ANALISIS PELAKSANAAN UJI NARKOBA MELALUI RAMBUT DALAM RANGKA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi pada badan narkotika nasional)

(1)

RANGKA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi pada badan narkotika nasional)

Oleh Sri Riski

Menghadapi persoalan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, aparat penegak hukum mengalami kesulitan dalam mengatasai masalah penyalahgunaan narkoba ini. Disisi lain masalah peredaran dan penyalahgunaan ini merupakan perbuatan terlarang dan sangat membahayakan bagi yang mengkonsumsinya. Kebijakan perubahan UU Nomor 22 Tahun 1997 menjadi UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah untuk meningkatkan kegiatan guna mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Undang-Undang yang baru ini bertujuan untuk mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika melalui ancaman sanksi pidana : pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. BNN sebagai lembaga pemerintah diharapkan dapat membantu pemerintah untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat melalui kegiatan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), melalui program-program kegiatan berupa uji narkoba melalui rambut sebagai upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Permasalahan penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah prosedur pelaksanaan dalam uji narkoba melalui rambut dalam rangka pembuktian tindak pidana Narkotika, (2) Apakah faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan uji Narkoba melalui rambut dalam pembuktian tindak pidana Narkotika.

Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, adapun jenis dan sumber data yang terdiri dari data primer yang bersumber dari lapangan, berupa hasil wawancara dengan responden penelitian sebanyak lima orang yaitu 1 orang dari PLT Deputi Bid. Pemberdayaan Masyarakat BNN, 1 orang Kasubdit Lingkungan Pendidikan Deputi Dayamas BNN, 1 orang Kasubag TU Dayamas BNN, 2 orang Staff Pemeriksa UPT Laboratorium BNN,


(2)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembuktian tindak pidana narkotika dalam tahap pemeriksaan uji narkoba melalui rambut yaitu dilakukan oleh penyidik dengan berdasarkan barang bukti yang ditemukan pada tersangka atau tempat kejadian perkara (TKP) dan berdasarkan pembuktian laboratorium forensik. Di dalam labaratorium pengujian dilakukan dua jenis metode pendeteksian. Pertama dikenal sebagaiTes Skrining, dan ini diterapkan untuk semua sampel yang masuk melalui laboratorium. Kedua, yang dikenal sebagai Tes Konfimasi, hanya diterapkan pada sampel yang menguji positif selama uji skrining. Periode deteksi tergantung dari beberapa faktor yaitu jenis narkoba, jumlah dan frekuensi penggunaan, laju metabolisme tubuh, berat badan, usia, kondisi kesehatan secara umum.

Saran dalam penelitian ini adalah (1) pemerintah khususnya BNN. BNN Pusat sebaiknya lebih memperhatikan sarana prasarana yang ada di provinsi, dan kabupaten/kota. Seperti menyediakan laboratorium khusus uji narkoba melalui rambut, sehingga program BNN Pusat yaitu uji narkoba melalui rambut di provinsi dan kabupaten/kota dapat dijalankan tanpa harus menguji di BNN Pusat saja dan menambah jumlah tenaga ahli dibidang porensik. (2) Pemerintah juga harus memberi bantuan untuk membangun sarana dan prasarana yang mendukung, termasuk laboratorium forensik untuk tiap daerah perkotaan di Indonesia dan panti rehabilitasi khusus bagi pecandu yang mampu agar mereka bisa sembuh dan lepas dari pengaruh obat-obatan tersebut.


(3)

Maret 1984, sebagai putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan Bapak Badaruddin dan Ibu Suresmi.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanank-kanak di TK Al-Azhar Way Halim, Bandar Lampung pada tahun

1990 pendidikan dasar di SD Negeri 03 Teluk Betung, Bandar Lampung pada tahun 1996, pendidikan lanjutan di SLTP Negeri 18 Bandar Lampung pada tahun 1999, dan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 04 Bandar Lampung pada tahun 2002.

Pada tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Fisip Universitas Lampung. Tahun 2008 penulis melakukan alih program study ke Fakultas Hukum Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif bekerja di PT. Masa Kini Mandiri (Lampung Post) dari tahun 2007 hingga April 2010, lalu melanjutkan bekerja di PT. Kereta Api Persero (PT. KAI). Pada tanggal 03 Februari sampai dengan 06 Februari 2012 penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan Hukum (PKLH) Program study banding di Mahkamah Konstitusi dan Badan Narkotika Nasional Jakarta.


(4)

(QS. Al-Baqarah : 286)

Kesuksesan adalah usaha, doa dan keteguhan hati untuk mencapainya

(QQ)

Hari ini aku belajar, esok menjadi bisa, lusa terbiasa. Selanjutnya aku akan menjadi ahli yang luar biasa.


(5)

Sebagai wujud ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang serta bakti yang tulus, ku pesembahkan karya kecil ini teruntuk :

Kedua orang tuaku yang yang berjuang keras tanpa kenal lelah, menyayangi tanpa mengharap balasan dan senantiasa berdoa untuk kebahagian anak-anaknya.

My brother and ayay yang menjadi warna dan semangat dalam hidupku.


(6)

rahma dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang bejudul “ Analisis Uji Narkoba Melalui Rambut Sebagai Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika (Studi Pada Badan Narkotika Nasional Pusat)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Melalui Skripsi ini peneliti banyak belajar sekaligus memperoleh ilmu dan pengalaman yang belum pernah diperoleh sebelumnya dan diharapkan ilmu dan pengalaman tersebut kelak dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini jauh dari


(7)

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung; 2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Pidana;

3. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., Pembimbing I yang senantiasa memberikan saran dan masukan yang baik, serta atas kesabarannya dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi ini;

4. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., Pembimbing II yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingannya selama penulisan skripsi ini;

5. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., Pembahas I yang telah memberikan waktu, saran, masukan dan kebaikannya dalam membantu penulisan skripsi ini;

6. Bapak Budi Rizki H, S.H., M.H., Pembahas II yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan skripsi ini;

7. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H., Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan bantuannya selama proses pendidikan;

8. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama proses pendidikan dan atas bantuannya selama ini;

9. Bapak Drs. Ismu Haryomo, S.H., M.M., Bapak Ir. P. Poltak Marganda, M.Si., Bapak Herry Hermanto, Bapak Supardi, S.H., serta staf dan karyawan Badan Narkotika Nasional Pusat, terima kasih sudah memberikan izin untuk riset di BNN Pusat dan membantu selama riset.


