PERAN ASEAN DALAM PENANGANAN KONFLIK LAUT CHINA SELATAN (Studi Kasus: Konflik Perebutan Kepulauan Spartly dan Paracel)

SKRIPSI

PERAN ASEAN DALAM PENANGANAN KONFLIK
LAUT CHINA SELATAN
(Studi Kasus: Konflik Perebutan Kepulauan Spartly dan Paracel)

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik
Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:
AKIS JASULI
NIM : 08260093

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAM ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

MOTTO

Hidup terasa sulit bila kita memandangny a dari bukit

kesulitan, sebalikny a hidup terasa meny enangkan bila
kita merasakanny a dari sisi y ang optimis dan penuh
harapan!!!
Tidak ada kesulitan, y ang ada adalah sesuatu y ang baru
dan meny enangkan !!

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Allah
SWT atas rahmatnya dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan sebagaimana
mestinya. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari

segala kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sebagai bahan masukan
sehingga dapat berguna baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis serta kendalakendala yang ada maka penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak
akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak.
Hal terindah dalam hidupku, Aku persembahkan kepada semua keluarga
tetap HAPPY FAMILY penghuni ISTANA AGUNG khususnya untuk kedua
orang tua yang paling berperan dalam segala hal dalam kehidupanku.
Menghaturkan banyak terima kasih yang tak terhingga untuk Ayah dan Ibu. Untuk
Ayahanda H. JASULI dalam hidupku hanya ada dua nama seorang laki-laki
hebat, MUHAMMAD SAW dan Ayahku. Sampai kapan pun aku akan selalu
ingat

segala kasih sayangnya dan terima kasih untuk segalanya, dukungan,

dorongan, bimbingan, nasehat, perhatiaannya, dan kesabarannya, terima kasih
untuk semuaaaaaaaaanya Ayah...!. Untuk Ibunda AMRUNI. Terima Kasih aku

haturkan, Ibu selalu ada dalam menemani hidupku. Aku tidak bisa membalas
kasih sayang Ibu dengan semua yang aku miliki. Ibu memang perlu untuk marah
kalau ‘kepala batu’ ini terlalu keras, tapi aku tahu permen manapun di dunia ini
tidak pernah mengalahkan manis dan lembutnya Ibu. Aku cuma bisa bilang
MAAF dan TERIMA KASIH. Ibu...Ayah...!Maaf Sarjana-nya telat, maaf sudah

menyusahkan, maaf belum bisa membalas semua kebaikan Ayah dan Ibu. Aku
memang pemalas, tukang tidur, keras kepala,suka ego, suka menunda pekerjaan,
maaf dan terima kasih. Saat aku menangis, tersenyum, tertawa, jatuh, dan bangun.
Kau menyeka air mataku, kau memelukku saat aku jatuh, Kau tidak pernah
meninggalkan aku, kau selalu ada. Tidak peduli betapa buruknya aku, mereka
selalu menerima ku hanya dengan cara ku sendiri. Mereka tidak pernah
menuntutku. Mereka hanya ingin melihatku tersenyum menjalani hidup ini.
Mereka lebih mulia dari malaikat penjaga Surga. Karena sesungguhnya Mereka
malaikat pelindung dalam hidup ku. Untuk orang yang membuat aku selalu
semangat, damai, tentram, dan dia yang membuat detak jantungku yang selalu
bergelora setiap waktu, dia mimpi teridah sepanjang hidupku, bersama dia adalah
hal yang paling teridah yang pernah aku rasakan, mengenalkan aku arti hidup
yang sesungguhnya dia selalu di hatiku selamanya, dia yang kenalkan cinta sejati
yang sesungguhnya, dia yang kenalkan aku kesetiaan, ketulusan, kejujuran,
kesabaran, kebaikan, dan dia yang kenalkan aku semangat hidup yang lebih baik,
dia membuat aku memiliki sejarah hidup yang berarti, dia pendamping hidupku,
dia belahan jiwaku, dia adalah istri ku yang berselimut cinta yang mengebu, kasih
sayangnya tiada batas, dia AFRILIA WAHYUNI. Aku sangat berterima kasih

kepada Tuhan yang telah mengirim kamu sebagai malaikat tampa sayap dalam

hidupku dan seisi rumah kita. Semoga Tuhan selalu memberkati cinta dan hidup
kita bersama. Spesial untuk buah hatiku AGUNG AYATULLAH sebagai
motivasi hidupku. Untuk adikku yang selalu mengenalkan aku cinta yang penuh
dengan kesabaran adik AHMAD FAJRUN NIAM. Maaf yach sudah mau jadi
target dan sasaran kejahilanku, terima kasih sudah mau mengikhlaskan sepasang
telinganya jadi alat pendengar ocehanku tiap hari. Kita memang nakal namun kita
juga pejuang dalam kehidupan yang siap menjadi kebanggaan keluarga.
Penulis juga mengucapakan rasa syukur dan banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak

Dr.

Muhajir

Efendy,M.AP

sebagai

Rektor


Universitas

Muhammadiyah Malang
2. Seluruh Pembantu Rektor UMM PR I Prof. Dr. Bangbang Widagdo,
M.M, PR II Drs. Fauzan, M.Pd dan PR III Dr. Diah Karmiyati,Psi
3. Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
beserta seluruh staf dan karyawan.
4. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Ayusia
Sabhita Kusuma, M. Soc. Sc. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
Asep Nurjaman, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, atas segala kesabaran
untuk mengarahkan penulis dan kesediaan untuk meluangkan waktu bagi
terlaksananya proses penyusunan skripsi ini.
5. Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Bapak Tony Dian Effendi,
S.Sos., M.Si

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP
Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan

sebagian


ilmu dan pengetahuannya kepada penulis sejak awal hingga menjelang
penyelesaian studi di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.
7. Kawan-kawan HMI Korkom UMM, kawan-kawan angkatan 08 dan
seluruh kawan-kawan ku trima kasih untuk kebersamaan kita selama ini.
8. Trima kasih tak tehingga kepada seluruh kawan-kawan HMI Komisariat
FISIP UMM dan Forum Madzhab Djaeng: Forum for Multicultural
Studies and Social Sciences
9. Trima kasih pula kepada kawan-kawan HI 08 dan Malang School: Forum
for International Relations Studies.
10. Terima kasih akhir sebelum diakhiri pada sahabat yang tak bertepi
Hasyim, Burhan, Fian, Hamim, Anhar, Didi, Faruq, Andi, Lipi, Bayu,
Imam, Sahri dan seluruh kawan-kawanku.
Malang, 27 April 2013

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................................... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI .................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah … ...................................................................... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.3.2. Manfaat Penelitian… ............................................................. 6
1.4. Tinjauan Pustaka …… ..................................................................... 6
1.5. Landasan Konsep dan Teori … ........................................................ 10
1.5.1.Organisasi Internasional.......................................................... 10
1.5.2. Regionalisme………………… .............................................. 11
1.5.3. Regional Security Complex Theory………… ........................ 13
1.6. Metodelogi Penelitian ................. .................................................... 16

1.6.1 Ruang Lingkup ................................................................. 16

1.6.1.1. Batasan Materi .................................................... 16
1.6.1.2. Batasan Waktu .................................................... 16
1.6.2. Metode Penelitian ............................................................ 17
1.6.3. Level Analisis .................................................................. 17
1.6.4. Hipotesa........................................................................... 17
1.6.5. Metode Pengumpulan Data .............................................. 18
1.6.6. Metode Analisis Data ....................................................... 18
1.6.7. Sistem Penulisan .............................................................. 19
BAB II GAMBARAN UMUM ASEAN DAN KONFLIK LAUT CHINA
SELATAN TERKAIT PEREBUTAN KEPULAUAN SPARTLY DAN PARACEL
2.1 Sejarah Pembentukan ASEAN .......... ............................................ 21
2.2 Tujuan dan Prinsip ASEAN ……… ............................................... 22
2.2.1. Tujuan .................................................................................. 22
2.2.2. Prinsip ................................................................................. 23
2.3 Struktur Organisasi ASEAN ........................................................... 23
3.3.1.Struktur ASEAN Berdasarkan Deklarasi Bangkok .................. 23
3.3.2. Struktur ASEAN Berdasarkan KTT Kuala Lumpur 1977 ....... 24
2.4 Kepulauan Spartly dan Paracel ....................................................... 25

2.4.1 Kepulauan Spartly ................................................................. 25
2.4.2 Kepulauan Paracel ................................................................. 26
2.5 Konflik Laut China Selatan ............................................................ 26
2.6 Profil Laut China Selatan .............................................................. 27
2.7 Ruang Lingkup Laut China Selatan ............................................... 31
2.8 Negara-negara yang Berkonflik di Laut China Selatan … .............. 35
2.9 Klaim Negara-negara .................................................................... 39

BAB III UPAYA ASEAN DALAM PENANGANAN KONFLIK PEREBUTAN
KEPULAUAN SPARTLY DAN PARACEL DI KAWASAN LAUT CHINA
SELATAN
3.1 Signifikansi Konflik Laut China Selatan ......................................... 44
3.2 Instrumen Mencegah Konflik Laut China Selatan ..… .................... 46
3.3 ASEAN dalam Penanganan Konflik Laut China Selatan................. 51
3.4 Tingkat Penanganan Konflik Laut China Selatan ........................... 53
3.4.1 Kerjasama Politik dan Keamanan ......................................... 53
3.4.2 ASEAN Way dan ASEAN Regional Forum (ARF) ............... 56
3.5 Perundingan Bilateral dan Multilateral ............................................ 63
3.5.1 Perundingan Bilateral ............................................................ 63
3.5.1.1 Perundingan China dan Vietnam ................................ 63

3.5.1.2 Perundingan China dan Philipina ................................ 69
3.5.1.3 Perundingan Malaysia dan Vietnam… ........................ 71
3.5.2 Perundingan Multilateral ........................................................ 24
3.6 Upaya ASEAN dalam The Declaration on the Conduct of Parties in South
China Sea dan Code of Conduct…..................................................... 74
BAB IV ANALISIS KETERLIBATAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN
KONFLIK PEREBUTAN KEPULAUAN SPARTLY DAN PARACEL DI
KAWASAN LAUT CHINA SELATAN
4.1 Konflik Kepulauan Spartly Dan Paracel dalam Perspektif ASEAN .... 76
4.2 Faktor China dalam Konflik Kawasan… ........................................... 79
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 84
5.2 Saran-saran ..................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Chong Kwa and K. Skogan John, By Guan, 2007, Maritime Security in South
East, Asia, New York : Routledge
Cipto, Bangbang, 2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara Teropang
Terhadap Dinamika, Kondisi Riil dan Masa Depan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rudi, T. May, 2009, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung: Refika
Aditama
Jr.Nye, Joseph, 1968, International Regionalism : Reading, Boston: Little Brown
And Company
Hurrell, Andrew and Fawceet, Louis, 1995, Regionalism in World Politic :
Organization and International Order, New York: Oxford University
Press
Holsti, K.J, 1992, International Politics : A Framework of Analysis, London:
Prentice Hall International Inc
Farrel, Marry, 2005, The Global Politic of Regionalism : A Introduction, London:
Pluto Press
Buzan, Barry and Wæver, Ole, 2003, Regions and Powers The Structure of
International Security, Cambridge: Cambridge University Press
Buzan, Barry, 1991, People,State and Fear: An Agenda for International Security
Studies in The Post-Cold War Era, London: Harvester Weatsheat
Silalahi, Ulber, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama
Mas’oed, Mohtar, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin & Metodologi,
Jakarta: LP3ES
Usman, Asnani, 1981, Konflik Batas-batas Teritorial di Kawasan Perairan Asia,
Strategi dan Hubungan Internasional Indonesia di Kawasan Asia
Pasifik, Jakarta: CSIS
Direktoral Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,
2007, ASEAN Selayang Pandang, Jakarta
Evans, Gareth, 2006, The responsibility to protect: Ending Mass Atrocity Crimes
Once And For All, Washington D.C: Brookings Institution Press

JURNAL/SKRIPSI/MAJALAH/ARTIKEL
Skripsi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah
Malang tahun 2012
Skripsi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah
Malang tahun 2012
Skripsi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah
Malang tahun 2010
Leifer, Michael, 1997, Regionalism,Global Balance and South East Asia, Analisis
CSIS, NO XII
Zhao Hong, Energy Security Concerns of China dan ASEAN: trigger for conflict
or cooperation in the South China Sea?, dalam Asia Europe Jurnal, 6
November 2010
Triwahyuni, Dewi, Signifikansi Kawasan Asia Tenggara dalam Kepentingan
Amerika Serikat, Majalah Ilmiah UNIKOM,Vol.9,No,1
Tobias Ingo, Nischalke, 2000, Insights from ASEAN’s Foreign Policy Cooperation: The ASEAN Way, a Real Spirit or a Phantom? Dalam
Contemporary Southeast Asia, Volume 22, Number 1
Simon S.C. The ASEAN Regional Forum: Preparing for Preventive Diplomacy.
Contemporary Southeast Asia, Volum 19, No 3

SURAT KABAR
Kompas, Tahun Berat bagi ASEAN, edisi 08 Agustus 2012
Kompas, Makmur Keliat: Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, China Sebagai
Ancaman?, edisi 08 Agustus 2012
Kompas, Singapura Desak China Jelaskan Klaim, edisi, Selasa 21 Juni 2012
Kompas, China Tantang Vietnam Perang, edisi, Rabu 22 Juni 2012
Kompas, Isu Laut China Selatan Harus Dituntaska, edisi, Rabu 1 Junuari 2012
Kompas, Kode Tata Berperilaku Dibahas secara Maraton, edisi 14 Semptember
2012

WEBSITE
http://jaringnews.com/politik-peristiwa/opini/18875/asrudin-problem-kedaulatandi-laut-china-selatan, diakses pada tanggal 17 Juli 2012
http://www.majalahinfovet.com/2009/12/visi-asean-2020-saling-peduli-dan.html,
diakses pada tanggal 17 November 2012
http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik-internasional/472
sengketa-kepulauan- spratly-tantangan-bagi-indonesia-sebagai-ketua-asean2011, diakses pada 12 Juli 2011
http://epub.cnki.net/grid2008/detail.aspx?filename=WENW197410000&dbname=
CJFQ1979, diakses pada tanggal 26 Juni 2011
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/115-november-2010/980-potensikonflik-di-kawasan-laut-china-selatan. bandung, Diakses tanggal 1november-2010-menteri-lua.html, diakses tgl 1 November 2010
http://judiono. com/2009/01/05/mencermati-sengketa-teritorial-laut-cinaselatan/htm, diakses tanggal 05 Januari 2012
http://irjournal.webs.com/apps/blog/show/4113964.html, diakses tanggal 09
November 2011
http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict.s
html, diakses tanggal 16 Januari 2012
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20237812-T28585-Respon%20Taiwan.pdf,
diakses 24 April 2011
http://www.eia.gov/EMEU/cabs/South_China_Sea/pdf.pdf, diakses 02 Maret
2008
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/09/110908_chinaphilipina.shtml,
diakses pada tanggal 2 Maret 2012
http://jaringnews.com/internasional/asia/27864/don-emerson-ada-kesenjanganchina-asean-soal-laut-china-selatan, diakses pada tanggal 7 November 2012
http://www.kawasanperbatasan.com/kawasan-perbatasan-dapat-china-diajak-kemeja-perundingan-internasional/, diakses pada tanggal 7 September 2010
http://international.sindonews.com/read/2013/02/20/40/719891/china-tolakpermintaan-arbitrase-filipina, diakses pada tanggal 23 Februari 2012
http://www.antaranews.com/berita/1321154212/konflik-laut-china-selatanganggu-sumber-perikanan, diakses pada tanggal 23 April 2011
http://www.kawasanperbatasan.com/kawasan-perbatasan-dapat-china-diajak-kemeja-perundingan-internasional/, diakses pada tanggal 20 Juni 2010

http://internasional.kompas.com/read/2012/04/17/18253935/Vietnam.dan.China.S
aling.Tuduh.s al.Laut.Cina.Selatan, diakses pada tanggal 17 April 2012
http://csis.org/publication/jmsu-tale-bilateralism-and-secrecy-south-china-sea,
diakses pada tanggal 27 Juli 2010
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/373135-eksplorasi-minyak-vietnam-picuketegangan-di-laut-sengketa, diakses pada tanggal 7 Desember 2012
http://www.bisnis.com/umum/politik/22908-indonesia-dorong-peningkatankeamanan-laut-china-selatan, diakses pada tanggal 12 September 2011
http://www.jamestown.org/single/?no_cache=1&tx_ttnews%5Bswords%%205D=
8fd5893941d69d0be3f378576261ae3e&tx_ttnews%5Bany_of_the_words%
5D=turkey&tx_ttnews%20%5Bpointer%5D=26&tx_ttnews%5Btt_news%5
D=34140&tx_ttnews%5BbackPid%%205D=381&cHash=866f830700,
diakses pada 4 November 2008
http://www.risingpowersinitiative.org/wpcontent/uploads/policycommentary_mar
2012_southchinasea.pdf, diakses pada tanggal 21 Mei 2012
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2012/07/201273124725247147.html,
diakses pada tanggal 04 Juli 2012
http://www.aseansec.org/26467.htm, diakses pada tanggal 20 Juli 2011
http://www.thejakartapost.com/news/2012/07/17/insight-without-unity-nocentrality.html, diakses pada tanggal 17 Juli 2012
http://www.kemlu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=5717&l=id, diakses pada tanggal
24 Juli 2012
http://www.ehow.com/about_5044074_definition-code-conduct.html, diakses
pada tanggal 25 Mei 2012
http://focustaiwan.tw/ShowNews/WebNews_Detail.aspx?Type=aIPL&ID=20120
9090022, diakses pada tanggal 09 September 2012
http://www.eastasiaforum.org/2012/08/04/disputed-waters-are-rising-in-the-southchina-sea/, diakses pada tanggal 4 Agustus 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu persoalan yang paling mendasar dan krusial yang dapat memicu
konflik antara negara adalah masalah perbatasan. Termasuk negara-negara
anggota ASEAN yang mempunyai persoalan dengan perbatasan, terutama
mengenai garis perbatasan di wilayah perairan laut dengan negara-negara
tetangga. Apabila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasifik juga
menghadapi masalah yang sama. Anggapan bahwa situasi regional sekitar tiga
dekade ke depan tetap aman dan damai, mungkin ada benarnya, namun di balik
itu sebenarnya bertaburan benih konflik, yang dapat berkembang menjadi
persengketaan terbuka.
Laut China Selatan telah lama dianggap sebagai sumber utama
ketidakstabilan tensi di Asia Timur dan Asia Tenggara. Mengatasi resiko untuk
kemungkinan konflik diatas sengketa pengklaiman di Laut China Selatan telah
menjadi tantangan yang signifikan dalam hubungan internasional. Tantangan ini
sekarang ditemui, sebagian besar melewati konsultasi diplomatik antara negara
anggota ASEAN dan China. Secara khusus, upaya yang cukup besar telah
dikeluarkan lebih dari dekade yang lalu dalam membangun sebuah pengendalian
yang kooperatif untuk Laut China Selatan yang dapat membantu mengurangi
potensi konflik yang telah lama muncul di wilayah tersebut.

1

Perairan di Laut China Selatan merupakan konflik yang kompleks dan
melibatkan banyak negara. Isu – isu yang menjadi persinggungan adalah
pelayaran dan navigasi, batas teritorial negara, serta kepemilikan Kepulauan
Spratly dan Paracel. Negara – negara yang terlibat meliputi Republik Rakyat
China (RRC), Taiwan, Philipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam.
Persinggungan – persinggungan kepentingan antar negara – negara ini sering kali
menimbulkan ketegangan politik antar negara. 1 Belakangan ini Philipina dan
Vietnam bersitengan dengan China di perairan dekat beting Scarborough. 2 Kedua
negara saling mengirim kapal ke perairan itu demi menunjukkan eksistensi
masing-masing. Selain itu Philipina dan China juga saling mengancam dan
menyebut pihak lain telah melanggar wilayah kedaulatan negara lainnya. Hal ini
merupakan sebuah ancaman bagi perdamaian dunia mengingat kawasan Laut
China Selatan merupakan kawasan strategis dan jalur pelayaran dunia.
Kepulauan Spratly dan Paracel menjadi objek sengketa yang paling
banyak diperebutkan oleh negara – negara di kawasan ini. Kepulauan Spartly
diklaim oleh enam negara (China, Taiwan, Vietnam, Philipina, Malaysia, dan
Brunei), dan kepulauan Paracel diklaim oleh tiga Negara (China, Taiwan, dan
Vietnam).

3

Dan di awal abad ke-20, China memperluas klaimnya sampai

Kepulauan Paracel, pada tahun 1974 dan 1988 China dan Vietnam terjadi konflik
militer yang disebabkan terjadinya perseteruan karena adanya kepentingan dua
negara terkait isu tambang minyak di kepulauan tersebut.4

1

Edited by Guan, Chong Kwa and K, Skogan John, 2007, Maritime Security in South East Asia,
New York: Routledge, hal 49
2
Kompas, Tahun Berat bagi ASEAN, edisi 08 Agustus 2012
3
http://jaringnews.com/politik-peristiwa/opini/18875/asrudin-problem-kedaulatan-di-laut-chinaselatan, diakses pada tanggal 17 Juli 2012
4
Bangbang Cipto, 2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara Teropang Terhadap Dinamika,
Kondisi Riil dan Masa Depan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 206

2

Sengketa territorial atas Kepulauan Spratly dan Paracel selalu menyangkut
kepentingan nasional negara-negara yang mengklaimnya. Kedaulatan nasional
dan integritas wilayah adalah hal yang biasa untuk dipermasalahkan. Semua
negara pengklaim menganggap kepentingan ini sebagai yang utama. Inilah alasan
dimana negara begitu mempersiapkan segala hal dengan begitu luar biasa untuk
membela citra, kehormatan, dan kebanggan nasional. Perairan ini juga
mengandung nilai strategis yang menjadi salah satu kepentingan negara
pengklaim. Jalur pelayaran di perairan ini merupakan rute pelayaran dunia dan
melintasi Kepulauan Spratly. Kontrol atas kepulauan ini berarti dominasi atas rute
pelayaran di Asia Pasifik. China dan begitu juga negara – negara yang terlibat
sengketa, percaya akan cadangan gas alam dan minyak bumi yang melimpah di
perut bumi di dasar Laut China Selatan. Menipisnya suplai energi untuk
pembangunan ekonomi, membuat banyak negara mengincar hak eksplorsi mineral
di perairan ini.
Untuk mencegah terjadinya eskalasi konflik, negara – negara di ASEAN
dan juga China berusaha untuk melakukan resolusi konflik secara damai. Konflik
di Laut China Selatan telah dimulai sejak tahun 1974, hingga saat ini proses
perdamaian yang diupayakan sering mengalami pasang surut.5 Isu sengketa klaim
atas Kepulauan Spratly dan Paracel menjadi perhatian bagi ASEAN karena
sengketa ini menyangkut keamanan regional, hubungan antara negara anggota
ASEAN dimana 4 negara di ASEAN mengajukan klaim atas kepulauan tersebut,
serta keterlibatan kekuatan besar di luar keanggotaan ASEAN, yakni China dalam

5

Guan, Op.cit., hal 49

3

konflik tersebut. Oleh karena itu ASEAN melalui ASEAN Regional Forum (ARF)
membentuk suatu manajeman penyelesaian konflik secara damai bagi negara
anggota ASEAN dan China. Salah satu produk ARF untuk mendamaikan konflik
di wilayah tersebut, dikeluarkanlah The Declaration on the Conduct of Parties in
South China Sea yang diratifikasi pada tahun 2002. 6 Dalam deklarasi antara
ASEAN dan China ini disepakati bahwa sengketa territorial di Laut China Selatan
tidak akan menjadi isu internasional atau isu multilateral.
Kenyataannya terjadi perang klaim dan upaya-upaya penguasaan atas
kawasan Laut China Selatan. Kepemilikan sejumlah pulau-pulau kecil di Laut
China Selatan memperbesar masalah ini sehingga menimbulkan ketegangan
tentang hak atas Laut Teritorial atau Landasan Kontinen. Persoalannya menjadi
semakin kursial karena klaim-klaim tersebut saling tumpang tindih yang
disebabkan karena masing-masing negara mengklaim kepemilikannya yang
berdasarkan versinya sendiri, baik secara historis maupun secara legal formal
(tertulis), demi kepentingan masing-masing negara.
ASEAN sebagai organisasi regional berkepentingan menjaga stabilitas
keamanan di kawasan Asia Tenggara, khususnya dalam mengatasi konflik di Laut
China Selatan. Melihat situasi yang semakin rumit, maka ASEAN mulai bertindak
dan ikut turun tangan menanggapi persoalan klaim teritorial yang terjadi di
wilayah Laut China Selatan. Karena jika konflik ini tidak ditanggapi dengan
serius dan dibiarkan begitu saja maka segala bentuk kerjasama di kawasan Laut
China Selatan bisa kehilangan daya dukung dan tidak berkelanjutan selain itu juga
6

Gareth Evans, 2006, The responsibility to protect : Ending Mass Atrocity Crimes Once And For
All, Washington D.C: Brookings Institution Press, hal 181

4

dapat megancam keamanan negara-negara ASEAN, peranan yang sudah
dilakukan oleh ASEAN untuk mengatasi konflik di kepulauan Spratly dan Paracel
yaitu dengan cara menyerukan kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk
menahan diri dan menghentikan penggunaan kekuatan militer serta memperkuat
transparansi kerjasaam politik dan keamanan antara negara-negara Asia Pasifik,
khusus antara negara-negara ASEAN yang terlibat dalam konflik. 7
Adapun ASAEN sebagai organisasi regional yang cukup memiliki
pengaruh dan memiliki peran yang sangat penting dalam penyelesaian konflik
Laut China Selatan. Hal ini penting untuk dilakukan karena stabilitas kawasan
Asia Tenggara berikut Laut China Selatan merupakan modal utama dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi, bukan hanya bagi negara-negara anggota
ASEAN, tetapi juga bagi mitra ASEAN, mengingat Laut China Selatan
merupakan jalur laut utama bagi lalu lintas perdagangan Asia Pasifik.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas penyusun
merumuskan masalah sebagai berikut :
Mengapa ASEAN memiliki peranan dan posisi dalam penanganan konflik
kawasan Laut China Selatan terkait perebutan kepulauan Spartly dan Paracel ?

7

Kompas, Makmur Keliat, Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia, China Sebagai Ancaman?, edisi 08 Agustus 2012

5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran dan
posisi ASEAN penanganan konflik Laut China Selatan.
1.3.2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik aspek

teoritis maupun praktis.
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membrikan manfaat dan
berkontribusi pada pengembangan ilmu dan pengetahuan, khususnya
dalam disiplin ilmu hubungan internasional.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membrikan manfaat dan
menjadi masukan bagi ASEAN dalam rangka adanya berbagai masalah
terkait konflik Laut China Selatan.

1.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian Terdahulu
Hisyam dalam penelitianya yang menguraikan “Kepentingan ASEAN
dalam proses terbentuknya komunitas Asia Timur (East Asia Comumity)”.8
yang ditulis dalam skripsinya terkait pentingnya kerjasama perluasan yang
dilakukan oleh ASEAN dan sekaligus merangkai negara-negara Asia Timur yang
perekonomiaan sangat maju dan membentuk sebuah entitas yang lebih
terintegrasi. Namun adanya faktor yang menghambat dalam pembentukan
8

Skripsi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang tahun
2012

6

komunitas tersebut tentunya menjadi kendala tersendiri bagi ASEAN. Faktor
tersebut kurangnya kemauan dari negara-negara Asia Timur sendiri untuk
melakukan kerjasam dan negosiasi di antara mereka. Perluasan kerjasama ini bisa
diamati dari munculnya kerjasama ASEAN+3 dan usaha pembentukankomunitas
Asia Timur yang mencakup negara-negara anggota ASEAN dan Asia Timur yang
memperkuat kerjasama di bidang politik, keamanan sosial, ekonomi, budaya, dan
pembangunan untuk kepentingan nasional kedua negara.
Yang membedakan dengan penelitian ini bahwa ASEAN dilihat dari
perannya terhadap konflik Laut China Selatan dianggap masalah bersama bagi
beberapa anggota ASEAN dan di luar keanggotaanya seperti China, Taiwan,
Malaysia, Brunai Darussalam, Philipina dan Vietnam sama sama safe dalam
menangani konflik Laut China Selatan. Sedangkan di atas itu mengupayakan
pembentukan ASEAN+3 dalam tujuan ekonomi.
Dewi Fitri dalam tulisannya dengan judul “Kepentingan ekonomi dan
politik China dalam ASEAN-China free trade angreement (ACFTA)”. 9
Penelitian ini menjelaskan kepentingan ekonomi dan politik china dalam ASEANChina free trade agreement (ACFTA) dengan melihat kebutuhan domistik China.
China sebagai Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan telah menjadi
Negara industry membutuhkan sumber daya alam khususnya energy guna
keberlanjutan proses ekonominya dan memerlukan strategi politik yang kuat dan
damai untuk melindungi kepentingan ekonomi tersebut.

9

Skripsi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang tahun
2012

7

Penelitian diatas jelas berbeda dengan penelitian ini karena penelitian
diatas hanya membahas kepentingan China dalam negara-negara ASEAN terkait
ACFTA. Sedangkan penelitian ini bermaksud membahas kepentingan beberapa
Negara anggota ASEAN dan China yang memiliki kepentingan dalam
penanganan konflik Laut China Selatan.
Deviana Prasetyani dalam tulisannya yang berjudul “Upaya pemerintah
Indonesia dalam mencapai kepentingan nasional di Laut China Selatan”.10
Hasil penelitian ini menjelaskan bagaimana dalam kasus sengketa kepulauan
Natuna di Laut China Selatan untuk menjaga perdamain menjadi potensi konflik
menjadi potensi kerjasama dengan cara (peace making and peace building)
menyelenggarakan kerjasama antar negara-negara yang terlibat konflik. Indonesia
mengharapkan terciptanya keadaan dan kemauan politik (political will) negaranegara yang menklaim kepemilikan pulau-pulau di perairan Natuna yang
mencakup sebagian wilayah Laut China Selatan untuk duduk bersama untuk
mencari win win solution yang tepat dan bisa diterima masing-masing pihak yang
bersengketa sehingga Indonesia bisa mencegah terjadinya perang terbuka antara
negara yang berkonflik.
Penelitian diatas sama-sama memiliki objek masalah Laut China Selatan
namun subjek dari penelitian diatas dilihat dari kepentingan Indonesia dalam
menangani konflik Laut China selatan. Meskipun memiliki kesamaan namun
objek penelitian diatas jelas berbeda dengan penelitian ini karena penelitian ini
memiliki subjek peran ASEAN dalam penanganan konflik Laut China Selatan.
10

Skripsi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang tahun
2010

8

Tabel 1: Hasil Perbandingan Penelitian Terdahulu
No.

Nama

Judul

Hisyam

Kepentinagan

Metodelogi Penelitian
Deskriptif dengan konsep

Hasil Penelitian
Perluasan kerjasama di

ASEAN dalam proses dan teori regionalism

Asia Timur dengan

terbentuknya

(Economic Union and

munculnya kerjasama

komunitasa Asia

Suppra Nasional Union)

ASEAN+3 sebagai upaya

1

Timur

yang dilakukan

Dewi Fitri Kepentingan ekonomi Eksplanatif dengan

2

Tercapainya kepentingan

dan politik China

konsep dan teori pilitik

China dalam hal ekonomi

dalam ASEAN-China

luar negari, kepentingan

yang meliputi perluasan

Free Trade

nasional, perdangangan

pasar, pemenuhan

Agreement (ACFTA)

bebas, dan soft power

kebutuhan sumber daya
alam, dan perluasan
investasi

Deviana

Upaya pemerintah

Deskriptif dengan konsep

Indonesia dapat

dan teori kepentingan

mempengaruhi

mencapai

nasional, kekuatan negara,

perekonomian, keamanan

kepentingan nasional

keamaman laut, dan

laut dan batas wilayah

di Laut China Selatan

geopolitics

territorial untuk

Prasetyani Indonesia dalam
3

kepentinagn nasionalnya

4

Akis

Peran ASEAN dalam

Eksplanatif dengan

Untuk menjaga stabilitas

Jasuli

penanganan konflik

konsep dan teori

keamanan kawasan

Laut China Selatan

organisasi internasional,
regionalism dan regional
security complex

9

1.5 Landasan Konsep dan Teori
1.5.1

Organisasi Internasional
Organisasi secara sederhana dapat didefinisikan oleh T. May Rudi sebagai:
“Any Cooperative arregement instituted among states, ussually by a basic
agreement, to perfome some mutually adventegious functions implemented
trough periodic and staff activities”
Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara

negara-negara, umumnya berlandaskan persetujuan dasar, untuk melaksanakan
fungsi-fungsi yang memberi mamfaat timbal balik yang diejawantahkan melalui
pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staff secara berkala.11
Perkembangan yang pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui
organisasi internasional, telah makin menonjolkan organisasi internasional yang
bukan hanya melibatkan aktor negara (government), tetapi juga aktor non
pemerintah (non-government). Meskipun demikian negara tetap menjadi aktor
dominan didalam bentuk-bentuk kerjasama internasional, tetapi perlu diakui
eksistensi organisasi non-pemerintah semakin berkembang.
Dengan demikian, organisasi internasional didefinisikan secara lengkap
dan menyeluruh sebagai:
“Pola kerjasama yang melintasi lintas-lintas negara, dengan didasari
struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan
untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan
melembaga guna mengusahakan terciptanya tujuan-tujuan yang diperlukan serta

11

T. May Rudi, 1998, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung: Refika Aditama, hal 2

10

disepakati bersama, baik antara pemerinta dengan pemerintan maupun antara
sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda.12
1.5.2

Regionalisme
Joseph Nye,Jr mendefinisikan region atau kawasan regional sebagai

sejumlah negara yang saling berkaitan karena hubungan geografis dan derajat
interdependensi yang pembentukannya saling menguntungkan.13
Pendapat lain mengenai konsep regionalisme diberikan pula oleh Michael
Leifer mengatakan bahwa regionalisme dinilai muncul karena adanya berbagai
hal, seperti adanya kedekatan geografis dan identitas, atau karena adanya
keuntungan timbal balik bila saling bekerjasama atau karena adanya ancaman
eksternal.14
Sama halnya dengan Joseph Nye, Louis Fawceet dan Andrew Hurrell, 15
juga melihat bahwa istilah regionalisme bisa mengacu pada bentuk kerjasa sama
negara yang berada dalam satu kawasan. Kerjasama tersebut untuk mencapai
berbagai tujuan. Di satu sisi berguna sebagai wadah melakukan respon terhadap
tantangan dari luar kawasan dan untuk mengkoordinasikan posisi regional dalam
institusi internasional atau forum regosiasi. Disisi lain, berguna juga sebagai
wadah untuk mencapai kesejahtraan untuk mempromosikan nilai-nilai bersama
dan untuk memecahkan masalah bersama terutama yang muncul dari semakin
meningkatnya interdependensi regionalisme.
12

Ibid
Joseph, Jr.Nye, 1968, International Regionalism : Reading, Boston: Little Brown And Company,
hal 54
14
Michael Leifer, 1997, Regionalism,Global Balance and South East Asia, Analisis CSIS, NO
XII, November, hal 55
15
Louis Fawceet and Andrew Hurrell, 1995, Regionalism in World Politic : Organization and
International Order, New York: Oxford University Press, hal 42-53

13

11

Lain halnya menurut K.J Holsti, dalam proses kerjasama dapat dilihat
bagaimana negara saling mendekati penyelesaian yang akan digagasi atau
diusulkan oleh suatu negara, yang mana dalam hal ini membahas suatu isu atau
permasalahan, lalu kemudian sejumlah negara merundingkan bagaimana
penyelesaian bersama, dan berakhir mengakhiri perundingan dengan membuat
suatu perjanjian atau pengertian tertentu yang memuaskan kedua belah pihak.16
Banyak transaksi dan interaksi kerjasama yang terjadi secara langsung
antara negara dengan beberapa negara lainnya yang menghadapi masalah atau isu
hal tertentu yang mengandung kepentingan bersama. Usaha kerjasama lainnya
dilakukan oleh berbagai organisasi dan lembaga internasional, yang mana
didasarkan pada setiap kedaulatan negaranya. Kerjasama biasanya hanya dibuat
sesuai dengan keinginan anggotanya, dimana kedepannya akan tercapai bentuk
kerjasama.17
Alasan mengapa penetapan kerjasama Asia Tenggara begitu sangat
penting. Alasan tersebut secara akademik tidak terdapat persepektif tunggal yang
dapat diterima secara luas untuk menjelaskan motif-motif kerjasama regional.
Marry Farrel, misalnya menyatakan bahwa terdapat dua premis dasar untuk
memahami regionalisme. Pertama, regionalisme dipandang sebagai tanggapan
terhadap globalisasi dan juga suatu reaksi terhadap aspek-aspek yang sangat
beragam dari proses globalisasi itu. Kedua, regionalisme dipandang sebagai
produk dari dinamika internal dari satu kawasan, berikut motivasi dan strategi-

16

K.J Holsti, 1992, International Politics : A Framework of Analysis, London: Prentice Hall
International Inc, hal 209
17
Ibid

12

strategi dari para aktor regionalisme.

18

Premis yang berbeda ini tentu saja

membawa implikasi yang khas dalam kajian tentang kerjasama keamanan
regional. Implikasi yang khas tersebut ialah beragam faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa kerjasama regional diberbagai
kawasan semakin menguat dalam dua dasawarsa terakhir.
1.5.3

Regional Security Complex Theory
Buzan dan Wæver telah mendefinisikan kompleks keamanan regional

sebagai ide sentral dalam regional security complexes theory yang merupakan
ancaman lebih mudah melalui jangka pendek daripada jangka panjang, saling
ketergantungan keamanan biasanya ke dalam kelompok yang berbasis regional.
Dengan proses sekuritisasi maka tingkat saling ketergantungan keamanan yang
lebih intens antara aktor di dalam kompleks tersebut daripada aktor yang di luar19
Regional security complexes theory didefinisikan oleh Buzan dan Wæver
adalah

teori

yang

menekankan

perhatiannya

pada

signifikansi

unsur

regional/kawasan dalam memahami dinamika keamanan internasional, yaitu
melalui pembentukan Regional Security Complexes. Definisi region/kawasan
dalam Teori Regional Security Complex mengatakan bahwa kawasan merupakan
sebuah sub sistem dalam hubungan yang signifikan dan terpisah,yang berada
antara kelompok negara yang terkait dalam kedekatan geografis satu dengan yang
Regional security complexes theory didefinisikan oleh Buzan dan Wæver
adalah

teori

yang

menekankan

perhatiannya

18

pada

signifikansi

unsur

Marry Farrel, 2005, The Global Politic of Regionalism : A Introduction, London: Pluto Press,
hal 120
19
Barry Buzan and Ole Wæver, 2003, Regions and Powers The Structure of International Security,
Cambridge: Cambridge University Press, hal 45- 46

13

regional/kawasan dalam memahami dinamika keamanan internasional, yaitu
melalui pembentukan Regional Security Complexes. Definisi region/kawasan
dalam Teori Regional Security Complex mengatakan bahwa kawasan merupakan
sebuah sub sistem dalam hubungan yang signifikan dan terpisah,yang berada
antara kelompok negara yang terkait dalam kedekatan geografis satu dengan yang
lainnya. Relasi antara negara dalam suatu kawasan dapat dilihat dari dua hal yaitu
Amity dan Enmity.20 Amity (persahabatan) merupakan hubungan yang mengatur
dari pertemanan antara negara menjadi sebuah hubungan yang lebih baik dan
dekat yang diharapkan menuju pada perlindungan dan dukungan dalam hal
keamanan sedangkan enmity adalah hubungan yang dibentuk negara- negara
didalam kawasan yang dilatar belakangi oleh rasa saling curiga dan ketakutan.
Barry

Buzan

mendifinisikan

regional

security

complex

sebagai

sekumpulan negara yang karena satu dan lain hal memiliki kedekatan, yang lantas
membuat negara-negara tersebut tergabung dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Konfleksitas keamanan adalah fenomena yang berakar pada faktor
sejarah,geopolitik dan hasil intraksi antar negara.
Konfleksitas keamanan kawasan merupakan sebuah definisi dari pola
hubungan amity dan enmity yang terjadi dalam ruang lingkup geografis terbatas
yang biasanya merupakan hasil dari efek hubungan permusuhan dalam jangka
waktu yang lama dimasa lalu. Dalam

melakukan analisis dalam konfleksitas

keamanan kawasan dapat digunakan empat level yaitu :21

20

Barry Buzan, 1991, People,State and Fear : An Agenda for International Security Studies in The
Post-Cold War Era, Second Eddition, London: Harvester Weatsheat, hal 18-19
21
Ibid., hal 51

14

1. Kondisi keamanan kawasan bersumber pada kondisi keamanan domistik di
sebuah negara. Apabila suatu negara itu mengalami ketidak stabilan akan
dikuatirkan akan berdampak pada kondisi keamanan negara lain.
2. Kondisi keamanan kawasan terbentuk oleh hubungan satu negara dengan
negara lain dikawasan tersebut.
3. Keamanan kawasan dipengaruhi oleh intraksi yang terbangun oleh suatu
kawasan dengan tetangga kawasan yang lain.
4. Keamanan kawasan terbentuk oleh kekuatan global yang berperan
dikawasan tersebut.
Karena sifatnya yang terbatas pada lingkup geografis kawasan dan sifat dari
keamanan kawasan tersebut yang bertahan lama dapat kemungkinan evolusi.22
1. Mempertahankan status qua
Mempertahankan status qua dalam arti tidak ada perubahan yang
signifikan yang dapat merubah struktur keamanan kawasan.
2. Transformasi internal
Merupakan sebuah perubahan keamanan kawasan yang terjadi dan
disebabkan oleh faktor dalam kawasan tersebut, tampa adanya campur
tangan dari luar kawasan tersebut.
3. Transformasi eksternal
Terjadi apabila ada aktor diluar geografis tersebuat ikut campur dalam
merubah inti yang membentuk keamanan kawasan tersebut.

