan Penawaran

Pada prinsipnya perdagangan dua negara itu timbul karena adanya permintaan dan penawaran. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang dan penawaran suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harga (sukirno, 2006:76).

✥✦✧ ✦ ✥★ ✩✪✫✬✭ ✮✯ ✰✪✫

Pengertian ekspor di Indonesia tertuang dalam pasal 1 UU No.10 tahun 2000 tentang ekspor, yaitu kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan atas produksi industri lokal, yaitu industri-industri di negara tersebut yang produksinya terutama digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar di negara tersebut. Sehingga ekspor merupakan kelebihan produksi dalam negeri dimana kemudian kelebihan dari produksi tersebut dipasarkan keluar negeri sehingga terjadi ekspor.

Pada hakekatnya perdagangan internasional timbul karena tidak adanya suatu negara pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri baik berupa barang maupun jasa (Deliarnov, 1995:195). Jadi dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar internasional. Sedangkan eksportir adalah pedagang besar yang telah diakui oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk mengeluarkan barang atau jasa yang diproduksi di dalam negeri keluar wilayah Indonesia.


(31)

Suatu negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke luar negeri., sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari negara lain. Untuk dapat mengekspor suatu negara harus mampu menghasilkan barang dan jasa yang memiliki standar tinggi di pasaran internasional.Pada perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan dan sektor pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di negara yang bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan negara lain.Kemampuan suatu negara untuk bersaing ditentukan oleh banyak faktor antara lain sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, manajemen, dan sosial budaya. Semua faktor tersebut pada akhirnya akan menentukan kualitas dan harga harga barang yang akan dihasilkan.

Menurut Sukirno (2004 : 109) faktor-faktor yang menentukan ekspor adalah :

1. Daya saing dan keadaan ekonomi negara lain

Suatu sistem perdagangan internasional yang bebas, kemampuan suatu negara untuk menjual komoditi ke luar negeri tergantung pada kemampuannya menyaingi barang-barang sejenis di pasar internasional. Besarnya pasaran barang di luar negeri sangat ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara lain. Kemajuan yang pesat di berbagainegara akan meningkatkan ekspor suatu negara. 2. Proteksi di negara-negara lain.

Proteksi di negara-negara lain akan mengurangi tingkat ekspor suatu negara. Contohnya kebijakan proteksi di negara-negara maju dapat menghambat perkembangan ekspor di negara berkembang.


(32)

3. Kurs Valuta Asing.

Peningkatan kurs mata uang negara pengimpor terhadap mata uang negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli negara pengimpor yang mengakibatkan nilai ekspor negara pengekspor menjadi meningkat.

✱✲✳ ✲ ✱✲ ✳✴✵✶✷✸ ✹✺ ✻✸ ✼✽✾

Ekspor suatu negara adalah impor negara lain. Dengan harga dianggap tetap, ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional negara tersebut. Oleh karena itu dalam diagram ekspor pendaptan nasional, fungsi ekspor digambarkan sebagai garis lurus horizontal. Artinya, ekspor tidak tergantung pada pendapatan nasional.

Berapapun besarnya pendapatan nasional maka ekspor pun akan tetap. Ini berarti pendapatan nasional tidak mempengaruhi ekspor. Tetapi sebaliknya, seperti halnya investasi, ekspor mempengaruhi pendapatan nasional ( Nopirin 2000 :242).

Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut : ✿❀ ❁❂ ❀✾✱✲✳✴✵✶✷✸ ✹✺ ✻✸ ✼✽✾

X


(33)

❉❊❋ ❊ ❉❊❉●❍ ■❏ ❑❏ ▲ ▼❏ ◆ ■❍

1. Menyampaikan pesanan (❖ P◗ ❘r) pada eksportir.

2. Meminta bank membuka L/C untuk eksportir (opening ❙❚ ❯❱ ), yang dapat bertindak sebagai❲❚❳ing ❙❚ ❯❱ .

3. Menyelesaikan persyaratan-persyaratan pembukaan L/C padaopening ❙❚ ❯k . 4. Menerima pemberitahuan tibanya dokumen-dokumen pengapalan dari

opening bankyangndikirim oleh advising atau negotiating bank.

