A. Model pembelajaran PAKEM
Istilah belajar PAKEM berasal dari konsep dalam kutipan buku Rusman,Model-Model Pembelajaran, hlm. 321, yang
menerangkan “bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak student centered learning dan pembelajaran harus bersifat
menyenangkan learning is fun, agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak
merasa terbebani atau takut.” Kata PAKEM sendiri diambil dari partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hal
ini mengacu pada empat pilar pendidikan yang telah dicanangkan oleh UNESCO, dalam kutipan sebuah buku Ibid,
hlm,321-322 yang mengemukakan, yaitu: “1 learning to know, yaitu mempelajari ilmu pengetahuan berupa aspek
kognitif dalam pembelajaran; 2 learning to do, yaitu belajar melakukan yang merupakan aspek pengalaman dan
pelaksanaannya; 3 learning to be, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian dan kesesuaian dengan diri
anak; 4 learning to life together, yaitu belajar hidup dalam kebersamaan yang merupakan aspek kesosialan anak,
bagaimana bersosialisasi, dan bagaimana hidup toleransi dalam keberagaman yang ada di sekeliling siswa.”
5
B. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang bersifat kerja sama antara satu siswa dengan siswa yang
lain. Pendapt lain dalam sebuah kutipan buku Ibid, hlm. 203 bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok- kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Menurut sebuah kutipan dari buku Melvin L. Silberman, Active Learning; 101 Siswa belajar Aktif
Bandung: Nusa Media,2006, hlm. 168 bahwa “jika jumlah siswanya cukup besar, buatlah empat atau enem kelompok
belajar.”
C. Model Pembelajaran Multiple Intelligences MI
Menurut sebuah kutipan buku Munif Chatib, Gurunya Manusia, hlm. 132 bahwa “istilah multiple intelligences
pertama kali dikenalkan oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada tahun
1983.” Teori ini merupakan teori yang mengungkap masalah kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan majemuk. Menurut
Gardner kecerdasan selama ini lebih dimaknai secara sempit, hanya sekedar diukur dengan menggunakan tes IQ. Dengan
kata lain, kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh
6
kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes psikologis, kemudian hasil tes itu diubah menjadi angka standar
kecerdasan. Inilah yang mendasari mengapa Gardner memunculkan teori multiple intelligences, yaitu sebuah teori
yang mengungkap tentang banyak kecerdasan yang dimiliki seseorang. Terdapat 8 kecerdasan dalam multiple intelligences
yang mampu meredefinisi ulang kecerdasan tunggal IQ sekaligus memberi perspektif baru terhadap berbagai teori
kecerdasan lain, seperti kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan spiritual SQ. Sekarang, multiple intelligences
telah menjadi paradigma besar semua lembaga pendidikan, tak terkecuali seluruh PAUD di Indonesia. Hanya saja, efek atau
dampak dari teori ini belum dapat dirasakan perannya bagi peningkatan kualitaas pendidikan. Dalam konteks ini,
pemberian perspektif multiple intelligences terhadap implementasi kurikulum PAUD 2013 diharapkan mampu
memandu peningkatan kualitas pembelajaran PAUD di Indonesia.
3. Model Pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Tahun 2013 untuk AUD Anak Usia Dini