Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di Unikom Bandung (Studi Deskriptif Tentang Transformasi Identitas Dalam Adaptasi Bahasa Mahasiswa Suku Sunda di Unikom Bandung)

(1)

Mahasiswa Suku Sunda di Unikom Bandung )

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

ANNISA APRILIANTI NIM. 41809007

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(Descriptive Study Identity Transformation on Language Adaptation of Sundanese College Student in Unikom Bandung)

By:

Annisa Aprilianti NIM. 41809007

Supervised By:

Ditha Prasanti, S.I.Kom., M.I.Kom

The main purpose of this research is to analyze how sundanese college student identity transformation in Unikom Bandung, this study was designed to answer that question, this research has focused on the following sub: Before Transformation of Identity, Adaptation Strategies, After Identity Transformation.

Research approach the researcher used is qualitative descriptive study, and sundanese college students in Unikom Bandung as the main subject. Informants were selected by purposive sampling technique, the number of key informants of this study was eight (8) derived from 3 different faculty years, the number of students who have the most sundanese is Engineering Faculty of the information and technology department, Economics faculty of the Accounting Department, and Communication faculty of social and political science. And 1 (one) cultural activist as a support informant.

Data were obtained through searches of data using observation, interviews, books, documentation and online data retrieval. To test the validity of the data the researcher using triangulation, discussions with colleagues and member check. In analyzing the data the researcher using data reduction, data collection, data presentation, draw conclusions, and evaluation technique.

The results showed that, there is a development within the Unikom Bandung sundanese college students whether it is behavior, attitude, mindset and foreign culture absorption before the transformation of identity. Adaptation strategies is the phase in which a person will begin to specify how the college students could adapt with different ethnic. After the transformation of identity is the final phase in which sundanese college students in Unikom Bandung significantly change, and finding new things such as a lot of experience after communicating with different ethnic college students.

Conclusion, in the absence of process stages and phases that affect and makes a person turn to be what he wanted,so any changes to it will be difficult to understand by themselves or a closest friend to them without transformation phase approach.


(3)

Bahasa merupakan alat komunikasi, dan bahasa sunda merupakan bahasa yang di jadikan sebagai alat komunikasi sekaligus ciri dari masyarakat sunda itu sendiri. Bahasa merupakan salah satu budaya pemberi karakter pada suku sunda sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia. Bahasa juga yang memberikan identitas bagi masyarakat suku sunda.

Bahasa sunda merupakan salah satu bahasa yang kaya. Bandung merupakan kota yang penduduknya menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa daerah. Maka tidak heran jika orang asli Bandung pasti akan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda. Bahasa sunda tidak hanya digunakan oleh masyarakat kota Bandung saja, akan tetapi biasa digunakan oleh masyarakat daerah Jawa Barat lainnya.

Dewasa ini, kita sudah sulit untuk membedakan mana masyarakat yang merupakan suku sunda dan masyarakat pendatang di kota Bandung. Hal ini disebabkan karena percampuran budaya yang begitu cepat terjadi tanpa kita sadari. Perubahan yang terjadi ini salah satu faktornya adalah proses interaksi yang terjadi di masyarakat. Ketika mereka berinteraksi, mereka saling mentransfer informasi satu sama lainnya. Ketika mereka berkomunikasi, mereka menggunakalan gaya mereka sesuai pembawaan dan kebiasaan mereka sehari-hari.


(4)

berbicara, kerasnya suara, kosakata, tata bahasa, suara, gerak tubuh, dan fitur-fitur lainnya. Walaupun penyesuaian ini dilakukan secara sadar, pembicara biasanya tidak sadar akan hal ini, karena penyesuaian ini merupakan salah satu proses bawah sadar.

Fenomena yang telah dipaparkan di atas merupakan fenomena yang ternyata juga terjadi dilingkungan kampus UNIKOM Bandung. Jumlah mahasiswa yang mencapai ribuan berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, medan, Bangka, dan lain sebagainya. Mereka pasti mempunyai kebiasaan tersendiri baik dalam berperilaku sehari-hari dan cara mereka berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitar lingkungan mereka.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa terjadi suatu perubahan dari mahasiswa suku sunda yang sebelum mereka masuk menjadi salah satu mahasiswa UNIKOM, mereka menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa keseharian mereka. Setelah itu terjadi penyesuaian antara mahasiswa suku sunda tersebut dengan mahasiswa yang berasal dari suku lain, proses saling menyesuaikan ini terlihat ketika satu sama lain berkomunikasi, mereka meniru gaya berbicara, bahasa yang digunakan, bahkan gerak tubuh yang terjadi tanpa disadari oleh mahasiswa tersebut.


(5)

1.2Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Sebelum Tranformasi Identitas.

2. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung dalam melakukan Strategi adaptasi.

3. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Setelah Tranformasi Identitas.

II. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy J. Moleong menyebutkan bahwa :

“penelitian kualitatif yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya dan

dalam peristilahannya.”

Penelitian kualitatif dianggap lebih cocok digunakan untuk penelitian yang mempertimbangkan kehidupan manusia yang selalu berubah.Pendekatan kualitatif juga menggunakan kerangka pikir yang berisikan teori-teori yang


(6)

penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya.Secara konvensional metodologi kualitatif cenderung diasosiasikan dengan keinginan peneliti untuk menelaah makna, konteks, dan suatu pendekatan holistik terhadap fenomena.”Mulyana.D (2008:5)

Penelitian ini melakukan pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif dimana Penelitian studi deskriptif adalah kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Studi deskriptif, yaitu laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan, data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, fotovideotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong,2006:23).

Kirk dan Miller Menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial, yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dan kawasannyasendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. (Best dalam Defry, 2011:20). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian,


(7)

untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata dalam Defry, 2011:21). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

III. Pembahasan

Hasil penelitian di ambil dengan menggunakan teknik purposive sample (teknik sample bertujuan) yaitu informan yang di ambil berdasarkan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Pada penelitian ini peneliti mengambil informan yang merupakan mahasiswa suku sunda yang ada di UNIKOM. Peneliti mengambil informan dari tiga Fakultas yang memiliki mahasiswa suku sunda paling banyak, yaitu Fakultas Teknik dari Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ekonomi dari Program Studi Akuntansi, dan Fakultal Sosial dan Politik di ambil dari Program Studi Ilmu Komunikasi.


(8)

butuhkan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil dari rumusan permasalahan yang sebelumnya pada bab I. dan 1 orang informan pendukung yang merupakan pengamat kebudayaan sunda.


(9)

(10)

(11)

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ... 6

1.2.1. Pertanyaan Penelitian Makro ... 6

1.2.2. Pertanyaan Penelitian Mikro ... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Maksud Penelitian ... 6

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian... 7

1.4.1. Kegunaan Teoritis... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 8

1.4.2.1. Kegunaan Bagi Peneliti ... 8

1.4.2.2.Kegunaan Bagi Akademik ... 8


(12)

x

2.2.1. Kerangka Teoitis ... 18

2.2.2. Kerangka Konseptual ... 22

2.2.2.1. Tinjauan Tentang Transformasi Identitas ... 22

2.2.2.1.1. Pengertian Transformasi Identitas... 22

2.2.2.1.2. Strategi Adaptasi dalam Transformasi Identitas ... 24

2.2.2.1.3. Pra/sebelum Transformasi Identitas ... 26

2.2.2.1.4. Strategi Adaptasi ... 27

2.2.2.1.5. Setelah Transformasi Identitas ... 36

2.2.2.2. Tinjauan Tentang Budaya Sunda ... 37

2.2.2.3. Tinjauan Tentang Bahasa Sunda ... 41

2.2.2.4. Tinjauan Tentang Mahasiswa Sunda UNIKOM ... 42

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Universitas Komputer Indonesia ... 45

3.1.1. Sejarah Universitas Komputer Indonesia ... 45

3.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Motto Universitas Komputer Indonesia ... 48

