standar kadar air simplisia, sedangkan  bagian bunga  pada  setiap  sampel  belum  memenuhi
standar. Tingginya kadar air suatu bahan dapat disebabkan
oleh kurangnya
proses pengeringan  dan  mudahnya  bahan  tersebut
dalam menyerap
air setelah
proses pengeringan.
Kelembapan tempat
penyimpanan  sampel  juga  berpengaruh  besar terhadap kandungan air pada sampel tersebut.
Sampel setelah
pengeringan seharusnya
disimpan dalam tempat yang kedap udara dan tidak  lembap  agar  kandungan  air  dalam
sampel tersebut tidak bertambah.
Ekstraksi
Ekstraksi  suatu  sampel  dinyatakan  efektif apabila  banyak  senyawa  terambil  dalam
pelarut  yang  digunakan.  Banyaknya  senyawa yang
terekstraksi dalam
pelarut dapat
ditentukan  dengan  melihat  persen  rendemen yang  diperoleh.  Rendemen  ekstrak  air  dan
metanol  sampel  alamanda  diberikan  pada Tabel 3. Terlihat bahwa rendemen ekstrak air
maupun  metanol  pada  bagian  bunga  tertinggi untuk  semua  sampel,  diikuti  bertutur-turut
oleh bagian daun dan bagian batang. Sebagian besar  ekstrak  air  sampel  memiliki  rendemen
yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan ekstrak metanolnya.
Tabel 3  Rendemen ekstrak
air dan
metanol alamanda
a
Sampel Bagian
Rendemen ekstrak Air
Metanol
A. schottii Cikabayan1  Daun
31.36 30.76
Batang 14.22
11.98 Cipanas
Daun 20.70
28.14 Batang
5.89 15.74
Bunga 63.54
44.37 Cisarua
Daun 19.76
14.03 Batang
13.38 17.46
A. cathartica Cibirus
Daun 17.99
20.41 Batang
6.83 6.84
Bunga 33.34
32.06 Cikabayan 2
Daun 29.46
23.95 Batang
7.74 7.12
Bunga 35.75
46.55
Keterangan:
a
Contoh perhitungan rendemen ditunjukkan pada Lampiran 4 dan 5.
Fitokimia
Uji fitokimia
bertujuan mengetahui
kandungan  senyawa  metabolit  sekunder  yang terdapat  di  dalam  ekstrak.  Hasil  uji  fitokimia
ekstrak  air  dan  metanol  dapat  dilihat  pada Tabel 4.
Hasil pengujian untuk flavonoid  dan fenol pada  ekstrak  air  maupun  metanol  tidak
berbeda  jauh.  Senyawa  fenolik  seperti flavonoid cenderung mudah larut di dalam air
karena  sering  berikatan  dengan  gula  sebagai glikosida Harborne 1987.
Hasil  pengujian  fitokimia  tidak  terlalu berbeda  signifikan  antara  ekstrak  air  dan
metanol  dari  ekstrak  tanaman  A.  schottii. Ekstrak  air  A.  schottii  yang  mengandung
senyawa  flavonoid  adalah  ekstrak  daun, batang, dan bunga untuk sampel dari Cipanas,
ekstrak  daun  dan  batang  untuk  sampel  dari Cikabayan,  dan  ekstrak  daun  untuk  sampel
dari  Cisarua.  Pada  ekstrak  metanol,  hanya ekstrak  daun  dari  Cikabayan  yang  tidak
terdeteksi  mengandung  senyawa  flavonoid. Tanin  dan  fenol  terdeteksi  pada  ekstrak  air
dan  metanol  daun  A.  schottii  dari  setiap daerah  dan  untuk  sampel  dari  Cipanas,  tanin
dan  fenol  juga  terdeteksi  pada  ekstrak bunganya.
Ekstrak  air  dan  metanol  A.  cathartica yang terdeteksi mengandung flavonoid  adalah
ekstrak daun, batang dan bunga untuk sampel dari  Cibirus,  sedangkan  untuk  sampel  dari
Cikabayan  hanya  terdeteksi  pada  ekstrak daun.  Sementara  tanin  dan  fenol  terdeteksi
padaekstrak daun dan juga bunga.
Golongan senyawa
flavonoid yang
diketahui terdapat di dalam tanaman alamanda diantaranya
adalah isoflavon,
flavonol kaempferol  dan  kuersetin,  dan  flavanon
naringenin  Schmidt  et  al.  2006.  Banyak senyawa  golongan  flavonoid  telah  diketahui
mempunyai aktivitas
sebagai inhibitor
tirosinase, diantaranya
adalah golongan
senyawa  flavonol  kuersetin,  kaempferol,  dan mirisetin,  flavon  noratokarpetin,  flavanon
stepogenin,  flavanol  dihidromorin  dan taksifolin, isoflavan gliasperin C, glabridin,
kalkon,  dan  isoflavon  kalikosin  Chang 2009.
Alkaloid  merupakan  golongan  senyawa terbesar  yang  terdapat  di  dalam  tumbuhan.
Ekstrak  air  dan  metanol  setiap  bagian  sampel A.  cathartica  dari  setiap  daerah,  didapati
mengandung  senyawa  alkaloid.  Pada  ekstrak air sampel A. schottii, alkaloid terdeteksi pada
seluruh  bagian  tanaman  dari  setiap  daerah, kecuali bagian batang A. schottii dari Cipanas,
sedangkan untuk ekstrak metanolnya, alkaloid hanya  terdeteksi pada bagian  bunga dan daun
sampel  dari  Cipanas,  batang  sampel  dari Cikaban, dan daun sampel dari Cisarua.
Saponin  merupakan  glikosida  triterpena dan  sterol  yang  memiliki  sifat  seperti  sabun
Harborne 1987.
Hasil uji
kualitatif menunjukkan
bahwa senyawa
saponin diperoleh  pada  ekstrak  metanol  maupun  air.
Pada ekstrak air sampel A. cathartica saponin hanya  terdeteksi pada bagian  daun dan bunga
untuk  sampel  dari  Cikabayan,  sedangkan untuk  sampel  dari  Cibirus  saponin  terdeteksi
pada  bagian  batang  dan  bunga.Pada  ekstrak metanolnya,  saponin  terdeteksi  pada  bagian
daun  dan  batang  sampel  dari  Cikabayan  dan bagian daun sampel dari Cibirus.
Saponin  juga  terkandung  pada  sampel  A. Schottii.
Pada ekstrak
airnya, saponin
terkandung  pada  bagian  daun  dan  batang sampel  dari  Cikabayan,  bagian  bunga  sampel
dari  Cipanas,  dan  bagian  daun  sampel  dari Cisarua,  sedangkan  pada  ekstrak  metanolnya
saponin  terdeteksi  pada  bagian  daun  dan batang  sampel  dari  Cikabayan,  dan  bagian
daun dan bunga sampel dari Cipanas.
Terpenoid  merupakan  senyawa  yang  larut dalam  lemak,  umumnya  terkandung  dalam
bentuk  minyak  atsiri.  Metanol  memiliki kepolaran  yang  lebih  rendah  daripada  air
sehingga  dapat  mengekstraksi  senyawa  yang bersifat  non-polar. Oleh sebab itu, baik  untuk
ekstrak  air  A.  schottii  maupun  A.  cathartica tidak terdeteksi senyawa terpenoid, sedangkan