(8)

ngalah untuk adek tersayang;

12. Kakak ku tercinta dan tersayang Alm. Haikal Nur Razak yang udah tenang di surga, terima kasih buat cinta dan kasih sayangnya kamu selalu ada dihati dan doaku;

13. Pacarku tersayang Mas Muhammad Hizbullah Sesunan, S.T., yang insya allah kelak menjadi suamiku makasih banyak ayay sayang atas motivasi dan doanya; 14. Buat semua yang sayang aku, selalu marah-marah, memotivasi aku buat bisa

jadi sarjana : Ary Puspa Dwi Y (thx u sayangggggg buat kebersamaannya walaupun suka buat gw remponggg jg), Donna, Jeffri, Ari. A., Herry, Ical, Rio, Dhani, Velly, kanjeng Despri, Ivan, Fandy, wawan, Andrio, Rudy, Hendra, Ghinda Aristo, Iqbal, bung Heru, genk brother (irfan, vai, kak agung, bayu, mba diana), Edwin Hasan (Alm);

15. Buat teman-teman nongkrong yang udah pada jadi sarjana, Dina, Lia, Tia, teh Cindy, Dila, Nia, makasih yah udah ngeledekin gw hari gini masih aje kuliah...haha (sekarang gw SH juga nih);

16. Buat teman-teman sepermainan Fika, Vany, Tika, Eko, Arum, Rita (makasih ya dek udah anterin sana-sini), Echy (makasih udah ikut repot waktu gw penelitian skripsi), Elin, Cici Ria, Mba Wiwik, Mba Rince;

17. Temen-temen selama di Fakultas Hukum : Wulan (gw wisuda duluan yah cin...), Fredy, Iyoel, Emby, Mad Rizwan (Moderator abadi gw dari seminar 1-2


(9)

18. Temen seperjuangan Tante Evita Ariestiana yang tak henti-hentinya kasih semangat klo udah mulai lelah bulak-balik kampus ga ada hasilnya (Akhirnya wisuda bareng kita). Dan Tiara Pratiwi yang selalu nemenin kerjain skripsi sambil nongkrong di KFC...haha (dek kita wisuda duluan yah).

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dibidang hukum demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa (Amin).


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda (generasi penerus bangsa) yang merupakan harapan dan tumpuan bangsa di masa yang akan datang. Aparat penegak hukum mengalami kesulitan dalam mengatasai masalah penyalahgunaan narkoba ini. Sehingga di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin.

Pemerintah melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan narkoba. Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dibentuk Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN yang merupakan Lembaga Pemerintahan Nonkementerian (LPNK) yang berkedudukan dibawah Presiden dan bertaggung jawab kepada Presiden. Mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. BNN


(11)

bertugas untuk mengkoordiasi instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya dibidang ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif lainnya.

Menghadapi persoalan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, aparat penegak hukum mengalami kesulitan dalam mengatasai masalah penyalahgunaan narkoba ini. Disisi lain masalah peredaran dan penyalahgunaan ini merupakan perbuatan terlarang dan sangat membahayakan bagi yang mengkonsumsinya. Dengan adanya BNN diharapkan dapat membantu pemerintah untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat.

Penyalahagunaan dan peredaraan gelap narkoba masih terus menjadi ancaman serius bagi setiap negara, hal ini diakibatkan oleh terjadinya peningkatan produksi Narkoba secara illegal dan pendistribusian yang begitu cepat dan meluas dengan tidak lagi mengenal batas antara Negara, yang mengakibatkan korban peyalahgunaan narkoba yang setiap tahun mengalami peningkatan.

Upaya pengawasan nakoba yang ketat oleh negara-negara di dunia telah dapat mengendalikan peredaraan narkoba di Eropa, Amerika dan Asia. Namun demikian transaksi dan peredaraan gelap narkoba yang dilakukan oleh pelaku kejahatan terorganisir (organized crime) ternyata terus meningkat, sehingga diperlukan berbagai macam upaya untuk melindungi masyarkat dari bahaya narkoba.


(12)

Berdasarkan data dari UNODC diestimilasikan bahwa sebanyak 149 sampai dengan 272 juta jiwa yang mengkonsmsi narkoba pada tahun 2009, dengan kelompok umur 15-64 tahun atau sebesar 3,3%, dan diestimilasikan setengahnya sebagai pengguna narkoba hingga sekarang.

Ganja adalah jenis narkoba yang paling banyak digunakan, dikonsumsi oleh sekitar 125-203 juta jiwa pada tahun 2008. Selanjutnya diikuti oleh ATS (Amphetamine Type Stimulant), shabu, dan ekstasi.

Konsumsi heroin dan kokain dianggap stabil dan mengalami penurunan, hampir mayoritas kawasan diimbangi dengan kenaikan penyalahgunaan narkoba yang menggunakan resep dan zat sintetis. Penggunaan resep non medis dilaporkan menjadi permasalahan yang baru disejumlah Negara maju dan berkembang.

BNN melaksanakan tugasnya melalui kegiatan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), melalui program-program kegiatan berupa uji narkoba melalui rambut sebagai upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Ternyata tingkat akurasi uji narkoba melalui rambut lebih tinggi dibanding melalui urine. Jika pemakai narkoba berhenti mengonsumsi selama satu bulan, saat diuji melalui urine tidak akan terdeteksi. Namun, dengan uji melalui rambut masih dapat terdeteksi. Itu karena komponen drug akan terbawa ke rambut dan bisa bertahan sampai 90 hari. Jadi walaupun pengguna sudah berhenti selama satu tahun (mengonsumsi narkoba) masih bisa terdeteksi, kecuali pertumbuhan rambut orang tersebut cepat.


(13)

Metode tes melalui urine yang biasanya digunakan untuk menguji penggunaan narkoba di kalangan masyarakat, kini dianggap usang. Metode tes melalui urine dianggap sudah tidak efektif karena tes melalui urine memiliki beberapa kelemahan, yaitu hanya bisa mendeteksi pengguna narkoba satu minggu setelah seseorang menggunakan narkoba. Selain itu, pada saat pengetesan, seseorang narapidana atau pengguna narkoba bisa memanipulasi urinenya dengan air. Dengan adanya metode tes melalui rambut diharapkan dapat menjaring lebih banyak lagi para pengguna narkoba dikalangan masyarakat luas.

Karena hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tidak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua, organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir. Upaya pemberantasan narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupu dewasa, bahkan anak-anak usia SD, SMP pun banyak yang terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pada anak-anak adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan narkoba.

Kebijakan perubahan UU Nomor 22 Tahun 1997 menjadi UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah untuk meningkatkan kegiatan guna mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat merugikan


(14)

dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Undang-Undang yang baru ini bertujuan untuk mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika melalui ancaman sanksi pidana : pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan :

1. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepetingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;

3. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan 4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah

Guna dan pecandu Narkotika.

Kemudian dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, dengan undang-undang ini dibentuk Badan Narkotika Nasional, yang kemudian disingkat BNN. Dalam melaksanakan tugas pemberantasan dan penyalahgunaan dan peredaraan gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA), dan tes bagian tubuh lainnya.