3.1.2.1. Visi... 48

3.1.2.2. Misi ... 48

3.1.2.3. Tujuan ... 48

3.1.2.4. Moto... 49

3.1.3. Logo Universitas Komputer Indonesia ... 49

3.2. Metode Penelitian... 52

3.2.1. Desain Penelitian ... 52

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 54


(13)

xi

3.2.4. Teknik Analisis Data ... 61

3.2.4.1. Uji Keabsahan Data ... 64

3.2.5. Lokasi dan waktu Penelitian ... 67

3.2.5.1. Lokasi Penelitian ... 67

3.2.5.2. Waktu Penelitian... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informan Penelitian ... 73

4.2 Identitas Informan Penelitian ... 85

4.3 Hasil Penelitian ... 86

4.3.1. Mahasiswa Suku Sunda Sebelum Masuk di UNIKOM ……….. 87

4.3.2. Mahasiswa Suku Sunda dalam StrategiAdaptasi di UNIKOM... 90

4.3.3. Mahasiswa Suku Sunda Setelah Masuk di UNIKOM ... 92

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

4.4.1.Mahasiswa Suku Sunda Sebelum Masuk di UNIKOM ... 94

4.4.2. Mahasiswa Suku Sunda dalam Strategi Adaptasi di UNIKOM... 96

4.4.3.Mahasiswa Suku Sunda Setelah Masuk di UNIKOM ... 99

4.5 Pembahasan Analisis Teori Interaksi Simbolik ... 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 104

5.2 Saran ... 105

5.2.1 Saran untuk Masyarakat ... 106

5.2.2 Saran untuk Mahasiswa Suku Sunda ... 106

5.2.3 Saran untuk Peneliti Selanjutnya ... 106


(14)

(15)

xiii

Tabel 3.2. Tabel Informan ... 61

Tabel 3.3. Jadwal Penelitian... 68

Tabel 4.1. Jadwal Wawancara key Informan ... 70


(16)

xiv

Gambar 3.2. Logo Universitas Komputer Indonesia ... 49

Gambar 3.3. Komponen-komponen Analisis Data ... 64

Gambar 4.1. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan informan (Imar)... 74

Gambar 4.2. Peneliti berfoto dengan informan (gilang) ... 75

Gambar 4.3. Foto informan (Mitha) dengan peneliti saat wawancara ... 77

Gambar 4.4. Foto dengan informan (Usamah) pada saat selesai wawancara ... 78

Gambar 4.5. Foto peneliti dengan informan (Rendi) Saat wawancara ... 80

Gambar 4.6. Foto peneliti dengan informan (Rizqi) pada saat wawancara81 ... 81

Gambar 4.7. Foto peneliti dengan informan (ahmad) pada saat wawancara ... 82

Gambar 4.8. Foto peneliti dengan informan (Risa) saat wawancara ... 84


(17)

xv

Lampiran 2.Surat Rekomendasi Pembimbing... 111

Lampiran 3. Surat Pengajuan Pendaftaran sidang... 112

Lampiran 4.Surat Berita Acara Bimbingan ... 113

Lampiran 5. Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 114

Lampiran 6. Surat Pengantar Wawancara ... 115

Lampiran 7. Pedoman Observasi ... 116

Lampiran 8. Hasil Observasi ... 117

Lampiran 9. Pedoman wawancara ... 120

Lampiran 10. Hasil Wawancara……… 122


(18)

vi

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penyusun panjatkan ke

hadirat sang Maha Kuasa Allah SWT, Karena dengan izin-Nya dan setitik ilmu pengetahuan yang dipinjamkan kepada mahluk-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang telah peneliti jalani yaitu mengenai “Transformasi Identitas

Mahasiswa Suku Sunda di Unikom Bandung.” Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas akhir di Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti sangat menyadari ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Ini dikarnakan keterbatasan peneliti dalam hal ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai penulisan skripsi ini. Akan tetapi peneliti sebisa mungkin melakukan yang terbaik dengan segenap kemampuan dan usaha.

Peneliti ingin mengucapkan banyak berterimakasih terutama kepada Kedua Orang tuaku, Bpk. Sonjaya dan Ibu Wintri Kuraesin, yang telah memberikan semangat serta dorongan moril.

Selama menyusun skripsi ini, peneliti telah mendapatkan banyak sekali bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan segenap hati dan keikhlasan


(19)

vii

1. Bpk. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik atas arahan dan dukungannya.

2. Bpk Manap solihat S.Sos.,M.si. selaku ketua Program studi Ilmu komunikasi. 3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos.,M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Komunkasi

4. Ibu Ditha Prasanti, S.I.Kom., M.I.Kom. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan serta masukan kepada peneliliti. Dan dengan sabar membimbing peneliti menyusun Proposal Usulan Penelitian ini.

5. Bpk. Sangra Juliano S.I.kom selaku dosen Wali yang telah memberikan arahan kepada peneliti.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf pegawai program studi Ilmu Komunikasi, UNIKOM yang telah banyak membantu peneliti.

7. Untuk Anggi Sukma Krisna Wijaya, seseorang yang selalu memberikan dukungan. Setia mendampingi dari awal masuk kuliah sampai dengan sekarang, dan mudah-mudahan untuk seterusnya. Terima kasih buat dukungan dan doanya.

8. Kedua saudara laki-laki saya, Andri Andriansyah dan Moch Insan yang sering menganggu ketika penulis sedang mengerjakan skripsi ini.


(20)

viii

Tak lupa peneliti memohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah menyinggung perasaan atau menyakiti hati kepada semua orang baik secara tidak sengaja maupun yang disengaja. Akhir kata, peneliti berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi semua orang yang membutuhkannya. Amien.

Bandung, Juli 2013

Peneliti Annisa Aprilianti


(21)

Ardianto, Elvinaro, 2007, Teori Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Effendi, Onong uchjana. Ilmu Komunikasi, teori dan praktek. PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Kuswarno, Engkus, 2008, Etnografi Komunikasi, Bandung: Widya Padjajaran.

Littlejohn, Stephen W, dan Foss, Karen.A , 2009, Teori Komunikasi, Theories of Human Communication, Jakarta: Salemba Humantika.

Moleong, Lexy J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, dan Solatun, 2008, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy, 2010, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono, 2009. Model Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta


(22)

www.unikom.ac.id

http://ferdy-pharm.blogspot.com/2010/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-non.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda pkl 21.09 pm WawanJunaidi. 2009.

PengertianObservasidanKedudukannya.Melaluihttp://wawan-

junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-observasi-dan-kedudukannya.html/diaksespadatanggal 16/04/13 pukul 15:00wib

ernaFebruAries S. 2008. teknikpengumpulandataKualitatifdalampenelitian.Melaluihttp://ardhana 12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-pengumpulan-data-dalam-penelitian/diaksespadatanggal 16/04/13 pukul 15.30wib

KARYA ILMIAH

Skripsi Rian Widhistira, 41807849 . Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society di Kota Bandung). Bandung :

UNIKOM

Skripsi Bryan Hilton, 41807066 . Bagaimana Akulturasi Mahasiswa pendatang di Kota Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda. Bandung :


(23)

Makassar : Universitas Hasanudin

SUMBER LAIN

Buku Panduan Unikom Unikom Center


(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi, dan bahasa sunda merupakan bahasa yang di jadikan sebagai alat komunikasi sekaligus ciri dari masyarakat sunda itu sendiri. Bahasa merupakan salah satu budaya pemberi karakter pada suku sunda sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia.Bahasa juga yang memberikan identitas bagi masyarakat suku sunda.

Bahasa sunda merupakan salah satu bahasa yang kaya. Bandung merupakan kota yang penduduknya menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa daerah. Maka tidak heran jika orang asli Bandung pasti akan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda. Bahasa sunda tidak hanya digunakan oleh masyarakat kota Bandung saja, akantetapi biasa digunakan oleh masyarakat daerah Jawa Barat lainnya.

Peneliti merupakan mahasiswa asli suku sunda yang dibesarkan oleh adat istiadat sunda dan bahasa sunda menjadi bahasa sehari-hari yang digunakan oleh keluarga dan orang yang ada sekitar lingkungan dimana peneliti dibesarkan. Bahasa sunda merupakan bahasa yang cukup rumit, tidak semua orang bisa fasih menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari.Bahkan, orang yang merupakan suku sunda sekalipun, ada yang kurang memahami bahasa sunda yang halus (bahasa suda buhun), karena biasanya bahasa sunda buhun digunakan oleh masyarakat sunda yang sudah banyak


(25)

mengerti tentang bahasa sunda atau orang tua jaman dulu yang kesehariannya menggunakan bahasa sunda buhun. Dalam bahasa sunda, tidak semua kata bisa kita gunakan untuk berkomunikasi dengan semua orang. Ada aturan yang digunakan ketika kita berbicara menggunakan bahasa sunda, ini disebut dengan undak usuk bahasa.

Undak usuk bahasa (etika berbahasa) ini merupakan suatu aturan yang mengkotak-kotakkan bahasa yang dipakai untuk orang yang lebih tua, orang yang sebaya, dan orang lebih muda dari kita. Hal ini membuktikan bahwa bahasa sunda merupakan bahasa yang cukup rumit. Tidak semua orang mengerti tentang undak-usuk bahasa sunda, sekalipun masyarakat suku sunda itu sendiri. Penyebabnya adalah kurangnya minat dari masyarakat sunda itu sendiri untuk mempelajari secara mendalam tentang bahasa sunda. Padahal bahasa sunda merupakan bahasa daerah yang seharusnya menjadi bahasa kebangaan masyarakat suku sunda.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa kota Bandung merupakan pusat kota yang terdapat banyak keragaman didalamnya, termasuk keragaman bahasa, budaya, serta cara berkomunikasi dalam masyarakat, yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang hijrah ke kota Bandung. Pada masa sekarang, kota Bandung menjadi salah satu kota tujuan masyarakat yang berasal dari daerah lain, baik itu untuk menimba ilmu, berlibur, membuka usaha, atau dijadikan tempat untuk menetap. Hal ini dikarenakan terdapat banyak Universitas baik negeri maupun swasta yang terdapat di kota kembang ini, selain itu peluang usaha yang cukup menggiurkan, serta


(26)

Kenyamanan untuk dijadikan tempat tinggal. Tidak heran jika banyak masyarakat pendatang yang tertarik untuk menetap di Bandung.

Hal ini yang menjadi salah satu faktor banyaknya masyarakat dari daerah luar kota Bandung yang berdatangan. Kita bisa mendengar banyak masyarakat pendatang tidak asing lagi berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda, baik itu orang sunda asli maupun masyarakat pendatang yang tinggal di kota Bandung. Hal ini di karenakan, bahasa sunda merupakan bahasa yang cukup di kenal oleh banyak orang, dan banyak orang yang mempelajari bahasa sunda.

Dewasa ini, kita sudah sulit untuk membedakan mana masyarakat yang merupakan suku sunda dan masyarakat pendatang di kota Bandung. Hal ini disebabkan karena percampuran budaya yang begitu cepat terjadi tanpa kita sadari. Perubahan yang terjadi ini salah satu faktornya adalah proses interaksi yang terjadi di masyarakat. Ketika mereka berinteraksi, mereka saling mentransfer informasi satu sama lainnya. Ketika mereka berkomunikasi, mereka menggunakalan gaya mereka sesuai pembawaan dan kebiasaan mereka sehari-hari.

Akan tetapi, lambat laun hal ini akan mengalami perubahan. Mereka akan saling menyesuaikan diri kita terhadap tindakan orang lain, dan secara tidak sadar merubah perilaku komunikasi kita seperti, kecepatan dalam berbicara, kerasnya suara, kosakata, tata bahasa, suara, gerak tubuh, dan fitur-fitur lainnya. Walaupun penyesuaian ini dilakukan secara sadar, pembicara


(27)

biasanya tidak sadar akan hal ini, karena penyesuaian ini merupakan salah satu proses bawah sadar.

Fenomena yang telah dipaparkan di atas merupakan fenomena yang ternyata juga terjadi dilingkungan kampus UNIKOM Bandung. Jumlah mahasiswa yang mencapai ribuan berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, medan, Bangka, dan lain sebagainya. Mereka pasti mempunyai kebiasaan tersendiri baik dalam berperilaku sehari-hari dan cara mereka berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitar lingkungan mereka.

Akantetapi, mereka juga harus dapat menyesuaikan tindakan, dan perilaku mereka dengan kebiasaan yang berlaku di tempat mereka berada. Pada masa sekarang, banyak mahasiswa yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah yang mereka miliki sebagai bahasa sehari-hari ketika mereka berkomunikasi dengan teman di lingkungan kampus.

Mahasiswa cenderung menggunakan bahasa yang mereka ciptakan sendiri yang berasal dari apa yang mereka dengar dan mereka tiru dari orang lain. Contoh, mahasiswa yang berasal dari kota Bandung yang merupakan suku sunda sekarang sudah jarang sekali menggunakan bahasa sunda ketika berkomunikasi, mereka cenderung menggunakan kata-kata seperti “lo” “gue” “kagak” ketika berinteraksi dengan lawan bicara mereka. Padahal, mereka adalah mahasiswa yang berasal dari kota Bandung dan kebanyakan merupakan suku sunda yang bisa berbahasa sunda.


(28)

Dalam lingkungan yang berbeda, misalnya dalam lingkungan keluarga, mereka menggunakan bahasa yang memang biasa digunakan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya.Mereka kembali pada kebiasaan awal mereka, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda karena mereka sudah berada di tempat yang berbeda dan kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka berada. Ini yang menjadi salah satu faktor mengapa bahasa begitu memiliki peran yang luar biasa dalam membentuk kebudayaan seseorang dalam bekomunikasi.

Mereka justru tidak menggunakan bahasa sunda yang seharusnya ketika mereka berkomunikasi dengan orang yang ada di luar lingkungan rumah mereka, seperti di kampus. Ini yang merupakan dampak dari komunikasi yang dilakukan mahasiswa yang beragam suku, berbaur dalam satu lingkungan dan terjadi proses saling meniru cara berkomunikasi. Gaya

bahasa “lo” “gue” sudah terlanjur melekat pada mahasiswa, khususnya

mahasiswa UNIKOM yang menjadi objek penelitian kali ini.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa terjadi suatu perubahan dari mahasiswa suku sunda yang sebelum mereka masuk menjadi salah satu mahasiswa UNIKOM, mereka menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa keseharian mereka. Setelah itu terjadi penyesuaian antara mahasiswa suku sunda tersebut dengan mahasiswa yang berasal dari suku lain, proses saling menyesuaikan ini terlihat ketika satu sama lain berkomunikasi, mereka meniru gaya berbicara, bahasa yang digunakan, bahkan gerak tubuh yang terjadi tanpa disadari oleh mahasiswa tersebut.


(29)

Dari latar belakang permasalahan tersebut, peneliti akan mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui “Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung.”

1.2Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Pertanyaan Penelitian Makro

Bagaimana Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda UNIKOM Bandung (Studi Deskriptif Tentang Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di Universitas Komputer Indonesia Bandung).

1.2.2 Pertanyaan Penelitian Mikro

1. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Sebelum Tranformasi Identitas.

2. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung dalam melakukan Strategi adaptasi.

3. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Setelah Tranformasi Identitas.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui lebih jelas lagi tentang “Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM


(30)

Bandung.” Dari mulai pelaksnaan kegiatan, pesan apa saja yang di sampaikan dengan proses komunikasi yang dilakukan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berkut:

1. Untuk mengetahui Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Sebelum Tranformasi Identitas.

2. Untuk mengetahui Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Dalam Melakukan Strategi Adaptasi.

3. Untuk mengetahui Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Setelah Tranformasi Identitas.

1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan masukan atau sumbang saran serta pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan budaya. Dan juga bisa bermanfaat sebagai bahan pembelajaran dan bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin meneliti tentang kajian yang sama.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat


(31)

diaplikasikan dan menjadi pertimbangan.dan kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh selama studi yang diterima oleh peneliti adalah secara teori.Dalam hal ini khususnya mengenai “Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung.”

