KONFLIK DAN SOLUSI LAUT CHINA SELATAN

Majalah Komunikasi dan Informasi

Konlik dan Solusi Laut China Selatan dan
dampaknya bagi ketahanan Nasional
Kolonel Karmin Suharna, SIP. , MA

B

enturan kepentingan antar
negara-negara di kawasan
manapun berpotensi
menyebabkan konlik dan
bisa menciptakan instabilitas baik
secara global maupun regional, konlik
kepentingan yang bersumber dari
kepentingan ekonomi, politik, sosial
apabila tidak di manage dengan baik,
bisa berujung terjadinya konlik secara
langsung yang melibatkan kekuatan
militer antar negara-negara tertentu yang
merasa national interest mereka terusik.

Demikian halnya dengan perkembangan
konlik klaim wilayah teritori di laut
China selatan yang melibatkan 6 (enam)
negara, 4 (empat) negara anggota ASEAN
(Malaysia, Philipina, Vietnam, Brunei)
dengan China dan Taiwan, menurut
argumennya masing–masing bahwa
sebagian wilayah laut China selatan
adalah wilayah kedaulatannya, bagi
Indonesia meskipun tidak termasuk
Claimant state tapi ada bagian dari pulau
Natuna apabila China memaksakan
klaim teritori akan masuk wilayah China,
maka konlik di Laut China Selatan akan
melibatkan Indonesia juga. Apabila
konlik LCS berkelanjutan dan tidak ada
solusi yang tepat, maka tidak mustahil
akan terjadi konlik terbuka yang
menggunakan kekuatan militer seperti
MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012


http://www. murphyonpiracy. com/wp-content/uploads/2012/09/china_ninedash_line. jpg

33

Majalah Komunikasi dan Informasi
apa yang menjadi salah satu prinsip
klasik Clausewitz tentang perang di buku
The Nature of War yang menyatakan
sbb ” War is a mere continuation of
policy by other means” War is not merely
a political act, but also a real political
instrument, a continuation of political
commerce, a carrying out of the same
by other means, yang artinya bahwa
perang hanyalah kelanjutan sebuah
kebijakan menggunakan cara lain,
Perang bukanlah hanya sebuah tindakan
politik tetapi merupakan sebuah alat
politik nyata, kelanjutan dari politik

perdagangan dan dikerjakan seperti cara
lainnya.
Ungkapan ini terbukti karena
konlik militer skala kecil sudah terjadi
antara China, Taiwan dan 2 Claimant
states (Vietnam dan Philipina) diLaut
China Selatan dengan fakta sbb:
China vs Vietnam tahun 1988, kedua
angkatan laut bentrok di Johnson Reef
Kepulauan Spratly yang menyebabkan
beberapa kapal laut Vietnam tenggelam
dan 70 prajurit AL Vietnam. gugur,
Taiwan vs Vietnam tahun 1995, Taiwan
menembakan arteleri ke kapal angkatan
laut Vietnam, China vs Philipina tahun
1996 tiga kapal patroli AL China terlibat
baku tembak hampir 90 menit dengan

Kapal AL Philipina di kepulauan Spratly.
Potensi konlik militer skala besar bisa

saja terjadi kedepan apabila sengketa
wilayah ini tidak terselesaikan dengan
baik.
Ketika hal ini terjadi maka perang
tidak hanya antara China dan Claimant
states di LCS (4 anggota ASEAN), juga
akan melibatkan konlik China dengan
Amerika Serikat. Sebagai negara power
Amerika Serikat pasti mempunyai
kepentingan Ekonomi, Politik juga Militer
di laut China selatan. Karena saat ini
harus jujur diakui sudah ada persaingan
pengaruh antara Amerika Serikat dan
China diberbagai aspek dilingkungan
global termasuk di Asia, meskipun hal
ini dibantah secara halus oleh Amerika
Serikat seperti apa yang diungkapkan
oleh Hilary Clinton pada saat kunjungan
ke China yang mengatakan bahwa
“President Barack Obama’s administration

did not want “unhealthy competition”
between the Paciic powers”, yang
artinya bahwa Amerika Serikat tidak
menginginkan terjadinya persaingan
yang tidak sehat antara dua kekuatan di
Paciic.
Walaupun ada sengketa wilayah di
LCS, Sebagai Smart Super Power China
sadar betul kemungkinan keterlibatan

militer Amerika Serikat apabila terjadi
serangan militer oleh China terhadap
salah satu Claimant states di LCS, dan
China tidak akan gegabah bertindak
menggunakan kemampuan militernya
untuk memenuhi ambisi menguasai
wilayah yang di klaim di LCS, oleh karena
itu kemungkinan China policy untuk
kasus LCS masih akan mengedepankan
kepentingan ekonominya. Bagi Claiman