Permasalahan Narkoba jelas begitu kompleks dan rumit dan dapat merusak generasi muda penerus bangsa. Oleh karena itu untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang modus


(15)

operandinya semakin canggih, diatur mengenai perluasan teknik penyidikan lainnya yaitu melalui tes uji narkoba melalui rambut untuk melacak dan mengungkap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Dengan uji narkoba melalui rambut akan didapatkan hasil yang lebih valid dan akan mengatasi penyangkalan dalam uji narkoba melalui urine, sehingga dapat menjaring para pengguna narkoba dengan lebih cepat dan lebih banyak.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik membahas masalah uji narkoba melalui rambut sebagai upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba melalui skripsi yang berjudul : “Analisis Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut Dalam Rangka Pembuktian Tindak Pidana Narkotika (Studi Pada Badan Narkotika Nasional Pusat)”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang akan dibahas dalam penulisan proposal penelitian ini, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan dalam uji narkoba melalui rambut dalam rangka pembuktian tindak pidana Narkotika?

b. Apakah faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan uji Narkoba melalui rambut dalam pembuktian tindak pidana Narkotika?


(16)

2. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi agar dalam penulisan proposal skripsi penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang dari sasaran yang diinginkan, maka ruang lingkup penelitian dalam proposal skripsi ini dibatasi pada bidang kajian ilmu hukum, khususnya ilmu hukum pidana. Substansi penelitian dibatasi pada Analisis Pelaksanaan Uji Narkoba melalui rambut dalam rangka pembuktian tindak pidana Narkotika. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian adalah :

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai prosedur pelaksanaan uji narkoba melalui rambut dalam rangka pembuktian tindak pidana Narkotika;

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan uji narkoba melalui rambut dalam pembuktian tindak pidana Narkotika.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna sebagai upaya, wawasan peneliti, pengembangan teori Ilmu Hukum dan pengembangan wacana bacaan khusunya


(17)

mengenai uji narkoba melalui rambut sebagai upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkotika.

b. Kegunaan Praktis

Dari segi praktis berguna sebagai upaya yang dapat dipetik langsung manfaatnya, seperti keterampilan menulis skripsi, sumbangan pemikiran dalam memecahkan suatu masalah hukum yang sering terjadi disekitar kita, dan bacaan bagi penelitian Ilmu Hukum.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerangka landasan teoritis dimana hal ini digunakan sebagai pijakan dan landasan dalam penulisan suatu karya ilmiah. Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebesar-besarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.1

Kemudian setiap penelitian itu akan ada suatu kerangka teoritis yang menjadi acuan dan bertujuan untuk mengidentifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.2

1

Soerjono Soekanto, 1985,Penelitian Hukum Normatif .Jakarta, Rajawali. hal.48 2


(18)

Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara yang dibenarkan Undang-Undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan oleh Undang-Undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan.3

Berdasarkan pengertian yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembuktian meliputi tiga hal, yaitu :

a. Ketentuan atau aturan hukum yang berisi penggarisan dan pedoman cara yang dibenarkan Undang-Undang membuktikan kesalahan terdakwa, dikenal juga dengan sistem atau teori pembuktian;

b. Ketentuan yang mengatur mengenai alat bukti yang dibenarkan dan diakui Undang-Undang serta yang boleh digunakan hakim membuktikan kesalahan; c. Ketentuan yang mengatur cara menggunakan dan menilai kekuatan pembuktian

masing-masing alat bukti.

Hal-hal mengenai faktor-faktor penghambat penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto4antara lain :

a. Faktor hukumnya sendiri

Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya adalah agar undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai tujuannya secara efektif di dalam kehidupan masyarakat.

b. Faktor penegak hukum

Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya dinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.

3

M. Yahya Harahap,2000. Teori pembuktian, Jakarta, Raja Grafindo,hal.273 4


(19)

c. Faktor sarana atau fasilitas

Penegakan hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya.

d. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).5

2. Konseptual

Kerangka konseptual, merupakan kerangka yang menghubungkan atau menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah.6

Konseptual ini menguraikan pengertian-pengertian yang berhubungan erat dengan penulisan skripsi ini. Uraian ini ditujukan untuk memberikan kesatuan pemahaman yaitu :

1. Analisis adalah cara menganalisa atau mengkaji secara rinci suatu permasalahan. Analisis juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya).7;

2. Pembuktian adalah suatu proses bagaimana alat-alat bukti tersebut dipergunakan, diajukan ataupun dipertahankan, sesuatu hukum acara yang berlaku.8;

5

Ibid, Hal 34-35 6

Soekanto, soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press. Jakarta.hal.32

7

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998, hal 32

8


(20)

3. Sistem pembuktian adalah pengaturan tentang macam-macam alat bukti yang dipergunakan, penguraian alat bukti, dan dengan cara-cara bagaimana alat-alat bukti itu dipergunakan serta dengan cara bagaimana seorang hakim harus membentuk keyakinannya di depan sidang pengadilan9;

4. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Tindak pidana merupakan pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum, yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku10;

5. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan bukan tanaman, baik sintesis maupun bahan sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini11;

6. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah ataupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku12;

7. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis13;

9

Alfitra. sistem pembuktian. Hal 28

10

Moeljatno. 1983.Perbuatan Pidana & Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana.Bina Aksara. Jakarta. Hal 54

11

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Pasal 1

12

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikoropika. Pasal 1 ayat 1

13


(21)

8. Peredaran gelap Narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan Narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi14;

9. Penanggulangan tindak pidana adalah berbagai tindakan atau langkah yang ditempuh oleh aparat penegak hukum dalam rangka mencegah dan mengatasi suatu tindak pidana dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan melindungi masyarakat dari kejahatan15;

10. Badan Narkotika Nasional adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden16.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah urutan-urutan tertentu dari unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan dari penulisan dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dari hasil penelitian dalam skripsi ini. Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima (5) bab yang isinya mencerminkan isi dan materi sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat latar belakang penulisan, dari latar belakang tersebut ditarik pokok-pokok pemasalahan serta mambatasi ruang lingkup penelitian. Di dalam bab

14

Ibid, Pasal 35

15Arief, Nawawi, Barda. 1996.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana.Citra Aditya Bakti. Bandung. Hal 156

16


(22)

ini juga memuat tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teori dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Didalam bab ini memuat pengertian-pengertian umum tentang Uji Narkoba, Narkoba, Narkotika, upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan faktor penegakan hukum.

III. METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis mengemukakan langkah-langkah atau cara-cara yang ditempuh dalam penulisan skripsi ini, yang meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penetuan populasi dan sampel, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat pokok bahasan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan yaitu tentang karakteristik responden, faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat dalam uji narkoba melalui rambut dalam rangka pembuktian tindak pidana Narkotika sesuai dengan Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

V. PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang merumuskan suatu kesimpulan dari pembahasan permasalahan yang dilanjutkan dengan memberikan beberapa saran yang diharapkan akan dapat berguna bagi pembaca.


