Faktor-Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya

lxxviii

BAB IV PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya

1. Faktor Bahaya a. Kebisingan Menurut Kepmenaker Nomor : KEP-51MEN1999 pasal 3 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, bahwa NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA untuk 8 jam kerja per hari dan 40 jam per minggu. Menurut pengukuran kebisingan yang dilakukan oleh balai hiperkes bandung di PT Denso Indonesia yang kebisingannya melebihi NAB adalah Radiator Test , Painting Radiator, MC Gasket Ring, Horn Aassembling Line, MC Cutting Wheel Machinery , Press Horn ada 2 lokasi, area Press ada 5 titik lokasi, Machining SP Part pada mesin MS Schutt e dan lokasi yang lainnya masing di bawah Nilai Ambang Batas. Intensitas kebisingan di luar lingkungan kerja menurut Kep. 48Men LHII1996 Baku Mutu Lingkungan 70 dB, untuk kebisingan Ambient sebelah barat pabrik 68,8 dBA dan sebelah timur 62,3 dBA jadi tidak menyebabkan gangguan pendengaran. Intensitas kebisingan di luar lingkungan kerja berada di bawah nilai ambang batas yang diperkenankan sehingga telah sesuai dengan Kep. 48Men LHII1996. Upaya-upaya yang dilakukan yaitu melakukan pengurangan sumber kebisingan pada sumbernya engenering control , yang dilakukan dengan 68 lxxix menempatkan peredam pada sumber kebisingan, perawatan secara rutin mesin- mesin atau proses yang menimbulkan kebisingan. Perusahaan juga melakukan proteksi terhadap tenaga kerja, dengan rotasi kerja dan mutasi kerja, pemberian berbagai macam merk alat pelindung telinga baik yang berupa ear plug maupun ear muff. Pemberian ear plug dapat mereduksi bising sampai dengan 15 dBA, sedangkan ear muff dapat mereduksi bising sampai dengan 25 sampai 30 dBA. Namun terkadang dijumpai tenaga kerja yang tidak memakai APD pada saat bekerja di area dengan intensitas bising tinggi. Meskipun beberapa area masih memiliki intensitas kebisingan melebihi NAB namun dengan berbagai upaya yang telah dilakukan mampu mengurangi tingkat kebisingan dan menghindarkan tenaga kerja dari paparan bising selama 8 jamhari sehingga hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker Nomor : KEP- 51MEN1999 pasal 3 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. b. Penerangan Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964, tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja. Pada pasal 2 disebutkan bahwa setiap bangunan harus mendapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. Syarat tersebut terdapat pada pasal 14 ayat 7 yang isinya yaitu penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil dan halus paling sedikit 300 Lux seperti pekerjaan kantor. Dari data terakhir pengukuran yang dilakukan oleh Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bandung ada 11 lokasi yang belum memenuhi standart. lxxx Sehingga 11 lokasi tersebut belum sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964, tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja. Terlampir dalam lampiran 13. c. Getaran Mekanis Menurut Kepmenaker No.Kep-51.MEN1999 tentang NAB faktor fisika di tempat kerja, pasal 4 menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat mdet 2 sedangkan menurut hasil pengukuran getaran mekanis di PT. Denso Indonesia tidak melebihi NAB sehingga telah sesuai dengan Kepmenaker No.Kep-51.MEN1999. d. Bahaya Terpapar Bahan Kimia Menurut Kepmenaker RI No. Kep. 187MEN1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instansi dan lingkungan. Resiko yang di hadapi karyawan apabila terpapar bahan kimia di antaranya adalah iritasi kulit, terbakar, terjatuh, terpeleset, penurunan kesehatan, gangguan pernafasan dan lain sebagainya PT. Denso Indonesia dalam proses produksinya banyak menggunakan bahan kimia berupa H 2 S, oli, solar, Epoxy , Oil Turalic , tinner, HCl, Asam CaCO 3. dan lain-lain. Untuk itu tindakan penanggulangan yang dilakukan perusahaan adalah lxxxi 1 Substitusi yaitu mengganti bahan yang berbahaya seperti pada proses washing sebelumnya menggunakan TCE kemudian diganti dengan senyawa alkali lain yang lebih aman. 2 Rekayasa teknik yaitu melakukan rekayasa secara teknik pada sumber bahaya. Yaitu dengan cara pemasangan exhaustion, ventilasi yang cukup. 3 Administratif yaitu dengan cara rotasi kerja bagi karyawan yang bekerja di area dengan resiko terpapar bahan kimia. Selain itu setiap bahan kimia berbahaya ada MSDS meliputi identitas bahan dan perusahaan, akibat terhadap kesehatan, tindakan pertolongan penyimpanan dan penanggulangan bahan kimia dan pengendaliannya. 4 Alat pelindung diri yang disediakan berupa masker dan sarung tangan, respiratori, sepatu karet. Upaya antisipasi bahaya terpapar bahan kimia yang dilakukan di PT. Denso Indonesia tersebut berarti telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-187MEN1999 tentang Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja. 2. Potensi Bahaya a. Kebakaran Kebakaran terjadi dari tiga unsur yaitu oksigen, bahan mudah terbakar dan panas. Di perusahaan potensi bahaya kebakaran sangat besar yang dapat menimbulkan penderitaan, malapetaka dan menghilang waktu kerja Suma’mur 1996. lxxxii Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186MEN1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 ayat 1 menyatakan “Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja”. Adapun kewajiban tersebut terdapat pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186MEN1999 pasal 2 ayat 2, meliputi : a. Pengendalian setiap bentuk energi b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang memperkerjakan lebih 50 lima puluh orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. Di PT. Denso Indonesia telah melakukan antipasti terhadap adanya bahaya kebakaran. Antisipasi tersebut meliputi pembentukkan tim pemadam kebakaran, penyediaan alat-alat pemadam kebakar yang berupa APAR, hydrant , pasir dan detektor kebakaran serta latihan-latihan terhadap pemadam kebakaran yang dilakukan secara berkala yaitu 1 tahun sekali. Cara lain sebagai usaha preventif diantaranya berupa pemberlakuan aturan-aturan seperti larangan merokok di sembarang tempat dan untuk material yang mudah terbakar diberi tanda bahaya stiker bahan mudah terbakar dan penempatannya terpisah. lxxxiii Upaya antisipasi kebakaran yang dilakukan di PT. Denso tersebut berarti telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186MEN1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. b. Bahaya Listrik Menurut PUIL 2000 bagian 3.2 tentang Berbagai Sistem Proteksi yang Bertujuan untuk Menjamin atau Terjaminnya Keselamatan Umum. Perusahaan menggunakan tegangan listrik tinggi maka potensi tersengat listrik sangatlah besar, hal ini dapat diatasi dengan adanya pemasangan label warning, standarisasi jaringan kabel, pengecekan rutin instalasi listrik dan pemasangan cover acrilic pada panel listrik dan pemasangan kabel dengan system grounding. Maka instelasi listrik di PT. Denso Indonesia telah sesuai PUIL 2000 khususnya pada bagian 3.2. c. Ledakan Menurut Kepmenaker RI No. Kep-187MEN1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya. PT. Denso Indonesia telah melakukan pengendalian terhadap bahaya ledakan dengan pemasangan symbol dan MSDS pada tiap material bahan kimia yang dapat meledak, tempat penyimpanannya telah dijauhkan dari bahan oksidator dan panas, SOP tentang penyimpanan dan penanganan bahan kimia mudah meledak dan penyediaan alat pemadam kebakaran di area yang berpotensi terjadinya ledakan. PT. Denso Indonesia telah menerapkan penanggulangan ledakan sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep-187MEN1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya. lxxxiv d. Terjepit, Tertabrak dan Kejatuhan Potensi bahaya terjepit yang ada di PT. Denso Indonesia Suntet Plant telah ditanggulangi dengan pemasangan safety device yaitu berupa Safety cover pada mesin, pemasangan dua tombol double push buttom, interlock , lampu sensor, pemasangan label-label peringatan, prosedur kerja, rambu bahaya. Potensi bahaya tertabrak yang ada di PT. Denso Indonesia sebagian besar adalah tertabrak oleh alat angkut seperti fork lift, honey bee dan truk pengangkut material dan hasil produksi yang banyak berlalu lalang di sekitar pabrik. Bahaya tertabrak terutama banyak terjadi pada area transportasi masuk dan keluar barang. Potensi bahaya kejatuhan yang ada di PT. Denso Indonesia oleh barang- barang yang penempatannya berada pada rak yang tinggi dan kejatuhan material bangunan pada atap bangunan yang kedaan sudah berkarat. Biasanya potensi bahaya kejatuhan barang terjadi pada area CKD Import , Rental Ware House Area . Untuk penaggulangan potensi bahaya kejatuhan PT. Denso Indonesia memberikan pemagaran pada rak penyimpanan barang, pengcekan bangunan perusahaan secara berkala dan pelatihan forklift pada tenaga kerja. e. Pencemaran Udara Pencemaran udara pada PT. Denso Indonesia berasal dari uap, debu dan gas hasil sisa proses produksi. Namun hal ini telah ditanggulangi dengan baik yaitu dengan pemasangan local exhauster, ventilasi dan cerobong asap pada area produksi yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara. Rotasi kerja dan mutasi kerja serta pemberian APD bagi karyawan seperti masker dan respiratori. Sehingga dalam hal ini PT. Denso Indonesia telah melakukan pencegahan lxxxv pencemaran udara yang telah sesuai dengan PP RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. f. Pencemaran Air Pencemaran air pada PT. DENSO Indonesia adalah dari limbah cair dari proses produksi yang berupa oli, limbah kantin dan limbah cair domestik. Proses radiator menghasilkan limbah cair dari proses paiting dan washing yang kemudian diproses melalui WWT I dan WWT II .Untuk pengolahan limbah domestik yang berasal dari toilet dan pantry diolah sendiri dengan system STP Sewage Treatment Plant. Sehingga baku mutu limbah cairnya telah berada dibawah nilai ambang batas yang telah ditentukan. g. Pencemaran tanah Pencemaran tanah pada PT. DENSO Indonesia yaitu diakibatkan oleh scrap kuningan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran tanah maka limbah padat seperti berbagai macam scrap yaitu jenis kuningan, tembaga, besi tua, kuningan, bubuk kuningan, tembaga radiator, tembaga dinamo, potongan radiator, kardus, diambil oleh PT. Timur Jaya untuk recycle . Limbah padat B3 berupa accu bekas, solvent kotor, sludge minyak, timah solder bekas, scrap alumunium, majun dan sarung tangan terkontaminasi oli dikirim ke PT. Inti sumber nusa rejeki. Limbah timah solder dan kimia solder bekas flux dikirim ke PT Citra logam alpha sejahtera. Zinc chromate sludge, contminated rags, kerak cat, oil filter bekas, lampu TL bekas, zinc chromate liquid, hidrocarbon waste,radiator cleaning proses dikirim ke PPLI. lxxxvi

B. Pelayanan Kesehatan