3.3.7 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari pagi dan sore tergantung kondisi media. Media cukup disiram sekali saja jika
kondisinya masih basah atau lembab. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh
.
3.3.8 Pengamatan parameter dan pengumpulan data
Pengamatan tinggi dan diameter dilakukan di rumah kaca, untuk pengukuran biomassa dan pengamatan kolonisasi FMA dilakukan di laboratorium
Mikrobiologi Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi Bogor.
Tinggi bibit
Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap dua minggu sekali selama tiga bulan. Tinggi bibit diukur mulai dari pangkal batang pada permukaan tanah
sampai titik tumbuh tunas yang paling mudatitik tertinggi meristem apikal pada batang. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan sentimeter cm.
Diameter batang
Pengukuran diameter dilakukan setiap satu bulan sekali selama tiga bulan. Diameter diukur mulai dari 1,5 cm di atas permukaan media dengan
menggunakan alat kaliper digital. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan milimeter mm.
Berat kering akar dan pucuk
Pengukuran berat kering akar dan pucuk dilakukan setelah kegiatan pemanenan. Setelah bibit dipanen, bagian tanaman dipisahkan antara akar dan
pucuknya kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C dalam waktu 72 jam. Setelah dikeringkan, dilakukan penimbangan berat kering akar dan pucuk.
Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan gram g.
Nisbah pucuk akar NPA
Nilai ini menggambarkan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan bagian akar bibit. NPA didapat dengan membagi nilai berat kering pucuk
dan berat kering akar.
Indeks mutu bibit IMB
Bibit baik dan mampu bertahan di lapangan jika memiliki nilai IMB 0,09. IMB dapat dihitung dengan menggunakan rumus Dickson et al. 1960:
IMB = Keterangan:
IMB = indeks mutu bibit A
= bobot kering pucuk g B
= bobot kering akar g C
= tinggi tanaman cm D
= diameter tanaman mm
Persentase kolonisasi FMA
Identifikasi persentase kolonisasi FMA dilakukan dengan cara mengambil contoh akar yang muda serabut secara acak dari polibag kemudian dilakukan
proses pembersihan dan pewarnaan akar. Kolonisasi FMA ditandai dengan adanya hifa, arbuskula dan vesikel atau salah satu dari organ tersebut. Menurut Brundrett
et al. 1996 dan Giovannetti dan Mosse 1980 dalam Turjaman et al. 2008, pengukuran persen kolonisasi dapat dilakukan dengan cara berikut: 1 akar
dibersihkan dalam 100 gL KOH selama satu jam, 2 akar diasamkan dengan larutan HCl dan dilakukan staining dengan 0,5 gL tryphan blue dalam
laktogliserol, 3 dilakukan destaining dengan gliserol dan diamati dengan mikroskop pada perbesaran 100 kali. Persentase kolonisasi dihitung menggunakan
rumus: ∑ bidang pandang yang terdapat kolonisasi
terinfeksi = x 100
∑ keseluruhan bidang pandang
Analisis tanah dan arang tempurung kelapa
Analisis tanah dan arang tempurung kelapa dilakukan untuk mengetahui pH pH H
2
O 1:1 dan KCl, N-total Metode Kjeldahl, C-organik Metode Walkley dan Black, P tersedia Metode Bray I, kandungan Ca, Mg, K, Na dan KTK N
NH
4
OAc pH 7,0, kejenuhan basa, Al dan H 1 N KCl, kandungan Fe, Cu, Zn, Mn 0,05 N HCl serta tekstur tidak dilakukan untuk arang tempurung kelapa.
Analisis tanah dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan A + B
CD + AB
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB dan analisis arang tempurung kelapa dilakukan di SEAMEO BIOTROP.
Pengukuran pH H
2
O tanah setelah perlakuan
Setelah panen dilakukan pegukuran pH H
2
O tanah dari setiap perlakuan. Masing-masing perlakuan diambil tiga contoh tanah yang akan diukur pHnya.
Langkah pengukuran pH H
2
O adalah sebagai berikut Balai Penelitian Tanah 2005: 1 t
anah kering udara yang sudah lolos ayakan 2 mm ditimbang sebanyak 10 g kemudian dimasukkan ke dalam botol kocok dan ditambahkan 10 ml
akuades, 2 t anah dikocok dengan mesin pengocok selama 30 menit kemudian
diukur menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan larutan
penyangga
yang memiliki nilai pH 4, 3 pencatatan pH yang ditampilkan pada pH meter. 3.3.9 Rancangan percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah split plot design dalam rancangan acak lengkap. Rancangan ini terdiri dari dua faktor, yakni faktor
pemberian mikoriza M sebagai petak utama main plot yang terdiri dari tiga taraf dan faktor pemberian arang tempurung kelapa A sebagai anak petak sub
plot yang terdiri dari tiga taraf. Jumlah kombinasi perlakuan setiap jenisnya adalah 3×3= 9 dan diulang
sebanyak lima kali. Jumlah total polibag pengamatan seluruhnya berjumlah 2×3×3×5= 90 polibag.
Kombinasi perlakuan yang diujicobakan adalah sebagai berikut: 1.
Kontrol A0M0 2.
FMA Glomus sp. A0M1 3.
FMA Gigaspora sp. A0M2 4.
Arang tempurung kelapa 10 A1M0 5.
Arang tempurung kelapa 10 dikombinasikan dengan FMA Glomus sp. A1M1
6. Arang tempurung kelapa 10 dikombinasikan dengan FMA Gigaspora sp.
A1M2 7.
Arang tempurung kelapa 20 A2M0
8. Arang tempurung kelapa 20 dikombinasikan dengan FMA Glomus sp.
A2M1 9.
Arang tempurung kelapa 20 dikombinasikan dengan FMA Gigaspora sp. A2M2.
3.3.10 Analisis data