Kaidah Fungsi Hadis Dalam Al-Quran

36 Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam al quran tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang memerintahan shalat adalah : يعك ا عم عك ا ك ا تا ا يقا Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku ’lah beserta orang-orang yang ruku’. b. Men taqyid ayat-ayat yang mutlak Kata mutlaq artinya kata yang menunjuk pada hakikat kata itu sendiri apa adanya dengan tanpa memandang kepada jumblah maupun sifatnya. Mentaqyid yang mutlaq artinya membatasi ayat-ayat yang mutlaq dan sifat, keadaan atau syarat syarat tertentu. Penjelasan rasulullah berupa mentaqyid ayat ayat yang bersifat mutlaq. 50 Sedangkan contoh yang membatasi taqyid ayat-ayat al quran yang bersifat mutlaq, antara lain seperti sabda rasulullah SAW : ات س ه ا ص ها ع ي س م ب ّ ف ط ي ع م م ا ف Rasulullah SAW didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan. Hadis ini mentaqyid QS. al maidah 38 yang berbunyi : ق ف ق َّ َّ ا ط ع ا ي ي اب ك ّ ا م ها ها ع ي ح مي laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. c. Men taksis ayat yang Am’ Kata am ialah kata yang menunjuk atau memiliki makna dalam jumlah yang banyak. Sedang kata taksis atau khas, ialah kata yang mrnujuk arti khusus, 50 Ibid,... 56 37 tertentu, ata u tunggal. Yang di maksud mentaksis am’ disini, ialah membatasi keumuman ayat alquran sehingag tidak berlaku pada bagian bagian tertentu. Mengigat fungsinya ini, maka para ulama berbeda pendapat, apabila mukhasisnya dengan hadis ahad. Menurut imam al syafi ’I dan ahmad bin hambal, keumuman ayat bisa di takhsis oleh hadis ahad yang menunjuk kepada sesuatu yang khas, sedang menurut ulama hanafiyah sebaliknya. Contoh hadis berfungsi untuk mentakhsis keumuman ayat-ayat al quran ialah sabda Rasulullah SAW yang berbunyi : حا ا آيش ت ا م ت ث يا Pembunuh tidak berhak mendapat harta warisan dari orang yang di bunuh. Hadis tersebut mentaksish keumuman firman Allah an nisa ayat 11 yang berbunyi : ظح م ك مك ا ف ها م يص ي ي اا Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak- anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan. 3. Bayan at Tasyri Yang di maksud dengan bayan al tasyri adalah mewujudkan satu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al quran atau dalam al quran hanya terdapat pokok-pokoknya ashl saja. Abbas mutawalli hammadah juga menyebut bayan ini dengan zaid ala al kitab al karim. Hadis rsul SAW dalam segala bentuknya baik yang qauli fi’li maupun taqriri berusaha menujukan suatu kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul, yang tidak terdapatb 38 dalam al quran. Ia berusaha menjawab pertayaan pertayaan yang diajukan oleh para sahabat atau yang tidak dekethuinya, dengan menujukan bimbingan dan menjelaskan duduk persoalannya. Hadis hadis rasul saw yang termsuk ke dalam kelompok ini dianatarana hadis tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara anatar isteri dengan bibinya hukum syu’fah hukum merajam pezina wanita yang masih perawan, dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak. Hadis rasul SAW yang termasuk bayan at tasyri ini wajib diamalkan sebagaimana kewajiban mengamalkan hadis hadis lainya. Ibnu Qayim berkata , bahwa hadis rasul SAW yang berupa tambahan terhadap al quran merupakan kewajiban atau aturn yang harus di taati tidak boleh menolak atau mengingkarinya, dan ini bukanlah sikap rsul SAW mendahuli al quran melainkan semata mata karena perintahnya. 