States LCS anggota ASEAN (Vietnam,
Philipina, Malaysia dan Brunei) termasuk
Indonesia meskipun statusnya saat
ini non Claimant States, kerangka
penyelesaian sengketa secara Hukum
Politik dan Diplomatik dengan frame
work ASEAN harus menjadi prioritas
karena langkah ini sangat adaptable
ditinjau dari berbagai aspek. Potensi
konlik di Laut China Selatan apabila
tidak solusi yang tepat akan memberi
dampak bagi kondisi regional dan punya
efek bagi kondisi Ketahanan Nasional
Indonesia.
MENGAPA LAUT CHINA SELATAN
SANGAT PENTING
Sebuah kawasan atau negara
dibelahan bumi ini akan menjadi
primadona bagi kawasan atau negara
lain manakala kawasan atau Negara


http://southchinaseastudies. org/en/images/stories/us_navy_100215-n-8421m-071_the_guided-missile_destroyers_uss_sampson_ddg_102_and_uss_pinkney_ddg_91_operate_in_the_south_china_sea. jpg

34

MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

Majalah Komunikasi dan Informasi
yang paling melimpah. Sebagian
besar hidrokarbon kawasan LCS
dieksplorasi oleh Brunei, Indonesia,
Malaysia, Thailand, Vietnam, dan
Filipina. Perkiraan menurut United
States Geological Survey dan sumber
lain-lain menunjukkan bahwa
sekitar 60% -70% dari hidrokarbon
di LCS adalah gas sementara itu,
penggunaan gas alam di wilayah
ini diproyeksikan akan tumbuh
sebesar 5% per tahun selama dua

dekade mendatang, diperkirakan
bisa mencapai sebanyak 20 triliun
kaki kubik (Tcf ) per tahun lebih
cepat daripada bahan bakar lainnya.
Potensi kandungan cadangan
minyak dan gas di LCS ini juga telah
memicu semakin intensifnya situasi
klaim teritorial dari negara-negara
yang terlibat. (lihat peta (GAMBAR.
2) urutan angka yang ada dikotak

Gambar 1

tersebut mempunyai aspek strategis
yang bisa mempengaruhi baik langsung
maupun tidak langsung terhadap
kepentingan kawasan dan negara
tertentu. Demikian halnya dengan kasus
LCS, ada dua aspek yang membuat LCS
menjadi penting bagi Negara manapun

sbb:
1. Letak Strategis. Secara Geograi
Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh
negara pantai (RRC dan Taiwan,
Vietnam, Kamboja,Thailand,
Malaysia, Singapura, Indonesia,
Brunei Darussalam, Filipina).
Luas perairan Laut Cina Selatan
mencakup Teluk Siam yang dibatasi
Vietnam, Kamboja, Thailand dan
Malaysia serta Teluk Tonkin yang
dibatasi Vietnam dan RRC. Kawasan
Laut Cina Selatan (LCS) merupakan
kawasan bernilai ekonomis, politis
dan strategis yang sangat penting,
kondisi geograis posisinya yang
strategis sebagai jalur pelayaran
perdagangan (SLOT) dan jalur
komunikasi internasional (SLOC)
yang menghubungkan Samudera

Hindia dan Samudera Pasiik. Hal
ini telah merubah jalur laut China
selatan menjadi rute tersibuk di
dunia, karena lebih dari setengah
perdagangan dunia berlayar
melewati Laut China Selatan
setiap tahun. (lihat slide Why South
China Sea Important? Ttg data
perdagangan 3 Negara raksasa
ekonomi: India, Amerika Serikat dan
Jepang). Diperkirakan lebih dari
setengah dari jumlah kapal kapal
super tanker dunia melewati jalur
laut ini. lihat peta di GAMBAR. 1.
2. Potensi ekonomi dan pentingnya
MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

geopolitik termasuk kandungan
kekayaan Alam yang ada di
dalamnya telah menyebabkan

terjadinya konlik klaim wilayah
antara China dan sebagian negara–
negara anggota ASEAN yang berada
wilayah laut China Selatan. Menurut
data Kementrian Geologi dan

Gambar 2

Sumber Daya Mineral Daya Republik
Rakyat Cina (RRC) memperkirakan
bahwa wilayah Spratly mempunyai
cadangan minyak dan gas alam 17,7
miliar ton (1. 60 × 1010 kg), lebih
besar di banding Kuwait negara
yang menempati ranking ke 4 yang
mempunyai cadangan minyak
terbesar dunia saat ini dengan
jumlah 13 miliar ton (1,17 × 1010
kg). Sementara kandungan gas
alam di Laut Cina Selatan mungkin
merupakan sumber hidrokarbon

adalah sumber daya alam yang
sudah di ekplorasi Claimant states
dan non Claimant States di LCS)
Kedua faktor penting yang diuraikan
diatas adalah alasan rational yang
menyebabkan wilayah LCS menjadi
sengketa antara 4 (empat) negara
ASEAN (Vietnam, Philipina, Malaysia
dan Brunei) dengan Cina dan Taiwan,
penyelesaian permanen masalah LCS
berdasarkan hukum internasional dan
harus disepakati oleh semua pihak yang
bertikai adalah solusi terbaik agar tidak