(23)

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Narkoba

1. Narkoba

Uji Narkoba adalah teknik analisis dari sampel biologis contoh : Urin, Rambut, Darah, Keringat, cairan. Untuk menentukan ada tidaknya jenis obat spesifik atau metabolitanya.

Jenis-jenis Narkoba : 1. Opiat

Opiat dikenali sebagai Narkotik adalah bahan yang digunakan dalam perobatana untuk menidurkan atau melegakan kesakitan, tetapi mempunyai potensi tinggi untuk menyebabkan ketagihan.

2. Ganja

Ganja tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat Narkotika pada bijinya tetrahidrokanabinol yang dapat membuat pemakaiya mengalami euforia (rasa senang yang berlebihan). 3. Amfetamin

Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metl-Fenetilamin atau beta-fenil-isopropilamin, atau benzedrin, adalah golongan stimulasi (hanya dapat diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk mengobati hiperaktif karena kurang perhatian. Digunakan untuk mengobati


(25)

gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis.

4. Kokain

Kokain senyawa sintetis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin, dan heroin karena efek adiktif.

5. Alkohol

Alkohol minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.

Gejala-gejala pemakaian narkoba : 1. Opiat (heroin, morfin, ganja)

a. Perasaan senang dan bahagia b. Acuh tak acuh (apati)

c. Malas bergerak d. Mengantuk e. Bicara cadel f. Rasa mual

g. Pupil mata mengecil (melebar jika overdosis) h. Ganguan perhatian/daya ingat

2. Ganja

a. Rasa senang dan bahagia b. Santai dan lemah


(26)

d. Mata merah

e. Nafsu makan meningkat f. Mulut kering

g. Pengendalian diri kurang h. Sering menguap/ngantuk i. Kurang konsentrasi j. Depresi

3. Amfetamin (shabu dan ekstasi) a. Kewaspadaan meningkat b. Bergairah

c. Rasa senang, bahagia d. Pupil mata melebar

e. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat f. Sukar tidur/insomnia

g. Hilang nafsu makan 4. Kokain

a. Denyut jantung cepat b. Agitasi psikomotor/gelisah c. Euforia/rasa gembira berlebihan d. Rasa harga diri meningkat e. Banyak bicara

f. Kewaspadaan meningkat g. Kejang


(27)

h. Pupil (manik mata) melebar i. Tekanan darah meningkat j. Berkeringat/rasa dingin k. Mual/muntah

l. Mudah berkelahi m. Psikosis

n. Perdarahan darah otak

o. Penyumbatan pembuluh darah

p. Nystagmus horisontal/mata bergerak tak terkendali q. Distonia (kekakuan otot leher)

5. Alkohol

a. Bicara cadel

b. Jalan sempoyongan c. Wajah kemerahan d. Banyak bicara e. Mudah marah

f. Gangguan pemusatan perhatian g. Nafas bau alkohol

Tanda-tanda kemungkinan Penyalahgunaan Narkoba dan Zat Adiktif : 1. Fisik

a. Berat badan turun drastis


(28)

c. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayata. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan

d. Buang air besar dan kecil kurang lancar

e. Sembelit atau sakit perut tampa alasan yang jelas 2. Emosi

a. Sangat sensitif dan cepat bosan

b. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikaf membangkang c. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara

kasar terhadap keluarga atau orang disekitarnya d. Nafsu makan tidak menentu

3. Perilaku

a. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya b. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga

c. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam

d. Suka mencuri uang dirumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga dirumah.

e. Selalu kehabisan uang

f. Waktunya dirumah kerap kali dihabiskan dikamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap,kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya

g. Takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit karena itu mereka jadi malas mandi


(29)

h. Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan , biasanya terjadi pada saat gejala “putus zat”

i. Sikapnya cenderung jadi manipulatif tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat

j. Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan k. Mengalami jantung berdebar-debar

l. Sering menguap

m. Mengeluarkan air mata berlebihan n. Mengeluarkan keringat berlebihan o. Sering mengalami mimpi buruk p. Mengalami nyeri kepala

q. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.

2. Metode Uji Narkoba 1. Uji melalui urine

a. Tes urine adalah jenis tes yang paling umum dan dianggap sebagai gold standard pengujian obat

b. Alat tes urine sudah tersedia seperti pada tempat-tempat tes narkoba, analisis laboratorium, atau toko alat kesehatan

c. Urine disimpan dalam cangkir yang aman yang dirancang khusus, disegel dengan pita tahan panas, dan dilakukan pengujian di laboratorium pengujian


(30)

Kelemahan dari uji narkoba berbasis air liur adalah bahwa hal itu tidak disetujui oleh FDA atau SAMHSA untuk digunakan dengan Federal Drug Testing

3. Uji melalui rambut

Analisis sampel rambut memiliki banyak keunggulan sebagai metode skrining awal untuk keberadaan narkoba.

Ada beberapa kelebihan dari analisis rambut bila dibandingkan dengan uji kemih (urine test), diantaranya :

a. Narkoba dan metabolisme narkoba tetap berada dalam rambut secara abadi dan mengikuti pertumbuhan rambut yang berkangsung sekitar 1 inchi per 60 hari, dibandingkan dengan dalam kemih yang segera berkurang dan menghilang dalam waktu singkat, pada umumnya antara 48-72 jam karena pengeluaran secara berkala

b. Uji rambut dapat mendekteksi dan menapaki (to trak) jangka waktu penggunaan melalui uji segmentasi sepanjang perjalanan pertumbuhan rambut sekitar 1,5 cm per bulan, sehingga dapat mendeteksi penyalahguna priodik atau kronis

c. Secara operasional pengambilan dan penyimpanan contoh rambut jauh lebih sederhana dan tidak menjijikan seperti dalam pengumpulan kemih (tes urine)

Tingkat akurasi uji narkoba melalui rambut lebih tinggi dibanding via urine. Jika pemkai narkoba berhenti mengkonsumsi selama satu bulan, saat diuji urine tidak akan terdeteksi. Namun, dengan uji rambut masih dapat


(31)

terdeteksi. Itu karena komponen drugs akan terbawa ke rambut dan bisa bertahan dalam jangka waktu 60-90 hari. Jadi walaupun pengguna sudah berhenti selama satu tahun (mengonsumsi narkoba) masih bisa terdeteksi, kecuali pertumbuhan rambut orang tersebut cepat. Pertumbuhan rambut biasanya pada tingkat 0,5 inci perbulan. Sampel rambut dipotong dekat dengan kulit kepala dan 80 sampai 120 helai rambut diperlukan untuk diuji. Dengan tidak adanya rambut di kepala, rambut tubuh dapat digunakan sebagai pengganti. Bahkan jika orang yang diuji memiliki rambut kepala yang dicukur habis, rambut juga bisa diambil dari hampir semua daerah lain ditubuh ini termasuk rambut wajah, ketiak, lengan dan kaki.

B. Pengertian Rambut

Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit dan kulit kepala, rambut tidak mempunyai syaraf perasa, sehingga rambut tidak terasa sakit kalau dipangkas. Dengan adanya rambut, selain berfungsi sebagai mahkota, juga berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas terik matahari, dan cuaca dingin. Rambut membutuhkan penataan dan perawatan secara teratur supaya rambut tetap sehat, indah, dan berkilau.


(32)

C. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain Narkoba istilah lain yang diperkenalkan khusus oleh Departemen Kesehatan Republik indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba atau napza adalah : 1. Faktor individu

Faktor kepribadian dan faktor konstitusi seseorang merupakan dua faktor yang ikut menentukan seseorang tergolong kelompok berisiko tinggi atau tidak. Kenyataan menunjukan bahwa sebagian besar gangguan penggunaan narkoba dimulai dari usia remaja. Ada beberapa ciri perkembangan remaja yang dapat menjuruskan seseorang kepada gangguan narkoba. Masa remaja ditandai dengan perubahan yang pesat jasmani, intelektual, maupun kehidupan sosial. Perubahan yang cepat kadang-kadang menibulkan ketegangan, keresahan, kebingungan,


(33)

perasaan tertekan, rasa tidak aman, bahkan tidak jarang menjadi depresi. Hasil survey BNN pada pelajar dan mahasiswa menunjukkan bahwa sekitar 40% penyalahguna mulai memakai narkoba pada umur 11 tahun lebih muda.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinnya gangguan pengguna narkoba. Kebaikan selalu dikaitkan dengan kewanitaan, ada kecenderungan bahwa laki-laki harus berprestasi dan menerima tanggung jawab kepada keluarga. Tekanan tersebut dapat menimbulkan ketegangan dan utuk mengatasinya seseorang akan memberontak yang salah satunya dengan menyalahgunakan narkoba. Berdasarkan penelitian laki-laki berpeluang 29,77 kali lebih besar dibanding perempuan.

3. Faktor lingkungan

Berdasarkan penelitian BNN pada siswi SMU diketahui bahawa sebagian besar responden 89,9% berada pada keluarga yang komunikasinya sangat buruk dan 49,0% mempunyai teman yang menggunakan narkoba.

Faktor lingkungan meliputi : a. Lingkungan keluarga

Hubungan ayah ibu yang retak, komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dan anak, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga merupakan faktor yang ikut mendorong seseorang menggunakan narkoba.


(34)

Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya murid pengguna narkoba merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan narkoba.

c. Lingkungan teman sebaya

Adanya kebutuhan pergaulan teman sebaya mendorong remaja untuk dapat diterima sepeuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan narkoba merupakan satu hal yang penting bagi remaja agar diterima kelompok dan dianggapa sebagai orang dewasa.

d. Lingkungan masyarakat/sosial

Gangguan penggunaan narkoba dapat juga timbul sebagai suatu proses terhadap sistem politik atau norma-norma. Lemahnya penegak hukum, situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung mendorong untuk mencari kesenangan dengan menyalahgunakan narkoba.

D. Pengertian Pembuktian

Secara etimologi pembuktian berasal dari kata ”bukti” artinya suatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Kata ”bukti” jika mendapat awalan ”pe-”dan akhiran ”-an” maka mengandung arti proses, perbuatan, atau cara membuktikan. Sedangkan dalam arti terminologi ”pembuktian ” berarti usaha menunjukan benar atau salahnya si terdakwa dalam sidang pengadilan.


(35)

Menurut Sobhi Mahmasomi membuktikan suatu perkara adalah mengajukan alasan, dan memberikan dalil sampai kepada batas yang meyakinkan apa yang menjadi ketetapan atau keputusan atas dasar penelitian dan dalil itu.

R. Subekti dalam hukum pembuktian, mendefinisikan pembuktian adalah menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.

R. Supomo mendefinisikan pembuktian dibagi dalam 2 arti yaitu : pembuktian dalam arti luas yaitu ; membenarkan hubungan hukum. Sedangkan pembuktian dalam arti sempit yaitu : pembuktian yang hanya diperlukan manakala apa yang dikemukakan penggugat dibantah oleh tergugat.

Secara sederhana pembuktian dapat didefinisikan sebagai tindakan memberikan kepastian kepada hakim tentang adanya peristiwa. Melalui pembuktian

ditentukan nasib terdakwa. Apabila hasil pembuktian degan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang “tidak cukup” membuktikan kesalahan yang

didakwakan kepada terdakwa, terdakwa “dibebaskan” dari hukuman sesuai Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang isinya :

“Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.”


(36)

Pembuktian adalah17suatu proses bagaimana alat-alat bukti tersebut dipegunakan, diajukan ataupun dipertahankan, sesuatu hukum acara yang berlaku.

Hukum pembuktian18merupakan seperangkat kaidah hukum yang mengatur tentang pembuktian, yakni segala proses dengan menggunakan alat-alat bukti yang sah dan dilakukan tindakan-tindakan dengan prosedur khusus guna mengetahui fakta-fakta yuridis di persidangan.

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan diatas mengenai pembuktian, maka yang sebenarnya pembuktian itu hanya diperlukan dalam perkara maupun

persengketaan di muka hakim atau pengadilan.

E. Pengertian Tindak Pidana

Menurut Andi Hamzah, tindak pidana adalah19kelakukan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang mlakukan perbuatan pidana akan mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang memunyai keslahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahn yang telah dilakukan orang tersebut.

17

Bambang Waluyo. 1991. Pidana dan Pmidanaan, Jakarta : Sinar Grafika. Hal.3

18

Alfitra. 2011. Hukum Pembuktia dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi di Indonsia, Jakarta : Raih asa Sukses. Hal.21

19


(37)

Tindak pidana adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau individu yang meyebabkan terjadinya suatu tindakan criminal menyebabkan orang tersebut menanggung pidana atas perbuatan yang dilakukannya. Perbuatan tersebut dinyatakan bertentangan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, norma hukum dan perundang-undangan yang berlaku20.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diketahui bahwa tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang daan diancam dengan pidana, dimana penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.

F. Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba

Upaya pencegahan meliputi tiga hal :

1. Pencegahan Pimer(Primary Prevention)

Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali kelompok yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunkan narkoba, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan narkoba. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak dini, agar faktor yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

20


(38)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain : a. Penyuluhan tentang bahaya narkoba;

b. Penerangan melalui berbagai media mengenai bahaya narkoba; c. Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.