5. Menyelesaikan formulir-formulir impor dan perhitungan-perhitungan asuransi, bea masuk dan pajak.

6. Melakukan penyetoran pajak, bea masuk, dan lain-lain .

7. Menebus dokumen-dokumen pengapalan dengan melakukan pembayaran, akseptasi wesel kepada opening bank sesuai syarat L/C.

8. Menyerahkan bukti penyelesaian formulir impor dan pelunasan pajak atau bea masuk yang telah disahkan oleh bank kepada bea cukai untuk memperolehdelivery order(DO)

9. Menyerahkan DO dan B/L kepada maskapai pelayaran untuk pengeluaran barang-barang dengan atau tanpa perusahaan ekspedisi (freight forwarder atauEMKL).

10. Mengajjukan klaim ganti rugi kepada eksportir atau kepada maskapai asuransi, adlam hal terdapat kehilangan atau kerusakan barang.

11. Melunasi wesel pada tanggal jatuh tempo, jika belum diselesaikan dengan bank.


(34)

❨❩❬ ❩ ❨❩ ❭❪❫❴❵❛ ❜❝ ❞❡❢ ❣

Impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran keluar modal luar negeri. Oleh karena itu pendapatan yang ditimbulkan karena proses produksi dapat di gunakan untuk membeli barang dan jasa dalam negeri (C), atau keluar dari aliran pendapatan sebagai tabungan (S) atau pembelian barang dari luar negeri (M).

Dengan anggapan bahwa harga dan tingkat bunga tetap, maka impor seperti halnya tabungan tergantung (secara positif) pada pendapatan. Makin tinggi pendapatan, maka makin tinggi impor. Tabel 2.1 berikut menunjukan hubungan tersebut :

Dua konsep penting yang berhubungan dengan fungsi impor ini adalah ❤✐❥ ❤❦ ❧e propensity to import (APM) dan marginal propensity to import (MPM). APM adalah proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang impor = M/Y, sedangkan MPM adalah proporsi dari kenaikan (penurunan) pendapatan yang digunakan untuk menambah (mengurangi) impor =ΔMΔY.

Secara grafik MPM ditunjukan dengan sudut arah dari funsi impor. Karena fungsi impor merupakan garis lurus, maka ΔM/ΔY konstan. Dalam ekonomi terbuka pendapatan digunakan untuk konsumsi barang dalam negeri(C), impor (M) atau ditabung (S), konsekuensinya :APC + APS + APM = 1. Karena setiap pendapatan juga digunakan untuk menambah C,S atau M, maka MPC + MPS + MPM = 1.


(35)

A

B

C

D

M (fungsi Impor) MPM

Perubahan faktor ini akan menggeser fungsi impor. Seperti misalnya karena inflasi terjadi di dalam negeri sehingga daya saing menurun, maka impor cenderung naik dan kurva impor bergeser ke atas (Nopirin, 2000 : 241).

♠♥ ♦♣qr st✉✈♣✇① q②③ ④⑤⑥

GNP (Y) Impor

(M) (M/Y)APM Y M ( M/ Y)MPM

A 90 0 0 50 5 0,1

B 140 5 0,03 50 5 0,1

C 190 10 0,05 50 5 0,1

D 240 15 0,06 50 5 0,1

⑦⑧ ⑨⑩❶r : Nopirin (2000:240) Keterangan :

GNP :Gross National Product Y : Total Pendapatan M : Total Impor

APM :Average Propensity to Import MPM :Marginal Propensity to Import

Secara Grafik dapat ditunjukan sebagai berikut : ❷♥ ③ ♦♥⑥rsr ❸①❹❺❻ ❼②③ ④⑤⑥

Impor (M)

20 10

P (Y)

0 100 150 200 250 300


(36)

Dua konsep penting yang berhubungan dengan fungsi impor ini adalah average propensity to import (APM) dan marginal propensity to import (MPM). APM adalah proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang impor = M/Y, sedangkan MPM adalah proporsi dari kenaikan (penurunan) pendapatan yang digunakan untuk menambah (mengurangi) impor =ΔMΔY.

Secara grafik MPM ditunjukan dengan sudut arah dari funsi impor. Karena fungsi impor merupakan garis lurus, maka ΔM/ΔY konstan. Dalam ekonomi terbuka pendapatan digunakan untuk konsumsi barang dalam negeri(C), impor (M) atau ditabung (S), konsekuensinya :APC + APS + APM = 1. Karena setiap pendapatan juga digunakan untuk menambah C,S atau M, maka MPC + MPS + MPM = 1.

Impor tidak hanya tergantung pada pendapatan. Faktor lain juga mempengaruhi, seperti; daya saing produksi dalam negeri, selera dan sebagainya. Perubahan faktor ini akan menggeser fungsi impor. Seperti misalnya karena inflasi terjadi di dalam negeri sehingga daya saing menurun, maka impor cenderung naik dan kurva impor bergeser ke atas (Nopirin, 2000 : 241).

❽❾❿ ❾➀ ➁➂➃➄➂ ➅➆➇➈➃➉➂ ➅➈ ➊➇➃➈➃

Menurut Soeroto (1983 : 25) kerajinan adalah suatu usaha produktif di sektor nonpertanian baik berupa mata pencaharian utama maupun mata pencaharian sampingan. Usaha kerajinan sebagai kegiatan produktif non pertanian tumbuh atas dasar dorongan naluri manusia untuk memiliki barang dan alat yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupannya.


(37)

Hasil usaha kerajinan menurut S.K Menteri Perindustrian No 261/M/SK1989 tanggal 20 September 1989 tentang ketentuan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) barang kerajinan (Kanwil Dep. Perindustrian Bali 1989) disebutkan bahwa suatu barang dapat dikatakan sebagai hasil kerajinan apabila cara pengerjaannya :

1. Dibuat sepenuhnya dengan tangan.

2. Dikerjakan dengan alat yang dipegang dengan tangan seperti pahat dan paku. 3. Dikerjakan dengan mesin yang digerakkan dengan kaki/tangan seperti mesin

jahit yang digerakkan dengan pedal, papan putar tembikar yang digerakkan dengan kaki.

4. Dikerjakan dengan alat penggerak mesin tetapi cara kerjanya masih dipegang dengan tangan seperti bor listrik.

5. Digerakkan dengan salah satu atau beberapa kombinasi dari proses tersebut diatas.

Penduduk pulau Bali terkenal sangat kreatif, apapun yang dihasilkan sebagai kerajinan tangan dapat dijual dan laku. Darah seni yang dimiliki masyarakat Bali mengalir pada hasil kerajinan tangannya. Kerajinan tangan yang terkenal antara lain :

1. Seni ukir kayu-kayuan dalam berbagai bentuk dan warna 2. Seni ukir batu padas dan batu-batuan lainnya

3. Alat-alat perhiasan dari ukiran kayu 4. Hiasan-hiasan dinding


(38)

6. Baju-baju Bali termasuk perhiasan-perhiasan penari Bali 7. Perhiasan emas dan perak dengan desain Bali

8. Pernak-pernik, dan lain-lain (Bappeda Kota Denpasar, 2001). ➋➌➍ ➌➎ ➏➐➑➒ ➓➔→➣↔➣↕➣➑➙➛ ➏➜➓➝➞➟

Pengertian dasar tingkat suku bunga sebagai harga dari uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai harga ini bisa dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah nanti, misalnya setahun (Boediono, 1993:75).

Menurut Kasmir (2003), terdapat dua macam bunga dalam kegiatan sehari-hari, yaitu:

1. Binga simpanan, yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang dibank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada masyarakatnya Sebagai contoh : jasa giro/tabungan, dan bunga deposito.

2. Bunga pinjaman, yaitu bunga yang diberikan kepada peminjam atau harga yang harus dibayarkan oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.

