PENDAHULUAN Analisis Kondisi Habitat Karang di Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit Lampung Selatan

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Provinsi Lampung terletak pada titik koordinat 3 o 45’ LS – 6 o 45’ LS dan 103 o 40’ BT – 105 o 40’ BT dengan garis pantai sepanjang 1.105 km 2 dan terdapat 69 buah pulau yang tersebar sepanjang wilayah Pantai Barat 210 km, Teluk Semangka 200 km, Teluk Lampung dan Selat Sunda 160 km, serta Pantai Timur 270 km Wiryawan et al. 2002. Bakauheni adalah sebuah kota pelabuhan di provinsi Lampung, tepatnya di ujung selatan Pulau Sumatera. Kawasan Perairan Bakauheni Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit merupakan wilayah Teluk Lampung dan Selat Sunda yang berada di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit memiliki potensi keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan tetapi sering terlupakan yaitu terumbu karang. Hasil penelitian Aldilla siap terbit, ditemukan tutupan karang hidup di pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit berkisar 11 sampai 63, karang mati 6 sampai 49.9, karang lunak 10 sampai 48.7, dan alga 1 sampai 39.6. Menurut Zamani dan Madduppa 2012, kriteria untuk kesehatan ekosistem terumbu karang yang masuk pada kategori pulau-pulau kecil memiliki tutupan karang hidup berkisar 75 sampai 100 dan alga 0 sampai 24.9, sehingga dapat dikatakan bahwa perairan pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Prajurit berada dalam kondisi buruk menuju sedang. Fakta lain adalah Keragaman jenis terumbu karang mengalami penurunan, kematian karang yang disebabkan oleh alga, berkembangnya Soft Coral SC secara pesat, dan rubble serpihan- serpihan karang merupakan ciri-ciri penurunan kualitas lingkungan di perairan tersebut. Kualitas air merupakan faktor yang membatasi keberadaan terumbu karang. Penurunan kualitas perairan baik secara fisika, kimia, dan biologi dapat mempengaruhi kondisi ekosistem terumbu karang di perairan pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Prajurit. Keberadaan bahan-bahan organik, nitrogen, posfat dan logam Pb dalam perairan juga menjadi hal penting dalam pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang. Secara alami karang pada pulau-pulau kecil dengan kondisi perairan normal dengan kisaran salinitas 32‰ sampai 35‰, kecerahan 5 meter, suhu 25 o C sampai 30 o C lazimnya memiliki tutupan karang hidup 75 Zamani dan Madduppa 2012. Rendahnya tutupan terumbu karang di Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit disebabkan oleh adanya kegiatan manusia antrophogenic causes yang terus meningkat baik kegiatan di daerah daratan maupun di daerah laut. Kegiatan daratan yang dapat menyebabkan menurunnya keberadaan terumbu karang antara lain: perubahan lahan menjadi lahan pertanian, pembangunan dan limbah rumah tangga merupakan kegaiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan masuknya bahan organik ke dalam badan perairan. Keberadaan unsur hara yang berlebih dapat memacu terjadinya penyuburan perairan eutrofikasi dan pertumbuhan makroalga dan tumbuhan air. Pertumbuhan secara pesat dapat menyebabkan blooming dan selanjutnya akan menyebabkan perebutan ruang dan tentu saja kesempatan tumbuhan air lebih besar untuk tumbuh dan berkembang. Kegiatan yang berbasis kelautan marine base activities yang terjadi di Perairan Bakauheni dan dapat menyebabkan degradasi terumbu karang adalah adanya logam berat yang dihasilkan dari kegiatan pelayaran, pembersihan kapal, dan juga penangkapan ikan menggunakan bahan peledak. Materi logam berat dapat menyebabkan kematian atau terganggunya pertumbuhan dan perkembangan serta karakteristik morfologi terumbu karang. Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dapat menyebabkan hilangnya luasan terumbu karang secara seketika dan cepat. Untuk mencegah kerusakan ekosistem terumbu karang dan terus menjaga arti penting keberadaannya dalam lingkungan perairan khususnya di daerah Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit maka diperlukan tindakan pengelolaan yang tepat, yang berdasarkan pada data-data ilmiah yang akurat. Pengelolaan tersebut sangat diperlukan untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi di Perairan Bakauheni. Kerangka Pikir Landasan penelitia ini dilakukan karena adanya kegiatan manusiaantropogenic causes di sekitar Perairan Bakauheni yang akan berdampak pada ketiga pulau yang berada di sekitar perairan tersebut. Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Prajurit memiliki potensi keanekaragaman hayati khususnya terumbu karang, tetapi kegiatan masyarakt yang merusak meningkat sejalan dengan meningkatanya kebutuhan manusia. Kegiatan manusia yang terlihat jelas dapat menyebabkan penurunan kualitas tutupan ekosistem terumbu karang di ketiga pulau antara lain: a Akumulasi bahan organik dan sedimen yang berasal dari pencucian daerah daratan dan konversi lahan menjadi lahan pertanian. Bahan- bahan organik berasal dari lahan pertanian dan sampah organik masyarakat yang terbawa aliran air menuju laut. Selain itu akumulasi bahan organik juga berasal dari sanitasi yang berada dikapal-kapal yang setiap waktu menyeberangi lautan yang di buang langsung ke badan air. b Akumulasi logam berat terutama Timbal Pb. Logam Pb berasal dari kapal-kapal yang aktif melakukan pelayaran yang melalui ketiga pulau. Logam Pb dan terkumulasi dalam perairan akibat adanya kegiatan pembersihan bagian bawah kapal, adanya kebocoran tangki bahan bakar, logam berat yang terlarut pada kolom air akibat dari ceceran minyak kendaraan yang berada di kapal dan terserapnya logam berat dari udara. Kegiatan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan perairan umumnya serta perubahan kondisi terumbu karang pada khususnya. Tingginya kerusakan terumbu karang akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem perairan dan mempengaruhi keberlangsungan kehidupan masyarakat di wilayah tersebut. Keberlanjutan sumberdaya alam yang ada maka pertama perlu diadakannya analisis kondisi terumbu karang kondisi tutupan dan tingkat mortalitas terumbu karang serta kualitas lingkungan baik kimia, fisika, dan biologi. Langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi pengelolaan yang tepat sehingga Ekosistem Terumbu karang Kegiatan manusia Anthropogenic causes Kondisi:  Tutupan karang hidup  Tutupan karang mati  Alga pencemaran  Rubble Destructive fishing  Biota indikator Bulu babi, Acanthaster plancii dll  Transportasi Laut  Pembangunan dermaga  Domestik  Pertanian  Kerusakan fisik  Akumulasi logam Pb Kualitas perairan:  Kimia DO, BOD, COD, NH 3 , NO 3 , PO 4  Fiska temperatur, kecerahan, kekeruhan, TSS  Biologi organisme perairan menurun Analisis kondisi karang dan kondisi lingkungan Saran kegiatan MCS Monitoring, Controlling and Surveillance ERA Ecological Risk Assessment Usul pengelolaan berkelanjutan Stop Bagaimana kondisi karang dan kondisi lingkungan di Perairan Bakauheni? Keterangan: : MCS dilakukan 1 tahun sekali : Analisis usul pengelolaan Baik Buruk pemanfaatan sumberdaya terumbu karang di ketiga pulau tersebut dapat berkelanjutan. Gambar 1.1 Diagram alir kerangka pemikiran Perumusan Masalah Beberapa permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah : 1 Adanya kegiatan manusia atau antropogenic causes yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan perairan sehingga menyebabkan rusaknya ekosistem terumbu karang. 2 Kerusakan terumbu karang disebabkan akumulasi bahan organik, nutrien dan logam Pb akibat aktivitas transportasi. 3 Belum adanya perencanaan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang cukup jelas di Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit dalam rangka pembangunan Jembatan Selat Sunda JSS. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Menganalisis kondisi karang Mortality index, tutupan karang hidup, kondisi lingkungan perairan dan hubungannya dengan kegiatan manusia antropogenic causes seperti pelayaran, pertanian, pembangunan dermaga, dan domestik. 2 Menganalisis dan merumuskan strategi pengelolaan terumbu karang yang mengarah kepada pengelolaan yang berkelanjutan. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1 Memberikan informasi ilmiah bagi masyarakat tentang kondisi terumbu karang di Pulau Rimaubalak, Kandangbalak, dan Panjurit Kabupaten Lampung Selatan. 2 Sebagai bahan pendukung kebijakan lingkungan perairan khususnya daerah pesisir di Kabupaten Lampung Selatan. 3 Merupakan bahan masukan serta pertimbangan bagi pengambilan kebijakan dan pihak terkait dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda JSS.

2. TINJAUAN PUSTAKA