ANALISIS PERSEPSI YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN DALAM MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN DALAM MEMBAYAR PAJAK PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG

MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS

Oleh

FADILLAH RAMADHAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi yang mempengaruhi kemauan dalam membayar pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas. Penelitian ini terdiri dari lima variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum,serta pelayanan fiskus. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemauan membayar pajak.

Data dikumpulkan menggunakan metode Convenience Sampling yaitu survey dengan kuesioner dan wawancara kepada 100 responden Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data menggunakan analisis linier berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan serta pelayanan fiskus tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan dalam membayar pajak. Sedangkan variabel persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemauan dalam membayar pajak.

Kata kunci : Kesadaran membayar pajak, peraturan perpajakan, sistem perpajakan, pemerintahan dan hukum, fiskus, dan kemauan membayar pajak.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pajak mempunyai peran dan tujuan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai

keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan negara (Judisseno, 1997). Namun upaya atas pencapaian tujuan perpajakan itu sendiri tentu tidak selalu berjalan lancar. Salah satu hal yang perlu diperhatikan yaitu pemungutan pajak. Banyak sekali faktor-faktor yang membuat para Wajib Pajak tidak membayar atau tidak melaporkan kewajiban pajaknya kepada petugas pajak.

Dalam memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Direktorat Jenderal Pajak maupun petugas pajak saja, namun diperlukan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri. Menurut Mardiasmo (2002) tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan

kewajiban perpajakan berada pada wajib pajak sendiri. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak


(3)

terhutangnya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sebagaimana penerapan dari sistem self assesment. Selain bergantung pada kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak yang memadai juga memegang peran penting, agar wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar (Nugoroho, 2012). Kemauan wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya merupakan hal penting dalam penarikan pajak. Namun, wajib pajak dalam kenyataanya masih banyak yang menuggak pembayaran pajak. Menurut Ancok (2004), kasus penunggakan pajak dikarenakan memang tidak adanya kemauan untuk membayar pajak.

Upaya yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak tidak akan berjalan lancar sesuai dengan harapan jika tidak ada kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak itu sendiri. Kemauan Wajib Pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya merupakan hal penting dalam penarikan pajak tersebut. Penyebab kurangnya kemauan tersebut antara lain adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak langsung dinikmati oleh para Wajib Pajak. Ditambah pula masih banyak Wajib Pajak potensial yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak. Ketidaktaatan dalam membayar pajak tidak hanya terjadi pada lapisan pengusaha namun juga telah menjadi rahasia umum bahwa para pekerja profesional lainnya juga ada yang tidak taat untuk membayar pajak.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi kemauan seorang wajib pajak dalam membayar pajak. Hal tersebut dapat berasal dari diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Fikriningrum (2012) menyebutkan bahwakesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas


(4)

efektifitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus berpengaruh dalam

meningkatkan kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Sedangkan menurut Widayati dan Nurlis (2011), kesadaran membayar pajak dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Handayani, Faturokhman dan Pratiwi (2012). Perbedaannya adalah penelitian Handayani, dkk (2012) dilakukan di Wilayah KPP Pratama Purwokerto dengan jumlah Wajib Pajak yang

melakukan pekerjaan bebas sebanyak 45.447. Sedangkan penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Tanjung Karang dengan jumlah Wajib Pajak yang jauh lebih sedikit yaitu sebnyak 11.960. Dalam penelitian ini pula dilakukan penambahan satu variabel independen yaitu pelayanan fiskus. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah Wajib Pajak (Arum, 2012). Ditambahnya variabel ini karena peneliti merasa pelayanan fiskus turut mempengaruhi kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Beberapa persepsi seperti kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintahan dan hukum,serta pelayanan fiskus memiliki kemungkinan mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam membayar pajaknya. Persepsi tersebut telah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu, serta terdapat persamaan dan perbedaan hasil penelitian.


(5)

Responden pada penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang

mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terkait oleh suatu hubungan kerja (pasal 1 ayat 24 ,UU KUP No.28/2007). Menurut Handayani, dkk (2012), Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas berpeluang besar menghindari kewajiban untuk membayar pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini diberi judul, “Analisis Persepsi Yang Mempengaruhi Kemauan Dalam Membayar Pajak Pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas”

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas? 2. Apakah pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak berpengaruh

terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas?

3. Apakah persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas?

4. Apakah tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas?


(6)

5. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas?

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Persepsi yang diukur dalam penelitian ini adalah persepsi yang mendukung kemauan membayar pajak pada wajib pajak orang pribadi.

2. Wajib pajak yang di teliti dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

3. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama Tanjung Karang Per 31 Desember 2012.