4. Bayan al Nasakh Ketiga bayan yang pertama yang telah diuraikan di atas disepakati oleh para ulama meskipun untuk bayan yang ketiga ada sedikit perbedaan yang terutama menyangkut definisi pngertian nya saja. Untuk bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam. Ada yang mengakui dan menerima fungsi hadis sebagai nsikh terhadap sebagian hukum al quran ada juga yang menolkanya Kata nsakh secara bahasa berarti ibthal membatalkan izalah menghilangkan , tahwil memindahkan,da taghyir mengubah. Para ulama mengartikan bayan al naskh ini banyak yang melalui pendekatan bahasa, sehingga 39 di antara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam menta’rifkanya. Termasuk perbedaan pendapat anatara ulama mutaakhirin dengan ulama mutaqaddimin. Menurut pendapat yang dapat dipengang dari ulama mutaqaddimin bahwa terjadinya masakh ini karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu hukum ketentuan meskipun jelas, karena telah berakhir masa keberlakuaanya serta tidak bisadiamalkan lagi, dan syari pembaut syariat menurunkan yat tersebut tidak diberlakukan untuk selam lamanya temporal. Jadi intinya ketentuan yang datang kemudian tersebut menghapus ketentuan yang datang terdahulu karena yang akhir dipandang lebih luas dan lebih cocok dengan nuansanya. 51 Di antara para ulama yang mebolehkan adanya naskh hadis terhadap al Quran juga berbeda pendapat, terhadap macam hadis yang dapat untuk mentakshih. Dalam hal ini mereka berbagai pada tiga kelompok.  Yang membolehkan mennasakh al Quran dengan berbagai macam hadis, meskipun dengan hadis ahad. Pendapat ini, diantaranya dikemukakan oleh para ulama Mutaqaddimin dan Ibn Hazm serta sebagian para pengikut zahiriyah. 52  Yang membolehkan menaskh dengan syarat, bahwa hadis tersebut harus mutawa tir. Pendapat ini diantaranya dipengang oleh mu’tazilah.  Ulama yang membolehkan menasakh dengan hadis masyhur, tanpa harus dengan hadis mutawatir. Pendapat ini dipengang di antaranya oleh ulama hanafiyah. 51 Munzier Suparta,Ilmu Hadis Jakarta: Rajagrafindo Persada 2002, 65 52 Zainul Arifin, Ilmu Hadis, Surabaya: Pustaka Al Muna, 2014 61 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 40

Bab 3 PENAFISRAN SURAT AN NISA AYAT 34

A. Tasir Al-Misbah Karya Qurais Shihab

ْمُلوما نم اوقف أا بو ضعب ىلع مُضعب ها لضف ا ب ءاس لا ىلع وم وق لجرلا ىتَلاو ها ظفح ا ب بْيغلل تاضفح تت ق تحلَّلاف نهوظعف نه وش وفاخت اك ها َ ا اْي س نُْيلع اوغْت الف ْمك ْعطا ْ اف َنهوبرْضاو عج اض لا ىف نهورجْهاو اًرْي ك اَيلع kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri. ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. Ayat-ayat yang lalu menerangkan beranggan-anggan serta iri menyangkut keistimewaan masing-masing manusia, baik pribadi maupun kelompok atau jenis kelamin. Keistimewaan yang di anugerahkan Allah itu anatara lain karena masing- masing mempunyai fungsi yang harus diembannya dalam masyarakat, sesuai dengan potensi dan kecenderungan jenisnya. Karena itu pula ayat 32 mengingatkan bahwa Allah telah menetapkan bagian masing-masing menyangkut harta warisan, di mana terlihat adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kini, fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar belakang perbedaan itu, disinggung oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa : para lelaki, yakni jenis kelamin atau suami, adalah qawwamun pemimpin dan penangung digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 41 jawab atas para wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka, yakni laki-laki secara umum atau suami, telah menafkahkan sebagian dari harta mereka untuk membayar mahar dan biaya hidup untuk istri dan anak-anaknya. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah dan juga kepada suaminya, setelah mereka bermusyawarah bersama dan bila perintahnya tidak bertentangan dengan perintah Allah serta tidak mencabut hak-hak pribadi istrinya. Di samping itu juga ia memelihara diri, hak-hak suami, dan rumah tangga ketika suaminya tidak di tempat. oleh karena Allah telah memelihara mereka. Pemeliharaan Allah terhadap para istri antara lain dalam bentuk memelihara cinta suaminya, ketika suami tidak ditempat, cinta yang lahir dari kepercayaan suami terhadap istrinya. 