1. Pencegahan Skunder

Pencegahan ini dilakukan pada tahap coba-coba serta komponen masyarakat yang berpotensi menyalahgunkan narkoba. Kegiatan yang dilakukan pada pencegahan ini antara lain :

a. Deteksi dini anak yang menggunakan narkoba; b. Konseling;

c. Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah;

d. Penerangan dan pendidikan pengembangan individu.

2. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dilakukan terhadap orang yang sedang menyalahgunakan narkoba dan yang pernah menyalahgunakan narkoba agar tidak kembali menyalahgunakan narkoba.

Kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok lingkungan;

b. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna.

Biasanya narkoba yang ditangani institusi akan menjalani detoksifikasi untuk menghilangkan pengaruh narkoba dan menghambat pemakaian lebih


(39)

lanjut yang pelaksanaannya dilakukan oleh dokter. Selanjutnya, penanganan perbaikan perilaku dilakukan bagian rehabilitasi/panti rehabilitasi yang pada umumnya diluar institusi rumah sakit. Penanganan penyalahguna di institusi tersebut dilakukan melalui berbagai pendekatan non medis seperti sosial, agama, spritual dan pendekatan alternatif lainnya. Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna narkoba dilaksanakan sesuai Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba yang disusun BNN, meliputi :

1. Pendekatan Awal

Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi sosial lain guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien residen dengan persyaratan yang telah ditentukan.

2. Penerimaan

Pada tahap ini kegiatan administrasi untuk menentukan apakah diterima atau tidak dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk persyaratan masuk panti (seperti surat keterangan medical chek up, tes urine negatif, dan sebagainya);

b. Pengisian formulir dan wawancara dan penetuan persyaratan menjadi residen;


(40)

3. Assessment

Assessment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan intervensi.

Kegiatan assessment meliputi :

a. Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan residen; b. Melaksanakan permasalahan;

c. Menentukan langkah-langkah rehabilitasi;

d. Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan; e. Menempatkan residen dalam proses rehabilitasi. 4. Bimbingan Fisik

Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik residen, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris dan olahraga. 5. Bimbingan Mental dan Sosial

Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan / spiritual, budi pekerti individual dan sosial / kelompok dan motivasi residen (psikologis).

6. Bimbingan Orang Tua dan Keluarga

Bimbingan bagi orang tua / keluarga dimaksudkan dapat menerima keadaan residen memberi dukungan, dan menerima residen kembali di rmuah pada saat rehabilitasi telah selesai.


(41)

Bimbingan keterampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha (survival skill), sesuai dengan kebutuhan residen.

8. Resosialisasi / Reintegrasi

Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilitasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat.

Kegiatan ini meliputi :

a. Pendekatan kepada residen untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggal;

b. Menghubungi dan memotivasi keluarga residen serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali residen;

c. Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah.

9. Penyaluran dan Bimbingan Lanjutan (Aftercare)

Dalam penyaluran dilakukan pemulangan residen kepada orang tua / wali, disalurkan kesekolah maupun instansi / perusahaan dalam rangka penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh / relapse dengan kegiatan konseling, kelompok dan sebagainya.

10. Terminasi

Kegiatan ini berupa pengakhiran / pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi residen yang telah mencapai target program (clean and sober).


(42)

2. Faktor Penegakan Hukum

Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum atau law enforcement. Bagian-bagian itu law enforcement adalah aparatur penegak hukum yang mampu memberikan kepastian, keadilan, dan kemanfaat hukum secara proporsional. Aparatur penegak hukum menyangkup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum, sedangkan aparat penegak hukum dalam arti sempit dimulai dari kepolisian, kejaksaan, kehakiman, penasehat hukum dan petugas sipir lembaga pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur diberikan kewenangan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, yang meliputi kegiatan penerimaan laporan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, penbuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pembinaan kembali terpidana. Sistem peradilan pidana harus merupakan kesatuan terpadu dari usaha-usaha untuk menangulangi kejahatan yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat. Apabila kita hanya memakai sebagian ukuran statistik kriminalitas, maka keberhasilan sistem peradilan pidana akan dinilai berdasarkan jumlah kejahatan yang sampai alat penegak hukum. Beberapa banyak yang dapat diselesakan kepolisian, kemudian diajukan oleh kejaksaan ke pengadilan dn dalam pemeriksaan di pengadilan dinyatakan bersalah dan dihukum.

Penegak hukum dalam menjalankan perannya tidak dapat berbuat sesuka hati mereka juga harus memperhatikan etika yang berlaku dalam lingkup profesinya, etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam


(43)

pengambilan keputusan moral. Dalam profesi penegak hukum sendiri mereka telah memiliki kode etik yang diatur tersendiri, tapi dalam prakteknya kode etik yang telah ditetapkan dan di sepakati itu masih banyak di langgar oleh para penegak hukum. Akibat perbuatan-perbuatan para penegak hukum yang tidak memiliki integritas bahkan dapat dikatakan tidak beretika dalam menjalankan profesinya, sehingga mengakibatkan lambatnya pembangunan hukum yang diharapkan oleh bangsa ini, bahkan menimbulkan pikiran-pikiran negative dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja penegak hukum.

Aturan para aparat dan aparatur penegak hukum dijabarkan sebagai berikut : 1. Kepolisian, kekuasaan polisi/polri adalah merupakan sebagai perwujudan

istilah yang mengambarkan penjelmaan tugas, status, organisasi,wewenang dan tanggung jawab polisi. Secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI;

2. Kejaksaan, secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI;

3. Kehakiman, Secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

4. Lembaga Permasyarakatan, Secara umum kedudukan, fungsi dan tugas kepolisian diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Permasyarakatan.


(44)

Ada tiga elemen penting yang mempengaruhi mekanisme bekerjanya aparat dan aparatur penegak hukum, menurut Jimmly Asshidiqie elemen tersebut antara lain : (1) istitusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (2) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya; dan (3) perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaanya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun hukum acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

Dalam pelaksanaannya penegakan hukum oleh penegak hukum di atas dijumpai beberapa halangan yang disebabkan oleh penegak hukum itu sendiri, halangan-halangan tersebut antara lain :

1. Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi;

2. Tingkat aspirasi yang relative belum cukup tinggi;

3. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi;

4. Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan materil;

5. Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan konservatisme.


(45)

Menurut Soerjono Soekanto hambatan maupun halangan penegak hukum dalam melakukan penegakan hukum tersebut dapat diatasi dengan cara mendidik, membiasakan diri untuk mempunyai sikap-sikap antara lain : sikap terbuka, senantiasa siap menerima perubahan, peka terhadap masalah yang terjadi, senantiasa mempunyai informasi yang lengkap, oreentasi ke masa kini dan masa depan, menyadari potensi yang dapat di kembangkan, berpegang pada suatu perencanaan, percaya pada kemampuan iptek, menyadari dan menghormati hak dan kewajiban, berpegang teguh pada keputusan yang diambil atas dasar penalaran dan perhitungan yang mantab.