1.4.2.2 Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa UNIKOM secara umum.yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat (Mahasiswa Suku Sunda )

Semoga karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi serta saran bagi setiap mahasiswa yang merupakan suku sunda, agar bisa lebih menghargai kebudayaan sendiri. Mahasiswa terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah sendiri, dan bisa menempatkan bahasa daerah sebagai bahasa keseharian kita walaupun ada banyak kebudayaan yang masuk dalam pergaulan sehari-hari.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Table 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Nama Peneliti Metode yang digunakan Hasil Penelitian Perbedaan dengan skripsi ini 1. Transformasi id

entitas anggota komunitas Bandung Blues Society (studi fenomenology tranformasi iden titas anggota komunitas Bandung Blues Society di Kota Bandung) Rian Widhisti ra NIM.418 07849 kualitatif dengan studi Fenomenolo gi Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Sebelum Transfor masi identitas adala h proses

pengembangan sebelum dia melakukan transfor masi dalam dirinya baik itu meliputi prilaku, sikap, mind set maupun budaya luar yang dihadirkan dalam mencangkup sisi perubahan diri seseorang pada anggota Bandung Blues Society.

Dalam penelitian Rian Widhistira mengenai

transformasi tentang sebuah komunitas par pecinta music Blues. Selain itu penelitiannya menggunakan studi


(33)

2. Bagaimana Akulturasi Mahasiswa pendatang di Kota Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda Bryan Hilton 4180706 6 deskriptif dengan pendekatan kualitatif Hasil

penelitian pada kar ya ilmiah ini menemukan hasil

bahwa faktor

utama

terjadinya Akultura si di dalam diri mahasiwa pendatan g di kota Bandung adalah Kepribadian dari mahasiswa ters ebut yang bersifat terbuka, sehingga

dapat dengan

mudah beradaptasi dengan lingkungan, selanjutnya

Motivasi yang kuat dari dalam diri mahasiwapendatan g yang mau belajar serta

menghayati Nilai Â

nilai budaya Sund a, dan Lingkungan yang

mendukung mahasi swa pendatang unt

uk membentuk

karakter

kepribadian yang baru .

dalam penelitian Bryan ini tidak

menggunakan transformasi identitas, akan tetapi sama sama

menggunakan studi deskriptif. Selain itu dalam penelitian Bryan lebih membahas

nilai budaya sundanya.

3. Transformasi Busana Muslim Oleh Komunitas Hijabers Makassar Yogasap utra, Andi Zulham deskriptif kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi komunitas hijabers Makassar dalam menggunakan

Dalam penelitian

Yoga Saputra

lebih

mendeskripsikan tentang sebuah komunitas wanita


(34)

Dalam

Pengungkapan Identitas Diri

jilbab lebih

dipengaruhi oleh faktor eksternal dibanding faktor internal.

Pengungkapan identitas diri pada hijabers bertujuan

untuk: (1)

Menghapus

stereotype bahwa jilbab adalah hal yang kuno. (2) Menginspirasi wanita berjilbab lainnya agar bisa terlihat fashionable sekalipun

menggunakan

jilbab. (3)

Mengajak wanita berjilbab lainnya

untuk aktif

mengikuti kegiatan keagamaan sebagai

wujud dari

ketaqwaan manusia kepada sang Khalik yaitu Allah SWT.

yang

menggunakan hijab.


(35)

1. Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society di Kota Bandung)

Di susun oleh : Rian Widhistira NIM. 41807849

Penelitian ini memiliki berbagai tujuan, Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Proses Transformasi Identitas Anggota Komunitas Bandung Blues Society di Kota Bandung, Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai sub fokus pada hal berikut: SebelumTransformasi Identitas, Diri (self), Setelah Transformasi Identitas. Sub fokus digunakan untuk mengukur fokus dari penelitian ini yang berjudul Transformasi Identitas Anggota Komunitas Bandung Blues Society di Kota Bandung.

Pendekatan penelitian adalah kualitatif dengan studi Fenomenologi, dengan Anggota Komunitas Bandung Blues Society sebagai subyek utama. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling, jumlah informan dari penelitian ini adalah 4 (empat) Ketua BBS, Anggota BBS, Masyarakat dan untuk memperjelas dan memperkuat data informan, ada 4 (empat) orang sebagai informan kunci, yaitu


(36)

Penggerak musik blues dan Orang tua. Data penelitian diperoleh melalui pencarian data dengan cara observasi, wawancara, buku, dokumentasi dan pencarian online. Untuk menguji keabsahan data digunakan triangulasi, waktu, diskusi dengan teman sejawat dan memberchek.Teknik analisis data adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, Sebelum Transformasi identitas adalah proses pengembangan sebelum dia melakukan transformasi dalam dirinya baik itu meliputi prilaku, sikap, mind set maupun budaya luar yang dihadirkan dalam mencangkup sisi perubahan diri seseorang pada anggota Bandung Blues Society. Diri (self) adalah fase dimana seseorang akan bertanya dalam dirinya untuk mencari jati diri menuju arah kemana dia akan melangkah apakah dia akan kembali kepadaidentitas sebelumnya atau melangkah kedepan menuju suatu perubahan pada dirinya dan itu akan menjadi sebuah pilihan dalam hidup seseorang anggota komunitas bandung blues society. Setelah Trasnformasi Identitas adalah fase akhir dimana anggota komunitas Bandung blues society melakukan perubahan secara signifikan dia akan menemukan hal-hal yang baru baik itu berupa pengalaman dan budaya blues.

Sebagai Kesimpulan, tanpa adanya proses tahap-tahap fase yang mempengaruhi dan membuat diri seseorang berubah untuk menjadi apa yang dia


(37)

inginkan, maka setiap perubahan itu akan sulit dipahami oleh diri sendiri maupun orang terdekat tanpa adanya pendekatan dengan fase-fase perubahan tersebut.3

2. Bagaimana Akulturasi Mahasiswa pendatang di Kota Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda

Di susun oleh : Bryan Hilton

41807066

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Akulturasi Mahasiswa Pendatang di Kota Bandung pada nilai-nilai budaya sunda, untuk menjawab masalah di atas maka di munculkan sub fokus Kepribadian Mahasiswa Pendatang di Kota Bandung Pada Nilai-nilai Budaya Sunda, Bagaimana Motivasi mahasiswa Pendatang di Kota Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda, Bagaimana Lingkungan Mahasiswa Pendatang pada Nilai-nilai Budaya Sunda.

Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif serta penulis juga melakukan wawancara serta observasi di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran akan data di lapangan, informan pada penelitian ini adalah informan yang di yakini peneliti sebagai narasumber yang

3


(38)

berkompeten di dalam penelitian ini, di dalam penelitian ini penulis mengunakan 1 informan kunci 4 informan tambahan.

Hasil penelitian pada karya ilmiah ini menemukan hasil bahwa faktor utama terjadinya Akulturasi di dalam diri mahasiwa pendatang di kota Bandung adalah Kepribadian dari mahasiswa tersebut yang bersifat terbuka, sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan, selanjutnya Motivasi yang kuat dari dalam diri mahasiwapendatang yang mau belajar serta menghayati Nilai –

nilai budaya Sunda, dan Lingkungan yang mendukung mahasiswa pendatang untuk membentuk karakter kepribadian yang baru .

Kesimpulan pada karya ilmiah ini adalah bahwa akulturasi masyarakat sunda yang selalu memegang adat istiadat warisan leluhurnya sehingga cara berfikir, sikap ramah, terhadap pendatang dapat di tunjukan secara langsung sehingga banyak mahasiswa pendatang di kota Bandung yang merasa nyaman untuk menetap di Bandung serta belajar dan memahami tentang kebudayaan Sunda Saran untuk Mahasiswa yang ingin melakukan penelitian tentang kebudayaan selanjutnya disarankan dapat memperkaya studi literatur mengenai kebudayaan sunda itu sendiri, selanjutnya untuk Akademik sebagai tempat untuk mencari ilmu di harapkan dapat banyak menambahkan literatur tentang


(39)

kebudayaan sunda, dan untuk masyarakat sunda diharapkan dapat mempertahankan kebudayaannya sebagai warisan leluhur yang perlu di lestarikan.4

3. Transformasi Busana Muslim oleh Komunitas Hijabers Makassar Dalam Pengungkapan Identitas Diri

Di susun oleh : Yogasaputra, Andi Zulham

Universitas Hasanudin

Transformasi Busana Muslim Oleh Komunitas Hijabers Makassar Dalam Pengungkapan Identitas Diri.(Dibimbing oleh M. Iqbal Sultan dan Abdul Gaffar) Skripsi ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui motivasi komunitas hijabers Makassar dalam menggunakan jilbab. (2) Untuk mengetahui bagaimana komunitas hijabers Makassar mengungkapkan identitas dirinya sebagai wanita muslimah berjilbab. (3) Untuk mengetahui alasan mengapa komunitas hijabers disebut sebagai sosialita berjilbab.

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan yakni bulan April hingga Juni 2012 yang dilaksanakan di Makassar.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, sebuah metode penelitian yang efektif untuk

4 http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-bryanhilto-27435&q=bagaimana%20akulturasi%20mahasiswa%20pendatang%20di%20kota%20bandu ng%20pada%20nilai%20nilai%20budaya%20sunda


(40)

menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan penelitian pustaka. Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu kepada beberapa anggota komunitas hijabers Makassar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi komunitas hijabers Makassar dalam menggunakan jilbab lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal dibanding faktor internal. Pengungkapan identitas diri pada hijabers bertujuan untuk: (1) Menghapus stereotype bahwa jilbab adalah hal yang kuno. (2) Menginspirasi wanita berjilbab lainnya agar bisa terlihat fashionable sekalipun menggunakan jilbab. (3) Mengajak wanita berjilbab lainnya untuk aktif mengikuti kegiatan keagamaan sebagai wujud dari ketaqwaan manusia kepada sang Khalik yaitu Allah SWT. Komunitas hijabers juga tidak selamanya identik dengan kehidupan sosialita karena mereka cenderung bergaya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan memilih tempat bergerumul sesuai dengan fokus kegiatannya.5

5


(41)

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis

Dalam penelitian kali ini peneliti juga menggunakan teori interaksi simbolik.Pencetus dari teori ini adalah George Herbert Mead, akantetapi istilah interaksi simbolik diperkenalkan oleh Herbert Blumer.

Dalam teori ini dijelaskan bahwa suatu hubungan yang terjadi secara alami anatara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu.Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui symbol-simbol yang mereka ciptakan.Interaksi yang dilakukan oleh individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vocal, suara, dan ekspresi tubuh yang kesemuanya itu memilki maksud tertentu yang disebut dengan symbol. (Kuswarno Engkus, 2008:22)

Dalam buku etnografi komunikasi Engkus Kuswarno (2008:22), Blumer menyebutkan pendekatan interaksi simbolik mengacu pada tiga hal, yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung.


(42)

Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu.Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional.

Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat

”humanis” (Ardianto. 2007: 40). Di mana, perspektif ini sangat menonjolkan

keangungan dan maha karya nilai individu di atas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan

menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada

akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu.Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.


(43)

Interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136),

Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:

(1) Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang

mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari

penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksi simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan


(44)

(3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan,

dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

Tiga tema konsep pemikiran George Harbert Mead yang mendasari inteaksi simbolik, antara lain :

 Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, di mana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretatif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.

 Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada

pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept, dimana, pada

tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya


(45)

 Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam social kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah:

1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial

2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Ardianto (2007: 136)

2.2.2 Kerangka konseptual

2.2.2.1 Tinjauan Tentang Transformasi Identitas 2.2.2.1.1 Pengertian Transformasi Identitas

Dalam bukunya Deddy Mulyana (2002:231), kutipan teori dari Anselm Strauss (1959) menyebutkan bahwa transformasi identitas adalah mengisyaratkan penilain baru tentang diri pribadi dan orang-orang lain, tentang peristiwa-peristiwa, tindakantindakan dan obyek-obyek. Menurut


(46)

perspektif teori interaksi simbolik, transformasi identitas menyangkut perubahan psikologi. Perubahan ini dapat identifikasi melalui pelakunya yang menjadi berbeda dari sebelumnya.Strauss mengakui melalui transformasi persepsi seseorang bersifat irreversible, artinya sekali

berubah tidak bisa kembali lagi.

Transformasi identitas adalah sebuah proses dinamis meliputi pilihan-pilihanyang disengaja, bukan kondisi yang kekal dan tak dapat dielakkan. Makna dan nilaidibangun individu melalui aturan budaya yang dimiliki bersama oleh kelompokkelompoktertentu, namun bukan sesuatu yang ganjil bagi seseorang untuk berpindahdari satu aturan ke aturan lain, ataupun bergerak di antara keanekaragaman identitassosial. Seseorang yang sudah mengalami transformasi identitas akan membangun citradan kesan yang berbeda baik dari sikap, prilaku, obrolan, mind set dan

memungkinkanseseorang akan mempunyai kepribadian ganda. (mulyana 2007:165)

Berdasarkan aturan-aturan ini mencakup ‘kesetiaan primordial’ (primordial attachments), seperti bahasa dan ikatan keagamaan, yang telah

dipelajari dan terbentukpada masa kecil, begitu juga dengan aturan-aturan baru yang dipelajari kemudian. Kitakadang dengan perhitungan atau


(47)

tidak serta merta konsisten dengan tujuan-tujuan yang diakui ataudianggap secara publik sebagai aturan-aturan asal. Lagi pula, setiap rangkaian prosesdan interaksi menggabungkan elemen-elemen identitas sebelumnya yang disesuaikanatau yang ditemukan kembali, dengan identitas yang baru diciptakan atau yang sesuaidengan situasi khusus. Dengan kata lain, penetapan identitas pada waktu atau keadaantertentu merupakan hasil dari aktor, konteks dan tujuan, juga hasil dari makna ataukandungan, betapun luasnya, yang diasosiasikan oleh aktor-aktor yang berbeda denganidentitasnya sendiri, dalam hubungannya dengan identitas orang lain atau komunitasyang digaulinya.

2.2.2.1.2 Strategi adaptasi dalam Transformasi Identitas

Sebuah aspek dari strategi transformasi adalah kebutuhan akan penerimaan atau pengakuan orang lain atas identitas yang diyakini atau yang diakui. Sementara identifikasi diri merupakan sesuatu yang penting, kesuksesan pada tingkat pribadi sekalipun tergantung pada respon orang lain, yang mendorong terjadinya penegasan sebuah identitas independen. Karena kita tak sepenuhnya mampu mengontrol bagaimana orang lain memandang kita, kita perlu bernegosiasi dengan mereka tentang bagaimana mereka memandang identitas kita dan bagaimana mereka


(48)

terkait dengan pandangan itu menurut perspektif mereka sendiri. Oleh karena itu, tidak ada yang namanya identitas-identitas yang terisolasi atau yang berdiri sendiri karena watak dan hasil dari proses penentuan identitas-identitas dimaksud bisa berubahdan tidak pasti.

Dalam bukunya deddy mulyana metode penelitian komunikasi (2007:165) kutipan dari teori (straus 1959) menyebutkan tentang transformasi Identitas secara Radikal yang terbagi kedalam karakteristik seperti pencucian otak dan Konversi seperti perspektif orang untuk membangun kesetiaan atau mengeksistensikan keberadaaan dirinya maka secara tidak langsung dia akan beradaptasi dengan lingkunganya.

Sebagai kesimpulan, konsep identitas bisa didefinisikan secara luas atau sempit, tergantung pada aktor, konteks dan tujuan.Sering konsep identitas merupakan sebuah aturan untuk wacana moral dan politik atau pengganti bagi aneka tujuan, baik yang dinyatakan ataupun tidak. Termasuk bagaimana kita mendefinisikan diri kita sendiri, dimana dan kapan, untuk tujuan apa, begitu juga bagaimana orang lain menerima dan berhubungan dengan kita, bagaimana mereka bereaksi pada satu aspek identitas kita dan yang lainnya. Apakah kolektif atau personal, identitas mencakup serangkaian tindakan, motivasi, komitmen subtantif dan afiliasi instrumental.