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

2. Untuk menguji pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

3. Untuk menguji pengaruh persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.


(7)

4. Untuk menguji pengaruh tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

5. Untuk menguji pengaruh pelayanan fiskus terhadap kemauan membayar pajak pada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi

- Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang perpajakan.

- Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan dan masukan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sejenis.

2. Bagi Praktisi

- Bagi Pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak, penelitian ini menjadi bahan evaluasi dalam hal ini yaitu persepsi Wajib Pajak yang mempengaruhi kemauan membayar pajak bagi wajib pajak yang melakukan pekerjaan bebas.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan, disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi versi UU KUP ini hampir sama dengan definisi Mardiasmo (2002) yang menyebutkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sedangkan pajak yang dikenakan atas penghasilan sesseorang merupakan pajak penghasilan (PPh). Menurut Siti Resmi (2009) pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Hampir serupa ,definisi dalam


(9)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama 1 (satu) tahun pajak. Dapat diketahui bahwa pengertian penghasilan dalam undang-undang ini menganut prinsip pengenaan pajak atas penghasilan dalam pengertian luas, yaitu bahwa pajak dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut, dan yang termasuk objek pajak adalah penghasilan.

2.1.2 Wajib Pajak

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang merupakan perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Muljono (2008) dalam Nugroho (2012) Wajib Pajak dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Wajib Pajak Pribadi

Wajib Pajak Pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak. Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam Undang-Undang.


(10)

2. Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,

yayasan,organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,

lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

3. Wajib Pajak Bendaharawan

Wajib Pajak Bendaharawan adalah Bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, Lembaga Negara lainnya, dan

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar Negeri, yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.

2.1.3 Fungsi Pajak

Dari definisi yang telah dijelaskan, ada kesan bahwa pajak dipungut oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran baik yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan, padahal sebenarnya fungsi pajak bukan hanya seperti itu melainkan juga berfungsi untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dalam bidang sosial ekonomi.


(11)

Menurut Mardiasmo (2002) fungsi pajak dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Fungsi penerimaan (budgetair).

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh

yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi mengatur (regular).

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomis. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

2.1.4 Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB), dijelaskan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh tiga faktor penentu (Ajzen, 1991), yaitu :

a. Normatif Beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and motivation comply). Menurut Arum (2012) ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak, dimana dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem perpajakan yang efisien dan efektif, serta penyuluhan-penyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada wajib pajak


(12)

agar taat pajak, akan membuat wajib pajak memiliki keyakinan atau memilih perilaku taat pajak.

b. Behavioral Beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strenght and outcome evaluation).

Behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut. Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan kesadaran wajib pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan memiliki

keyakinan mengenai pentingnya membayar pajak untuk membantu menyelenggarakan pembangunan negara.

c. Control Beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan

persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). Control beliefs berkaitan dengan sanksi pajak. Sanksi pajak dibuat bertujuan untuk mendukung agar wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak tentang seberapa kuat sanksi pajak mampu mendukung perilaku wajib pajak untuk taat pajak.

Alasan pemilihan teori ini adalah kemauan untuk membayar pajak terkait dengan persepsi wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai sesuatu sangat dipengaruhi oleh


(13)

kondisi yang dialami seseorang tersebut. Sehingga Theory of Planned Behavior (TPB) sangat relevan untuk menerangkan maksud tersebut.

2.1.5 Kemauan Membayar Pajak

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan kemauan sebagai dorongan dari dalam diri yang sadar, berdasarkan pertimbangan pikir dan perasan, serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah pada tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Dalam Konsep kemauan membayar pajak menurut Handayani, dkk (2012)

dikembangkan pula melalui dua subkonsep yaitu, konsep kemauan membayar dan konsep pajak. Kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang atau jasa . Sedangkan yang kedua adalah konsep pajak, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Dari penjabaran dari dua subkonsep di atas, maka dapat dikembangkan suatu definisi untuk kemauan membayar pajak (Willingness to pay tax) kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu nilai atau tindakan moral untuk secara sukarela yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan mengeluarkan uang (yang sesuai dengan peraturan yang berlaku) dimana uang tersebut akan dipergunakan untuk keperluan umum negara dengan tidak mendapatkan suatu timbal balik secara langsung dari negara. Hal serupa diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Handayani, dkk (2012) kemauan membayar pajak dapat


(14)

diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung.

Berdasarkan penjelesan tersebut menjelaskan bahwa sikap moral dalam bentuk keinginan atau kemauan untuk membayar pajak sangat diperlukan dengan mengingat bahwa pajak merupakan suatu kewajiban yang mutlak kepada warga negara, maka hal tersebut perlu bagi pihak pemerintah untuk turut serta dalam meningkatkan rasa kecintaan bernegara sejak dini.

