SUKU TENGGER kecamatan poncokusumo kabupaten

GUNUNG BROMO DAN KEUNIKAN MASYARAKAT TENGGER SEBAGAI OBJEK WISATA DI JAWA TIMUR KERTAS KARYA DIKERJAKAN OL H LINDA SARI

NIM: 062204074

UNIVERSIATAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR DIPLOMA III PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009

GUNUNG BROMO DAN KEUNIKAN MASYARAKAT TENGGER SEBAGAI OBJEK WISATA DI JAWA TIMUR

Kertas Karya Dikerjakan oleh

Linda Sari 062204074

Pembimbing

Drs. Gustanto, M. Hum. NIP.131 837 557

Kertas Karya ini diajukan kepada ketua Departemen Pariwisata Program pendidikan nongelar di Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan Diploma III Dalam Program Studi Pariwisata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR PROGRAM D-III PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009

DISETUJUI OLEH: PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 MEDAN,……MARET 2009 PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA,

DRS. RIDWAN AZHAR, M.Hum. NIP 131 124 058

Pengesahan

Diterima oleh : Panitia Ujian program Pendidikan Nongelar Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Satsra Universitas Sumatera Utara Dekan

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D NIP. 132 098 531

Panitia ujian: No. Nama

Keterangan

Tanda Tangan

1. Drs.Ridwan Azhar, M.Hum.

(Ketua Jurusan)

2. Drs. Mukhtar Madjid, S.Sos. (Sekretaris Jurusan) ………………

3. Drs. Gustanto, M.Hum. (Dosen Pembimbing) ………………

4. Dr. Asmyta Surbakti, M. Si. (Dosen pembaca) ………………

ABSTRAK

Kertas karya ini berjudul “Gunung Bromo dan Keunikan Masyarakat Tengger Sebagai Objek Wisata di Jawa Timur”. Penulis dalam kertas karya ini membicarakan potensi dan daya tarik yang dimiliki daerah tersebut. Gunung Bromo berada di kawasan komplek pegunungan Tengger dengan 3 latar belakang gunung yaitu gunung Semeru, gunung Batok dan salah satunya adalah gunung Bromo.Gunung Bromo memilki ketinggian 2.329 meter dpl yang merupakan salah satu gunung api yang masih aktif di dunia. Di samping itu, Gunung Bromo menjadi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS), yang merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar. Keunikannya juga terdapat pada adanya kawah di tengah kawah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo. Taman nasional ini adalah bertipe Hutan hujan pegunungan yang terdiri dari Hutan Tinggi, Hutan Alfin, Hutan Cemara, Padang rumput dan Vegetasi kaldera. Untuk sampai ke tempat ini, dari desa Ngadisari dapat menaiki kuda atau berjalan kaki menuju Cemoro Lawang dengan waktu tempuh 30 menit dan jaraknya sekitar 3 km. Daya tarik lain yang dimiliki ialah adanya masyarakat asli yang mendiami daerah ini yaitu Suku Tengger dimana suku ini masih kental akan adat-istiadat dan budayanya.

Keywords : Gunung Bromo, Masyarakat Tengger, dan Atraksi Wisata

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena penulis telah diberikan kesehatan, pengetahuan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang dapat dijadikan salah satu kelengkapan syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Sastra USU, Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D., atas fasilitas yang telah disediakan.

2. Ketua Jurusan Pariwisata, Bapak Drs. Ridwan Azhar, M. Hum, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

3. Sekretaris Jurusan Pariwisata, Bapak Drs. Mukthar Madjid, S.Sos atas segala kemurahan yang diberikan kepada penulis selama kuliah di Fakultas Sastra.

4. Bapak Drs. Gustanto, M. Hum, selaku dosen pembimbing penulis, yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian kertas karya ini.

5. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M. Si., selaku dosen pembaca penulis yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian kertas karya ini.

6. Seluruh dosen yang sudah bersenang hati menuangkan ilmunya kepada kami dan kesabarannya dalam membimbing kami.

7. Ibu, serta Saudara penulis yang lainnya, khususnya kakakku Sri Israni yang telah memberikan dukungan spiritual dan materil selama ini.

8. Seluruh teman sekelas di UW’06 yang telah berbaik hati dalam pertemanan, khususnya kepada K’Rotua (ROTEX), Lusi (SEHAT),Jeni (WARAS), Florence (INDAH), Oktri (MANIEZ), Friska dan Leoni, semoga persahabatan kita tidak akan berhenti sampai disini. ”You Are My Best Friend”

Penulis juga sadar bahwa tulisan ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, masukan dan kritik dari pembaca dengan senang hati penulis menerimanya.

Medan,…..Maret 2009 Penulis,

Linda Sari

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Pembagian wilayah Jawa Timur…………………............ 19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Peta Jawa Timur………………………………………… 18 Gambar 3.2 : Logo Kabupaten Probolinggo…………………………… 21 Gambar 3.2 : Perempuan suku Tengger……………………………….. 30 Gambar 4.1 : Gunung Bromo………………………………………….. 31 Gambar 4.2 ; Pura di kaki Gunung Bromo…………………………….. 37 Gambar 4.3 : Kuda masyarakat Tengger………………………………. 38 Gambar 4.4 : Anak tangga menuju gunung Bromo……………………. 39 Gambar 4.5 : Pria Suku Tengger………………………………………. 47 Gambar 4.6 : Pelaksanaan upacara Kasodo……………………………. 52

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting bagi kebutuhan dasar bagi masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan – perubahan sosial, budaya , ekonomi, teknologi, dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta, semakin meratanya distribusi sumber daya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia anatar daerah, negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata. Krippendorf (2001:

41) menggambarkan bahwa perkembangan tersebut mengakibatkan semakin kompleksnya tatanan hidup masyarakat (Zunehmende Reglementierung des gesselschaftlechen Lebens). Konsekeuensi lebih lanjut adalah munculnya tekanan fisik dan psikis, misalnya lewat pekerjaan dan monotoni kehidupan. Hidup seolah- oleh didesain untuk produksi dasn pekerjaan, sehingga tidak jarang mengakibatkan orang stress. Pariwisata kemudain menjadi kanal yang tepat untuk membebaskan masyarakat dari tekanan tersebut.

Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan - hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya. Ketika orang berwisata, ia membutuhkan Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan - hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya. Ketika orang berwisata, ia membutuhkan

Sesuai perkembangan, kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwsisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam tambahan, perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan, akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada. (Sumber: Happpy Marpaung : 2002: 19)

Dalam hal ini, objek wisata Gunung Bromo mampu memberikan manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata, karena gunung ini mempunyai daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan baik wisatawan Nusantara (Wisnus) maupun wisatawan Mancanegara (Wisman). Adapun kelebihan yang dimiliki gunung ini Dalam hal ini, objek wisata Gunung Bromo mampu memberikan manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata, karena gunung ini mempunyai daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan baik wisatawan Nusantara (Wisnus) maupun wisatawan Mancanegara (Wisman). Adapun kelebihan yang dimiliki gunung ini

1.2 Alasan Pemilihan Judul Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini industri pariwisata mampu memberikan manfaat ekonomi, baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata. Indonesia merupakan negara yang terkenal kaya akan keindahan alam dan keunikan dan keragaman budaya. Dengan banyaknya asset pariwisata ini, sehingga Indonesia sesungguhnya sangat mampu mendatangkan wisatawan dari seluruh dunia untuk peningkatan perekonomian Indonesia. Dalam hal ini, objek wisata gunung Bromo yang terletak di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mampu meningkatkan pendapatan pariwisata yang dikarenakan gunung ini mempunyai daya tarik wisata, seperti adanya kawah di tengah kawah (creater in the creater) dengan hamparan laut pasir kaldera yang mengelilinginya dan masih terpeliharanya kebudayaan dari masyarakat Tengger.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka penulis perlu dan tertarik untuk membicarakan daerah objek wisata yang unik ini menjadi sebuah kertas karya dalam hal menyelesaikan tugas akhir di program D-III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Karya ini penulis membuat suatu pembatasan masalah untuk mempermudah dan mengarahkan penganalisaan. Menyadari Dalam penulisan Kertas Karya ini penulis membuat suatu pembatasan masalah untuk mempermudah dan mengarahkan penganalisaan. Menyadari

1.4 Tujuan Penulisan

Laporan penulisan yang sudah berbentuk kertas karya ini diharapkan akan sangat banyak manfaatnya bagi kita semua. Objek wisata Gunung bromo ini namanya memang sudah sangat terkenal baik di Indonesia sendiri maupun hingga ke mancanegara sehingga menjadi tempat wisata yang paling menarik di Jawa Timur. Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah:

1. Untuk mengenal keindahan dan potensi yang dimiliki gunung Bromo, serta untuk mengenal kebudayaan masyarakat asli yang mempunyai cirri khas dan berbeda dari kebudayaan yang lain.

2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikna perkuliahan dan memperoleh gelar Ahli Madya pariwisata pada program D-III Pariwisata jurusan Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.5. Metode Penulisan

a. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Dalam mengumpulkan bahan-bahan yang ada dalam kertas karya ini, penulis mengambil data yang diperlukan dari buku yang menyangkut permasalahan yang diangkat dan dari internet a. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Dalam mengumpulkan bahan-bahan yang ada dalam kertas karya ini, penulis mengambil data yang diperlukan dari buku yang menyangkut permasalahan yang diangkat dan dari internet

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan penyusunan kertas karya ini dapat dijelasakan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan : Alasan Pemilihan Judul, Pembatasan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II

: TEORI PARIWISATA Dalam bab ini akan diuraikan pengertian Pariwisata, Jenis-Jenis Wisata, Komponen Pariwisata, dan Motif Wisata

BAB III

: GAMBARAN UMUM Disini akan dijelaskan mengenai Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Probolinggo, Adat-istiadat, Kesenian, dan Pertanian Suku Tengger

BAB IV

: GUNUNG BROMO DAN MASYARAKAT TENGGER Dalam bab ini akan diuraikan tentang Gunung Bromo (sejarah dan geografis), Masyarakat Tengger dengan Keunikan yang dimiliki, Atraksi Wisata, dan Objek Wisata lain yang ada di Jawa Timur.

BAB V : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TEORI PARIWISATA

2.1 Pariwisata Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali berputar- putar dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa defenisi sebagai berikut :

 Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dua) dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar

tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut.  Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf (Soekadijo, 2000:12), pariwisata

dapat didefenisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.

 Menurut World Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara

terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

 Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990, kepariwisataan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan pengusaha

objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata, serta usaha-usaha lain yang terkait.

Pengunjung dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu wisatawan dan ekskursionis. Pada tahun 1937, Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa menyebutkan motif-motif yang menyebabkan orang asing dapat disebut wisatawan. Mereka yang termasuk wisatawan adalah :

 Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure), karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

 Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, atletik dan

sebagainya).  Orang yang mengadakan perjalanan bisis.  Orang yang datang dalam rangka pelayanan pesiar (sea cruise), kalau ia

tinggal kurang dari 24 jam. Akan tetapi istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang berikut :

 Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di suatu negara.

 Orang yang datang untuk menetap.  Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu, akan tetapi bekerja di negara tetangganya.

 Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan dan di sekolah-sekolah.

 Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpat berhenti di situ, meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.

Ekskursionis adalah pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya, tanpa bermalam. Hal tersebut juga meliputi orang-orang yang mengadakan pelayaran pesiar (cruise passanger). Hal tersebut juga meliputi orang-orang yang legal tidak memasuki sesuatu negara asing, seperti misalnya orang yang dalam perjalanan menunggu di daerah transit di pelabuhan udara.

2.1.1 Jenis-Jenis Wisata

Secara umum jenis-jenis wisata dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu:

1. Wisata alam, yang terdiri dari :

a. Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olah raga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.

b. Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.

c. Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.

d. Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

e. Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya.

2. Wisata Sosial Budaya, yang terdiri dari:

a. Peninggalan sejarah kepurbakalan dan monumen, wisata ini termasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya tarik wisata utama di banyak negara.

b. Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya, antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.

1.3 Motif Wisata

Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut. Tidak ada kepastian bahwa Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut. Tidak ada kepastian bahwa

1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.

2. Motif budaya, motif tersebut lebih memperhatikan motif wisatawan bukan atraksinya. Hal tersebut terlihat dari motif wisatawan yang datang ke tempat wisata lebih memilih untuk mempelajari, sekedar mengenal, atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain dari pada menikmati atraksi yang dapat berupa pemandangan alam atau flora dan fauna.

3. Motif interpersonal, merupakan motif yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, berkenalan dengan orang- orang tertentu atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal.

4. Motif status atau prestise, merupakan motif yang berhubungan dengan gengsi atau status seseorang. Maksudnya ada suatu anggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan sendirnya melebihi sesamanya yang tidak pernah berkunjung ke tempat tersebut.

Munculnya kebutuhan untuk berwisata yang didorong oleh berbagai faktor sosial, ekonomi , psikologi, dan lain-lain tentu tidak dengan sendirinya dilanjutkan dengan pencarian informasi. Penjelasan sosiologi dan psikologi membenarkan bahwa kebutuhan yang dirasakan tidak secara otomatis bisa dipenuhi, meskipun seharusnya demikian. Demikian pula informasi yang tidak Munculnya kebutuhan untuk berwisata yang didorong oleh berbagai faktor sosial, ekonomi , psikologi, dan lain-lain tentu tidak dengan sendirinya dilanjutkan dengan pencarian informasi. Penjelasan sosiologi dan psikologi membenarkan bahwa kebutuhan yang dirasakan tidak secara otomatis bisa dipenuhi, meskipun seharusnya demikian. Demikian pula informasi yang tidak

Menurut Inskeep (1991 : 38), diberbagai macam literatur dimuat berbagai macam komponen wisata. Namun ada beberapa komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-komponen wisata tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata` Kegiatan-kegiatan wisata yang dimaksud dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatanya untuk mengunjungi sebuah obyek wisata.

2. Akomodasi Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para wisatawannya yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang mereka lakukan.

3. Fasilitas dan pelayanan wisata Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operations (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya : restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko- toko untuk menjual hasil karajinan tangan, cinderamata, toko-toko khusus, 3. Fasilitas dan pelayanan wisata Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operations (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya : restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko- toko untuk menjual hasil karajinan tangan, cinderamata, toko-toko khusus,

4. Fasilitas dan pelayanan transportasi Meliputi transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara.

5. Restoran Meliputi usaha jasa pangan, yaitu tempat dimana dijual makanan dan minuman untuk kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

6. Infrastruktur lain Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase, saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram, telex, faksimili, dan radio).

7. Elemen kelembagaan Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan, menyusun strategi marketing dan program promosi : menstrukturisasi organisasi wisata sektor umum dan swasta ; peraturan dan perundangan yang berhubungan dengan wisata; menentukan 7. Elemen kelembagaan Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan, menyusun strategi marketing dan program promosi : menstrukturisasi organisasi wisata sektor umum dan swasta ; peraturan dan perundangan yang berhubungan dengan wisata; menentukan

Hampir semua unsur pariwisata harus berurusan baik dengan organisasi pariwisata tingkat pusat maupun daerah. Namun demikian ada beberapa tahapan keselamatan dan keamanan wisatawan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Yang berwenang di bidang pariwisata yang dapat memacu peningkatan kerjasama yang lebih baik di tingkat daerah dan menyiapkan langkah-langkah keselamatan dan keamanan pariwisata tingkat nasional.

Sebelum mendiskusikan arti penting dan hubungan antara ekonomi dan periwisata sangat penting untuk mengetahui dimensi-dimensi wisata. Sehingga akan diperoleh pemahaman yang jelas antara pengaruh dimensi-dimensi tersebut, dan kaitannya dengan isu ekonomi suatu kawasan destinasi wisata.

Secara umum dimensi-dimensi wisata antara lain terdiri atas atraksi, fasilitas, transportasi dan keramahan. Dalam pariwisata, dimensi-dimensi tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat komperatif penyelenggaraan dan destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan masa atau waktu tertentu. Biasanya seringkali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik orang untuk datang ke dalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun destinasi lainnya seperti fasilitas, transportasi dan keramah- tamahan destinasi sangat kurang. Di Jawa, contoh terbaik untuk kasus ini adalah festival Kasodo di Pegunungan Tengger. Festival yang hanya terjadi sekali dalam Secara umum dimensi-dimensi wisata antara lain terdiri atas atraksi, fasilitas, transportasi dan keramahan. Dalam pariwisata, dimensi-dimensi tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat komperatif penyelenggaraan dan destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan masa atau waktu tertentu. Biasanya seringkali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain. Atraksi selalu menarik orang untuk datang ke dalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun destinasi lainnya seperti fasilitas, transportasi dan keramah- tamahan destinasi sangat kurang. Di Jawa, contoh terbaik untuk kasus ini adalah festival Kasodo di Pegunungan Tengger. Festival yang hanya terjadi sekali dalam

Atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas, atraksi alam seperti bentangan pantai pasir putih, air terjun, bentang padang rumput pegunungan, hutan, sungai, gua fauna dan yang lainnya merupakan andalan utama sebuah destinasi wisata. Setidaknya, sumber daya alam dan kekayaan hayati yang melimpah dan menakjubkan itu, telah menarik wisatawan mancanegara untuk datang berwisata ke Indonesia.

Oleh karena itu, pembangunan kepariwisataan melibatkan sektor swasta dan sektor publik. Keterlibatan sektor publik penting berdasarkan dua hal. Pertama, karena adanya kesenjangan antara jumlah investasi yang dibutuhkan dengan penghasilan yang diharapkan, sangatlah tidak mungkin proyek besar ini dapat dibiayai sektor swasta sendiri. Kedua, karena kepariwistaan, investasi dari sektor publik dapat menjadi pemicu keterlibatan sektor swasta.

1. Langkah-langkah dalam proses pembangunan Proses pembangunan dimulai dengan menganalisa empat sektor : potensi pasar, perencanaan dan rekayasa, sosial ekonomi, dan jalur hukum dan bisnis. Dari data dasar ini, dipilih sektor yang siap untuk dibangun. Tujuan atau hal- hal mendasarkan dan tolok ukur ditetapkan serta mempersiapkan masterplan. Dampak lingkungan juga dimasukkan ke dalam perkiraan biaya keseluruhan pembangunan pada setiap sektor. Dari sini dapat dibuat studi kelayakan awal. Jika diputuskan proyek tersebut akan dilanjutkan maka rancangan pembangunan jangka panjang dipersiapkan bersama dengan analisa finansial 1. Langkah-langkah dalam proses pembangunan Proses pembangunan dimulai dengan menganalisa empat sektor : potensi pasar, perencanaan dan rekayasa, sosial ekonomi, dan jalur hukum dan bisnis. Dari data dasar ini, dipilih sektor yang siap untuk dibangun. Tujuan atau hal- hal mendasarkan dan tolok ukur ditetapkan serta mempersiapkan masterplan. Dampak lingkungan juga dimasukkan ke dalam perkiraan biaya keseluruhan pembangunan pada setiap sektor. Dari sini dapat dibuat studi kelayakan awal. Jika diputuskan proyek tersebut akan dilanjutkan maka rancangan pembangunan jangka panjang dipersiapkan bersama dengan analisa finansial

2. Analisa pasar Tujuan dari analisa pasar adalah untuk memperkirakan aliran wisatawan yang datang ke tujuan dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan dengan mengkaji sumber-sumber wisatawan pada sektor tersebut dibandingkan dengan persaingan dalam kerangka kebutuhan turis sekarang dan yang akan datang.

3. Inventarisasi atraksi wisata Tujuan dari inventarisasi adalah untuk merangkum atraksi wisata di daerah itu. Pertanyaan penting yang harus dijawab adalah “Apa yang kita punyai disini yang bisa menarik bagi wisatawan untuk datang?” sering kali apa yang danggap “biasa” bagi orang disana akan menarik bagi orang dari luar. Satu cara pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan membedakan antara atraksi inti dan pembantu. Atraksi inti ini memberi ciri di daerah itu, yang mendasari alasan wisatawan untuk berkunjung. Bisa atraksi alam seperti air terjun Niagara atau jalan hidup seperti suku Amish di Pensylvania atau Kampung Naga di Tasikmalaya. Atraksi pembantu adalah semua yang dibangun mengelilingi attraksi inti, misalnya di air terjun Niagara ada perjalanan perahu Mald of the Mist yang membantu orang sampai jarak beberapa yard dari dasar air terjun, dan juga museum orang-orang pemberani yang berusaha menerobos air terjun.

4. Inventarisasi fasilitas pariwisata Inventarisasi yang serupa juga dilakukan pada fasiltias wisatawan seperti penginapan, penjualan makanan dan minuman dan toko-toko pengecer yang ditujukan untuk wisatawan. Informasi yang dikumpulkan di lokasi, seperti jumlah kamar atau kursi, kenyamanan dan pelayanan yang diberikan dan pasar menyediakan.

5. Jenis Transportasi Pada bagian ini sudah termasuk transportasi ke, dari dan di dalam tempat tujuan itu sendiri. Untuk pembawa komersial, biaya dan frekuensi pelayanan, kota melayani dengan sumbangan langsung, dan rancangan selanjutnya dapat ditentukan.

5. Pasar yang ada Hasil akhir dari pendapatan ini adalah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini. - Pada siapa akan kita tujukan? - Kapan mereka akan datang dan seberapa lama mereka akan menetukannya ? - Dari mana mereka datang dan bagaimana mereka bisa mencapai daerah ini ? - Mengapa mereka datang untuk berkunjung?