(46)

III. METODE PENELITIAN

Metode merupakan suatu bentuk atau cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat memecah suatu persoalan21

A. Pendekatan Masalah

Dalam usaha mencari data untuk pembahasan masalah maka dalam penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori dan kosep-konsep yang berhubungan dengan masalah. Pendekatan yuridis empiris atau penelitian sosiologis hukum, yaitu mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa sikap, penilaian, perilaku, pendapat, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan pendeatan yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian dilapangan.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

21


(47)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama22. Data-data empiris yang diperoleh langsung dari sumber data. Sumber data yang dimaksud dalam penelitian empiris yaitu lokasi penelitian atau tempat dilakukannya penelitian, peristiwa hukum yang terjadi di lokasi penelitian dan responden yang memberikan informasi kepada peneliti23. Data diperoleh dari responden-responden, yang dalam hal ini adalah pengguna narkoba dari BNN pusat.

2. Data Skunder

Data Skunder yaitu data yang didapat secara langsung, yang dalam hal ini penulis peroleh dari studi kepustakaan dan menelusuri literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang sesuai pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini. Jenis data sekunder dalam skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer yang diperoleh dalam studi dokumen, bahan hukum skunnder, dan bahan hukum tersier, yang diperoleh melalui studi literatur :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang megikat, seperti Kitab Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

✄ ✄

Ibid hal 12

✄☎


(48)

b. Bahan hukum skunder yaitu berupa literatur-literatur ilmu pengetahuan hukum dan konsep-konsep yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini;

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder, yang terdiri dari kamus, artikel-artikel atau berita serta berbagai keterangan media massa sebagai pelengkap.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah sebuah objek atau seluruh individu atau seluruh gejala kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti24. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian ini adalah, pihak-pihak yang berkompeten dalam partisipasinya terhadap uji narkoba melalui rambut rangka pembuktian tindak pidana Narkotika. Adapun prosedur sampeling dalam penelitian ini adalah diambil menggunakan metode purposive proposional sampling, yaitu melalui proses wawancara dengan narasumber, maka yang dijadikan sampel sebagai responden adalah :

1. Pengguna Narkoba 1 orang

2. Mahasiswa yang belum terditeksi Narkoba 2 orang

3. Staf BNN Pusat 5 orang

Jumlah 8 orang

✞✟


(49)

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data penulis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan(Library Research)

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data-data skunder yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan berupa membaca, mencatat, mengutip buku-buku sampai bahan-bahan dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi Lapangan(Field Research)

Studi ini dilakukan denganmaksud untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara langsung, dimana penulis akan mengadakan tanya jawab lisan secara terbuka dengan maksud untuk mendapatkan keterangan atau jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan wawancara ini penulis terlebih dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data diperoses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(50)

a. Editing yaitu data yang diperoleh diperiksa lagi kelengkapan jawaban, kejelasan, dan relevansi dengan penelitian sehingga terhindar dari kekurangan dan kekeliruan.

b. Sistematis datayaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap-tiap pokok bahasan secara sistematis.

c. Klasifikasiyaitu mengelompokkan data yang diperoleh untuk mempermudah melakukan analisis.

E. Analisis Data

Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diidentifikasikan25. Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang dialkukan secara deskritif, yakni apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang nyata26.

Kemudian hasil analisis tersebut diteruskan dengan menarik kesimpulan secara induktif yaitu suatu proses berfikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus27, yang kemudian diperbantukan dengan hasil studi kepustakaan guna menjawab permasalahan yang dikemukakan.

✌✍

Singatimbun dan Sofyan Effendy. 1985.Pengantar Analisa Kebijaksanaan.Jakarta. Rajawali . Hal 213

✌6

Soekanto, soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal 32

27


(51)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut Dalam Rangka Pembuktian Tindak Pidana Narkotika, maka penulis membuat kesimpulan dalam penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Proses pelaksanaan uji narkoba melalui rambut dalam rangka pembuktian tindak pidana narkotika, dalam prakteknya pada saat pemeriksaan seringkali terjadi penyangkalan maka untuk membuktikan, diadakan serangkaian tes untuk membuktikan seseorang menggunakan narkotika. Biasanya tes yang dijalani berupa tes pengambilan sampel seseorang yang diduga keras sebagai pengguna narkotika. Dalam prakteknya tes melalui urine sering kali dimanipulasi, misalnya beberapa jam sebelum diuji pengguna narkoba meminum penetral agar hasil pemeriksaan negatif. Dan tes lanjutan (tes konfirmasi) melalui uji rambut untuk menjaring pengguna narkoba yang menyangkal atau memanifulasi urine. Artinya dalam menjaring pengguna narkoba, atau memperkecil tingkat pengguna narkoba di Indonesia. Saat ini uji narkoba melalui rambut merupakan program terbaru, namun tidak akan menghapuskan uji narkoba melalui urine. Uji narkoba melalui rambut secara yuridis tidk mempunyai kekuatan sebagai alat bukti, karena hasil tersebut hanya sebagai petunjuk untuk langkah lebih lanjut dalam mencari alat bukti yang sah menurut undang-undang. Hasil uji narkoba menggunakan rambut baru dapat berfungsi kuat apabila didampingi dengan surat keterangan dari laboratorium


(52)

sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara resmi dari padanya, keterangan dari tersangka dan saksi juga dapat berpengaruh terhadap hasil tes tersebut, jika tersangka dan saksi mengatakan tersangka tidak menggunakan narkoba, maka alat bukti tersebut lemah dimata hukum.

2. Adapun faktor penghambat utama yang dihadapi dari pelaksanaan uji narkoba melalui rambut dalam pembuktian tindak pidana narkotika adalah faktor sarana dan fasilitas. Masih minimnya kendaraan berteknologi GC MS MS (Gas Chromatography Spectrometer) yang mampu untuk mendeteksi kandungan narkoba melalui rambut disetiap wilayah di Indonesia. Terutama di BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota, karena saat ini BNN hanya memiliki 10 unit kendaraan berteknologi GC MS MS (Gas Chromatography Spectrometer) dan difokuskan di wilayah Jakarta dan sekitarnya yaitu di BNN Pusat. Selain faktor sarana dan fasilitas, faktor lain yang cukup penting untuk menunjang program uji narkoba melalui rambut ini adalah faktor staf tenaga ahli yang mengerti prosedur penggunaan kendaraan berteknologi GC MS MS (Gas Chromatograhpy Spectrometer).