35

Majalah Komunikasi dan Informasi
menimbulkan potensi konlik militer.
Namun harus diakui bahwa sengketa
LCS adalah persoalan yang tidak mudah
serta membutuhkan waktu yang
panjang, bagi Indonesia meskipun tidak
termasuk Claimant State tetapi juga
punya kepentingan di LCS, karena konlik
klaim wilayah secara tidak langsung
dengan China telah terjadi sekarang,
menyangkut wilayah NKRI yakni Pulau
Natuna, Khususnya Natuna Blok A.
Persepsi masing-masing Claimant
States tentang legalitas kepemilikan
Wilayah LCS.
Pihak yang bertikai mempunyai
argument argument masing-masing
untuk melegetimasi klaim kepemilikan
wilayah yang disengketakan menurut
versinya masing-masing seperti dibawah
ini sbb:
- China beranggapan bahwa LCS
merupakan wilayah kedaulatannya,
China berpedoman pada latar
belakang sejarah China kuno ttg
peta wilayah kedaulatan China.
Menurut China Pulau, pulau dan
wilayah laut LCS ditemukan oleh

pendahulu China yakni Dinasti
Han sejak 2 abad sebelum Masehi
yang pada abad 12 sebelum
Masehi oleh Dinasti Yuan pulau
pulau dan wilayah laut di LCS di
masukkan kedalam peta teritori
China kemudian diperkuat dengan
Dinasti Ming dan Dinasti Qing pada
abad ke 13 sebelum masehi. Pada
awal ke-19 dan abad ke 20 Cina
mengemukakan bahwa kepulauan
Spratly jaraknya kurang lebih 1. 100
km dari pelabuhan Yu Lin (P. Hainan)
sebagai bagian dari kepulauan
Nansha dan Kepulauan Paracel yang
terletak di sebelah utara Kepulauan
Spratly, jaraknya kurang lebih 277,8
km dari Pulau Hainan sebagai
bagian dari Kepulauan Xisha bagian
dari provinsi Hainan. Pada tahun
1947 China memproduksi peta
Laut China Selatan dengan 9 garis
putus-putus dan membentuk huruf
U, serta menyatakan semua wilayah
yang ada di dalam di garis merah
terputus putus itu adalah wilayah
teritori China. Sejak tahun 1976 Cina

-

-

telah menduduki beberapa pulau di
Kepulauan Paracel dan pada tahun
1992 hukum Cina menegaskan
kembali klaim tsb.
Meskipun Taiwan masih dianggap
bagian utuh dari Cina, tapi Taiwan
pun sama mengklaim kepemilikan
di wilayah LCS, klaim oleh Taiwan
juga tidak ada argumen hukum yang
jelas, saat ini Taiwan menguasai
Pulau Aba [Taiping Dao], satusatunya pulau terbesar di antara
pulau-pulau di kepulauan Spratlys.
Klaim Vietnam didasarkan pada latar
belakang sejarah ketika Perancis
tahun 1930-an masih menjajah
Vietnam saat itu kepulauan Spratly
dan Paracel dibawah kontrol
Perancis. Setelah merdeka dari
Perancis Vietnam mengklaim
kedua pulau tsb, serta memakai
argumen dasar landas kontinen.
Vietnam mengklaim kepulauan
Spratly sebagai daerah lepas pantai
provinsi Khanh Hoa. Klaim Vietnam
mencakup area yang cukup luas di
Laut Cina Selatan dan Vietnam telah

