MARLINA BKI 3 C LAPORAN PENGAMATAN DAKWA

LAPORAN PENGAMATAN KEGIATAN DAKWAH
A.

DESKRIPSI DAKWAH
Kegiatan dakwah yang saya teliti adalah kegiatan pengajian rutin yang diadakan oleh

UKM LDM dan Habibi Comunity setiap dua minggu sekali di Masjid Iqomah UIN Bandung.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari kamis dari pukul 17.00 s.d. 19.00 WIB. Nama kegiatan
ini adalah kajian abad 21 yang bertemakan “Allah Is One (Allah dengan keimanan dan
ketakwaan)”. Waktu itu ketika saya mengikuti kegiatan ini dainya adalah Faisal. Faisal ini
adalah seorang mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung,
semester akhir. Pemuda yang akrab di sapa Isal ini sejak awal masuk kuliah sudah mulai aktif
di Organisasi dan Unit Kegiatan Mahasiswa atau yang biasa dikenal dengan istilah UKM,
mulai dari UKM LDM (Lembaga Dakwah Mahasiswa) sampai organisasi Habibi Comunity.
Sejak mengikuti dua kegiatan tersebut banyak hal yang di pelajari Faisal, di UKM
LDM dia diajarkan teknik dan metode cara berdakwah yang baik dan benar sedangkan di
Habibi Comunity dia diajarkan cara menjadi publik speaking yang hebat dan dihargai.
Berbekal pengalaman di organisasi tersebut membuat Faisal merasa yakin dan pada akhirnya
mulai mencoba belajar menjadi seorang pendakwah yang baik, hebat dan dihargai. Itulah
sepintas yang diceritakan oleh Faisal di awal perkenalannya.
Dengan madunya dari anggota UKM dan habibi Comunity itu sendiri serta mahasiswamahasiswa yang lain. Faisal berpenampilan rapih, dan gagah sehingga menimbulkan kesan

menarik. Penggunaan kata dan pemakaian kalimat sederhana, membuat materi yang
disampaikan mudah diterima dan dipahami. Sikap dan gaya dakwah Faisal yang cenderung
supel, membuat mad’u tidak mudah bosan apalagi ia mampu mengaitkan dakwahnya dengan
pengetahuan serta pengalaman-pengalaman pribadinya yang dibumbui cerita-cerita lucu
sehingga membuat suasana majelis menjadi hidup. Dengan mengangkat tema “Allah Is
One” diharapkan dapat meningkatkan
datang, khususnya mahasiswa.

keimanan dan ketakwaan bagi para mad’u yang

B.

METODE DAKWAH
Pada dasarnya metode dakwah yang digunakan adalah metode al-mauidzah al-

hasanah, bi Lisan (ceramah), dan media visual.
1.

Al- Mauidzah Al- Hasanah
Mauidzah hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasihat


kepada orang lain dengan cara yang baik, dapat diterima, berkenaan di hati, menyentuh
perasaan, lurus di pikiran, menghindari sikap kasar, dan tidak mencari atau menyebut
kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat
mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah.1
Menurut Ali Musthafa Yakub, bahwa mau’izah hasanah, adalah ucapan yang berisi
nasihat-nasihat baik dan bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumenargumen yang memuaskan sehingga pihak audiens dapat membenarkan apa yang
disampaikan oleh subjek dakwah.2
Seorang dai sebagai subjek dakwah harus mampu menyesuaikan dan mengarahkan
pesan dakwahnya sesuai tingkah berpikir dan lingkup pengalaman dari objek dakwahnya,
agar tujuan dakwah sebagai ikhtiar untuk mengaktualisasikan nilai ajaran-ajaran Islam ke
dalam kehidupan pribadi atau masyarakat dapat terwujud.
2.

Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan

keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan
menggunakan lisan. Metode ceramah merupakan suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai
oleh ciri-ciri karakteristik bicara seorang dai pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus

diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan faktor-faktor lain yang
membuat pendengar membuat simpatik dengan ceramahnya.3
Metode ceramah atau muhadarah atau pidato ini telah dipakai oleh semua Rasul
Allah dalam menyampaikan ajaran Allah. Sampai sekarang pun masih merupakan metode
yang paling sering digunakan oleh para dai sekalipun alat komunikas modern telah tersedia.
Tidak terikat oleh aturan yang ketat. Umumnya, ceramah diarahkan kepada sebuah publik,
lebih dari seorang.
Dalam dakwah dengan lisan, Faisal dalam menyampaikan ceramahnya menggunakan
bahasa yang lemah lembut, tutur kata yang sopan dan kemasan kata serta kalimat yang
1 Samsul Munir Amin. 2013. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah). Hlm. 99-100.
2 Ali Musthafa Yakub. 1997. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. (Jakarta: Pustaka Firdaus). Hlm. 21.
3 Op.cit. hlm. 101.

digunakannya sederhana, membuat materi yang disampaikannya mudah di pahami oleh
mad’u. Selain itu juga, beliau dalam menyampaikan gagasan, ceramah atau pidato
dilakukannya secara komunikatif, humoris, mampu memberi petuah tanpa menyinggung
perasaan orang.
Dalam hal ini peran bahasa sangat penting dalam menyampaikan materi dakwah.
Bahasa yang dimaksud adalah “bahasa” dalam arti yang seluas-luasnya. Karena bahasa
merupakan media yang paling banyak dipergunakan oleh umat manusia dan hanya bahasa

yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide,
informasi atau opini; baik mengenai hal yang konkrit maupun abstrak.4
Selain itu, dakwah yang disampaikan sangat fleksibel, mudah disesuaikan dengan
situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia. Jika waktu yang tersedia sedikit bahan
dipersingkat dan sebaliknya jika waktunya memungkinkan dapat disampaikan bahan yang
banyak dan mendalam.
3.

Media Visual
Media visualyaitu kegiatan dakwah yang dilakukan dengan melalui alat-alat yang dapat

dilihat dan dinikmati oleh mata manusia sepeti infokus. Jadi matalah yang paling
berperan

dalam

berwujud

alat


pengembangan
yang

dakwah.

menggunakan

Media

penglihatan

komunikasi

yang

sebagai

pokok

persoalannya terdiri dari jenis alat komunikasi yang sangat komplit.

Dalam penyampaiannya beliau menggunakan metode visual yaitu dengan power
point. Dan metode ini merupakan salah satu kelebihan yang terletak pada kemasan media itu
sendiri yaitu dengan menggunakan laptop dan infokus. Sesuai dengan materi yang aktual dan
berkembang dimasyarakat yang dalam penyampaiannya lebih besar menggunakan metode
ceramah bervariasi tentunya hasil timbal balik dari mad’u akan lebih baik dan efektif.

C.

MENGANALISIS ASAL-USUL METODE DAKWAH
Metode dakwah adalah suatu cara dalam melaksanakan dakwah, menghilangkan

rintangan atau kendala-kendala dakwah, agar mencapai tujuan dakwah secara efektif dan
4 Enjang AS dan Aliyudin. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. (Bandung: Widya Padjajaran). Hlm. 84.

efisien. Dalam penyampaian suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu
pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja
ditolak oleh si penerima pesan (mad’u). Ketika membahas tentang metode dakwah pada
umunya merujuk pada Al-Quran surat An-Nahl ayat 125:











        
      
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Berdasarkan ayat tersebut terdapat metode dakwah yang akurat dalam melaksanakan
atau melakukan seruan dan ajakan menuju jalan Allah (Islam). Kerangka dasar tentang
metode dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah bi al-hikmah, mauizatul hasanah,
dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan.5 Metode ini harus diaplikasikan melalui pendekatan bi
ahsan al-qawl dan bi ahsan al-amal. Pendekatan ini didasarkan pada Al-quran surat
Fushshilat ayat 33, yang artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang

yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata: sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Dalam perspektif al-quran, bi ahsan al-qawl akan terkait dan memberi petunjuk
mengenai prinsip dan etika berkomunikasi dalam menyampaikan ajaran Islam yang secara
spesifik memberikan urgen dalam proses khithabah, yakni sebuah upaya membangkitkan
semangat manusia untuk melakukan segala sesuatu yang berguna bagi urusan kehidupannya
di dunia dan di akhirat.6
Paradigma dakwah adalah cara pandang seseorang dalam merumuskan dakwah yang
dianggapnya paling optimal mencapai tujuan-tujuan dakwah. Ada dua macam paradigma
dakwah yang berkembang, yaitu paradigma dakwah tabligh, dan paradigma dakwah kultural.
Dalam perakteknya dakwah dapat dilaksanakn secara bersamaan dalam dua atau tiga
paradigma. Perumusan paradigma ini dimaksudkan memberi wacana teoritis pada tataran
kajian ilmiah, tentang bagaimana dakwah sebaiknya dilaksanakan.
5 Nurul Badruttamam. 2005. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu). Hlm.
148).
6 Op. Cit. Hlm. 86.

Pertama, paradigma dakwah sebagai tabligh berporos pada dakwah dalam bentuknya
menyampaikan, mengajak, membuat pemaparan, membuat narasi dan mengajarkan pesanpesan dakwah agar orang mengikuti ajaran Islam dan mengamalkan sesuai syar’i. Kedua,
paradigma dakwah kultural berproses pada pengembangan masyarakat pada wilayah sosial,

keilmuan, dan sebagainya. Satu hal dia tidak berkutat pada bidang politik, melainkan
berdakwah dengan tujuan antara meningkatkan taraf hidup umat Islam secara langsung.

D.

MENGANALISI KEBERHASILAN METODE DAKWAH
Bahwa aktifitas dakwah yang pertama adalah dengan mauidzah yang mengarah kepada

pentingnya manusiawi dalam segala aspeknya. Sikap lemah lembut (affection) menghindari
sikap egoisme adalah warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang melancarkan ideidenya untuk mempengaruhi orang lain secara persuasive dan bahkan memaksa. Caranya
dengan mempengaruhi obyek dakwah atas dasar pertimbangan psikologis dan rasional.
Maksudnya sebagai subyek dakwah harus memperhatikan semua determinan psikologis dari
obyek dakwah berupa frame of reference (kerangka berpikir) dan field experience (lingkup
pengalaman hidup dari obyek dakwah dan sebagainya). Dalam hal ini Nabi memberikan
petunjuk melalui sabdanya:7
.‫خا طبوا الناس علي قدر عقولهم‬
“Berbicaralah dengan mereka (manusia) itu sesuai dengan kemampuannya”.
Penyampaian pesan dakwah melalui kata-kata lisan yang dilakukan oleh da’i kepada
mad’u menggunakan kaidah-kaidah bahasa lisan. Masyarakat berbudaya lisan cenderung
bersifat monolitik, yang berbuat segala sesuatu dengan cara tanpa tanya dan ‘menulis’ melalui

mitos, sejarah, yang digabung satu sama lain.
Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang dapat
digunakan dengan menggunakan indra penglihatan dalam menangkap
datanya. Media visual tersebut meliputi: film slide, OHP, gambar foto
diam, dan laptop. Metode dakwah yang digunakan Faisal berhasil, karena ia
menyampaikan pesan dakwahnya yang memang sangat relevan dengan kebutuhan
mahasiswa, dan memiliki daya tarik personal yang menyebabkan mahasiswa menerima pesan
dakwahnya.
Faktor-faktor yang menjadikan dakwahnya berhasil adalah:
1. Beliau memiliki kemampuan dalam ilmunya,
7 M. Munir. 2009. Metode Dakwah. (Jakarta: Kencana). Hlm. 8

2. Memiliki persiapan yang cukup,
3. Memiliki kemampuan dalam menggunakan metode dakwah, dan
4. Mengetahui kondisi mad’u sebelum ia memberikan ceramahnya,
karena dengan cara inilah beliau dapat mengetahui metode apa yang
harus digunakan.
Itulah keempata faktor pendukung keberhasilan dakwah yang
dilakukan oleh Faisal. Seorang da’i tidak hanya memikirkan dirinya sendiri,
melainkan ia harus memikirkan kondisi mad’u, materi dakwah, media apa

yang akan membantunya dalam berdakwah, serta metode apa yang
sekiranya tepat digunakan pada kondisi mad’u tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Badruttamam, Nurul. 2005. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu.
Enjang AS dan Aliyudin. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjajaran.
M. Munir. 2009. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
Yakub, Ali Musthafa. 1997. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus.