Bahasa Melayu tumbuh dan berkembang menjadi bahasa Indonesia, yang karena berbagai hal waktu, politik, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi ia pun
berkembang hingga dalam wujudnya kini. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, maka muncul suatu Pemikiran
terwujudnya bahasa persatuan, yang sebenarnya tumbuh sejak kesadaran kebangsaan, dan lebih memuncak lagi setelah Dewan Rakyat pada tahun 1918
berpikir tentang bahasa persatuan yang sangat diperlukan untuk komunikasi dalam kehidupan sehari–hari. Dari hasil pemikiran para tokoh pergerakan dan
Dewan Rakyat, akhirnya dipilih bahasa Melayu dengan pertimbangan bahwa bahasa telah dipakai hampir sebagian rakyat Indonesia pada waktu itu. Sehingga
tokoh pergerakan yang senantiasa memperkenalkan bahasa Melayu kepada seluruh rakyat dengan pertimbangan bahasa Melayu telah mempunyai ejaan resmi
yang ditulis dalam Kitab Logat Melayu yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuysen. Dengan begitu pesatnya perkembangan bahasa Melayu di Indonesia dan dapat
menyebar luas ke seluruh pelosok Nusantara sehingga mendorong adanya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Oleh dasar itu, para pemuda
Indonesia yang bergabung dalam pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia atau bahasa pemersatu untuk seluruh bangsa
Indonesia.
2.3 Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama
8
atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu, seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis bahasa Indonesia resmi di akui
sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
1
Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Muhammad Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada
di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa
itu, bahasa Melayu lah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan”.
Akhirnya, pada Kongres Nasional kedua di Jakarta itu diumumkanlah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pasca-
merdeka. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, yaitu bahasa Jawa yangsebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu. Namun beliau memilih
bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
2.4 Alasan Bahasa Melayu diangkat Menjadi Bahasa Indonesia
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Nasional. Pertama, bahasa melayu telah digunakan sebagai bahasa
1
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Mata Kuliah Bahasa Indonesia Jakarta,2013, hal. 4.
9
kebudayaan, yaitu sebagai bahasa yang digunakan dalam buku-buku yang dapat digolongkan sebagai hasil sastra. Bahasa Melayu juga telah digunakan sebagai
bahasa resmi dalam masing-masing kerajaan nusantara yaitu sekitar abad ke 14. Selain itu harus diingat bahwa penyebaran bahasa Melayu bukan hanya terbatas
pada daerah sekitar selat Malaka atau Sumatera saja, jauh lebih luas dari itu. Ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya berbagai naskah cerita yang ditulis dalam
bahasa Melayu pada berbagai tempat yang jauh dari Malaka. Dengan datangnya orang-orang Eropa ke Indonesia, fungsi bahasa Melayu sebagai bahasa perantara
dalam perdagangan semakin intensif. Orang-orang Eropa malah tidak sadar telah ikut memperluas penyebaran
bahasa Melayu. Jadi, sejak lama, dari masa Sriwijaya juga Malaka yang saat itu merupakan pusat perdagangan, pusat agama, dan ilmu pengetahuan, bahasa
Melayu telah digunakan sebagai Lingua Franca atau bahasa perhubungan di berbagai wilayah Nusantara. Dengan bantuan para pedagang dan penyebar agama,
bahasa Melayu menyebar ke seluruh pantai di nusantara, terutama di kota-kota pelabuhannya. Akhirnya, bahasa ini lebih dikenal oleh penduduk Nusantara
dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya. Kedua, sistem aturan bahasa Melayu, baik kosa kata, tata bahasa, atau cara
berbahasa, mempunyai sistem yang lebih praktis dan sederhana sehingga lebih mudah dipelajari. Sementara itu bahasa Jawa atau bahasa Sunda mempunyai
sistem bahasa yang lebih rumit. Dalam kedua bahasa itu dikenal aturan tingkat bahasa yang cukup ketat. Ada tingkat bahasa halus, sedang, kasar, bahkan sangat
kasar, dengan kosa kata dan struktur yang berlainan.
10
Ketiga, kebutuhan yang sangat mendesak yang dirasakan oleh para pemimpin dan tokoh pergerakan akan adanya bahasa pemersatu yang dapat mengatasi
perbedaan bahasa dari masyarakat Nusantara yang memiliki sejumlah bahasa daerah. Bahasa itu harus sudah dikenal khalayak dan tidak terlalu sulit dipelajari.
Menurut Faisal dalam Kajian Bahasa Indonesia 2002:5.Kriteria ini terpenuhi oleh bahasa Melayu sehingga akhirnya bahasa inilah yang dipilih dan ditetapkan
sebagai bahasa Indonesia atau bahasa Nasional.
2.5 Peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Bahasa Indonesia