Gambar 3

36

MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

Majalah Komunikasi dan Informasi
menduduki sebagian Kepulauan
Spratly serta Kepulauan Paracel
sebagai wilayahnya.
- Philipina mengklaim Spratly
berdasarkan pada prinsip landas
kontinen serta eksplorasi Spratly
oleh seorang penjelajah Filipina
pada tahun 1956, menurut data
penjelajah Philipina bahwa pulaupulau yang diklaim adalah: 1) bukan
bagian dari Kepulauan Spratly,
dan 2) tidak milik oleh negara
manapun serta terbuka untuk
diklaim. Tahun 1971, Philipina
secara resmi menyatakan 8 pulau di
Spratly sebagai bagian dari provinsi
Palawan. Ada 8 pulau yang klaim
dan dikuasai Philipina di Spratly, luas
total lahan pulau-pulau ini adalah
790. 000 meter persegi.
- Klaim Malaysia berdasarkan
atas sebagian wilayah di Spratly
didasarkan pada prinsip landas
kontinen, berkaitan dengan hal itu
Malaysia telah membuat batas yang
diklaimnya dengan koordinat yang
jelas. Malaysia telah menempati tiga
pulau yang dianggap berada dalam
landas kontinennya. Malaysia telah
mencoba untuk membangun garis
antar pulau dengan mengunakan
pasir dan tanah.
- Brunei Tidak mengklaim pulaupulau, tetapi mengklaim bagian dari
Laut Cina Selatan terdekat sebagai
bagian dari landas kontinen dan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pada
tahun 1984,
- Brunei mengumumkan ZEE yang
meliputi Louisa Reef di Kepulauan
Spratly.
- Indonesia tidak termasuk claimant
states wilayah laut China selatan
khususnya Kepulauan Spratly.
Namun, klaim Cina dan Taiwan
di Laut China Selatan dengan 9
garis terputus dan bentuk hurup
U mencakup kepada landas
kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia, ZEE secara otomatis
mencakup ladang gas Indonesia
yang di pulau Natuna.
Pijakan hukum resmi Claiman States
terhadap LCS khususnya 4 anggota
ASEAN (Vietnam, Malaysia, Philipina
dan Brunei termasuk Indonesia juga
meskipun statusnya Non Claimant
MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

http://gdb. voanews. eu/982A1D89-D445-45DC-AEBA-B885DC795F14_mw1024_s. jpg

State) mengacu pada Konvensi PBB
tentang Hukum Laut (UNCLOS (United
Nation Convention Law Of The Sea))
yang ditandatangani oleh 119 negara
di Teluk Montego Jamaika tanggal 10
Desember 1982. Konvensi ini ditujukan
untuk memperjelas ketentuan batas laut
suatu negara. UNCLOS 1982 merupakan
Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang
memuat upaya paling komprehensif
PBB untuk menciptakan sebuah
peraturan terpadu untuk tata kelola
hak-hak negara di dunia terhadap lautan.
Perjanjian itu membahas sejumlah
topik, termasuk hak navigasi, hak-hak
ekonomi, pencemaran laut, konservasi
kehidupan laut, eksplorasi ilmiah,
pembajakan, dan banyak lagi. Dengan
diberlakukannya UNCLOS PBB, berharap
sengketa perbatasan setiap Negara
yang mempunyai wilayah laut bisa
diselesaikan. Untuk memperjelas lihat
peta (GAMBAR 3) yang dikeluarkan PBB
Konvensi PBB tentang Hukum laut
(UNCLOS) yang ratiikasi oleh negara
anggota PBB tahun 1982 memberikan

pengaruh terhadap sengketa wilayah
oleh Claimant States dan Non Claimant
State di LCS, bagian penting dari UNCLOS
ini adalah memberikan hak kepada
setiap Negara untuk menjadikan lautan
dengan radius 200 mil dari daratan
sebagai EEZ (Exclusive Economic Zone).
EEZ merupakan lautan yang diberikan
hak aktor Negara untuk dieksploitasi dan
digunakan kepentingan perekonomian
secara domestik Negara. Wilayah
lautan diluar dari wilayah EEZ ini akan
dianggap sebagai International Waters
(Perairan Internasional) yang tidak boleh
dieksploitasi oleh Negara. Vietnam,
Taiwan, Filipina, Brunei, Malaysia dan
AS merupakan beberapa Negara yang
terus menerus memaksa agar China
mentaati resolusi yang berdasarkan pada
UNCLOS yang disebutkan diatas. Bagi
China ratiikasi ini merugikan karena
wilayah teritori yang klaim China berupa
titik merah yang membentuk hurup U
bertentangan dengan prinsip Konvensi
PBB tentang Hukum laut (UNCLOS 1982).
Lihat peta di (GAMBAR 4) klaim wilayah

37

Majalah Komunikasi dan Informasi
di Laut China Selatan masing-masing
Negara di LCS.
PROSPEK MANAJEMEN
PENYELESAIAN KONFLIK.
Konlik secara umum merupakan
perbedaan kepentingan yang
melibatkan oleh 2 pihak atau lebih
demikian halnya pertikaian dan sengketa
wilayah antara China dan Claimant states
di LCS yang selama ini terjadi karena
adanya disintegrasi kepentingan antar
kedua pihak yang bertikai, ada beberapa
kemungkinan solusi sengketa LCS sbb:
1. Penggunaan kekuatan Militer.
Clausewitz, mengungkapkan
bahwa“ War therefore is an act of
violence intended to compel our
opponent to fulil our will”. Perang
adalah tindakan kekerasan yang
bertujuan untuk menundukkan
musuh agar mau mengikuti
keinginan kita (pihak tertentu).
Timbul pertanyaan di benak kita,
apakah akan terjadi ungkapan ini
untuk kasus LCS, mari kita cermati
peta kekuatan militer, China vs
Claimant states di LCS. Secara
matematis kekuatan militer China
jauh diatas baik dari aspek kwantitas
dan kwalitas dibandingkan dengan