Menurut Bank Indonesia (2005) bunga kredit adalah sejumlah ganti rugi atau balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah. Bagi peminjam, bunga kredit dipandang sebagai suatu biaya atau ongkos yang dikeluarkan olehnya sedangkan bagi bank kredit dipandang sebagai pendapat bank yang menguntungkan. Berdasarkan tujuannya, bunga kredit timbul karena pemakaian uang untuk :


(39)

1) Kredit Modal Kerja, yaitu kredit jangka pendek yang diberikan oleh bank untuk keperluan modal kerja debitur yang bersangkutan.

2) Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang untuk pembelian barang-barang modal dan jasa yang diperlukan oleh peminja untuk diinvestasikan berupa rehabilitas, modernisasi, ekspansi, relokasi usaha, dan atau pendirian usaha baru. Jadi kredit ini untuk keperluan menanam modal (bukan untuk modal kerja), sehingga kredit ini bersifat produktif dimana perusahaan yang diberikan kredit mempunyai perencanaan yang terarah. 3) Kredit untuk konsumsi, yaitu pemberian kredit untuk keperluan komsumsi

dengan cara membeli, menyewa, ataupun dengan cara yang lainnya. ➠➡➢ ➡➤➡ ➢➥➦➧➦➨➩➫ ➨➭➦ ➯➦➲➦ ➨➩➫➳➵ ➸➺➻➼➽ ➸➨➩➫➨➾➯➚ ➪➶➵➡

Kredit kegiatan produksi dapat menjadi modal kerja yang dapat mendorong kelancaran produksi, tidak terkecuali komoditas yang berorientasi ekspor. Namun adanya kredit tidak terlepas dari adanya tingkat bunga yang merupakan aspek biaya yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan produksi. Tingkat suku bunga yang turun akan menyebabkan masyarakat meminjam kredit di Bank dan mempergunakan kredit tersebut untuk modal kerja dan berproduksi sehingga produksi akan meningkat dan ekspor juga akan meningkat (Nanga, 2001:124). Terjadinya peningkatan bunga kredit menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit,karena adanya penambahan biaya pengembalian hutang, sehingga eksportir enggan untuk mendapatkan dana lebih besar.Jadi, antara tingkat suku bunga kredit dengan ekspor memiliki hubungan yang negatif.


(40)

➹➘➴ ➘➷ ➬➮➱✃ ➮❐❒ ❮❰ ➱Ï ➱Ð Ñ❰Ò ❮

Pengertian inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus (Boediono, 2000:97). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas pada sebagian besar dari harga-harga barang lain. Kenaikan harga karena musiman, menjelang hari raya atau hari besar dan terjadi sekali saja, pada saat itu tidak dapat disebut sebagai inflasi. Demikian juga menurut Nopirin (2000:25), inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa kenaikan harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan secara tidak bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama periode tertentu.

Menurut Boediono (1993:98) inflasi berdasarkan berat ringannya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam tingkatan yaitu :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% pertahun)

2. Inflasi sedang (berkisar antara 10% - 30% pertahun) 3. Inflasi berat (berkisar antara 30% - 100% pertahun) 4. Hiper Inflasi (lebih besar dari 100% pertahun)

Sedangkan Nopirin (1997:35) mengelompokkan inflasi berdasarkan tinggi rendahnya inflasi yang terjadi, maka inflasi dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu : 1. Inflasi rendah (kurang dari 10% pertahun)


(41)

Pendapat Nopirin tersebut dapat diartikan, bahwa laju inflasi yang rendah biasanya diikuti oleh kenaikan harga secara lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. Inflasi menengah ditandai dengan kenaikkan harga yang cukup besar dan kadang kala bersifat relatif pendek jangka panjang waktunya serta bersifat serasi artinya harga pada minggu atau bulan ini lebih tinggi dari harga-harga pada minggu atau bulan lalu. Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk mempunyai uang. Nilai uang yang merosot tajam menyebabkan masyarakat lebih suka berinvestasi dalam bentuk barang. Inflasi ini biasanya terjadi disebabkan pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang disertai dengan mencetak uang.

Selain itu inflasi dapat dikelompokkan atas dasar penyebab awal terjadinya inflasi. Atas dasar hal ini maka inflasi dapat dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu : 1. Inflasi karena dorongan permintaan (Excess Demand Inflation)

Inflasi yang terjadi sebagai akibat permintaan total terhadap barang dan jasa naik lebih cepat dibandingkan dengan tingkatoutput full employment.