B. Saran

1. Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran penulis, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah, khususnya BNN. BNN Pusat sebaiknya lebih memperhatikan sarana prasarana yang ada di provinsi, dan kabupaten/kota. Seperti menyediakan laboratorium khusus uji narkoba melalui rambut, sehingga program BNN Pusat yaitu uji narkoba melalui rambut di provinsi dan kabupaten/kota dapat dijalankan tanpa harus


(53)

Penyelesaian masalah narkoba di Indonesia jelas butuh penanggulangan yang menyeluruh seperti upaya pencegahan, pengobatan untuk orang yang sudah terkena narkoba, harus dibarengi dengan penegakan hukum yang keras dan tegas kepada para penjahat narkoba ini, lemahnya penegakan hukum untuk kasus narkoba di Indonesia memang perlu adanya perubahan total.

2. Khusus untuk kasus narkoba, undang-undangnya haruslah dibuat besifat lex spesialis atau hukum yang mengenyampingkan hukum-hukum lain. Jadi nantinya para terpidana kasus narkoba yang dipidana dengan hukuman mati tidak akan mendapat kesempatan untuk melakukan upaya hukum seperti banding sampai grasi. Karena para penjahat narkoba ini telah menghancurkan generasi muda bangsa Indonesia.

3. Pemerintah harus memberi bantuan untuk membangun sarana dan prasarana yang mendukung, termasuk laboratorium forensik untuk tiap daerah perkotaan di Indonesia dan panti rehabilitasi khusus bagi pecandu yang mampu agar mereka bisa sembuh dan lepas dari pengaruh obat-obatan tersebut.

4. Bagi orang tua sebaiknya membekalkan pendidikan agama sejak dini kepada anak-anaknya. Dan orang tua sebaiknya lebih jeli lagi melihat semua tingkah laku dari anak, dan segera mengecek apakah si anak positive menggunakan narkoba dengan memberi sampel rambut anak untuk segera diuji.


(54)

Oleh SRI RISKI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(55)

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 7

E. Sistematika Penulisan... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Narkoba... 15

B. Pengertian Rambut... 22

C. Pengertian Narkoba... 23

D. Pengertian Pembuktian... 26

E. Pengertian Tindak Pidana... 28

F. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba... 29

G. Faktor Penegak Hukum... 33

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 38


(56)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisktik Responden... 43 B. Prosedur Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut dalam Rangka

Pembuktian Tindak Pidana Narkotika... 45 C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut

dalam Pembuktian Tindak Pidana Narkotika... 52

V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 56 B. Saran... 57


(57)

Soekanto, soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekanto, soerjono. 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Kartono, kartini. 2001.Tentang Pemberantasan Tindak Pidana. Waluyo, Bambang. 1991.Pidana dan Pmidanaan. Jakarta : Sinar Grafika.

Alfitra. 2011.Hukum Pembuktia dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi di Indonesia. Jakarta : Raih asa Sukses.

Hamzah, Andi. 2001.Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi revisi, Jakarta : Sinar Grafika. Prinst, Darwan. 1998.Hukum Acara Pidana Dalam Praktik.Djambatany. Jakarta.

Waluyo, Bambang. 1991.Penelitian Hukum Dalam Praktik.Sinar Grafika. Jakarta.

Moeljatno. 1983. Perbuatan Pidana & Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1998 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009Tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997Tentang Psikotropika

Arief, Nawawi, Barda. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti. Bandung.


(58)

(1)

✒8 menguji di BNN Pusat saja dan menambah jumlah tenaga ahli dibidang porensik. Penyelesaian masalah narkoba di Indonesia jelas butuh penanggulangan yang menyeluruh seperti upaya pencegahan, pengobatan untuk orang yang sudah terkena narkoba, harus dibarengi dengan penegakan hukum yang keras dan tegas kepada para penjahat narkoba ini, lemahnya penegakan hukum untuk kasus narkoba di Indonesia memang perlu adanya perubahan total.

2. Khusus untuk kasus narkoba, undang-undangnya haruslah dibuat besifat lex spesialis atau hukum yang mengenyampingkan hukum-hukum lain. Jadi nantinya para terpidana kasus narkoba yang dipidana dengan hukuman mati tidak akan mendapat kesempatan untuk melakukan upaya hukum seperti banding sampai grasi. Karena para penjahat narkoba ini telah menghancurkan generasi muda bangsa Indonesia.

3. Pemerintah harus memberi bantuan untuk membangun sarana dan prasarana yang mendukung, termasuk laboratorium forensik untuk tiap daerah perkotaan di Indonesia dan panti rehabilitasi khusus bagi pecandu yang mampu agar mereka bisa sembuh dan lepas dari pengaruh obat-obatan tersebut.

4. Bagi orang tua sebaiknya membekalkan pendidikan agama sejak dini kepada anak-anaknya. Dan orang tua sebaiknya lebih jeli lagi melihat semua tingkah laku dari anak, dan segera mengecek apakah si anak positive menggunakan narkoba dengan memberi sampel rambut anak untuk segera diuji.


(2)

ANALISIS PELAKSANAAN UJI NARKOBA MELALUI RAMBUT DALAM RANGKA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA

(Studi pada Badan narkotika nasional)

Oleh SRI RISKI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 7

E. Sistematika Penulisan... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Narkoba... 15

B. Pengertian Rambut... 22

C. Pengertian Narkoba... 23

D. Pengertian Pembuktian... 26

E. Pengertian Tindak Pidana... 28

F. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba... 29

G. Faktor Penegak Hukum... 33

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 38


(4)

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 40 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 41 E. Analisis Data... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakterisktik Responden... 43 B. Prosedur Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut dalam Rangka

Pembuktian Tindak Pidana Narkotika... 45 C. Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Uji Narkoba Melalui Rambut

dalam Pembuktian Tindak Pidana Narkotika... 52

V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 56 B. Saran... 57


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto,soerjono. 1985.Penelitian Hukum Normatif.Rajawali

Soekanto, soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekanto, soerjono. 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Kartono, kartini. 2001.Tentang Pemberantasan Tindak Pidana. Waluyo, Bambang. 1991.Pidana dan Pmidanaan. Jakarta : Sinar Grafika.

Alfitra. 2011.Hukum Pembuktia dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi di Indonesia. Jakarta : Raih asa Sukses.

Hamzah, Andi. 2001.Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi revisi, Jakarta : Sinar Grafika. Prinst, Darwan. 1998.Hukum Acara Pidana Dalam Praktik.Djambatany. Jakarta.

Waluyo, Bambang. 1991.Penelitian Hukum Dalam Praktik.Sinar Grafika. Jakarta.

Moeljatno. 1983. Perbuatan Pidana & Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1998 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009Tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997Tentang Psikotropika

Arief, Nawawi, Barda. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti. Bandung.


(6)

Soemitro, Hanitijo, Ronny. 1990. Metodelogi Penelitian Hukum dan Yurimetri. Ghalia. Jakarta.