Tabel 1

38

5 negara (4 Claimant States dan
1 non Claimant State) meskipun
anggaran pertahanan dan kekuatan
militer mereka di gabung, tetap
masih terjadi ketidak seimbangan
kekuatan, ini bisa lihat dari besarnya
jumlah anggaran pertahanan, man
power dan kondisi alut sista China
terkini vs gabungan anggaran
pertahanan dan kekuatan militer 5
negara (4 Claimant States dan 1 non
Claimant State). Lihat (TABEL 1)
Apabila China menggunakan
kekuatan militer untuk memaksakan
kehendaknya penguasaan sebagian
besar wilayah LCS, maka tidak
mustahil akan terjadi konlik militer
yang akan melibatkan Amerika
Serikat sebagai salah satu negara
Super power yang mempunyai
kepentingan strategis secara
Ekonomi, Politik dan Militer di
kawasan LCS. Begitu pentingnya
kawasan Laut China Selatan bagi
Amerika Serikat, sehingga kebijakan
A. S mengenai LCS dituangkan di
buku strategi pertahanan Amerika
Serikat 2012 hal 2, yang menyatakan
” while the U. S. military will continue
to contribute to security globally,
we will of necessity rebalance

toward the Asia-Paciic region. Our
relationships with Asian allies and
key partners are critical to the future
stability and growth of the region.
The maintenance of peace, stability,
the free low of commerce, and of U.
S. inluence in this dynamic region
will depend in part on an underlying
balance of military capability and
presence. Over the long term, China.
’s emergence as a regional power will
have the potential to afect the U. S.
economy and our security in a variety
of ways”, artinya sbb: Militer AS
akan terus memberikan kontribusi
terhadap keamanan global, tetap
menyeimbangkan kepentingan
terhadap kawasan Asia-Pasiik.
Hubungan dengan sekutu dan
mitra kunci di Asia sangat penting
bagi stabilitas masa depan serta
pertumbuhan kawasan. Terciptanya
perdamaian, stabilitas, jalur bebas
perdagangan, serta pengaruh AS
di kawasan yang dinamis akan
tergantung pada keseimbangan
yang mendasari kemampuan militer
dan kehadiran. Munculnya China
sebagai kekuatan regional dalam
jangka panjang akan memiliki
potensi yang mempengaruhi
perekonomian dan keamanan
AS dalam berbagai aspek. Dari
tulisan yang termuat di dalam buku
terungkap bahwa bagi Amerika
Serikat China merupakan ancaman
jangka panjang di Asia yang perlu
diperhitungkan.
Harus diakui bahwa meskipun
saat ini perekonomian Amerika
Serikat sedang mengalami krisis,
tapi dominasi Amerika Serikat di
bidang inovasi tehnologi termasuk
militer masih belum bisa tersaingi
oleh negara manapun termasuk
oleh China, hal ini bisa di lihat
perbandingan besarnya Defence
Budget (anggaran pertahanan) dan
jumlah alut sista yang dimiliki China
saat masih kalah sama Amerika
Serikat. Lihat tabel perbandingan
(TABEL 2).
Dominasi Amerika Serikat di
bidang Militer di dunia termasuk
di kawasan Asia Pasiic sudah
lama ada sejak Perang dingin di
mulai dan berahir hal ini sejalan
MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

Majalah Komunikasi dan Informasi

Tabel 2

dengan doktrin militer Amerika
Serikat yang di jamin dengan
UUnya agar AS ikut bertanggung
jawab untuk keamanan Global,
telah diimplementasikan sejak
lama, hal ini bisa dilihat dengan
cara Amerika Serikat membagi
dunia menjadi 6 (tujuh) wilayah
tanggung jawab militernya sbb:
USNORTHCOM (United States
Northern Command) wilayah Alaska,
Canada, Mexico, USSOUTHCOM
(United States Southern Command)
untuk Amerika tengah dan selatan,
USEUCOM (United States European
Command) Eropa, USCENTCOM
(United States Central Command)
untuk Timur Tengah, Afrika Utara
dan Asia Tengah, USSOCOM
(United States Special Operations
Command) (Komando operasi
khusus), USAFRICOM (United States
Africa Command) untuk Afrika.
Sedangkan USPACOM (United States
Paciic Command) bertanggung
jawab untuk wilayah Asia Paciic,
dimana China menjadi satu wilayah
tanggung jawabnya. )
Dari aspek dislokasi, disposisi dan
kemampuan alut sista yang dimiliki
sangat mudah bagi AS untuk
mengerahkan kekuatan militernya
ke wilayah manapun didunia
demikian halnya di Asia Amerika
Serikat ada dalam posisi yang
menguntungkan karena mempunyai
perjanjian pertahanannya terutama
Australia, Jepang dan Korea Selatan
sehingga mempunyai Military base
MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

di ketiga negara tersebut, aspek
ini semakin membuat China ada di
posisi yang tidak menguntungkan,
hal ini di yakini menjadi salah satu
pertimbangan bahwa China tidak
akan menggunakan kekuatan militer
menyerang Claimant sates di LCS
untuk menyelesaikan sengketa
wilayah, meskipun China capable
untuk hal tersebut, karena China
tahu betul bahwa Amerika Serikat
tidak akan berpangku tangan
apabila Cina menyerang salah satu
Claimant sate di LCS. Bagi China
penyelesaian kasus LCS saat ini
kemungkinan berpedoman pada
salah satu Prinsip teori perang Sun
Tzu seorang Jenderal ahli strategis
China yang hidup pada akhir abad
ke 7 sebelum masehi yang terkenal
sebagai pengarang buku The Art
of War dimana dalam salah satu
teorinya tentang ofensive strategi
mengungkapkan bahwa” Know
the enemy and know your self: In
hundreds battles you will never be in
peril “, artinya ketahuilah musuhmu
dan ketahuilah dirimu: Dalam
ratusan pertempuran kau tidak akan
pernah kalah. Oleh karena untuk
masalah laut China selatan, China
tidak akan menggunakan kekuatan
militernya karena kemungkinan
China sudah mempertimbangkan
untung dan ruginya, China sangat
faham betul apabila dipaksakan
penyelesaian secara militer akan
kalah serta membuat posisi China
semakin terpojok.

2. Penyelesaian secara Hukum dan
upaya Politik serta Diplomatik
melalui ASEAN frame work
merupakan cara yang paling tepat
saat ini untuk sengketa di LCS,
karena semangat kerja sama dan
prinsip ASEAN untuk sengketa
LCS ialah tidak menjadikan aksi
saling mengklaim itu sebagai ajang
rivalitas dan saling menghantam
antar beberapa kekuatan, namun
harus dicarikan solusi damai yang
mengikat bagi semua pihak. Oleh
karena itu kerangka ASEAN dalam
penyelesaian sengketa LCS harus
tetap mengedepankan langkahlangkah sbb:
- Secara Hukum. Sengketa LCS
sebenarnya murni masalah
hukum dan seyogyanya solusi
masalahnya secara hukum
juga. PBB sebenarnya sudah
mempunyai UNCLOS 1982
sebagai landasan penyelesaian
sengketa LCS, namun disadari
penyelesaian sengketa lewat
metode ini bukanlah hal
yang mudah, karena akan
menyangkut prinsip kedaulatan
negara masing masing pihak
yang bertikai. Solusi hukum
sengketa ini memerlukan
komitmen yang kuat tentang
pentingnya penyelesaian
masalah sengketa oleh kedua
belah pihak, terutama China.
Karena China adalah salah satu
anggota tetap Dewan Keamanan
PBB bagian dari 4 anggota tetap

39

Majalah Komunikasi dan Informasi

-

40

lainnya (Amerika Serikat, Inggris,
Perancis dan Rusia). China
mempunyai hak veto yang bisa
membatalkan setiap resolusi
Dewan Keamanan apabila
dirasakan merugikan China.
Kita berharap suatu saat ada
reformasi di PBB yang mengatur
hak veto di Dewan Keamanan
PBB. Meskipun penuntasan
sengketa melalui legal frame
work ini membutuhkan waktu
cukup panjang dan sulit dicapai
karena kuatnya posisi China di
PBB. Namun langkah ini harus
terus menerus diupayakan
ASEAN sebagai solusi
permanen jangka panjang yang
komprehensip agar terwujudnya
penyelesaian sengketa di LCS
melalui jalur hukum.
Secara Politik dan Diplomatik.
Meskipun langkah ini
hanya merupakan langkah
penyelesaian jangka pendek
namun upaya ini dianggap
merupakan solusi yang
menyentuh akar pemasalahan
penyelesaian sengketa LCS.
ASEAN yang dianggap sebagai
organisasi kerjasama regional
yang solid dan bisa mewadahi
semua kepentingan yang
bertikai diharapkan bisa
menyelesaikan konlik klaim
wilayah di LCS. Sebenarnya
ASEAN sudah menempuh
metode ini, ketika ASEAN
memprakarsai penyelesaian
perselisihan wilayah di LCS
tahun 2002 di Kamboja,
dengan penanda tanganan
DOC (Declaration Of Conduct
(ialah dokumen yang
mengatur pedoman saling
menguntungkan yang harus
disepakati oleh semua pihak
yang mempunyai kepentingan
di LCS antara ASEAN dan China
ada 10 point kesepakatan
penting)). Munculnya DOC
adalah upaya ASEAN untuk
menyikapi terjadinya beberapa
insiden antara Claimant States
di LCS, namun harus diakui
bahwa DOC ini bukan perjanjian
yang mengikat bagi yang