Pemasaran lebih berseni dibanding ilmu pengetahuan. Satu hal yang sering digunakan dalam pemasaran adalah “Menarik orang-orang yang serupa dengan yang telah datang”. Tipe orang tertentu dan telah datang ke daerah itu. Dengan mengidentifikasi target pasar yang serupa. Dengan menjawab pertanyaan “Siapa Pemasaran lebih berseni dibanding ilmu pengetahuan. Satu hal yang sering digunakan dalam pemasaran adalah “Menarik orang-orang yang serupa dengan yang telah datang”. Tipe orang tertentu dan telah datang ke daerah itu. Dengan mengidentifikasi target pasar yang serupa. Dengan menjawab pertanyaan “Siapa

BAB III GAMBARAN UMUM

Gambar 3.1 Peta Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya.Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa dan Samudera Hindia (Pulau Sempu dan Nusabarung). Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Jawa Timur

No.

Kabupaten/Kota

Ibu kota

1 Kabupaten Bangkalan Bangkalan 2 Kabupaten Banyuwangi

Banyuwangi 3 Kabupaten Blitar

Blitar

4 Kabupaten Bojonegoro Bojonegoro 5 Kabupaten Bondowoso

Bondowoso 6 Kabupaten Gresik

Gresik

7 Kabupaten Jember

Jember

8 Kabupaten Jombang

Jombang

9 Kabupaten Kediri

Kediri

10 Kabupaten Lamongan Lamongan 11 Kabupaten Lumajang

Lumajang

12 Kabupaten Madiun

Madiun

13 Kabupaten Magetan

Magetan

14 Kabupaten Malang

Kepanjen

15 Kabupaten Mojokerto Mojokerto 16 Kabupaten Nganjuk

Nganjuk

17 Kabupaten Ngawi

Ngawi

18 Kabupaten Pacitan

Pacitan

19 Kabupaten Pamekasan Pamekasan 20 Kabupaten Pasuruan

Pasuruan

21 Kabupaten Ponorogo

Ponorogo

22 Kabupaten Probolinggo Probolinggo 23 Kabupaten Sampang

Sampang

24 Kabupaten Sidoarjo

Sidoarjo

25 Kabupaten Situbondo Situbondo 26 Kabupaten Sumenep

Sumenep

27 Kabupaten Trenggalek Trenggalek 28 Kabupaten Tuban

Tuban

29 Kabupaten Tulungagung Tulungagung 30 Kota Batu

31 Kota Blitar

32 Kota Kediri

33 Kota Madiun

34 Kota Malang

35 Kota Mojokerto

36 Kota Pasuruan

37 Kota Probolinggo

38 Kota Surabaya

Probolinggo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terletak dikaki Gunung Semeru, Gunung Argopuro dan Pegunungan Tengger. Kabupaten Probolinggo mempunyai banyak obyek wisata, diantaranya Gunung Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang dengan taman lautnya, Pantai Bentar, Ranu Segaran dan Sumber Air Panas yang terletak di Desa Tiris serta Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Selain itu Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas, diantaranya Karapan Sapi, Kuda Kencak, Tari Glipang dan Tari Slempang, Tari Pangore dan Seni Budaya masyarakat Tengger. Selain obyek wisata dan keseniannya kabupaten Probolinggo juga menghasilkan buah-buahan, sayur-sayuran serta hasil perkebunan lainnya.

Kabupaten Probolinggo mempunyai semboyan "Prasadja Ngesti Wibawa". Makna semboyan : Prasadja berarti : bersahaja, blaka, jujur, bares, dengan terus terang, Ngesti berarti : menginginkan, menciptakan, mempunyai tujuan, Wibawa berarti : mukt i, luhur, mulia. "Prasadja Ngesti Wibawa" berarti : Dengan rasa tulus ikhlas (bersahaja, jujur, bares) menuju kemuliaan.

Gambar 3.2 Logo Kabupaten Probolinggo

Kabupaten Probolinggo memiliki luas sekitar 1.696,166 Km persegi, tepatnya pada 112° 51' - 113° 30' Bujur Timur dan 7° 40' - 8° 10' Lintang Selatan, berada pada ketinggian 0-2500 m dpl. Batas Wilayah Administratif Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut : di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Jember, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lumajang & Kabupaten Malang. Di tengah-tengah Kabupaten Probolinggo terdapat Kota Daerah Otonom yaitu Pemerintah Kota Probolinggo.

Penduduk Kabupaten Probolinggo sebagian besar berasal dari suku Madura karena wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang sebagian besar hidup sebagai nelayan seperti Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Pajarakan, Kraksaan, Paiton. Sedangkan daerah pegunungan potensi untuk pengembangan sektor perkebunan dengan berbagai komoditinya.

