3
BAB II. STUDI PUSTAKA
2.1 Babi Bali
Babi bali termasuk ke dalam spesies Sus vitatus merupakan plasma nutfah termasuk bangsa babi lokal dan termasuk tipe pelemak yang telah dipelihara oleh
petani sejak jaman dulu kala sebagai hewan ternak celengan tabungan. Ciiri-ciri babi bali yang sangat khas: 1 punggung melengkung ke bawah, 2 perutnya besar
melebar dan menyentuh tanah dalam keadaan bunting atau gemuk, 3 warna hitam tetapi kadang-kadang pada garis perut, kaki dan dahi berwarna putih, 4 kepala
pendek dan 5 telinga pendek dan tegak Sutji, 1985; Sinaga, 2010. Menurut Nitis 1967 peternakan babi bali rakyat memanfaatkan sisa-sisa dapur, daun-daunan,
batang pisang, dedak padi dan bungkil kelapa sebagai bahan pakan ternak. Persentase desa yang masyarakatnya memberi pakan babi dari sisa-sisa dapur 95; daun-
daunan 84; batang pisang 70,88; dedak padi 78,82 dan bungkil kelapa 47,64. Telah diketahui bahwa babi bali merupakan babi tipe pelemak, tetapi sangat digemari
oleh masyarakat Bali karena sangat baik jika digunakan sebagai babi guling. Sistem peternakan tradisional pada peternakan babi bali yang bercirikan 1 pemberian
pakan seadanya; 2 manajemen yang jelek; 3 pencegahan penyakit yang sangat kurang dan 4 pertumbuan ternak yang sangat lambat. Dijelaskan pula oleh Nitis
1967 dan Suci 1985 peternakan tradisional di Bali yang masih memelihara babi bali tersebar di daerah Nusa Penida, Karangasem, Buleleng dan Jembana. Adaptasi
terhadap mutu pakan jelek, mengantarkan babi bali mudah dapat dipelihara dan dapat beranak banyak.
4
2.2 Kebutuhan Energi dan Protein pada Babi
Ensminger 1991 menyatakan bahwa pada babi lebih diutamakan pada pakan yang berkualitas dibandingkan dengan kuantitas yang memadai tanpa adannya
keseimbangan antara energi dan protein MECP ratio. Sebagai contoh misalnya
kandungan protein kasar pakan 12 dengan kandungan asam-asam amino yang seimbang akan lebih baik dibandingkan dengan kandungan protein kasar 16
dengan kualitas protein jelek. Dijelaskan pula bahwa sumber energi pada babi bersumber dari karbohidrat dan lemak. Lemak secara bersama-sama dengan asam-
asam lemak esensial: linoleat, linolenat dan arakhidonatyang bersumber dari biji- bijian. Asam-asam lemak ini sangat berguna untuk pembentukan lemak daging pada
babi. Bahan-bahan pakan sebagai sumber energi adalah jagung kuning, barley,
sorghum, gandum, lemak dan minyak, sedangkan sebagai sumber protein utama pada pakan babi adalah tepung ikan, tepung daging, bungkil kedelai, bungkil jagung dan
asam-asam amino sintetik Nitis, 1965; Ranjhan, 1981; CSIRO, 1987; Ensminger, 1991.
Menurut NRC 2012 kebutuhan energi pada babi lepas sapih ditunjukkan dengan persamaan : DE intake kcalday = -1531+ 455,5 x BW
– 9,46 x BW
2
; R
2
= 0,92; dimana DE: digestible energy, BW: body weight. Dijelaskan pula bahwa kebutuhan protein sangat ditentukan oleh kualitas protei bahan pakan terutama kan
dungan asam-asam amino esensial seperti metionin dan lisin.
Imbangan energi-protein energyprotein ratio pakan babi lepas sapih
5
menurut Ranjhan 1981 dan NRC 2012 DE McalkgCP : 3,222 atau 2,522; menurut CSIRO 1987 DE MJkgCP masing-masing : 1011.7;
1214,8; 1417,8 dan 1620,9; dan menurut Ensminger 1991 ME kcalkgCP masing-masing: 320822.68; 317022,11; 305022,34 dan 317022,64. Dijelaskan
pula bahwa kebutuhan energi dan protein pada ternak babi sangat bergantung kepada bangsa ras, tipe pelemak atau pedaging, tingkat pertumbuhan produksi dan
umur.
6
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN