HUBUNGAN KONSUMSI ROKOK DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT DI PULAU PASARAN KELURAHAN KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR BANDAR LAMPUNG

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI ROKOK DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT DI PULAU PASARAN KELURAHAN

KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR BANDAR LAMPUNG

Oleh

LINNI TAWBARIAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION OF CONSUMING CIGARETTE WITH BLOOD PRESSURE OF THE SOCIETY IN PASARAN ISLAND KOTA KARANG VILLAGE EAST TELUK BETUNG SUB-DISTRICT BANDAR LAMPUNG

By

LINNI TAWBARIAH

Cigarette kills more than 5 million people each year, and projected will kill 10 million people by 2020. From that number, 70 % of victims come from developing country. The consumtion level of cigarette in Pasaran Island is high because majority of the society work as fisherman dan do their activities at night, it makes them consume more cigarettes to against the cold weather. The cigarettes that are smoked can cause vasoconstriction of the perifer blood vessel and the vessel in the kidney that cause the increasing of blood pressure.The purpose of this research is to know the correlation of consuming cigarette and blood pressure of the society in Pasaran island Kota Karang village East Teluk Betung sub district Bandar Lampung.

This research is an analitic research with cross sectional study design, that is to find out the correlation of consuming level of cigarette with the blood pressure of the society in Pasaran island Kota Karang village East Teluk Betung sub district Bandar Lampung on November until December 2013. The sample of the research is the smoker of cigarette in Pasaran island as many as 115 people. The data is obtained by filling the questionnaire and measure the blood pressure by using spygnomanometer. The data is analysed by using Chi-square test but if the requirement can’t be completed, the researcher will use Fisher test.

The result of the research shows that the amount of low-frequency smoker is as many as 19 people, the medium-frequency smoker as many as 32 people and the high-frequency smoker as many as 64 people with the total amount 115 people. The low-frequency smoker who have normal blood pressure as many as 14 people and pre hypertension as many as 5 people. The medium-frequency who have normal blood pressure as many as 9 people, pre hypertension as many as 18 people and hypertension degree 1 as many as 5 people. The high-requency smoker who have pre- hypertension as many as 39 people, hypertension degree 1 as many as 21 people and hypertension degree 2 as many as 4 people. In Fisher test, it shows that p < 0.05. This number can be interpreted that statistically there is correlation between consuming cigarette and blood pressure.


(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN KONSUMSI ROKOK DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT DI PULAU PASARAN KELURAHAN KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR BANDAR

LAMPUNG

Oleh

LINNI TAWBARIAH

Rokok membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh sepuluh juta sampai tahun 2020. Dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang. Tingkat konsumsi rokok di pulau pasaran tinggi karana mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan dan melakukan aktifitas pada malam hari sehingga kondisi cuaca yang dingin membuat nelayan mengkonsumsi rokok lebih banyak. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi rokok dengan tekanan darah di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross sectional, yaitu mencari hubungan tingkat konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung pada bulan November sampai dengan Desember 2013. Sampel penelitian ini adalah perokok di Pulau Pasaran sebanyak 115 orang. Data diperoleh dengan mengisi kuisioner dan pengukuran tekanan darah menggunakan spygnomanometer. Data dianalisis menggunakan Uji Chi-square, apabila tidak memenuhi syarat dilakukan uji alternatif Fisher

Hasil penelitian didapatkan jumlah perokok ringan yaitu 19 orang, perokok sedang 32 orang dan perokok berat 64 orang dengan total 115 orang. Perokok ringan yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 14 orang dan pre hipertensi sebanyak 5 orang. Perokok sedang yang memiliki tekanan darah normal sebanyak 9 orang, pre hipertensi 18 orang, dan hipertensi derajat 1 sebanyak 5 orang. Perokok berat yang memiliki pre hipertensi sebanyak 39 orang, hipertensi derajat 1 sebanyak 21 orang, dan hipertensi derajat 2 sebanyak 4 orang. Pada uji Fisher, didapatkan nilai p < 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Teori ... 7

F. Kerangka Konsep ... 7

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rokok ... 9

B. Bahan Baku Rokok ... 9

C. Bahan-bahan Kimia yang Terkandung dalam Rokok ... 10

D. Dampak Rokok Bagi Organ Respirasi ... 11

E. Beberapa Penyakit Akibat Merokok ... 12

F. Hubungan Merokok dan Tekanan Darah ... 14

G. Pengukuran Tekanan Darah ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C. Populasi dan Sampel ... 21

D. Variabel Penelitian ... 23

E. Definisi Operasional ... 24

F. Metode Pengumpulan Data ... 24

G. Prosedur Penelitian ... 25


(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil Penelitian ... 27 B. Pembahasan ... 29 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 35 B. Saran ... 35


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ... 19 2. Kerangka Konsep ... 20 3. Alur Penelitian ... 25


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Tekanan Darah ... 15 2. Definisi Operasional ... 24 3. Distribusi Usia Perokok ... 27 4. Distribusi Responden Hubungan Konsumsi Rokok dengan

Tekanan Darah ... 28 5. Hasil Analisi Chi-square Hubungan Antara Konsumsi Rokok


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap (Karyadi, 2002).

Rokok berbahaya bagi kesehatan tubuh karena kandungan dari zat-zat kimia di dalamnya. Seperti nikotin yang terkandung di dalam rokok akan mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen. Selain menyebabkan ketagihan merokok. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi (Aula, 2010).

Kandungan lain yang terdapat didalam rokok salah satunya yaitu Karbon monoksida (CO) merupakan gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan haemoglobin


(11)

2

akan membuat haemoglobin tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi haemoglobin sebagai pengangkut oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan kematian. Dari gambaran diatas baik gas CO maupun nikotin berpacu menyempitkan pembuluh darah sehingga kerja dari jantung meningkat dan menyababkan hipertensi (Triswanto, 2007).

Rokok yang merupakan salah satu produk industri dan komoditi internasional yang mengandung sekitar 4000 bahan kimiawi. Unsur yang paling penting yaitu tar, nikotin metil klorida, asepton, amonia, dan karbon monoksida, dari 4000 zat kimia itu 20 diantaranya adalah racun mematikan, dari 20 racun maut itu, 8 diantaranya adalah zat karsinogenik atau penyebab dari kanker ganas dan sisanya adalah racun tikus hidrogen sianida yang biasanya digunakan untuk mengeksekusi narapidana yang dihukum mati, bahan roket atau metanol, bahan bakar korek api atau butan, arsen atau racun serangga, racun knalpot atau karbon monoksida, amonia dan racun hama (Partodiharjo, 2006).

Menghisap sebatang rokok berpengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah karena pada dasarnya perokok menghisap CO (karbon monoksida) yang berakibat berkurangnya pasokan O2 (oksigen) ke dalam jaringan tubuh. Gas CO mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan


(12)

3

meningkatnya tekanan darah dan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan) (Price & Wilson, 2006).

Risiko merokok menyebabkan hipertensi berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, dan bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi karena dari banyaknya jumlah rokok yang di hisap maka semakin banyak juga zat-zat kimia yang berbahaya yang di masukkan ke dalam tubuh, zat-zat ini akan tertimbun (Price & Wilson, 2006).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan, rokok membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh sepuluh juta sampai tahun 2020. Dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang. Lembaga demografi universitas indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 2,25% dari total kematian di Indonesia (Bustan, 2007).

Pada tahun 2008 menunjukan konsumsi rokok di Indonesia sebesar 240 milyar batang meningkat tajam setelah tahun 2005 sebesar 214 milyar batang. Berdasarkan jumlah perokok di Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India, dimana jumlah perokok di China 30% , di India 11,2%, dan di Indonesia mencapai 4,8% (Riskesdas, 2007).


(13)

4

Penduduk laki-laki dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok jumlahnya 60%. Walaupun peningkatan prevalensi merokok merupakan fenomena umum di negara berkembang, namun prevalensi merokok di kalangan laki-laki dewasa di indonesia sangat tinggi, sedangakan di negara-negara maju presentase perokok terus-menerus cenderung menurun dan saat ini 30% laki-laki dewasa di negara maju yang mempunyai kebiasaan merokok. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju akan bahaya rokok sudah lebih tinggi. Masyarakat sudah sadar bahwa rokok merupakan faktor resiko untuk terkena berbagai penyakit terutama penyakit hipertensi sampai menyebabkan kematian (Prasetyo, 2007).

Indonesia adalah negara ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia, setelah china dan india sedangkan Bandar lampung merupakan tingkat konsumsi rokok ke-5 terbesar di indonesia. Pulau pasaran merupakan daerah pulau yang terletak di kelurahan kota karang, kecamatan teluk betung timur di Bandar Lampung. Jumlah kepala keluarga kota karang berkisar 125 kepala keluarga. Tingkat konsumsi rokok di pulau pasaran tinggi karana mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan dan melakukan aktifitas pada malam hari sehingga kondisi cuaca yang dingin membuat nelayan mengkonsumsi rokok lebih banyak di malam hari dari pada siang hari, untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi rokok terhadap tekanan darah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah di pulau pasaran, kelurahan kota karang, kecamatan teluk betung timur, Bandar Lampung.


(14)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, di dapatkan rumusan masalah “Apakah terdapat hubungan konsumsi rokok dangan perubahan tekanan darah pada masyarakat di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah pada masyarakat di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi mengenai perubahan tekanan darah pada perokok.

2. Bagi Masyarakat Kelurahan Kota Karang.

Dapat memberikan informasi tentang adanya perubahan tekanan darah pada perokok dan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat yang mempunyai perilaku merokok, di harapkan dapat menurunkan konsumsi rokok pada orang yang mempunyai prilaku merokok.


(15)

6

3. Bagi Peneliti

Dapat di gunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai adanya hubungan tingkat konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah.

4. Bagi Dinas Kesehatan dan jaringannya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan berbasis bukti ilmiah yang digunakan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan resiko peningkatan tekanan darah pada masyarakat.

5. Bagi Responden

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran secara umum tentang dampak merokok bagi kesehatan terutama resiko terhadap hipertensi.


(16)

7

H. KerangkaTeori

Merokok dapat berisiko terkena hipertensi, perokok dikatagorikan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok ringan, sedang, dan berat. Perokok ringan adalah individu yang merokok sebanyak 1-10 batang rokok sehari, perokok sedang mengkonsumsi rokok sebanyak 11-20 batang rokok sehari dan individu yang merokok lebih dari 20 batang dalam sehari dikategorikan perokok berat (Bustan, 2007)

Gambar 1. Kerangka teori merokok menyababkan hipertensi (Guyton & Hall, 2008).

I. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori diatas menunjukan bahwa tekanan darah dapat dipengaruhi oleh perokok. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil responden di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

Merokok

Tahanan perifer

Hipertensi Curah Jantung


(17)

8

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2. Kerangka Konsep

J. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah: “Terdapat hubungan konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah pada masyarakat Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung”.

Ringan Merokok Sedang

Berat


(18)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rokok

Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Tendra, 2003).

B. Bahan Baku Rokok

Rokok terbuat dari tembakau yang diperoleh dari tanaman Nicotiana Tabacum L. Tembakau dipergunakan sebagai bahan untuk sigaret, cerutu, tembakau untuk pipa serta pemakaian oral. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembako kunyah) (Tendra, 2003).


(19)

10

C. Bahan-Bahan Kimia Yang Terkandung Dalam Rokok 1. Tar

Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hidrokarbon aromatik polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine. Tar yang dihasilkan asap rokok akan menimbulkan iritasi pada saluran napas, menyebabkan bronchitis, kanker nasofaring dan kanker paru (Triswanto, 2007).

2. Nikotin

Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis, sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melalui membran sel. Asap rokok pada umumnya bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipih hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok. Pada perokok yang menggunakan pipa, cerutu dan berbagai macam sigaret Eropa, asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5 dan nikotin pada umumnya tidak dalam bentuk ion dan dapat diabsorpsi dengan baik melalui mulut (Aula, 2010).

3. Karbon monoksida

Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan haemoglobin akan membuat haemoglobin tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi haemoglobin sebagai pengangkut


(20)

11

oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan kematian (Triswanto, 2007). 4. Timah hitam

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh (Triswanto, 2007).

D. Dampak Rokok Bagi Organ Respirasi

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan manusia, baik dampak langsung maupun efek menahun. Dampak ini bisa terkena pada perokok aktif maupun pasif (Sitepoe, 1997).

1. Dampak langsung merokok: a. Rambut, baju, badan berbau.

b. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat.

c. Peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun 2. Dampak jangka pendek (segera):

a. Sirkulasi darah kurang baik.

b. Suhu ujung-ujung jari (tangan/kaki) menurun.


(21)

12

3. Dampak jangka panjang: a. Kerja otak menurun. b. Adrenalin meningkat.

c. Tekanan darah dan denyut nadi meningkat. d. Rongga pembuluh darah menciut.

e. Muncul efek ketagihan dan ketergantungan (Sitepoe, 1997).

E. Beberapa Jenis Penyakit Akibat Merokok

1. Kanker paru-paru

Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Hubungan merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahkan rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru (Karyadi, 2002).

2. Jantung Koroner

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap (Karyadi, 2002).


(22)

13

3. Bronkitis

Bronkitis terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak mampu melepaskan mucus yang terdapat di dalamnya dengan cara normal. Mucus adalah cairan lengket yang terdapat dalam tabung halus, yang disebut tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Mucus beserta semua kotoran tersebut biasanya terus bergerak melalui tabung baronkial dengan bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia ini terus menerus bergerak bergelombang seperti tentakel bintang laut, anemone, yang membawa mucus keluar dari paru-paru menuju ke tenggorokan. Asap rokok memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu tertentu akan merusaknya sama sekali. Keadaan ini berarti bahwa seorang perokok harus lebih banyak batuk untuk mengeluarkan mukusnya. Karena sistemnya tidak lagi bekerja sebaik semula, seorang perokok lebih mudah menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis (Karyadi, 2002).

4. Penyakit Stroke

Stroke adalah penyakit deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak serta menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu, dan keadaan penduduk (Karyadi, 2002).

5. Hipertensi

Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole secara akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan


(23)

14

diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-12 pon lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umur, tinggi badan dan jenis kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit berubah (Bustan, 2007 ).

Menurut Bustan (2007) merokok dimulai sejak umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya terhadap risiko perubahan tekanan darah. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja, merokok dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Resiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini.

F. Hubungan Merokok dan Tekanan Darah

Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu utama yang mempengaruhi tekanan darah. Berbagai faktor yang terlibat dalam mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total akan mempengaruhi tekanan darah, salah satunya adalah kebiasaan hidup (Sherwood, 2001).


(24)

15

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan pasokan jaringan berkurang. Ini karena, gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di hemoglobin. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Selain itu, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin bertindak terhadap pusat kepuasan di otak yang menyebabkan perokok terangsang pada peringkat awal, tetapi keadaan ini kemudian disusuli oleh kemurungan. Nikotin meningkatkan penghasilan bahan kimia yang dinamai dopamine dan berhubung rapat dengan pusat-pus at emosi di otak (Price & wilson, 2005).


(25)

16

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi.Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas CO yang berasal dari rokok. Dari gambaran diatas baik gas CO maupun nikotin berpacu menyempitkan pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus. Menurut kajian, risiko merokok menyebabkan hipertensi berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, dan bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi. Zat-zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Price & Wilson, 2005).


(26)

17

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg) Normal <120 dan < 80

Pre Hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi

Derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99 Derajat 2 >160 atau >100

(Sumber: JNC 7, 2003) Menurut Corwin (2000) tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup atau curah jantung dan total peripheral resistance (TPR).

1. Peningkatan kecepatan denyut jantung

Terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus sinoatrium (SA). Peningkatan denyut jantung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme, biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau total peripheral resistance (TPR) (Corwin, 2000).

2. Peningkatan volume sekuncup atau curah jantung yang berlangsung lama. Terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi yang berlebihan yang dapat meningkatkan volume diastolik akhir, biasa disebut preload jantung. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (Corwin, 2000).


(27)

18

3. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama

Terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan total peripheral resistance, jantung harus memompa lebih kuat supaya menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut afterload jantung biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serat-serat otot jantung juga mulai teregang melebihi panjang normalnya yang akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup atau curah jantung (Corwin, 2000).

Menurut Guyton & Hall (2008) hipertensi dibedakan atas 2 golongan besar : 1. Hipertensi beban volume

Terjadi akibat kenaikan volume cairan ekstra seluler yang berlebihan dalam tubuh. Hal ini menyebabkan kenaikan volume darah diikuti dengan peningkatan curah jantung. Kenaikan curah jantung inilah yang menyebabkan hipertensi.


(28)

19

2. Hipertensi vasokonstriksi

Terjadi akibat peningkatan bahan-bahan yang secara khusus cenderung meningkatkan hipertensi yaitu angiotensin II, norepinephrin dan epinephrin. Bahan ini menyebabkan kenaikan tekanan perifer total yang menyebabkan penyempitan diameter arteriol dan terjadilah hipertensi.

Menurut Corwin (2000) sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa :

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium.

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. 4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. 5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial, gejala seperti sakit kepala, epistaktis, pusing, migran. Gejala–gejala yang lain seperti sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk (Mansjoer, 2000).


(29)

20

G. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik. Sphygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Sustrani dkk., 2006).

Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :

1. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.

2. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat).


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross sectional, yaitu mencari hubungan tingkat konsumsi rokok dengan tekanan darah pada masyarakat laki-laki di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung yang mempunyai kebiasaan merokok. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data pada satu waktu yang sama (Sastroasmoro, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung pada Bulan November sampai dengan Desember 2013.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perokok di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perokok di Pulau Pasaran, yang memenuhi kriteria insklusi.


(31)

22

Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoadmodjo).

n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = kesalahan

Jumlah perokok di Pulau Pasaran berjumlah 162. Dari rumus di atas ditentukan:

Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Perokok di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

2. Bersedia dilakukan pemeriksaan pengukuran tekanan darah.

3. Memiliki perilaku merokok ringan, sedang dan berat (Bustan, 2007). 4. Bersedia mengisi kuisioner secara lengkap.


(32)

23

Subjek akan dikeluarkan dari penelitian jika memenuhi kriteria eksklusi sebagai berikut:

1. Tidak mengisi kuisioner secara lengkap. 2. Tidak mengembalikan lembar kuisioner.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel Terikat (Dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan tekanan darah pada perokok di Pulau Pasaran.

2. Variabel Bebas (Indeependent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perokok ringan, sedang dan berat di Pulau Pasaran.


(33)

24

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah : Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil Pengukuran Skala Pengukuran 1 2 Merokok Tekanan darah sistolik dan diastolik Aktifitas menghisap rokok selama satu hari. Kekuatan jantung bilik kiri memompa darah ke arteri (mmHg). Tekanan bilik kiri jantung yang sedang terisi kembali (mmHg). Kuisioner Spygnoma nometer Memberikan kuisioner kepada responden Memeriksa tekanan darah dengan sphygmoman ometer Ringan:1-10 batangrokok / hari

Sedang : 10 – 20 batang rokok / hari

Berat : > 20 batang rokok / hari. (Bustan, 2007) Normal: <120/80mmhg Pre hipertensi: 120/89 mmHg, Hipertensi derajat 1: 140/99mmHg Hipertensi derajat 2: >160/100 mmHg Ordinal Ordinal

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuisioner yang diisi oleh perokok di Pulau Pasaran, serta pemeriksaan tekanan darah yang diukur dengan Sphygmomanometer.


(34)

25

G. Prosedur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan dan pemeriksaan, akan diolah menggunakan program software. Proses pengolahan data terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

a. Editing, untuk melakukan pengecekan data yang didapat baik dari wawancara maupun pengukuran tekanan darah.

b. Coding, untuk mengkonversikan atau menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

c. Data entry, memasukan data ke dalam komputer.

Pengisian kuisioner

Klasifikasi perokok

Ringan Sedang Berat

Pengukuran tekanan darah


(35)

26

d. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukan ke dalam komputer.

2. Analisis data

a. Analisis Univariat

Analisis ini memberikan gambaran mengenai masing-masing variabel yaitu tekanan darah pada perokok ringan, sedang dan berat pada Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square apabila tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji alternatifnya yaitu Fisher (Dahlan, 2010).

3. Ethical Clearance Manusia

Penelitian ini telah diajukan ke komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam pelaksanaannya melalui informed consent.


(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat hubungan tingkat konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah pada masyarakat di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

B. Saran

Dari hasil penelitian peneliti menyarankan agar:

1. Bagi instansi kesehatan Bandar Lampung untuk dapat membuat suatu kebijakan berdasarkan pertimbangan dampak merokok bagi kesehatan lingkungan

2. Bagi masyarakat untuk dapat menjaga pola hidup sehat dengan mempertimbangkan risiko merokok baik aktif maupun pasif.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abulnaja, K.O. 2007. Impact of Hypertension, moking and Liver Affection on Endothelial Dysfunction and Subsequent Vascular Damage in Saudi Middle Aged males. J. Appl. Biomed. 5: p 179-188.

Aula L.E. 2010. Stop Merokok. Jogjakarta: Garal lmu.

Bowman, T.S., Gaziano, J.M., Buring, J.E., and Sesso H.D. 2004. A Prospective Study of Cigarettesmoking and Risk of Incident of Hypertension in Women.

Bustan M.N. 2007 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Corwin E,J 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dahlan S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2007.

Gray H.H, Dawkins K.D, Morgan J.M & Simpson I.A 2005. Lecture Notes Kardiologi. Edisi ke-4, Jakarta: Erlangga Medical Series.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-2 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ibnu M. Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler. Jakarta : EGC, 2006

JNC-7. 2003. The Seventh Report Of Join National Commitee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of Hight Blood Pressure. JAMA 289: 2560-2571.


(38)

37

Karyadi E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT. Intisari Mediatama.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan W. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Medica Aeskul Palus. FK UI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Sari.

Partodiharjo S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaan. Jakarta: Erlangga.

Prasetyo, A.N.T. 2007. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Merokok di Kalangan Mahasiswa Keperawatan dan Mahasiswa umum di UNIMUS. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Price S dan Wilsson L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Propinsi Jawa Tengah 2007, Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Republik Indonesia.

Sastroasmoro, Sudigdo. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Sherwood L. 2010. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2 Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGC.

Sitepoe, M. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia.

Sustrani L, Alam S, Hadibroto I. 2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tendra H, 2003. Merokok dan Kesehatan. Surabaya: Kompas. Triswanto, S D. 2007. Stop Merokok. Yokyakarta: Progresif Book.


(1)

24

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah : Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil Pengukuran Skala Pengukuran 1 2 Merokok Tekanan darah sistolik dan diastolik Aktifitas menghisap rokok selama satu hari. Kekuatan jantung bilik kiri memompa darah ke arteri (mmHg). Tekanan bilik kiri jantung yang sedang terisi kembali (mmHg). Kuisioner Spygnoma nometer Memberikan kuisioner kepada responden Memeriksa tekanan darah dengan sphygmoman ometer Ringan:1-10 batangrokok / hari

Sedang : 10 – 20 batang rokok / hari

Berat : > 20 batang rokok / hari. (Bustan, 2007) Normal: <120/80mmhg Pre hipertensi: 120/89 mmHg, Hipertensi derajat 1: 140/99mmHg Hipertensi derajat 2: >160/100 mmHg Ordinal Ordinal

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuisioner yang diisi oleh perokok di Pulau Pasaran, serta pemeriksaan tekanan darah yang diukur dengan Sphygmomanometer.


(2)

25

G. Prosedur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan dan pemeriksaan, akan diolah menggunakan program software. Proses pengolahan data terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

a. Editing, untuk melakukan pengecekan data yang didapat baik dari wawancara maupun pengukuran tekanan darah.

b. Coding, untuk mengkonversikan atau menerjemahkan data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

c. Data entry, memasukan data ke dalam komputer.

Pengisian kuisioner

Klasifikasi perokok

Ringan Sedang Berat

Pengukuran tekanan darah


(3)

26

d. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukan ke dalam komputer.

2. Analisis data

a. Analisis Univariat

Analisis ini memberikan gambaran mengenai masing-masing variabel yaitu tekanan darah pada perokok ringan, sedang dan berat pada Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square apabila tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji alternatifnya yaitu Fisher (Dahlan, 2010).

3. Ethical Clearance Manusia

Penelitian ini telah diajukan ke komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam pelaksanaannya melalui informed consent.


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat hubungan tingkat konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah pada masyarakat di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung.

B. Saran

Dari hasil penelitian peneliti menyarankan agar:

1. Bagi instansi kesehatan Bandar Lampung untuk dapat membuat suatu kebijakan berdasarkan pertimbangan dampak merokok bagi kesehatan lingkungan

2. Bagi masyarakat untuk dapat menjaga pola hidup sehat dengan mempertimbangkan risiko merokok baik aktif maupun pasif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abulnaja, K.O. 2007. Impact of Hypertension, moking and Liver Affection on Endothelial Dysfunction and Subsequent Vascular Damage in Saudi Middle Aged males. J. Appl. Biomed. 5: p 179-188.

Aula L.E. 2010. Stop Merokok. Jogjakarta: Garal lmu.

Bowman, T.S., Gaziano, J.M., Buring, J.E., and Sesso H.D. 2004. A Prospective Study of Cigarettesmoking and Risk of Incident of Hypertension in Women. Bustan M.N. 2007 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi kedua. Jakarta:

Rineka Cipta.

Corwin E,J 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dahlan S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2007.

Gray H.H, Dawkins K.D, Morgan J.M & Simpson I.A 2005. Lecture Notes Kardiologi. Edisi ke-4, Jakarta: Erlangga Medical Series.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-2 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ibnu M. Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler. Jakarta : EGC, 2006

JNC-7. 2003. The Seventh Report Of Join National Commitee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of Hight Blood Pressure. JAMA 289: 2560-2571.


(6)

37

Karyadi E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT. Intisari Mediatama.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan W. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Medica Aeskul Palus. FK UI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Sari.

Partodiharjo S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaan. Jakarta: Erlangga.

Prasetyo, A.N.T. 2007. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Merokok di Kalangan Mahasiswa Keperawatan dan Mahasiswa umum di

UNIMUS. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Price S dan Wilsson L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Propinsi Jawa Tengah 2007, Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Republik Indonesia.

Sastroasmoro, Sudigdo. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Sherwood L. 2010. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2 Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGC.

Sitepoe, M. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia.

Sustrani L, Alam S, Hadibroto I. 2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tendra H, 2003. Merokok dan Kesehatan. Surabaya: Kompas. Triswanto, S D. 2007. Stop Merokok. Yokyakarta: Progresif Book.