2.1.6 Kesadaran membayar pajak

Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak sangat erat hubungannya dengan kesadaran bernegara. Kesadaran yang tinggi itu sendiri muncul tidak lain berasal dari adanya motivasi Wajib Pajak. Menurut Marihot (2010 ) apabila kesadaran bernegara kurang maka masyarakat kurang dapat mengenal dan menikmati pentingnya berbangsa dan bertanah air, berbahasa nasional, menikmati keamanan dan ketetiban, memiliki dan menikmati kebudayaan nasional dan pada akhirnya apabila kesadaran bernegara kurang maka rasa memiliki dan menikmati manfaat pengeluaran pemerintah juga kurang sehingga kesadaran membayar pajak juga tidak tebal. Apabila kesadaran Wajib Pajak tinggi yang datang dari motivasi untuk membayar pajak, maka kemauan untuk membayar pajakpun akan tinggi dan pendapatan Negara dari pajak akan meningkat.


(15)

2.1.7 Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Pengetahuan dan pemahaman pertaturan perpajakan yang dimaksud mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT), pembayaran, tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT (Resmi, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani, dkk (2012) terdapat beberapa indikator Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan, yaitu: (1) Kepemilikan NPWP. Setiap Wajib Pajak yang memiliki penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk pengadministrasian pajak. (2) Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak telah mengatahui

kewajibannya sebagai Wajib Pajak, maka mereka akan melakukannya, salah satunya adalah membayar pajak. (3) Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan. Semakin tahu dan paham Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula Wajib Pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka. Hal ini tentu akan mendorong setiap Wajib Pajak yang taat akan menjalankan kewajibannya dengan baik. (4) Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak. Dengan mengetahui dan memahami mengenai tarif pajak yang berlaku, maka


(16)

akan dapat mendorong Wajib Pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak sendiri secara benar. (5) Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP. (6) Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training perpajakan yang mereka ikuti.

2.1.8 Persepsi yang baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian,

pengintepretasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai . Sejalan dengan tuntutan peningkatan kesadaran masyarakat akan membayar pajak, maka

diperlukan perubahan atau penyempurnaan dan perbaikan dalam sistem

administrasi. Melalui sistem perpajakan baru yang berbasis internet, Wajib Pajak dapat mendaftar dan mengakses data perpajakannya tanpa batas waktu dan tempat. Namun, apabila Ditjen Pajak sudah memaksimalkan sistem perpajakan yang baru, Wajib Pajak akan lebih dimudahkan dalam pembayaran pajaknya. Wajib Pajak hanya perlu membuka situs Ditjen Pajak dan mengisi kolom isian yang sudah disediakan. Data SPT wajib pajak juga lebih aman karena tersimpan dalam bentuk elektronik dan ter-enkripsi (memiliki kode kunci). Selain itu, terdapat sistem pelaporan e-SPT dan e-Felling yang memudahkan dan lebih cepat Wajib Pajak dalam melaporkan pajak. Sehingga dengan berbagai tawaran fasilitas


(17)

yang mempermudah Wajib Pajak dalam membayar pajak akan menimbulkan persepsi yang baik dan kemauan untuk membayar pajaknyapun akan meningkat.

2.1.9 Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum Di beberapa Negara maju yang memberlakukan wajib pajak, warga Negara mendapatkan tunjangan dari Negara, misalnya tunjangan untuk yang

pengangguran, tunjangan kesehatan gratis, pendidikan dasar gratis, transportasi yang nyaman,dll. Keuntungan-keuntungan secara langsung maupun tidak langsung ini mendorong Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak dengan kesadaran penuh bahwa mereka akan mendapatkan imbalannya melalui fasilitas yang telah dirancang oleh pemerintah.

Secara otomatis keinginan untuk mengingkari kewajiban membayar pajak akan terkikis. Menurut Alan Lewis (1982) dalam Ancok (2004) bahwa sikap

masyarakat terhadap pemerintah akan menetukan kegairahan membayar pajak. Pemerintah yang menimbulkan perasaan pada rakyat bahwa pemerintah bersifat koersif, rakyat merasa tidak mempunyai jalur untuk menyampaikan kata hatinya (impotence), dan rakyat merasa terasing (alienation) dari pemerintah dalam beberapa hal, khususnya dalam penyusunan kebijakan perpajakan, akan membuat rakyatnya menghindari pembayaran pajak (tax evasion).

2.1.10 Pelayanan fiskus

Pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan kepuasan kepada pelanggan. Suatu layanan dapat dikatakan baik apabila usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pelayanan yang berkualitas


(18)

adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus (Supadmi, 2009).