menandatanganinya oleh karena
itu memerlukan upaya tindak
lanjut yang komprehensip
untuk realisasinya. Menyadari
betapa rumitnya penyelesaian
sengketa LCS, maka ASEAN perlu
mengambil langkah langkah
sbb:
- Memperkuat Skope,
kapasitas dan ketentuan
kepemimpinan bagi
setiap anggota yang akan
menjabat sebagai ketua
ASEAN, sesuai dengan
aturan rotasi jabatan yang
telah ditentukan agar setiap
pergantian ada penekanan
upaya berkelanjutan untuk
menuntaskan terhadap
masalah penting bersama
yang sedang dihadapi
khususnya solusi konstruktip
masalah sengketa Laut
China Selatan. (untuk
menghindari ketidak
sepakatan sesama anggota
yang bisa dimanfaatkan
oleh China, contoh saat
kepemimpinan Indonesia
sebagai Ketua ASEAN tahun
2011, semua mempunyai
kesepakatan suara ttg
sengketa LCS, namun saat
kepemimpinan Kamboja
tahun 2012 terjadi
perbedaan pendapat yang
prinsip diantara anggota
ASEAN karena sikap
Kamboja yang dianggap
terlalu menguntungkan
pihak China untuk sengketa
LCS.
- Mengupayakan perubahan
status DOC menjadi COC
(Code Of Conduct), sehingga
kesepakatan perjanjian
konstruktif tentang LCS bisa
mengikat masing-masing
pihak (China dan anggota
ASEAN yang mempunyai
kepentingan di LCS).
- Memaksimalkan fungsi
mekanisme kerja lembaga
internal ASEAN yang sudah
di sepakati khususnya di
bidang Maritim seperti
ADMM (ASEAN Defence

-

-

Maritime Meeting), AMM
(ASEAN Matime Forum)
dan mengimplementasikan
dilapangan terkait bidang
maritime. Sedangkan
melalui forum ARF (ASEAN
Regional Forum) diharapkan
bisa menghasilkan suatu
konsensus kuat yang bisa
memperkuat Posisi ASEAN
khusus untuk penyelesaian
sengketa di LCS.
Mempertimbangkan
melibatkan kekuatan luar
yang mempunyai pengaruh
kuat seperti Amerika Serikat,
Jepang, India agar telibat
aktif kegiatan ADMM dan
AMM bersama sama ASEAN,
hal ini dilakukan sebagai
upaya penyeimbang dengan
kekuatan China.
Memperkuat upaya
meningkatkan kerja sama
bilateral secara terus
menerus dengan tujuan
pemanfaatan bersama
secara simbiosis mutualisma
potensi sumber daya
alam yang ada di wilayah
sengketa baik antar sesama
anggota ASEAN maupun
antar masing-masing
anggota yang punya
sengketa dengan China.

DAMPAK SENGKETA LCS BAGI
KETAHANAN NASIONAL.
Bagi Indonesia meskipun sengketa
LCS berstatus Non Claimant States,
namun apabila tidak ada solusi yang
tepat baik jangka pendek, maupun
jangka panjang akan berdampak
terhadap ketahanan nasional.
Karena apabila kita telaah hakekat
Ketahanan Nasional adalah keuletan
dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan untuk
menghadapi tantangan, ancaman,
hambatan dan gangguan guna
menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara dalam perjuangan
mencapai tujuan nasional sebagaimana
diamanahkan Pembukaan Undangundang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Oleh sebab
itu, Ketahanan Nasional merupakan
MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

Majalah Komunikasi dan Informasi
landasan konsepsional berupa
pengaturan dan penyelenggaraan
keamanan dan kesejahteraan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan
Bangsa dan Negara. Sengketa wilayah
di LCS bagi Indonesia apabila tidak
terselesaikan dengan baik disadari
dan tidak disadari bisa mengarah pada
sengketa mendalam dengan China,
seperti halnya Vietnam dan Philipina
yang sudah melibatkan penggunaan
kekuatan militer meskipun dalam skala
kecil hal yang sama bisa terjadi kepada
Indonesia, karena sengketa langsung
akan terjadi apabila China memaksakan
ingin menguasai wilayah LCS sesuai
yang diklaimnya akan menyangkut salah
satu wilayah kedaulatan NKRI yakni
kepulauan Natuna, yang secara langsung
menyangkut 2 aspek Ketahanan
Nasional, yakni Geograi dan Sumber
Kekayaan Alam yang terkandung
didalamnya.
ALUR PIKIR DAMPAK SENGKETA LCS
BAGI KETAHANAN NASIONAL.
Indonesia sangat menyadari
bahwa penyelesaian sengketa di
LCS mempunyai dampak terhadap
Ketahanan Nasional oleh karena itu
Indonesia ikut proaktif sebagai bagian
dari ASEAN mencari solusi masalah ini.
Langkah proaktif ditunjukkan secara
nyata melalui peran Indonesia sebagai
salah satu inisiator dalam pembuatan
Draft DOC tahun 2002 di Kamboja. Sikap
Indonesia yang mempunyai kepentingan