Kata Probolinggo menurut sejarahnya diceritakan bahwa ketika seluruh Wilayah Nusantara dapat dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit tahun 1357 M ( Th.1279 Saka ), Maha Patih Gadjah Mada telah dapat mewujudkan ikhrarnya dalam Sumpah Palapa, menyambut keberhasilan ini, Sang Maha Raja Prabu Hayam Wuruk berkenan berpesiar keliling negara. Perjalanan muhibah ini terlaksana pada tahun 1359 ( Th 1281 Saka ). Menyertai perjalanan bersejarah ini, Empu Prapanca seorang pujangga ahli sastra melukiskan dengan kata-kata, Sang Baginda Prabu Hayam Wuruk merasa suka cita dan kagum, menyaksikan panorama alam yang sangat mempesona di kawasan yang disinggahi ini. Masyarakatnya ramah, tempat peribadatannya anggun dan tenang, memberikan ketentraman dan kedamaian serta mengesankan. Penyambutannya meriah aneka suguhan disajikan, membuat Baginda bersantap dengan lahap. Taman dan darma pasogatan yang elok permai menyebabkan Sang Prabu terlena dalam kesenangan dan menjadi kerasan. Ketika rombongan tamu agung ini hendak melanjutkan perjalanan, Sang Prabu diliputi rasa sedih karena enggan untuk berpisah. Saat perpisahan diliputi rasa duka cita, bercampur bangga. Karena Sang Prabu Maha Raja junjungannya berkenan mengunjungi dan singgah berlam-lama di tempat ini. Sejak itu warga disini menandai tempat ini dengan sebutan Prabu Linggih. Artinya tempat persinggahan Sang Prabu sebagai tamu Agung. Sebutan Prabu Linggih selanjutnya mengalami proses perubahan ucap hingga kemudian berubah menjadi Probo Linggo. Maka sebutan itu kini menjadi Probolinggo.

Masyarakat suku Tengger, adalah komunitas tersendiri yang mendiami kawasan lereng pegunungan Bromo - Semeru, yang terletak di wilayah Kabupaten

Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jumlah komunitas ini tidak banyak, yakni sekitar 100.000 jiwa. Walaupun berdiam di lereng gunung, komunitas ini bukanlah suku terasing, primitif atau terisolasi, karena mereka masih berhubungan dengan masyarakat lain. Secara administratif, masyarakat suku Tengger ini mendiami beberapa desa yang merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang). ”Desa Tengger” tempat bermukimnya masyarakat suku Tengger tersebut adalah desa Jetak, Wonotoro, Ngadirejo, Ngadisari dan Cemara Lawang (Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo); Ledokombo, Pandansari, dan Wonokerto (Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo); Tosari, Wonokitri, Sedaeng, Ngadiwono, Podokoyo (Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan); Keduwung (Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan); Ngadas (Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang); dan Argosari serta Ranupani (kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang). ”Desa Tengger” yang berada pada puncak tertinggi gunung Bromo adalah desa Ngadisari. Di desa-desa tersebut (tempat masyarakat Hindu Tengger bermukim), juga terdapat sistem pemerintahan desa, yang dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih oleh masyarakat. Misalnya, desa Ngadisari, secara administratif dipimpin oleh kepala desa yang beragama Hindu dan telah berpendidikan S2 .

Mulai memasuki desa-desa ini (terdapat tugu batas desa), terlihat kekhasan perkampungan masyarakat Hindu, yakni terdapatnya bangunan mirip candi atau pura berukuran kecil (tinggi sekitar 150 cm – 200 cm, lebar 50 cm) di depan rumah-rumah penduduk, mirip di Bali. Bentuk rumah-rumah pada umumnya Mulai memasuki desa-desa ini (terdapat tugu batas desa), terlihat kekhasan perkampungan masyarakat Hindu, yakni terdapatnya bangunan mirip candi atau pura berukuran kecil (tinggi sekitar 150 cm – 200 cm, lebar 50 cm) di depan rumah-rumah penduduk, mirip di Bali. Bentuk rumah-rumah pada umumnya

Strata ekonomi menengah ke bawah biasanya menempati rumah-rumah yang terletak agaki masuk ke dalam, yakni daerah perbukitan. Yang menarik, mulai batas desa Jetak ke atas hingga Ngadisari dan Cemoro Lawang, yang notabene hanya dihuni oleh warga Hindu Tengger, pemilikan tanah dan bangunan (properti) adalah mutlak milik orang Hindu Tengger. Keputusan ini adalah ”keputusan adat” sejak dulu kala (turun temurun). Satu-satunya pihak luar yang diperkenankan untuk memiliki lahan di wilayah Hindu Tengger tersebut adalah perusahaan otobis AKAS, itupun dibatasi, dan sekarang properti AKAS tersebut (berupa tanah untuk perkebunan/ agrobis) tidak terurus dan ”kembali menjadi milik masyarakat adat Tengger”. Namun realitas ini tidak akan dapat diperoleh dari penuturan atau pengakuan orang Tengger, baik oleh dukun sekalipun. Jika ditanya hal seperti ini, biasanya tokoh masyarakat Tengger akan menjawab dengan sangat diplomatis. Membeli tanah di Tengger, boleh, tetapi ada syaratnya dan syaratnya sangat sulit dan berbelit-belit. Artinya, sama dengan ”tidak boleh”.

Orang luar yang diperbolehkan memiliki properti di Tengger ini harus sudah diakui secara adat (”dibaptis”) menjadi wong Tengger. Atau dengan kata lain, orang yang bisa memiliki properti di Tengger adalah wong Tengger. Namun,