Pelayanan yang diberikan oleh fiskus selama proses perpajakan berkaitan dengan sikap wajib pajak. Proses perpajakan melibatkan fiskus dan wajib pajak membuat pelayanan yang diberikan oleh fiskus turut membentuk sikap (atitude) wajib pajak dalam mengikuti proses perpajakan. Semakin baik pelayanan fiskus maka wajib pajak akan memiliki sikap yang positif terhadap proses perpajakan. Namun jika pelayanan fiskus tidak baik, hal itu akan membuat wajib pajak enggan untuk membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

2.2 Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap kemauan membayar pajak

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Dalam penelitian Arum (2012) menunjukkan bahwa kesadaran perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pamahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan sangatlah diperlukan agar dapat meningkatkan kemauan wajib pajak untuk membayar pajaknya. Kesadaran yang tinggi tersebut berasal dari adanya motivasi Wajib Pajak. Semakin tinggi kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak maka semakin tinggi pula kemauan wajib pajak dalam membayar pajak.


(19)

Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1 (H1) : Kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak

2.2.2 Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan terhadap kemauan membayar pajak

Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan wajib pajak serta persepsi tentang pajak dan petugas pajak yang masih rendah. Sebagian wajib pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu ada yang memperoleh dari media informasi, konsultan pajak, seminar dan pelatihan pajak. Nugroho (2012) menyatakan bahwa meningkatnya pengetahuan perpajakan baik formal dan non formal akan berdampak postif terhadap kesadaran wajib pajak sehingga meningkatkan kemauan dalam membayar pajak.

Ini ditunjukkan dalam penelitian Monica (2011) diterapkannya kebijakan Sunset Policy berpengaruh positif terhadap pengetahuan dan pemahaman peraturan sehingga meningkatkan kemauan untuk membayar pajak. Dalam hal ini dapat terlihat jika semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan semakin tinggi pula kemauan Wajib Pajak tersebut untuk membayar pajak.


(20)

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

Hipotesis 2 (H2) : Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak

2.2.3 Pengaruh Persepsi yang baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan terhadap kemauan membayar pajak

Dalam penelitian Handayani, dkk (2012), persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak karena Wajib Pajak masih belum banyak yang menggunakan media online sebagai sarana pembayaran pajak. Namun, apabila Wajib Pajak sudah

memaksimalkan sistem perpajakan yang baru, Wajib Pajak akan lebih

dimudahkan dalam pembayaran pajaknya. Menurut Fikriningrum (2012), Persepsi yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap suatu peristiwa yang amatinya. Semakin baik persepsi atas efektifitas sistem perpajakan maka semakin tinggi kemauan wajib pajak dalam membayar pajak.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, mengakses internet sudah sangat mudah. Wajib Pajak sudah dapat membeli modem dan paket internet dari berbagai

provider dengan harga yang terjangkau yang ditawarkan. Bahkan beberapa fasilitas umum sudah menyediakan jaringan wifi secara gratis, yang

mempermudah dalam mengakses internet. Sehingga dengan berbagai tawaran fasilitas yang mempermudah Wajib Pajak dalam membayar pajak akan

menimbulkan persepsi yang baik dan kemauan untuk membayar pajak pun akan meningkat.


(21)

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

Hipotesis 3 (H3) : Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

2.2.4 Pengaruh Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum terhadap kemauan membayar pajak

Pada penelitian James Alm (2005) yang dilakukan di Rusia sebelum, selama dan sesudah masa transisi perubahan sistem pemerintahan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak karena kebanggaan nasional dan kepercayaan kepada sistem pemerintahan yang tinggi dari pemanfaatan pajak tersebut. Kesadaran akan pajak secara positif dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat dalam sistem pemerintahan / hukum dan keadilan. Persepsi wajib pajak terhadap kinerja lembaga pemerintahan jelas memainkan peran penting. Sedangkan dalam penelitian Henrik et al., (2005) dalam

Handayani, dkk (2012) yang dilakukan di Swedia mengemukakan bahwa

ketidakpercayaan Wajib Pajak terhadap politisi terkemuka akan berpengaruh pada kemauan membayar pajak memburuk dan kemungkinan mengumpulkan pajak untuk menjaga kesejahteraan negara dikurangi. Menurut Ancok (2004) Para wajib pajak mengharapakan agar uang yang diserahkan kepada negara digunakan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah.

