IDENTITAS SOSIAL MAHASISWA SUKU BANJAR DI KOTA MALANG

IDENTITAS SOSIAL MAHASISWA SUKU BANJARDI KOTA MALANG
Oleh: M. FARID MA’RUF (02810031)
Psychology
Dibuat: 2007-01-23 , dengan 3 file(s).

Keywords: Identitas Sosial, Mahasiswa Suku Banjar
Dalam berinteraksi individu memerlukan identitas untuk menjelaskan siapa individu tersebut,
dari suku mana dia berasal. Identitas, pada perkembangannya tidak hanya menjelaskan siapa,
tetapi bagaimana seharusnya seseorang menjadi lebih baik, untuk itulah individu memerlukan
identitas sosial, bagian dari self concept seseorang yang merupakan refleksi dari partisipasi
seseorang dalam lingkungan sosialnya. Pada dasarnya proses akulturasi dan asimilasi dapat
menyebabkan variasi identitas sosial. Kota Malang sebagai kota pendidikan menjadi kota
pertemuan berbagai budaya yang dapat menjadi fasilitator dan memungkinkan individu
khususnya mahasiswa berinteraksi dengan berbagai budaya dan memungkinkan terjadinya
pergeseran identitas sosial mahasiswa tersebut. Suku Banjar sebagai suku asli Kalimantan
Selatan memiliki mahasiswa yang hampir tersebar diseluruh kampus di kota Malang. Dengan
karakteristik umum orang Banjar yang memiliki solidaritas dan harga diri terhadap kesukuan
yang tinggi, menjadikan mahasiswa suku Banjar menarik untuk dikaji identitas sosialnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan metode kuantitatif
sebagai metode sekunder yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana identitas sosial
mahasiswa suku Banjar di kota Malang dan mengetahui bagaimana proses social comparison

yang terjadi pada subyek dengan identitas sosial tinggi dan rendah. Instrumen yang digunakan
adalah skala identitas sosial yang berfungsi sebagai sarana dalam pemilihan subyek serta
memisahkan mahasiswa Banjar dalam dua kategori. Selanjutnya, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara dan juga menggunakan observasi sebagai metode pendukung.
Subyek yang dilibatkan pada awalnya berjumlah 40 subyek. Untuk mengetahui bagaimana
proses social comparison yang terjadi pada masing-masing kategori, diambil beberapa orang
subyek untuk dilakukan wawancara.
Dari penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 24 orang subyek (60 %) masuk dalam kategori
identitas sosial tinggi, dan sebanyak 16 orang subyek (40 %) masuk dalam kategori identitas
sosial tinggi. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada umumnya identitas sosial yang tinggi
lebih dikarenakan adanya keinginan untuk mendapatkan pengakuan (recognition) dan kesetaraan
sosial (social equality) dengan suku Jawa sebagai suku yang menjadi perbandingan, dan pada
subyek dengan identitas sosial yang rendah dalam proses social comparison pada umumnya
memiliki pandangan yang negatif terhadap sukunya, sehingga mereka memilih identitas sosial
yang lain yakni identitas sebagai mahasiswa biasa.

Abstract
In interacting individuals need to explain who the identity of the individual, from which tribe he came
from. Identity, in its development not only explain the who, but how should a person get better, that's
what the individual needs of social identity, part of one's self concept which is a reflection of one's

participation in the social environment. Basically, the process of acculturation and assimilation can lead

to variations of social identity. Malang City as the city education into the town meetings of the various
cultures that can be a facilitator and allow individuals, especially students interact with various cultural
and social identity shift allows the student. Tribe Banjar in South Kalimantan as indigenous peoples have
a student who almost scattered throughout the campus in the city of Malang. With the general
characteristics of Banjar people who have the solidarity and the dignity of the tribal high, making
students Banjarese interesting to study social identity.
This research is a descriptive qualitative and quantitative methods as a secondary method that aims to
find out how the social identities of students Banjarese in Malang city and find out how social
comparison processes that occur in subjects with high and low social identity. The instrument used is
the scale of social identity that serves as a tool in the selection of subjects and separate students into
two categories Banjar. Furthermore, the method used in this study were interviews and also use
observation as a method of support. Subjects who were included in the first of 40 subjects. To find out
how social comparison processes that occur in each category, taken a few people to do the interview
subjects.
From the research that has been done, as many as 24 people subjects (60%) fall into the category of
high social identity, and as many as 16 subjects (40%) fall into the category of high social identity.
Results of the interviews showed that in general high social identity is more due to the desire to gain
recognition (recognition) and social equality (social equality) by the Javanese as a tribe that became the

comparison, and in subjects with low social identity in the process of social comparison in general have a
negative view of his tribe, so they choose another social identity that identity as an ordinary student.