jika ada yang demikian, orang tersebut tetap dibatasi hak-hak sipilnya di Tengger, misalnya ia tetap tidak diperkenankan menjadi dukun suku Tengger. Setelah batas desa Jetak ke bawah (karena lokasi yang bergunung-gunung) berturut-turut adalah desa Sukapura, Pakel, Ngepung, Kuripan, Muneng (berbatasan dengan wilayah Kota Probolinggo). Dari dataran rendah (Kota Probolinggo) hingga desa Muneng, terus ke atas hingga desa Kuripan, Ngepung, Pakel, dan Sukapura, masih dijumpai masyarakat campuran Jawa-Madura selayaknya di wilayah Probolinggo pada umumnya, yang rata-rata beragama Islam dan sebagian kecil Kristen. Dari desa Sukapura hingga menjelang batas desa Jetak, masih dijumpai warga Muslim dan Kristen. Di kawasan ini masih terlihat anak-anak perempuan berjilbab. Di kawasan ini juga masih terlihat bangunan masjid, namun tidak tampak bangunan gereja, hanya kelompok masyarakat penghayat ajaran Kristiani, yang bernama ”Lembah Kasih”, yang menempati rumah penduduk. Yang menarik di kawasan desa ini, adalah pekuburan, dengan pintu gerbang bertuliskan ”RUMAH MASA DEPAN” dengan huruf kapital berukuran menyolok disertai tulisan bahasa Arab berbunyi: ”Inna lillaahi wa inna ilaihi raji’uun” pada bagian atas dan tulisan ”Griya Kalanggengan” dengan menggunakan huruf Jawa (aksara Jawa) yang ditulis pada bagian bawah dari tulisan utama. Pada kawasan ini papan nama identitas kantor, warung, dan tempat-tempat layanan umum, semua ditulis dengan bahasa Indonesia (kecuali pekuburan tadi, yang menggunakan 3 bahasa). Setelah batas desa Jetak, pemandangan menjadi lain sama sekali yakni rumah-rumah yang pada halamannya dilengkapi dengan bangunan mirip candi atau pura, sebagaimana telah disinggung di bagian depan. Di kawasan puncak Bromo, jika ada yang demikian, orang tersebut tetap dibatasi hak-hak sipilnya di Tengger, misalnya ia tetap tidak diperkenankan menjadi dukun suku Tengger. Setelah batas desa Jetak ke bawah (karena lokasi yang bergunung-gunung) berturut-turut adalah desa Sukapura, Pakel, Ngepung, Kuripan, Muneng (berbatasan dengan wilayah Kota Probolinggo). Dari dataran rendah (Kota Probolinggo) hingga desa Muneng, terus ke atas hingga desa Kuripan, Ngepung, Pakel, dan Sukapura, masih dijumpai masyarakat campuran Jawa-Madura selayaknya di wilayah Probolinggo pada umumnya, yang rata-rata beragama Islam dan sebagian kecil Kristen. Dari desa Sukapura hingga menjelang batas desa Jetak, masih dijumpai warga Muslim dan Kristen. Di kawasan ini masih terlihat anak-anak perempuan berjilbab. Di kawasan ini juga masih terlihat bangunan masjid, namun tidak tampak bangunan gereja, hanya kelompok masyarakat penghayat ajaran Kristiani, yang bernama ”Lembah Kasih”, yang menempati rumah penduduk. Yang menarik di kawasan desa ini, adalah pekuburan, dengan pintu gerbang bertuliskan ”RUMAH MASA DEPAN” dengan huruf kapital berukuran menyolok disertai tulisan bahasa Arab berbunyi: ”Inna lillaahi wa inna ilaihi raji’uun” pada bagian atas dan tulisan ”Griya Kalanggengan” dengan menggunakan huruf Jawa (aksara Jawa) yang ditulis pada bagian bawah dari tulisan utama. Pada kawasan ini papan nama identitas kantor, warung, dan tempat-tempat layanan umum, semua ditulis dengan bahasa Indonesia (kecuali pekuburan tadi, yang menggunakan 3 bahasa). Setelah batas desa Jetak, pemandangan menjadi lain sama sekali yakni rumah-rumah yang pada halamannya dilengkapi dengan bangunan mirip candi atau pura, sebagaimana telah disinggung di bagian depan. Di kawasan puncak Bromo,

3.1 Adat istiadat

Masyarakat Tengger mempuyai kebiasaan-kebiasaan yang sangat unik sekali misalnya sebagai contoh mereka masih percaya adanya tradisi-tradisi leluhur yang harus di junjung tinggi contohnya, tekah Bumi atau disebut Tekah Deso kata masyarakat Tengger itu sendiri. Dan mereka umumnya kalau Tekah Bumi mereka ini berbondong-bondong pergi ke Sendang untuk merayakannya upacara-upacara adat mereka. Upacara-upacara adat ini di bagi menjadi dua kelompok Dukuh yang ada di desa tengger itu sendiri yaitu di Dukuh Tegal Gedhe dan Dukuh Tengger Kidulan. Tidak hanya Tekah Bumi saja, ada satu tradisi lagi yang masyarakat tengger ini lakukan misalnya satu syuronan, Kemamangan yang menjadi andalan masyarakat tengger itu sendiri. Adat kemamangan itu sendiri biasanya di lakukan satu tahun sekali, dan adat kemamangan ini bisanya di laksanakan bagi warga yang mempunyai peliaraan ternak misalnya saja sapi, kerbau, kambing. Dan bagi masyarakat yang mempunyai ternak diwajibkan untuk ikut acara yang namanya Kemamangan. Sebelum Acara kemamangan di mulai biasanya masyarakat Tengger ini harus menjalankan ritual-ritual semacam Lamporan dulu selama satu minggu keliling desa. Setelah itu menjelang hari kemamangan tiba masyarakat tengger seluruhnya membuat sesajen di bawa ke simpang jalan untuk di bacakan doa-doa oleh sesepuh yang ada di sana, guna untuk meminta perlindungan yang maha kuasa supaya dijauhkan dari bencana dan Masyarakat Tengger mempuyai kebiasaan-kebiasaan yang sangat unik sekali misalnya sebagai contoh mereka masih percaya adanya tradisi-tradisi leluhur yang harus di junjung tinggi contohnya, tekah Bumi atau disebut Tekah Deso kata masyarakat Tengger itu sendiri. Dan mereka umumnya kalau Tekah Bumi mereka ini berbondong-bondong pergi ke Sendang untuk merayakannya upacara-upacara adat mereka. Upacara-upacara adat ini di bagi menjadi dua kelompok Dukuh yang ada di desa tengger itu sendiri yaitu di Dukuh Tegal Gedhe dan Dukuh Tengger Kidulan. Tidak hanya Tekah Bumi saja, ada satu tradisi lagi yang masyarakat tengger ini lakukan misalnya satu syuronan, Kemamangan yang menjadi andalan masyarakat tengger itu sendiri. Adat kemamangan itu sendiri biasanya di lakukan satu tahun sekali, dan adat kemamangan ini bisanya di laksanakan bagi warga yang mempunyai peliaraan ternak misalnya saja sapi, kerbau, kambing. Dan bagi masyarakat yang mempunyai ternak diwajibkan untuk ikut acara yang namanya Kemamangan. Sebelum Acara kemamangan di mulai biasanya masyarakat Tengger ini harus menjalankan ritual-ritual semacam Lamporan dulu selama satu minggu keliling desa. Setelah itu menjelang hari kemamangan tiba masyarakat tengger seluruhnya membuat sesajen di bawa ke simpang jalan untuk di bacakan doa-doa oleh sesepuh yang ada di sana, guna untuk meminta perlindungan yang maha kuasa supaya dijauhkan dari bencana dan

3.2 Kesenian

Kesenian favorit masyarakat tengger adalah: Barongan, Ketoprak, Tayub, wayang kulit, Dangdut. Desa ini mempunyai Group musik, dan Group musik tersebut namanya barongan. Dan seni Barongan ini sangat di gemari oleh masyarakat Tengger itu sendiri. Dan di setiap pertunjukan seni barangan ini biasanya di ikuti dengan mistik-mistik misalnya dengan membaca mantera- mantera dan ini di lakukan oleh pawangnya atau sesepuh yang ada di seni tersebut. Seni barongan ini biasanya di mainkan di saat masyarakat punya hajatan, misalnya : Khitanan dan Mantenan. setiap ada acara khitanan atau mantenan si yang sunat atau yang mantenan mereka ini di arak keliling kampung.

3.3. Pertanian

Mayoritas (95%) warga masyarakat suku Tengger hidup dari bercocok tanam di kebun, ladang dan lahan pertanian yang terdapat di lereng pegunungan Bromo-Semeru. Mereka dikenal sebagai petani yang sangat tangguh, yang mampu bekerja di ladang (tegil) sejak pagi hingga sore hari. Umumnya mereka bertanam tanaman yang lazim tumbuh pada daerah berhawa dingin, yaitu kentang, kol (kubis), dan bawang prei atau bawang daun. Cara bercocok tanam masih sangat tradisional dan ekstensif. Produksi hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk tujuan komersil. Dari hasil bertani seperti itu, kebutuhan tidak terpenuhi, karena itu kelaparan selalu mengancam. Mata pencaharian penting yang dapat menolong dari ancaman kelaparan tersebut adalah Mayoritas (95%) warga masyarakat suku Tengger hidup dari bercocok tanam di kebun, ladang dan lahan pertanian yang terdapat di lereng pegunungan Bromo-Semeru. Mereka dikenal sebagai petani yang sangat tangguh, yang mampu bekerja di ladang (tegil) sejak pagi hingga sore hari. Umumnya mereka bertanam tanaman yang lazim tumbuh pada daerah berhawa dingin, yaitu kentang, kol (kubis), dan bawang prei atau bawang daun. Cara bercocok tanam masih sangat tradisional dan ekstensif. Produksi hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk tujuan komersil. Dari hasil bertani seperti itu, kebutuhan tidak terpenuhi, karena itu kelaparan selalu mengancam. Mata pencaharian penting yang dapat menolong dari ancaman kelaparan tersebut adalah

Kawasan Tengger di lereng gunung Bromo - Semeru ini berhawa dingin (sekitar 4º C pada malam hari dan sekitar 18º C pada siang hari). Pada masa panen, banyak pedagang dari luar Tengger yang berdatangan ke daerah Tengger untuk mengambil barang-barang komoditi pertanian tersebut untuk dijual di pasar kota dan kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan Pasuruan. Sebagian kecil dari mereka (5%) berprofesi sebagai pegawai negeri, buruh, dan pengusaha jasa. Para pemuda, sebagian berprofesi sebagai sopir angkutan pedesaan yang menghubungkan desa-desa suku Tengger dengan desa lain di kabupaten dan kota Probolinggo dan Pasuruan. Biasanya mereka menggunakan kendaraan jenis pick- up dan L300 atau Bison. Sebagian menyediakan jasa transportasi dan penyewaan kendaraan bagi para wisatawan yang datang ke Gunung Bromo, yaitu kendaraan jenis jeep, hard-top dan kuda tunggang. Kendaraan-kendaraan ini untuk mengarungi lautan pasir hingga mendekati kawasan Pura Luhur Poten dan kaldera Gunung Bromo. Para wisatawan biasanya setelah mengarungi lautan pasir dengan berkuda atau jeep ini melanjutkan perjalanan ke kaldera Gunung Bromo dengan berjalan kaki, naik tangga buatan. Para perempuan suku Tengger biasanya mencari kayu di hutan lereng pegunungan Bromo dan Pananjakan, disamping bekerja di lahan pertanian lereng gunung.

Hawa dingin rupanya membawa pengaruh pada ”mode” pakaian sehari- hari warga masyarakat suku Tengger. Para lelaki pada umumnya selalu