2. Inflasi karena perubahan struktur permintaan(Bottleneck Inflation)

Inflasi yang terjadi karena berubahnya struktur permintaan yang lebih cepat dibandingkan dengan peredaran barang-barang. Faktor yang mempengaruhi inflasi jenis ini misalnya, perang, bencana alam dan sebagainya.

3. Inflasi karena dorongan biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi yang diakibatkan karena adanya banyak golongan dalam masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memaksakan kenaikan upah atau gaji serta harga.


(42)

4. Inflasi karena pengeluaran pemerintah

Yaitu inflasi yang terjadi jika pemerintah melakukan lebih banyak pengeluarannya untuk pembelian barang-barang daripada apa yang bisa dicapai dari pungutan pajak.

Berdasarkan dari mana inflasi berasal, maka inflasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)

Yaitu inflasi yang disebabkan karena defisit anggaran yang dibiayai dengan jalan percetakan uang baru maupun akibat panen gagal yang berlangsung terus-menerus.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)

Inflasi yang terjadi karena kenaikan harga-harga barang di suatu negara yang dapat berupa kenaikan harga barang impor yang dapat menyebabkan kenaikkan indeks biaya hidup.

Tingkat pendapatan yang semakin tinggi akan berdampak pada makin naiknya permintaan barang-barang impor. Hal ini secara otomatis akan menaikkan permintaan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung naik. Demikian juga adanya inflasi menyebabkan impor naik dan ekspor turun (Nopirin, 1997 : 148) sehingga hubungan tingkat inflasi dan nilai ekspor adalah berbanding terbalik. Artinya jika terjadi inflasi yang semakin tinggi maka nilai ekspor akan semakin turun, sebaliknya jika inflasi semakin rendah maka nilai ekspor akan cenderung meningkat.


(43)

ÓÔÕ ÔÖÔ Õ×ØÙ ØÚ ÛÜÝÞßàá ÜÝâ Üãä Øåß

Inflasi (æ çèe of inflçèion ) sebagai salah satu indikator ekonomi berguna untuk formulasi kebijakan ekonomi dalam hal menjaga stabilitas harga/upah, evaluasi pajak, menyesuaikan perhitungan pendapatan nasional (éeflçèor ) dan sebagai tolok ukur penyesuaian upah dan gaji serta pensiun agar selalu bisa mengikuti harga.

Perhitungan inflasi dapat dilakukan secara bulanan dan tahunan dengan rumus (Paulus dan Kembar, 2015) :

1. Perhitungan inflasi secara bulanan 100% x100% IHKIHK IR 1 n n

n 

       Dimana:

IRn = angka inflasi (%) bulan n

IHKn = Indeks Harga Konsumen Gabungan bulan n

IHKn-1 = Indeks Harga Konsumen Gabungan bulan sebelumnya (n-1) 2. Perhitungan inflasi secara tahunan

a) Point to point method, yaitu menghitung inflasi setiap bulan Desember (disebut jugaDecember to December method)

100% x100% IHK IHK IR Dec97 98 Dec

98 

     

b) Average to average method, yaitu menghitung inflasi dengan caramembandingkan IHK rata-rata selama setahun dengan rata-rata IHK tahun sebelumnya


(44)

100% x100%

IHKIHK IR

1 -t t

t 

  

  

Dimana:

IHKt = Indeks Harga Konsumen Gabungan satu tahun dibagi 12

IHKt -1 = Indeks Harga Konsumen Gabungan tahun sebelumnya dibagi 12 c) êummulëìive meí îït , cara ini yang dipakai pemerintah dimana inflasi setiap

bulan dalam tahun anggaran (April-Maret) dijumlahkan.

Dimana:

IHKt = Indeks Harga Konsumen dalam satu tahun anggaran IHKt -1 = Indeks Harga Konsumen tahun anggaran sebelumnya ðñò ñóñðô õöõ÷øù ÷ú÷ûù üùý þ÷øÿù û ÷✁✂ù ✄ þ☎✆ ÷øù÷✝ þ✂ù þ✞ÿ ✄✟✠ ü

Kenaikan harga-harga menimbulkan akibat yang buruk terhadap perdagangan luar negeri dari negara yang mengalami inflasi (Sukirno,1994:308). Kenaikan harga-harga menyebabkan barang yang di produksi di negara itu tidak dapat bersaing dipasaran internasional. Akibatnya, nilai ekspor negara akan turun. Sebaliknya kenaikan harga-harga dalam negeri menyebabkan barang-barang dari negara lain menjadi relatif lebih murah, dan ini akan mempercepat pertumbuhan impor. Impor yang lebih besar dari ekspor akan menyebabkan cadangan devisa negara tergerogoti. Hal ini tentunya tidak diinginkan oleh negara manapun. Untuk mencegah semakin menipisnya cadangan devisa ini tentunya hal yang dilakukan negara adalah dengan jalan menekan impor. Salah satu alat yang dipakai untuk menekan impor adalah dengan menaikkan pajak impor. Tindakan ini akan


(45)

ekspor mempunyai hubungan yang negatif. Artinya bahwa laju inflasi yang tinggi akan menyebabkan nilai ekspor yang semakin rendah.

✡☛☞ ☛✌✍✎ ✏✑✒✓✍ ✔✕✑✖✗✘ ✔✙✗✚✑✛ ✏✜

Kegiatan transaksi perdagangan yang terjadi antarnegara yang terdiri dari kegiatan ekspor dan impor akan melibatkan perbandingan nilai tukar mata uang kedua negara yang bersangkutan. Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu di dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan kurs (ex✢✣✤ ✥✦ ✧★✤ ✩e ) (Nopirin, 1999:163).

Menurut Hamdy (2001:24) valas (foreign urre✥✢y ) diartikan sebagai mata uang dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral (Bank Indonesia). Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai ✣✤ ★✪ ✢urre✥ ✢y , yaitu mata uang yang nilainya relative stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Sedangkan

soft urre✥✢y adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya.


(46)

Nilai tukar mata uang asing suatu negara bisa terjadi dalam keseimbangan dan ketidakseimbangan yang dipengaruhi oleh keadaan neraca pembayaran suatu negara. Jika mengalami ✫✬fisit pada neraca pembayarannya berarti permintaan valas akan meningkat. Apabila cadangan devisa yang dimiliki terbatas, maka nilai tukar mata uang negara tersebut akan terus merosot terhadap mata uang asing. Begitu juga sebaliknya jika dalam neraca pembayaran suatu negara terjadi

surplus , maka nilai tukar mata uang dalam negeri akan meningkat. Mengetahui akan hal itu, maka kestabilan nilai tukar mata uang perlu dijaga agar kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan lebih mantap.

Untuk dapat mencapai kestabilan nilai tukar mata uang dalam negeri dan mata uang asing, maka ditetapkan beberapa sistem nilai tukar. Menurut Bank Indonesia (2004:69) ada 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu:

1) Sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating Exchange Rate) Dalam sistem nilai tukar ini, Bank Sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme pasar sepanjang berada di dalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar tersebut menembus batas atas/batas bawah dari kisaran tersebut, Bank Sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar valas sehingga nilai tukar bergerak kembali ke pita intervensi.

2) Sistem kurs tetap (Fixed Exchange Rate)


(47)

Bank Sentral siap membeli/menjual valas pada tingkat kurs yang ditetapkan. Jika kurs valas turun, maka pemerintah akan menjual valas di pasar sehingga penawaran valas bertambah dan kenaikan dapat dicegah.

3) Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate)

Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan atas penawaran yang ada di pasar valuta asing.

Perkembangan sistem kurs valuta asing di Indonesia telah mengalami 3 (tiga) periode sebagai berikut:

1) Tahun 1970-1978 Indonesia menganut sistem kurs tetap (fixed exchange ratesystem). Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain ditentukan pada nilai tertentu.