Dalam hal ini sistem pemerintahan dan hukum yang baik dapat dipercaya oleh Wajib pajak. Ini menunjukkan jika semakin tinggi tingkat kepercayaan Wajib


(22)

Pajak terhadap sistem pemerintahan dan hukum , semakin tinggi pula kemauan membayar pajak. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

Hipotesis 4 (H4) : Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak

2.2.5 Pengaruh pelayanan fiskus yang berkualitas terhadap wajib pajak dengan kesadaran membayar pajak

Pelayanan fiskus terhadap Wajib Pajak adalah usaha yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak untuk melayani wajib pajak secara maksimal agar wajib pajak tidak mengalami kebingungan saat membayar pajak. Dalam penelitian Arum (2012) dijelaskan bahwa sikap atau pelayanan fiskus yang baik harus diberikan kepada seluruh wajib pajak, karena dalam membayar pajak seseorang tidak mempunyai kontraprestasi yang langsung. Menurut Anchok (1994) dalam Arum (2012), aparat pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk kemauan masyarakat dalam membayar pajak.

Dalam penelitian Fikriningrum (2012) menunjukkan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif terhadap kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Wajib pajak dapat mengenal pajak dari pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak. Untuk itu aparat pajak harus memiliki keterampilan untuk dapat

memuaskan wajib pajak sehingga timbul kemauan dalam membayar pajak. Jika dalam dunia perdagangan ada ungkapan “Pembeli adalah Raja”, maka ungkapan “Wajib Pajak adalah Raja” juga perlu dimasyarakatkan, sehingga wajib pajak


(23)

bersemangat dalam membayar pajak. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

Hipotesis 5 (H5) : Pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak

2.3 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kemauan membayar pajak diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Handayani, dkk (2012) Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan, dan Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum. Variabel terikat yang digunakan adalah kemauan membayar pajak. Hasil penelitian adalah: (1) kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum secara simultan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas; (2) kesadaran membayar pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan serta tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum masing-masing secara parsial tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas; (3) pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan secara parsial berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.


(24)

Penelitian yang dilakukan Widayati dan Nurlis (2011) , menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan dalam membayar pajak wajib pajak yang melakukan pekerjaan bebas. Faktor-faktor yang diukur adalah kesadaran

membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan, serta persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran membayar pajak dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak. Sedangkan faktor pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.

Penelitian Monica (2011) tentang pengaruh pemanfaatan fasilitas perpajakan sunset policy terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Konsep-konsep yang akan diukur dalam penelitian ini adalah Sunset Policy dan ketiga faktor-faktor kemauan membayar pajak (Willingness to Pay Tax), yaitu Kesadaran membayar pajak, Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan, dan Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan. Hasil penelitian menunjukkan diterapkannya kebijakan Sunset Policy berpengaruh positif terhadap pengetahuan dan

pemahaman peraturan sehingga meningkatkan kemauan untuk membayar pajak.

Penelitian Arum (2012) tentang pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.


(25)

Penelitian Fikriningrum (2012) yang menguji analisi faktor-faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban

membayar pajak. Hasil dari pengujian menyebutkan bahwa kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan perpapajakan, perpsepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan, dan pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kemauan dalam membayar pajak.

2.4 Kerangka Teoritis

Model penelitian atau kerangka teoritis penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1

X1

X2 X3

X4

X5 Y

Gambar 1 : kerangka teoritis Kesadaran

membayar pajak

Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan

Persepsi yang baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan

Kemauan Membayar Pajak Tingkat

Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan

Hukum Pelayanan Fiskus


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu penelitian dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan

menggunakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden (Masri dan Sofian, 1995). Paket kuesioner disebarkan kepada responden baik langsung ditemui di Kantor Pelayanan Pajak Tanjung Karang maupun mendatangi domisili tempat tinggal,tempat usaha atau tempat praktek para responden.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang, Bandar Lampung per Desember 2012 yaitu sebanyak 11.960. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Convenience Sampling. Metode ini memilih sampel dari mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan, misalnya yang terdekat dengan tempat peneliti berdomisili (Uma,


(27)

2006). Dibandingkan dengan teknik lainnya, teknik ini tergolong mudah dan murah karena responden dalam penelitian mudah diakses, dan seringkali dapat diajak bekerjasama untuk membantu menyelesaikan pengumpulan data yang diperlukan. Sedangkan Hair et al., (1998) menyatakan bahwa jumlah sampel yang harus diambil dalam suatu penelitian adalah 15 hingga 20 kali jumlah variabel yang digunakan. Banyaknya variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 variabel sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 5 X 20 =100 sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah 100 Wajib Pajak Orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang, Bandar Lampung per Desember 2012. Seluruh sampel diambil dari yang paling mudah dijangkau atau didapatkan oleh peneliti dalam

menyebarkan daftar pertanyaan.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Kemauan Membayar Pajak (Y)

Kemauan membayar pajak dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai persiapan responden yang berkaitan dengan konsultasi sebelum melakukan pembayaran pajak, dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak, informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak, informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak dan membuat alokasi dana untuk membayar pajak. Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Handayani, dkk (2012) terdiri dari lima item pertanyaan kemauan bayar pajak (lampiran 1). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 point.


(28)

2. Kesadaran membayar pajak (X1)

Variabel independen pertama penelitian ini adalah kesadaran membayar pajak. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Gozali (1976) dalam Handayani, dkk (2012) mendefinisikan kesadaran sebagai rasa rela melakukan sesuatu sebagai kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat. Variabel ini diukur dengan instrumen pertanyaan yang berasal dari penelitian Handayani, dkk (2012) yang terdiri dari empat item pertanyaan (lampiran 1). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 point.

3. Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Pajak (X2)

Variabel independen kedua penelitian ini adalah pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak. Adanya pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan (syarat-syarat) terkait pembayaran pajak. Syarat-syarat untuk

melakukan pembayaran pajak adalah (1) Wajib Pajak harus memiliki NPWP dan (2) Wajib Pajak harus melaporkan SPT (Tatiana dan Priyo, 2009). Variabel ini diukur dengan instrumen pertanyaan yang berasal dari penelitian yang

dikembangkan oleh Handayani, dkk (2012 ) yang terdiri dari empat item

pertanyaan (lampiran 1). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 point.


(29)

4. Persepsi yang baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan (X3)

Variabel independen ketiga penelitian ini adalah persepsi yang baik atas

efektifitas sistem perpajakan. Salah satu pemanfaatan pajak adalah pembangunan fasilitas umum. Persepsi wajib pajak atas ketersediaan barang dan jasa (fasilitas) untuk kepentingan umum meningkatkan kepatuhan pajak oleh wajib pajak dimana kemauan membayar pajak termasuk didalamnya. Variabel ini diukur dengan instrumen pertanyaan yang berasal dari penelitian Handayani, dkk (2012), terdiri dari empat item pertanyaan pertanyaan yang sedikit dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kondisi penelitian (lampiran 1). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 point.

5. Tingkat kepercayaan terhadap Sistem Pemerintahan dan Hukum (X4)

Variabel independen keempat penelitian ini adalah tingkat kepercayaan terhadapa system pemerintahan dan hukum. Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama. Variabel ini diukur dengan instrumen pertanyaan yang diadaptasi dari penelitian James et al., (2005) dalam Handayani, dkk (2012) yang dilakukan di Rusia sebelum, selama dan sesudah masa transisi perubahan sistem

pemerintahan, yang terdiri dari empat item pertanyaan pertanyaan (lampiran 1). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 point.

6. Pelayanan Fiskus (X5)

Pelayanan fiskus merupakan cara petugas pajak dalam membantu ,mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini


(30)

adalah Wajib Pajak. Pelayanan yang berkulitas terhadap wajib pajak adalah usaha yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak untuk melayani wajib pajak secara maksimal agar wajib pajak tidak mengalami kebingungan saat membayar pajak. Variabel diukur dengan instrumen yang terdiri dari enam item pertanyaan (lampiran 1), yang diadopsi dari penelitian Jatmiko (2006) dalam Arum (2012).Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 point.

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Uji Kualitas Data

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Dari beberapa alat analisis uji validitas yang ada, peneliti memilih menggunakan analisis faktor dengan tujuan untuk

memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel yang sudah ditentukan. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS Versi 17.

Uji reliabilitas data adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsistensi) dari suatu instrumen. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan internal consistency reliability yang menggunakan uji Cronbach Alpha untuk mengidentifikasi seberapa baik item-item dalam kuisioner berhubungan antara satu dengan yang lainnya. (Ghozali, 2005).


(31)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak akan valid untuk jumlah sampel yang kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Sedangkan uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2005).

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk melihat apakah ada kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat dari VIF multikolinearitas. Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-variabel independen, dan angka tolerance mempunyai angka lebih besar dari 0,10 maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya (Ghozali, 2005).


(32)

3. Uji Heteroskedestisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterosledastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat scatterplot antara taksiran Y dengan nilai residual dimana plot residual yang distandarkan dari sumbu X dan sumbu Y yang telah terprediksi membentuk pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar lalu menyempit) serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

4. Uji Autokorelasi

Jika gejala korelasi terjadi, hal ini akan mengakibatkan varian residual (error term) akan diperoleh lebih rendah dari pada semestinya yang mengakibatkan R2 menjadi lebih tinggi daripada seharusnya, selain itu pengujian hipotesis dengan menggunakan t-test dan F-test akan menyesatkan. Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi model regresi tersebut tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term-nya, maka dipergunakan Durbin Watson Statistic. Pengujian Durbin Watson ini dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin Watson dari hasil estimasi. Menurut Durbin Watson, besarnya koefisien Durbin Watson adalah antara 0-4. Jika koefisien Durbin Watson sekitar 2, maka dapat dikatakan tidak ada korelasi. Kalau besarnya mendekati nol, maka terdapat autokorelasi positif,


(33)

dan jika besarnya mendekati 4, maka terdapat autokorelasi negatif (Ghozali, 2005).