1 Karena tidak semua istri taat kepada Allah demikian juga suami maka ayat ini memberi tuntunan kepada suami bagaimana seharusnya bersikap dan berlaku terhadap istri yang membangkang. Jangan sampai pembengkangan mereka berlanjut dan jangan sampai juga sikap suami berlebihan sehingga mengakibatkan runtuhnya kehidupan rumah tangga. Pentujuk Allah itu adalah : wanita-wanita yang kamu khawatirkan, yakni sebelum menjadi nusyuz mereka, yaitu pembangkangan terhadap hak-hak yang dianugerahkan Allah kepada kamu, wahai para suami, maka nasehatilah mereka pada saat yang tepat dengan kata-kata yang menyentuh, tidak menimbulkan kejengkelan, dan bila nasehat belum mengakhiri pembangkanganya maka tingalkanlah mereka bukan dengan keluar dari rumah tetapi di tempat 1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, 423 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 42 pembaringan kamu berdua dengan memalingkan wajah dan membelakangi mereka. Kalau perlu tidak mengajak mereka berbicara paling lama tiga hari berturut-turut untuk menujukan rasa kesal dan ketidakbutuhan mu terhadap mereka jika sikap mereka berlanjut dan kalau ini pun belum mempan, maka demi memelihara kelanjutan rumah tanggamu maka pukullah meraka. Tetapi pukulan yang tidak menyakitkan agar tidak mencederai namun menunjukan sikap tegas lalu jika mereka telah menaati kamu, baik sejak awal nasihat, atau sebab meningalkanya di tempat tidur, atau saat memukulnya, maka janganlah kamu mencari-cari pembangkanganya yang lalu. Tetapi, tutuplah lembaran lama itu dan buka lembaran baru dengan bermusyawarah dalam segala hal persoalan rumah tangga, bahkan kehidupan bersama. Sesuguhnya Allah sejak dahulu hingga kini maha tinggi lagi maha besar. Karena itu, merendahlah kepada Allah dengan menaati perintahya dan jangan merasa angkuh apalagi membangkang bila perintah itu datang dari Allah SWT. Kata al rijal adalah bentuk jamak dari kata rajul yang biasa diterjemahkan lelaki, walapun dalam Al-Quran tidak selalu mengunakanya dalam arti tersebut. Banyak ulama yang memahami kata arl rijal dalam ayat ini dalam arti para suami. Penulis tadinya ikut mendukung pendapat itu, dalam buku wawasan Al-Quran, penulis mengemukakan bahwa al rijalu qawwamuna ‘ala an nisa, bukan berarti lelaki secara umum karena konsideran peryataan diatas, seperti ditegaskan pada lanjutan ayat adalah “karena mereka para suami menafkahkan sebagian harta mereka, “yakni untuk istri-istri mereka. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 43 Sebagian yang dimaksud dengan kata “lelaki” adalah kaum pria secara umum, tentu konsidersnya tidak demikian. Lebih-lebih lagi lanjutan ayat tersebut dan ayat berikutnya secara amat jelas berbicara tentang pria istri dan kehidupan rumah tangga. Demikian yang penulis tulis beberapa tahun yang lalu. Tetapi kemudian, penulis menemukan Muhammad Thahir Ibn Asyur dalam tafsirnya mengemukakan satu pendapat yang amat perlu dipertimbangkan yaitu bahwa kata ar- rijal tidak digunakan oleh bahasa arab, bahkan bahasa Al- Quran, dalam arti suami. Berbeda dengan kata An-Nisa atau Imra’ah yang digunakan untuk makna istri. Menurutnya, pengalan ayat di atas berbicara secara umum tetang pria dan wanita dan berfungsi sebagai pendahuluan bagi penggalan kedua ayat ini, yaitu tentang sikap dan sifat istri-istri yang salehah. Kata qawwamun adalah bentuk jamak dari kata qawwam yang terambil dari kata qama, kata ini berkaitan denganya. Perintah shalat misalnya juga mengunakan akar kata itu. Perintah tersebut bukan berarti perintah mendirikan shalat, tetapi melaksanaknaya dengan sempurna, memenuhi segala syarat, rukun dan sunah-sunahnya. Seorang yang melaksanakan tugas dan atau apa yang di harapkan darinya dinamai qa’im. Kalau dia melaksanakan tugas itu sesempurna mungkin, berkeseimbangan dan berulang-ulang dan dinamai qawwam. Ayat di atas mengunakan bentuk jamak, yakni qawwamun sejalan dengan makna kata al rijal yang berarti banyak lelaki. Sering kali kata ini diterjemahkan dengan pemimpin tetapi seperti terbaca dari maknanya di atas agaknya terjemahan itu belum mengambarkan seluruh makna yang dikehendaki walau harus diakui bahwa