(49)

Realitas keanekaragaman internal yang nyata dalam kebudayaan-kebudayaan juga mengindikasikan kebutuhan akan toleransi dan penghargaan atas perbedaan di dalam maupun di antara kebudayaan-kebudayaan. Perspektif mengenai proses-proses transformasi kebudayaan dan identitas ini menekankan kebutuhan untuk mengamankan ruang dan proses-proses kontestasi dan reformasi bagi pengukuhan identitas diri seseorang, tapi juga bagi upaya perubahan makna dan implikasi-implikasinya, selama seseorang menganggapnya penting. Ruang seperti itu perlu bagi perdebatan publik internal dan dialog lintas kebudayaan, dan juga penyataan diri pribadi maupun bersama.

2.2.2.1.3 Pra / Sebelum Transformasi Identitas

Sebelum masuk menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Komputer Indonesia, mahasiswa suku sunda yang ada di UNIKOM terbiasa menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa keseharian mereka. Mereka berkomunikasi dengan orang yang ada disekitar lingkunganya dengan menggunakan bahasa daerah.Hal ini terjadi karena mahasiswa suku sunda ini di besarkan dalam lingkungan yang sebagian besar merupakan masyarakat suku sunda.Mereka tidak merasa canggung ketika harus menggunakan bahasa sunda ketika berkomunikasi dengan lawan


(50)

bicaranya. Karena mereka belum membaur dengan masyarakat dari suku lain.

Sebagian besar mahasiswa UNIKOM yang merupakan suku sunda, sulit untuk menghilangkan kebiasaancara mereka dalam berkomunikasi karena sudah terlanjur melekat kebiasaan lama yaitu berkomunikasi dengan bahasa sunda. Walaupun mereka berkomunikasi menggunakan bahasa lain, contohnya bahasa Indonesia, tetap ciri khas dari orang sunda melekat pada mereka. Gaya bahasa yang khas, dan logat yang kental membuat mereka mempunyai keunikan tersendiri.Selain dari bahasa secara verbal, mahasiswa yang merupakan suku sunda bisa terlihat dari perilaku kesehariannya.Ciri orang sunda cenderung lebih lemah lembut dan sopan santun. Mahasiswa suku sunda lebih mudah membaur dengan orang yang ada di sekitarnya, dan ciri lainnya adalah mahasiswa suku sunda tidak berbicara dengan nada yang tinggi akan tetapi lebih menunjukan kelembutan.

2.2.2.1.4 Strategi adaptasi

Mahasiswa suku sunda yang sebelumnya terbiasa dengan lingkungan yang sebagian besar masyarakat sunda, pada saat mereka masuk menjadi salah satu mahasiswa di UNIKOM yang merupakan salah


(51)

satu universitas yang banyak menerima mahasiswa dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Sukabumi, Depok, Bekasi, bahkan dari pulau lain seperti Bangka, Medan, Nias, Riau dan banyak daerah lainnya yang berbeda adat istiadat serta kebiasaan dalam berkomunikasi sehari-hari.

Dengan keragaman yang ada antara mahasiswa di UNIKOM, mengharuskan mereka untuk saling membaur satu sama lainnya. Mereka mulai membiasakan diri bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari suku lain. Mulai terjadi proses penyesuaian yang dilakukan satu sama lain. prosesitu terjadi pada saat mereka mulai berkomunikasi, dan mengenal satu sama lain. ketika berkomunikasi, mahasiswa suku sunda secara tidak langsung merekam apa saja yang di komunikasikan oleh lawan bicaranya. Baik itu bahasa verbal, maupun bahasa non verbalnya.Mahasiswa suku sunda mulai melakukan penyesuaian seiring dengan berjalannya waktu yang cukup lama, terjadi perubahan sedikit demi sedikit.

Dengan sikap mahasiswa suku sunda yang cenderung lebih mudah bergaul dengan orang yang ada disekitar lingkungannya, ini menjadi salah satu faktor yang mendukung mahasiswa suku sunda untuk lebih cepat menyesuaikan diri dengan mahasiswa dari suku lain. Peneliti mengambil contoh dari kebiasaan mahasiswa yang berasal dari kota Jakarta yang terbiasa menggunakan kata lo (kamu), Gue (saya) ketika


(52)

mereka berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. bahasa seperti ini dengan mudah ditiru oleh mahasiswa lainnya.

Mahasiswa suku sunda dengan gaya komunikasi mereka yang khas, tetap memperlihatkan ciri sebagai suku sunda. Akan tetapi, mereka juga secara tidak sadar meniru dan menyesuiakan diri dengan gaya bahasa dan kebiasaan mahasiswa lainnya terutama mahasiswa dari Jakarta. Selain bahasa dan cara berkomunikasi yang di tiru, gerak tubuh, intonasi, serta bahasa non verbal lainnya ikut mempengaruhi kebiasaan dari mahasiswa suku sunda tersebut.

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bahasa verbal dan non verbal :

1. Verbal

Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah

bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).

Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan


(53)

harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.6

Dalam buku Prof Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2003) di sebutkan bahwa simbol, bahasa,

atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa.Setiap bahasa mempunyai peraturan

6


(54)

bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

Dalam bahasa verbal ada istilah kode verbal, dalam pemakaiannya menggunakan bahasa, dimana bahasa memiliki fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:

a. Untuk mempelajari tentang dunia disekeliling kita

b. Untuk membina hubungan baik di antara sesama manusia c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia. Keterbatasan Bahasa:

a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

b. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.


(55)

c. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang

mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat;

d. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. (Riswadi, 2009: 63)

2. Non Verbal

Komunikasi Non verbaladalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.Istilah nonverbal


(56)

biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan.Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E.Porter, mengemukakan bahwa komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihaslkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. (Riswadi, 2009: 69).

Komunikasi non verbal ( non verbal communication)

menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya.


(57)

Komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.7

 Tujuan komunikasi non verbal :

1. Menyediakan/memberikan informasi 2. Mengatur alur suatu percakapan 3. Mengekspresikan suatu emosi

4. Memberi sifat, melengkapi, menentang atau mengembangkan pesan-pesan verbal

5. Mengendalikan atau mempersuasi orang lain

6. Mempermudah tugas-tugas khusus

 Kode Non verbal

Manusia ketika melakukan komunikasi nonverbal tentu memiliki suatu kode verbal atau bahasa. Kode verbal disebut juga dengan bahasa isyarat atau bahasa diam. Dan hal yang menarik dari kode nonverbal adalah studi Albert Mahribian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat

7


(58)

kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7 persen berasal dari bahasa verbal, 38 persen dari vocal suara dan 55 persen dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal hal yang bersifat nonverbal. Oleh sebab itu Mark Knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam komunikasi mempunyai fungsi yaitu.

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)

2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenal (identiti)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.(Cangara 2008)

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Perilaku verbal dapat mengulangi/repetisi perilaku verbal 2. Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku


(59)

3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan/substitusi perilaku verbal

4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal 5. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan

(kontradiksi) dengan perilaku verbal). (Riswadi, 2009: 70-71)

2.2.2.1.5 Setelah Transformasi identitas

Setelah melewati fase Sebelum transformasi identitas dan proses/strategi adaptasi pada saat menjadi mahasiswa UNIKOM, mahasiswa suku sunda di UNIKOM mulai menentukan akan seperti apa identitas mereka kedepannya. Apakah kebiasaan komunikasi yang mereka tiru dari mahasiswa suku lain akan tetap melekat, atau bahkan mereka akan kembali pada kebiasaan mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa keseharian mereka.

Akan sulit memang jika kita memprediksi seperti identitas mahasiswa suku sunda setelah mengalami transformasi identitas. Perubahan yang terjadi pada mahasiswa karena adanya penyesuaian yang dilakukan oleh mahasiswa suku sunda dengan mahasiswan suku lain yang ada di lingkungan UNIKOM.