22

Ibid., hal 53

15

Pada realitanya isu-isu keamanan nontraditional tidak dilakukan hanya
dalam batas dalam negeri tapi bersifat transnasional artinya jaringan yang lintas
batas negara, sehingga dari permasalahan tersebut suatu negara dalam
menciptakan perdamaian perlu melibatkan negara lain khususnya kawasan karena
hal tersebut lebih efektif.

1.6 Metodelogi Penelitian
1.6.1

Ruang Lingkup

1.6.1.1 Batasan Materi
Agar penelitian ini lebih tererah dan tetap sasaran maka batasan materi
penelitian ini adalah penelitian ini membahas peranan dan posisi ASEAN dalam
penanganan konflik wilayah Laut China Selatan.
1.6.1.2 Batasan Waktu
Penelitian ini berikan batasan waktu yang jelas, maka batas waktu
penelitian waktunya pada tahun 2002 sampai tahun 2012. Pada tahun 2002
ASEAN dan China menandatangani The Declaration on the Conduct of Parties in
South China Sea, dimana ini merupakan kesepakatan multilateral pertama yang
dilakukan oleh China dalam masalah konflik kawasan Laut China Selatan. Hal ini
dimaksudkan agar memudahkan penulis dalam mengklasifikasikan data-data yang
ada, mengingat konflik di Laut China Selatan masih bergulir dan cenderung
fluktuatif.

16

1.6.2

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengunakan metode penelitian eksplanatif.

Penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan antara dua variable atau lebih.
Penelitian eksplanasi dapat dilakukan untuk menguji hipotesis. 23
1.6.3 Level Analisis
Dari penelitian ini, peran ASEAN sebagai unit analisa atau disebut juga variabel
dependen karena peran ASEAN yang akan peneliti jelaskan mengenai

langkah

ASEAN dalam melakukan penanganan dalam konflik kawasan. Sedangkan konflik
Laut China Selatan merupakan unit eksplanasi atau variable independen karena dalam
penelitian ini penulis akan menjelaskan fenomena yang hendak dianalisa oleh penulis.
Dilihat dari variabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa unit eksplanasinya berada
pada tingkat yang sama dengan unit analisisnya, maka penelitian ini bersifat
korelasionis.24 Artinya ASEAN dan Kawasan Laut China selatan sama-sama memiliki
level yang sama.
1.6.4

Hipotesa
Upaya dan peran ASEAN dalam mewujudkan cooperative security untuk

menjamin keamanan sebagai organisasi regional dalam mencari solusi
penanganan konflik Laut China Selatan terkait perebutan kepulauan Spartly dan
Paracel. Langkah yang diupayakan ASEAN terdiri daripenyelesaia secara damai
melalui pertemuan multilateral dengan dialog seperti ARF, penegasan The
Declaration on the Conduct of Parties in South China Sea 2002 dan perundinganperundingan dalam pertemuan ASEAN.
23

Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama, hal 30
Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin & Metodologi, Jakarta: LP3ES,
hal 39

24

17

Upaya dan langkah-langkah peran ASEAN dalam penanganan konflik laut
China Selatan terkait perebutan kepulauan Spartly dan Paracel sudah dilakukan
oleh ASEAN denagn kerjasama menyelesaikan konflik tersebut tujuanya untuk
merespon

perilaku China di Laut China Selatan yang

dapat mengancam

terganggunya stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara. Langkah-langkah
tersebut sudah dilakukan ASEAN sebagai upaya membangun persepektif
keamanan bersama di kawasan Asia Pasifik. Sehingga dapat meminimalisir atau
mencegah munculnya konflik terbuka dan menciptakan perdamaian yang
mengarah pada harmony of interest antara negara-negara di kawasan tersebut
mudah tercapai.
1.6.5

Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan

data berupa telaah pustaka (Library Research) yaitu dengan cara pengumpulkan
data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti baik berupa
buku, artikel, dokumen, internet, majalah maupun surat kabar.
1.6.6

Metode Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif berupa studi kasus

artinya penulis berusaha menampilkan beberapa fakta yang terjadi dari beberapa
sumber yang menggambarkan situasi di kawasan Laut China Selatan melalui data
yang ada serta mencari kaitan keduanya melalui analisis terhadap fakta dan data
yang tersedia.

18

1.6.7

Sistem Penulisan
Agar maksud dari penelitian ini dapat dipahami denagn cermat,maka

peneliti menerapkan sistematiaka penulisan sebagai berikut:
Dalam Bab I Memuat Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teoritis, Hipotesa, Metode
Pengumpulan Data, Metode Analisis Data, dan Sistematika Penulisan.
Dalam Bab II Menguraikan gambaran umum ASEAN dan konflik laut china
selatan terkait perbutan kepulauan Spartly dan Paracel, sejarah pembentukan
ASEAN, tujuan dan prinsip ASEAN, struktur organiasasi ASEAN, profile
Spartly dan Paracel, Konflik laut China selatan, Profile laut china selatan,
ruang lingkup laut china selatan, dan negara-negara yang berkonflik di Laut
China Selatan yang bermula dari munculnya klaim – klaim dari Republik
Rakyat China (RRC), Taiwan, Philipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan
Vietnam terhadap kawasan di perairan ini terkait perebutan Kepulauan
Spartly dan Paracel.
Dalam Bab III Menguraikan upaya ASEAN dalam penanganan konflik
perebutan kepulauan Spartly dan Paracel di Laut China Selatan, signifikansi
konflik Laut China Selatan bagi ASEAN, instrument mencegah konflik Laut
China Selatan, ASEAN dalam penanganan konflik Laut China Selatan,
tingkat penanganan Konflik Laut China Selatan, ASEAN Way dan ARF,
perundingan bilateral dan multilateral, upaya ASEAN dalam The
Declaration on the Conduct of Parties in South China Sea dan Code of
Conduct.

19

Dalam Bab IV Menguraikan mengenai analisis keterlibatan ASEAN dalam
penyelesaian konflik perebutan kepulauan Spartly dan Paracel, konflik
kepulauan Spartly dan Paracel dalam pandangan ASEAN, factor China
dalam konflik kawasan.
Dalam Bab IV Menguraikan mengenai kesimpulan dari tulisan ilmiah ini.

20