terhadap sengketa LCS tetap konsisten,
seperti diungkapkan oleh Pak SBY pada
KTT ASEAN ke 18 di Jakarta pada tanggal
7-8 Mei, 2011, beliau mengungkapkan
stement sebagai berikut. “Kita ingin ada
yang disebut code of conduct, yang harus
dihadirkan. Sudah cukup lama, lebih
dari 15 tahun untuk membentuk code of
conduct yang belum rampung. Kita ingin
mempercepat akselerasi declaration of
conduct menjadi code of conduct dengan
demikian bisa mengatur semuanya
untuk tidak terjadi apa pun di Laut China
Selatan”. Bagi Indonesia upaya Hukum
dan Politik serta Diplomatik penyelesaian
sengketa laut China Selatan lewat ASEAN
frame work merupakan solusi yang
paling tepat, dan harus diupayakan terus
menerus.
Sengketa wilayah antara China dan
4 Claimant States (Vietnam, Philipina,
Malaysia, Brunei dan Indonesia sebagai
non Claimant State di LCS) adalah
konlik yang rumit yang bisa menjurus
ke konlik terbuka. Faktor penting
penyebab wilayah LCS yang menjadi
sengketa adalah potensi yang strategis
bagi siapa saja yang menguasainya
di tinjau aspek letak geograis serta
kemungkinan potensi kandungan
sumber daya alamnya yang melimpah.
Penggunaan kekuatan militer oleh China
bisa mengundang kehadiran Pihak ke 3
yakni Amerika Serikat. Namun demikian
China sudah faham dan mengerti betul
tentang kelemahan aspek ini, sehingga
pendekatan kebijakan China di wilayah

sengketa saat ini masih pendekatan
Economic interest.
Secara jujur sengketa laut Cina
Selatan sebenarnya murni masalah
hukum, mengenai batas laut antara
beberapa negara ASEAN dengan RRC
yang menyangkut beberapa wilayah
yang berupa gugusan pulau di wilayah
laut China Selatan. Namun penyelesaian
lewat hukum sulit untuk di capai dalam
waktu singkat sehingga efort ini harus
dilakukan terus menerus sebagai upaya
permanen jangka panjang. Sedangkan
pendekatan pemecahan permasalahan
jangka pendek yang adaptable dengan
situasi dilapangan terkini melalui
kerangka ASEAN adalah solusi masalah
lewat jalur Politik dan Diplomatik, karena
komitmen ASEAN untuk LCS sangat jelas
ialah keinginan menghasilkan pedoman
yang mengikat negara yang saling
mengklaim wilayah di laut Cina Selatan
agar semua masalah bisa dikelola
dengan baik, tidak memunculkan konlik
yang tidak dikehendaki. Karena apabila
sengketa ini tidak terselesaikan dengan
baik akan berdampak pada ketahanan
regional yang bisa mempengaruhi
ketahanan Nasional Indonesia. []

Biodata Penulis
1. Nama
2. Jabatan

:
:

3. Status
:
4. Riwayat Penugasan :

5. Riwayat Pendidikan :

6. Penugasan

:

7. Penugasan Latihan :

Kolonel Karmin Suharna, SIP. , MA
Kasubdit Padnas, Ditjian Internasional,
Debidjianstrat, Lemhannas RI
K-03
a. Danton di Timor Timur, 1989-1993
b. Staf Danki di Bali 1993-1999
c. Pasi Intel Korem Kasdim di Kodam III
Siliwangi, 1999-2002
d. Kadep Tik dan Nik dan Kabag BMC
Pusenif Bandung, 2002-2006
e. Dandim Kodim 3 Siliwangi, 20062007
f. Pabandya di Staf Operasi Mabes AD,
2007-2009 (Binsat dan Latmagab)
g. Lemhannas RI, 2011 -sekarang
a. Akmil, 1988
b. Suspa Intel,1996
c. Suslapa, 1999
d. Seskoad, 2002
e. Susintel di Inggrish, 1995
f. National Defence University
Washington DC, 2009-2010
a. Operasi Seroja di Timtim
b. Penugasan Monitoring Jajak
Pendapat/UNAMET
c. Military Observer:
1) Bosnia-UNTAES, 1997-1998
2) Komandan Sektor Military
Observer di Kongo-MONUC, 20042005
a. Amerika Serikat
b. Jepang
c. Korea Selatan
d. Australia
e. Kamboja
f. Vietnam
g. Thailand
h. Malaysia
i. Filippina
j. Singapura
k. Mongolia

Gambar 5

MAJALAH TANNAS Edisi 94 - 2012

41