(60)

2.2.2.2 Tinjauan Tentang Budaya Sunda

Budaya sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (someah), murah

senyum, lemah-lembut, dan sangat menghormati orangtua. Itulah cermin budaya masyarakat Sunda. Di dalam bahasa Sundadiajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk berbicara dengan orang yang lebih tua. Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara. Kebudayaan Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan masa Kerajaan Sunda. Ada beberapa ajaran dalam budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan watak Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang

dapat diartikan "sembuh" (waras), baik, sehat (kuat), dan cerdas. Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu di lestarikan. Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan alam.


(61)

Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling

mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga keselamatan).

Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk mempertahankannya.8

Budaya sunda memiliki unsur-unsur yang ada di dalamnya.9 Ada

4 unsur dalam budaya sunda, antara lain :

1. Bahasa

8

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda pkl 21.09 pm


(62)

Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :

 Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.

 Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.

 Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.

2. Religi

Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan gaib.Terdapat juga adanya upacara-upacara


(63)

yangberhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya.

3. Matapencaharian

Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah :

 Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.

 Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.

 Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.

 Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.

4. Organisasi Sosial

Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belah pihak orang tua.Pada saat menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama.Setelah menikah, pengantin baru bisa tinggal ditempat kediaman istri atau suami,


(64)

tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau neolokal.

2.2.2.3 Tinjauan Tentang Bahasa Sunda

Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 34 juta orang (sekitar 1 juta orang di luar negeri) dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia.

Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat, melebar hingga sebagian Jawa Tengah yang tersebar mulai dari Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap, di kawasan provinsi Banten dan Jakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa.Bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai


(65)

tercampur bahasa Jawa.Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda.10

Dialek-dialek ini adalah:

 Dialek Barat (Bahasa Banten)

 Dialek Utara

 Dialek Selatan

 Dialek Tengah Timur

 Dialek Timur Laut

 Dialek Tenggara

2.2.2.4 Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung

Dalam penelitian kali ini, meneliti tentang bagaimana mahasiswa asal kota Bandung yang merupakan suku sunda dalam berkomunikasi dengan orang yang ada dilingkungan sekitar UNIKOM. Masing-masing daerah pasti memiliki bahasanya sendiri, secara otomatis masyarakat yang ada di lingkungan daerah itu telah terbiasa dengan bahasa yang di gunakan di dalamnya. Kemanapun orang itu pergi, sudah pasti kebiasaannya dalam berkomunikasi tidak akan hilang dengan mudah. Begitupun mahasiswa-mahasiswi sunda yang sehari-hari berkomunikasi dan bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.

10


(66)

Rentang waktu yang cukup lama membuat mereka terbiasa dengan bahasa yang di gunakan oleh masyarakat di kota Bandung, yaitu bahasa sunda. Akan tetapi mereka juga tidak mudah untuk menghilangkan logat dan gaya bahasa mereka saat berkomunikasi menggunakan bahasa daerah mereka. Seperti

bahasa yang sering kita dengar, “kamu” atau “anjeun” (dalam bahasa sunda ) menjadi “lo”, “aku / saya” atau “abdi” (dalam bahasa sunda) menjadi “gue”. Hal

inilah yang menjadi faktor mengapa mahasiwa yang merupakan orang sunda secara tidak langsung mengubah gaya bahasa mengikuti gaya komunikasi yang sedang berlangsung di lingkungannya.

Dalam penelitian ini, kampus UNIKOM khususnya Prodi Teknik Informatika, Akutansi, dan ilmu Komunikasi.Karena berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari staf unikom center yaitu Bapak Ridwan, ke tiga program studi tersebut memiliki jumlah mahasiswa suku sunda yang paling dominan di UNIKOM.Selain itu UNIKOM merupakan tempat yang tepat untuk peneliti melakukan penelitian mengenai pola komunikasi mahasiswa yang memang asli suku sunda. UNIKOM sendiri merupakan Universitas yang berpusat di kota Bandung, tentu ada banyak mahasiswa yang asli suku sunda, akan tetapi tidak sedikit jumlah mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.


(67)

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

(Sumber : Analisa Peneliti, 2013) TRANSFORMASI

IDENTITAS

SEBELUM ADAPTASISTRATEGI SETELAH MAHASISWA SUKU

SUNDA DI UNIKOM

TRANSFORMASI IDENTITAS MAHASISWA SUKU SUNDA DI UNIKOM

BANDUNG INTERAKSI


(68)

Bab III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Universitas Komputer Indonesia

3.1.1Sejarah Universitas Komputer Indonesia

Komputer Indonesia (Unikom) secara resmi berdiri pada hari Selasa, tanggal 8 Agustus 2000 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 126/D/0/2000. Awalnya dimulai pada bulan Juli tahun 1994 ketika didirikan Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Jerman, disingkat LPKIG, bertempat di jalan Dipati Ukur 102 Bandung . Dengan 1 ruang kelas berkapasitas 50 orang dan 1 laboratorium komputer dengan 25 unit komputer, Lembaga ini membuka program pendidikan 1 tahun dengan 5 program studi yaitu Ahli Komputer Aplikasi Bisnis, Ahli Komputer Keuangan & Perbankan, Ahli Komputer Akuntansi & Perpajakan, Ahli Komputer Manajemen & Pemasaran dan Sekretaris Eksekutif. Jumlah peserta pendidikan pada tahun pertama ini sebanyak 233 siswa.

Pada tahun kedua, 1995, dibuka jenjang pendidikan 3 tahun untuk memenuhi animo siswa tahun pertama yang ingin memperdalam ilmunya, disamping pemikiran jangka panjang pengembangan institusi. Pada tahun ini juga dibuka program studi baru, meliputi : Ahli Komputer Teknik Informatika,


(69)

Ahli Komputer Manajemen Informatika dan Sekretaris Eksekutif. Ruang kelas ditambah menjadi 2 buah danlaboratorium komputer menjadi 2 buah dengan jumlah siswa sebanyak457 orang.

Pada tahun ketiga, 1996, dilakukan penambahan gedung kuliah baru bertempat di jalan Dipati Ukur 116 (gedung FISIP sekarang), sekaligus pemindahan pusat administrasi dan perkantoran. Digedung baru ini dilakukan penambahan 1(satu) Lab. Komputer, 5(lima) Ruang Kuliah, Ruang Dosen dan Ruang Kemahasiswaan. Jumlah siswa dari tahun 1996 hingga tahun 1998 bertambah dari 632 orang menjadi 1184 orang.

Pada tahun kelima, 1998, dimulai pembangunan Kampus baru (Gedung Rektorat /Kampus-1 sekarang) berlantai 6 (enam) di jalan Dipati Ukur 114.Pembangunan Kampus baru ini dapat diselesaikanpada bulan Agustus 1999, sehingga pada awal perkuliahan bulanSeptember 1999 telah dapat digunakan.Mencermati dinamika peserta didik dan pengembangan Institusikedepan, pada tanggal 24 Desember 1998 dibentuklah Yayasan Sciencedan Teknologi dan dilanjutkan dengan pengajuan pendirian STIMIKIGI dan STIE IGI ke DIKTI. Pada bulan Juli 1999 STIE IGI diresmikandengan keluarnya SK Mendiknas no. 119/D/O/1999 dengan 5 programstudi : Akuntansi S1, Manajemen S1, Manajemen Pemasaran D3,Keuangan Perbankan D3 serta Akuntansi D3.Pada bulan Agustus 1999 STIMIK IGI diresmikan


(70)

dengankeluarnya SK Mendiknas no. 143/D/O/1999 dengan 5 program studi :Teknik Informatika S1, Manajemen Informatika D3, Teknik KomputerD3, Komputerisasi Akuntansi D3 serta Teknik Informatika D3. AgarSistem Pendidikan lebih Efisien, Efektif, Produktif dengan Struktur Organisasi yang lbih baik, enam bulan kemudian dilakukan usulan keDIKTI untuk melakukan Merger kedua Sekolah Tinggi diatas menjadi Universitas.