2) Tahun 1978-Juli 1997 Indonesia menganut sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rate system). Sistem kurs ini digunakan untuk mencipatakan kurs rupiah yang realistis dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rupiah, sehingga dapat menciptakan kestabilan moneter. 3) Tahun 1997-sekarang. Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang

bebas (free floating exchange rate system). Sistem ini digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menyelamatkan cadangan devisa yang tersedia.


(48)

✭✮✯ ✮✰✮ ✯✱✲✳✲✴✵✶ ✴✷✲✸✹✺✶ ✻✲ ✼✶✽✹ ✾ ✴✵✿❀ ✴✵✶✴❁ ❂✹ ❃❄✸

Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi maupun apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami depresiasi yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya), akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun.Hubungan kurs valuta asing dengan nilai ekspor dapat dijelaskan dengan konsep teori penawaran dimana penawaran adalah ekspor dari negara yang bersangkutan sedangkan harga yang dimaksud dalam hal ini adalah kurs valuta asing. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs (dollar Amerika Serikat) meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2000:319).

✭✮ ✭❅✲❆✲✹ ✶ ✴✱✾❃❄✼❀✹ ✾✹

Berdasarkan pokok permasalahan dengan didukung teori-teori yang relevan, maka penulis mencoba mengemukakan hipotesis yang akan dijadikan acuan dalam memecahkan pokok permasalahan penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Diduga bahwa tingkat suku bunga kredit, kurs valuta asing, dan tingkat inflasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali periode 1996-2014.


(49)

2. Diduga bahwa tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali periode 1996-2014,diduga bahwa kurs valuta asing dan tingkat inflasi berpengaruh positifsignifikan terhadap nilai ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali periode 1996-2014.


(1)

100% x100% IHKIHK IR 1 -t t

t 

      Dimana:

IHKt = Indeks Harga Konsumen Gabungan satu tahun dibagi 12

IHKt -1 = Indeks Harga Konsumen Gabungan tahun sebelumnya dibagi 12

c) êummulëìive meí îït , cara ini yang dipakai pemerintah dimana inflasi setiap

bulan dalam tahun anggaran (April-Maret) dijumlahkan.

Dimana:

IHKt = Indeks Harga Konsumen dalam satu tahun anggaran IHKt -1 = Indeks Harga Konsumen tahun anggaran sebelumnya ðñò ñóñðô õöõ÷øù ÷ú÷ûù üùý þ÷øÿù û ÷✁✂ù ✄ þ☎✆ ÷øù÷✝ þ✂ù þ✞ÿ ✄✟✠ ü

Kenaikan harga-harga menimbulkan akibat yang buruk terhadap perdagangan luar negeri dari negara yang mengalami inflasi (Sukirno,1994:308). Kenaikan harga-harga menyebabkan barang yang di produksi di negara itu tidak dapat bersaing dipasaran internasional. Akibatnya, nilai ekspor negara akan turun. Sebaliknya kenaikan harga-harga dalam negeri menyebabkan barang-barang dari negara lain menjadi relatif lebih murah, dan ini akan mempercepat pertumbuhan impor. Impor yang lebih besar dari ekspor akan menyebabkan cadangan devisa negara tergerogoti. Hal ini tentunya tidak diinginkan oleh negara manapun. Untuk mencegah semakin menipisnya cadangan devisa ini tentunya hal yang dilakukan negara adalah dengan jalan menekan impor. Salah satu alat yang dipakai untuk menekan impor adalah dengan menaikkan pajak impor. Tindakan ini akan


(2)

ekspor mempunyai hubungan yang negatif. Artinya bahwa laju inflasi yang tinggi akan menyebabkan nilai ekspor yang semakin rendah.

✡☛☞ ☛✌✍✎ ✏✑✒✓✍ ✔✕✑✖✗✘ ✔✙✗✚✑✛ ✏✜

Kegiatan transaksi perdagangan yang terjadi antarnegara yang terdiri dari kegiatan ekspor dan impor akan melibatkan perbandingan nilai tukar mata uang kedua negara yang bersangkutan. Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu di dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan kurs (ex✢✣✤ ✥✦ ✧★✤ ✩e ) (Nopirin, 1999:163).