3.5 Pengujian Hipotesis

Analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda. Persamaan yang dapat dirumuskan berdasarkan hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4+ βX5+ ε

Dimana,

Y = Kemauan Membayar Pajak (Willingness to Pay Tax) α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

X1 = Kesadaran membayar pajak

X2 = Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak X3 = Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan

X4 = Tingkat kepercayan terhadap sistem pemerintahan dan hukum X5 = Pelayanan Fiskus


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum,serta pelayanan fiskus terhadap kemauan membayar pajak. Berdasarkan pengujian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka kesimpulan dapat diringkas sebagai berikut:

1. Kesadaran membayar pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran membayar pajak yang ada dalam diri Wajib Pajak masih sangat kecil. 2. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan tidak

berpengaruh signifikan terhadap kamauan membayar pajak. Hal ini menunjukkan Wajib Pajak masih banyak yang belum mengetahui dan memahami peraturan perpajakan yang ada.

3. Persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini mengindikasikan


(35)

bahwa Wajib Pajak telah menggunakan dengan sebaik-baiknya fasilitas yang diberikan oleh Ditjen pajak agar memudahkan pelaksanaan

kewajiban perpajakannya, sehingga timbul kemauan untuk membayar pajak.

4. Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak tidak memiliki kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum. Sebagian besar Wajib Pajak mengalami konflik kepercayaan terhadap aparatur pajak.

5. Pelayanan fiskus tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini mengindikasian bahwa masih kurangnya interaksi yang baik antara fiskus dan wajib pajak.

5.2 Keterbatasan dalam penelitian

Adapun keterbatasan penelitian yang dihadapi peneliti adalah :

1. Peneliti kesulitan untuk memberikan kuesioner kepada responden hal ini dikarenakan kesibukan responden.

2. Model pertanyaan dalam kuesioner merupakan pertanyaan tertutup, sehingga jawaban yang didapatkan belum tentu menggambarkan situasi yang sebenarnya.

3. Penelitian ini tidak melakukan Pilot-Test untuk menguji kualitas data sebelum menyebar kuesioner ke responden sebenarnya.


(36)

5.3 Saran

1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian terhadap penelitian ini dengan cara menambah variabel bebas yang

memungkinkan dapat mempengaruhi kemauan membayar pajak. Sehingga kualitas penelitian akan lebih baik.

2. Pada penelitian berikutnya diharapkan untuk menambahkan pertanyaan terbuka agar memperoleh jawaban yang lebih mewakili situasi yang sebenarnya.

3. Berdasarkan hasil pengujian variabel kesadaran membayar pajak,

pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan serta pelayanan fiskus tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Pihak KPP disarankan untuk lebih giat mensosialisasikan pentingnya membayar pajak sehingga kemauan membayar pajak masyarakat dapat ditingkatkan.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan Pilot-Test sebelum

menyebarkan kuesioner kepada responden yang sebenarnya agar kualitas data dapat diketahui terlebih dahulu.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior, Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol. 50, pp. 179-211.

Ancok, Djamaludin. 2004. Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam.

Arum, Harjanti Puspa. 2012. Pengaruh kesadaran Wajib Pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2005. Jakarta.

Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hair, Joseph F., Black, William., Tatham, Ronald L and Anderson, Rolph E. 1998. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Handayani, Sapti Wuri., Faturokman, Agus., Pratiwi, Umi. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin. PPJK14.

James, Alm. 2005. Russian Attitudes Toward Paying Taxes – Before, During, And After The Transition. Journal of Public Economics.

Judisseno, Remsky K. 1997, Pajak dan strategi Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Edisi Revisi. Cetakan Kesembilan, Penerbit: Andi, Jakarta.


(38)

Marihot, Pahala Siahaan. 2010. Hukum Pajak Elementer Konsep Dasar Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Masri, Singarimbun dan Sofyan, Effendy. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Monica, Dian Anggraeni. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan Sunset Policy Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Nugroho, Rahman Adi. 2012. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Intervening. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan:Teori dan Kasus. Edisi ke-5. Jakarta :Salemba empat. Supadmi ,Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas

Pelayanan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 4 No. 2

Tatiana, Vanessa Rantung dan Priyo,Hari Adi. 2009. Dampak Program Sunset Policy Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar.

Makalah Simposium Nasional Perpajakan II. Madura.

Uma, Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.


(1)

2005).

3.5 Pengujian Hipotesis

Analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda. Persamaan yang dapat dirumuskan berdasarkan hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4+ βX5+ ε

Dimana,

Y = Kemauan Membayar Pajak (Willingness to Pay Tax) α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

X1 = Kesadaran membayar pajak

X2 = Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak X3 = Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan

X4 = Tingkat kepercayan terhadap sistem pemerintahan dan hukum X5 = Pelayanan Fiskus


(2)

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum,serta pelayanan fiskus terhadap kemauan membayar pajak. Berdasarkan pengujian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka kesimpulan dapat diringkas sebagai berikut:

1. Kesadaran membayar pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran membayar pajak yang ada dalam diri Wajib Pajak masih sangat kecil. 2. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan tidak

berpengaruh signifikan terhadap kamauan membayar pajak. Hal ini menunjukkan Wajib Pajak masih banyak yang belum mengetahui dan memahami peraturan perpajakan yang ada.

3. Persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini mengindikasikan


(3)

yang diberikan oleh Ditjen pajak agar memudahkan pelaksanaan kewajiban perpajakannya, sehingga timbul kemauan untuk membayar pajak.

4. Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak tidak memiliki kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum. Sebagian besar Wajib Pajak mengalami konflik kepercayaan terhadap aparatur pajak.

5. Pelayanan fiskus tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak. Hal ini mengindikasian bahwa masih kurangnya interaksi yang baik antara fiskus dan wajib pajak.

5.2 Keterbatasan dalam penelitian

Adapun keterbatasan penelitian yang dihadapi peneliti adalah :

1. Peneliti kesulitan untuk memberikan kuesioner kepada responden hal ini dikarenakan kesibukan responden.

2. Model pertanyaan dalam kuesioner merupakan pertanyaan tertutup, sehingga jawaban yang didapatkan belum tentu menggambarkan situasi yang sebenarnya.

3. Penelitian ini tidak melakukan Pilot-Test untuk menguji kualitas data sebelum menyebar kuesioner ke responden sebenarnya.


(4)

58

5.3 Saran

1. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengujian terhadap penelitian ini dengan cara menambah variabel bebas yang

memungkinkan dapat mempengaruhi kemauan membayar pajak. Sehingga kualitas penelitian akan lebih baik.

2. Pada penelitian berikutnya diharapkan untuk menambahkan pertanyaan terbuka agar memperoleh jawaban yang lebih mewakili situasi yang sebenarnya.

3. Berdasarkan hasil pengujian variabel kesadaran membayar pajak,

pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan serta pelayanan fiskus tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Pihak KPP disarankan untuk lebih giat mensosialisasikan pentingnya membayar pajak sehingga kemauan membayar pajak masyarakat dapat ditingkatkan.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan Pilot-Test sebelum

menyebarkan kuesioner kepada responden yang sebenarnya agar kualitas data dapat diketahui terlebih dahulu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior, Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol. 50, pp. 179-211.

Ancok, Djamaludin. 2004. Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam.

Arum, Harjanti Puspa. 2012. Pengaruh kesadaran Wajib Pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2005. Jakarta.

Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hair, Joseph F., Black, William., Tatham, Ronald L and Anderson, Rolph E. 1998. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Handayani, Sapti Wuri., Faturokman, Agus., Pratiwi, Umi. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin. PPJK14.

James, Alm. 2005. Russian Attitudes Toward Paying Taxes – Before, During, And After The Transition. Journal of Public Economics.

Judisseno, Remsky K. 1997, Pajak dan strategi Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Edisi Revisi. Cetakan Kesembilan, Penerbit: Andi, Jakarta.


(6)

36

Marihot, Pahala Siahaan. 2010. Hukum Pajak Elementer Konsep Dasar Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Masri, Singarimbun dan Sofyan, Effendy. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Monica, Dian Anggraeni. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Perpajakan Sunset Policy Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Nugroho, Rahman Adi. 2012. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Intervening. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan:Teori dan Kasus. Edisi ke-5. Jakarta :Salemba empat. Supadmi ,Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas

Pelayanan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 4 No. 2

Tatiana, Vanessa Rantung dan Priyo,Hari Adi. 2009. Dampak Program Sunset Policy Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar.

Makalah Simposium Nasional Perpajakan II. Madura.

Uma, Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar Pajak Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan Bebas

0 5 169

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas

0 3 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan

1 14 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pra

0 5 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Pada KPP Pratama Salatiga.

0 3 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Pada KPP Pratama Salatiga.

0 4 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Surakarta).

0 3 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Surakarta).

0 5 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN PEKERJAAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Bagi Wajib Pajak Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terda

0 2 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS

0 0 23