Pada hari Selasa, tgl. 8 Agustus 2000 keluarlah SKMENDIKNAS no. 126/D/O/2000 atas Universitas Komputer Indonesiayang disingkat dengan nama Unikom. Pada SK tersebut sekaligusdiijinkan dibukanya 11 program studi baru : Teknik Komputer S1,Manajemen Informatika S1, Teknik Industri S1, Teknik Arsitektur S1,Perencanaan Wilayah dan Kota S1, Ilmu Hukum S1, Ilmu KomunikasiS1, Ilmu Pemerintahan S1, Desain Interior D3, Desain KomunikasiS1 dan Desain Komunikasi Visual D3. Sejak berdirinya padatahun 2000, setiap tahunnya Unikom menerima ± 2.000 mahasiswabaru.Terakhir pada tahun 2009 yang lalu diterima sebanyak 3.100 mahasiswa baru. Hingga tahun akademik 2009/2010 terdapat 6 Fakultasdan 23 Program Studi di Unikom dengan jumlah mahasiswa sebanyak15.000 orang yang berasal dari berbagai pelosok tanah air dan dari luarnegeri yang sedang menempuh pendidikan di Unikom. (Sumber:www.unikom.ac.id)


(71)

3.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Motto Universitas Komputer Indonesia 3.1.2.1 Visi

Menjadi Universitas terdepan dibidang TeknologiInformasi & Komputer, berwawasan Global dan menjadi pusatUnggulan dibidang ilmu pengetahuan Teknologi dan seni yangmendukung pembangunan nasional serta berorientasi padakepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.

3.1.2.2 Misi

Menyelenggarakan Pendidikan tinggi kearah masyarakatIndustri maju dengan sistem pendidikan yang kondusif, tenagapengajar berkualitas dan program-program studi berbasis padateknologi informasi dan komputer dengan mengoptimalkansumber daya yang ada, kualitas dan manajemen mutuberdasarkan prinsip Quality Is Our Tradition.

3.1.2.3 Tujuan

Menghasilkan Ilmuwan dan berpikiran tinggi majudibidangnya masing-masing, mahir menggunakan teknologi informasi & komputer dalam bekerja serta beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


(72)

3.1.2.4 Motto

Quality is Our Tradition (Sumber :www.unikom.ac.id)

3.1.3 Logo Universitas Komputer Indonesia

Gambar 3.1

Logo Universitas Komputer Indonesia

(Sumber :www.unikom.ac.id) Bingkai Segi Lima

Melambangkan Unikom berlandaskan falsafah negara yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lingkaran Dalam Segi Lima Tempat Tulisan Berwarna Kuning

Melambangkan motto Unikom menuju kejayaan yakni Quality is Our Tradition.


(73)

Bulatan Dalam Berwarna Biru

Melambangkan Unikom bertujuan menghasilkan ilmuwan ungguldan berpikiran maju yang Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Komputer

Melambangkan ciri utama Unikom yang memberikan

pendidikanTeknologi Informasi dan Komputasi pada seluruh Jurusan yang adadilingkungan Universitas Komputer Indonesia, menjadi UniversitasTerdepan dibidang Teknologi Informasi dan Komputer serta sebagaiUniversitas komputer pertama di Indonesia.

Stasiun Relay

Melambangkan Unikom menyelenggarakan Pendidikan Tinggi kearah masyarakat industri maju dengan sistem pendidikan yangkondusif dan tenaga pengajar berkualitas untuk menghasilkanlulusan-lulusan terbaik.

Satelit

Melambangkan Unikom berwawasan Global dan menjadi pusatunggulan dibidang IPTEK & seni yang mendukung PembangunanNasional serta berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa dannegara.


(74)

Cakrawala

Melambangkan indahnya menggapai cita-cita dan mengejar ilmu setinggi Langit

Buku

Melambangkan sumber ilmu yang tiada habis-habisnya

(Sumber: Buku Panduan Unikom, 2011 : 6)

Gambar 3.2

Struktur Organisasi Universitas Komputer Indonesia


(75)

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy J. Moleong menyebutkan bahwa :

“penelitian kualitatif yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya

dan dalam peristilahannya.”

Penelitian kualitatif dianggap lebih cocok digunakan untuk penelitian yang mempertimbangkan kehidupan manusia yang selalu berubah.Pendekatan kualitatif juga menggunakan kerangka pikir yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, untuk lebih memperkuat dan mengarahkan proses penelitian., berikut ini merupakan definisi penelitian kualitatif :

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya.Secara konvensional metodologi kualitatif cenderung diasosiasikan dengan keinginan peneliti untuk menelaah makna, konteks, dan

suatu pendekatan holistik terhadap fenomena.”Mulyana.D (2008:5)

Penelitian ini melakukan pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif dimana Penelitian studi deskriptif adalah kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Studi deskriptif, yaitu laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan, data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,


(76)

fotovideotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong,2006:23).

Kirk dan Miller Menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial, yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dan kawasannyasendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. (Best dalam Defry, 2011:20). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata dalam Defry, 2011:21). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.


(77)

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi, serta bahan-bahan dalam penyusunan proposal penelitian kualitatif ini adalah wawancara langsung kepada informan yang memang merupakan mahasiswa suku sunda yang menggunakan bahasa sunda ketika mereka berkomunikasi.Wawancara dapat berlangsung selama peneliti melakukan observasi partisipan.Akantetapi, seringkali dibutuhkan wawancara khususdengan beberapa responden.

Wawancara khusus yang dimaksud adalah wawancara yang telah di atur dan di tentukan waktu dan setting oleh peneliti. Hal ini dilakukan sesuai dengan

kebutuhan peneliti akan data dari lapangan. Akantetapi, sebaiknya dalam penelitian ini, wawancara ynag dilakukan butuh tingkat spontanitas yang tinggi untuk mendapatkan data yang akurat.

3.2.2.1Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan materi data atau inforamasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan.Dan pada penelitian ini, peneliti dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan salah satunya mencari referensi dari jurnal ilmiah, buku-buku, serta bahan-bahan lainnya guna menjadi pendukung pada penelitian.


(78)

3.2.2.2 Studi Lapangan

Ada beberapa mahasiswa yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian kali ini. mereka merupakan mahasiswa UNIKOM yang berasal dari Bandung. Peneliti memberikan beberapa pertanyaan yang diberikan kepada informan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini.

Wawancara

Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung, salah satunya adalah melalui wawancara.

Menurut Berger (2000:11) dalam buku Rachmat Kriyantoro, menyatakan Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi paling penting tentang suatu objek.

Maka, dalam hal ini peneliti pun mengumpulkan data-data dengan salah satu caranya melalui wawancara mendalam (depth interview), untuk mendapatkan informasi yang benar-benar relevan dari narasumber terkait dalam hal ini dilakukan kepada mahasiswa yang merupakan mahasiswa suku sunda sebagai


(79)

informan kunci, dengan demikian kita dapat mengetahui kebenaran dan menjadikan keyakinan bagi peneliti. (Kriyantoro, 2007:96)

Dokumentasi

Memuat data-data pada penelitian sebagai upaya untuk menafsirkan segala hal yang ditemukan di lapangan, perlu adanya dokumentasi-dokumentasi dalam berbagai versi.

“Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.15

3.2.2.3Internet Searching

Internet Searching atau pencarian secara online adalah pencarian

dengan mengunakan komputer yang dilakukan melalui internet dengan alat atau software pencarian tertentu pada server-server yang tersambung

dengan internet yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

15

Erna Febru Aries S. 2008. Teknik Pengumulan Data Kualitatif dalam Penelitian. Melalui http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-pengumpulan-data-dalam-penelitian/diakses pada tanggal 16/04/13 pukul 15:30 WIB


(1)

Peneliti dengan Informan Utama, Rizqi Hakimi


(2)

Peneliti dengan Informan Utama, Rendi Permana


(3)

Peneliti dengan Informan Utama,

A.Paramitha W.S


(4)

Peneliti dengan Informan Utama, Risa Tria Adriasa


(5)

Peneliti dengan Informan Utama,

Usamah Izaturrohman


(6)