Menurut Hamdy (2001:24) valas (foreign urre✥✢y ) diartikan sebagai mata uang dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral (Bank Indonesia). Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai ✣✤ ★✪ ✢urre✥ ✢y , yaitu mata uang yang nilainya relative stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Sedangkan

soft urre✥✢y adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat

pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya.


(3)

Nilai tukar mata uang asing suatu negara bisa terjadi dalam keseimbangan dan ketidakseimbangan yang dipengaruhi oleh keadaan neraca pembayaran suatu negara. Jika mengalami ✫✬fisit pada neraca pembayarannya berarti permintaan valas akan meningkat. Apabila cadangan devisa yang dimiliki terbatas, maka nilai tukar mata uang negara tersebut akan terus merosot terhadap mata uang asing. Begitu juga sebaliknya jika dalam neraca pembayaran suatu negara terjadi

surplus , maka nilai tukar mata uang dalam negeri akan meningkat. Mengetahui

akan hal itu, maka kestabilan nilai tukar mata uang perlu dijaga agar kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan lebih mantap.

Untuk dapat mencapai kestabilan nilai tukar mata uang dalam negeri dan mata uang asing, maka ditetapkan beberapa sistem nilai tukar. Menurut Bank Indonesia (2004:69) ada 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu:

1) Sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating Exchange Rate) Dalam sistem nilai tukar ini, Bank Sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme pasar sepanjang berada di dalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar tersebut menembus batas atas/batas bawah dari kisaran tersebut, Bank Sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar valas sehingga nilai tukar bergerak kembali ke pita intervensi.

2) Sistem kurs tetap (Fixed Exchange Rate)


(4)

Bank Sentral siap membeli/menjual valas pada tingkat kurs yang ditetapkan. Jika kurs valas turun, maka pemerintah akan menjual valas di pasar sehingga penawaran valas bertambah dan kenaikan dapat dicegah.

3) Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate)

Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan atas penawaran yang ada di pasar valuta asing.

Perkembangan sistem kurs valuta asing di Indonesia telah mengalami 3 (tiga) periode sebagai berikut:

1) Tahun 1970-1978 Indonesia menganut sistem kurs tetap (fixed exchange

ratesystem). Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar rupiah terhadap mata uang

lain ditentukan pada nilai tertentu.

2) Tahun 1978-Juli 1997 Indonesia menganut sistem kurs mengambang terkendali

(managed floating exchange rate system). Sistem kurs ini digunakan untuk

mencipatakan kurs rupiah yang realistis dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rupiah, sehingga dapat menciptakan kestabilan moneter. 3) Tahun 1997-sekarang. Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang

bebas (free floating exchange rate system). Sistem ini digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menyelamatkan cadangan devisa yang tersedia.


(5)

✭✮✯ ✮✰✮ ✯✱✲✳✲✴✵✶ ✴✷✲✸✹✺✶ ✻✲ ✼✶✽✹ ✾ ✴✵✿❀ ✴✵✶✴❁ ❂✹ ❃❄✸

Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi maupun apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami depresiasi yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya), akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun.Hubungan kurs valuta asing dengan nilai ekspor dapat dijelaskan dengan konsep teori penawaran dimana penawaran adalah ekspor dari negara yang bersangkutan sedangkan harga yang dimaksud dalam hal ini adalah kurs valuta asing. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs (dollar Amerika Serikat) meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2000:319).

✭✮ ✭❅✲❆✲✹ ✶ ✴✱✾❃❄✼❀✹ ✾✹

Berdasarkan pokok permasalahan dengan didukung teori-teori yang relevan, maka penulis mencoba mengemukakan hipotesis yang akan dijadikan acuan dalam memecahkan pokok permasalahan penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Diduga bahwa tingkat suku bunga kredit, kurs valuta asing, dan tingkat inflasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali periode 1996-2014.


(6)

2. Diduga bahwa tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali periode 1996-2014,diduga bahwa kurs valuta asing dan tingkat inflasi berpengaruh positifsignifikan terhadap nilai ekspor kerajinan kerang Provinsi Bali periode 1996-2014.