Perancangan Alat Uji bahan Pengedap Suara (Sound Sensor) Berbasis Mikrokontroller AtMega32 (Secara Software)

(1)

PERANCANGAN ALAT UJI BAHAN PENGEDAP SUARA (SOUND

SENSOR) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA32

(SECARA SOFTWARE)

TUGAS AKHIR

JULI SUHARTIKA

112408026

PROGRAM STUDI D-III FISIKA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PERANCANGAN ALAT UJI BAHAN PENGEDAP SUARA (SOUND

SENSOR) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA32

(SECARA SOFTWARE)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi Tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

JULI SUHARTIKA

112408026

PROGRAM STUDI D-III FISIKA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul

: PERANCANGAN ALAT UJI BAHAN PENGEDAP SUARA

(SOUND

SENSOR) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA32

(SECARA SOFTWARE)

Kategori

: TUGAS AKHIR

Nama

: JULI SUHARTIKA

Nim

: 112408026

Program Studi

: DIPLOMA III (D3 FISIKA)

Departemen

: FISIKA

Fakultas

: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 10 Juli 2014

Diketahui oleh :

Ketua Program Studi

Pembimbing

D-III Fisika

(Dr.Susilawati,M.Si.)

(Dr. Tulus Ikhsan Nst,

S.Si,M.Sc.)


(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN ALAT UJI BAHAN PENGEDAP SUARA (SOUND

SENSOR) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA32

(SECARA SOFTWARE)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 15 juni 2014

JULI SUHARTIKA

112408026


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan

Maha Penyayang, karena dengan limpahan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir dalam waktu yang telah ditetapkan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak

Tulus Ikhsan Nst, S.Si,M.Sc.

selaku dosen pembimbing pada penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, yang telah

memberikan panduan dan perhatian kepada penulis untuk menyempurnakan laporan

tugas akhir ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada ketua program studi D3

Fisika yaitu Ibu

Dr. Susilawati, M.Si

dan Bapak

Dr. Sutarman, M.Sc

selaku Dekan

FMIPA Universitas Sumatera Utara, dan kepada semua dosen pengajar dan staf pegawai

di Departemen Fisika FMIPA USU.

Terimakasih penulis ucapkan teristimewa kepada

kedua orang tua penulis,

adik adik tersayang (Aiga Aidina & Haikal Fahriz)

yang telah banyak memberikan

dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan laporan

tugas akhir ini.Terimakasih juga kepada

Robi Maulana

yang selalu membantu dan

memberi penulis motifasi dalam menyelesaikan laporan tugas akhi rini. Terimakasih

juga penulis ucapkan kepada

Stambuk Seperjuangan 2011

yang selalu mendukung

selama berada dibangku kuliah.

Sekali lagi Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

membantu dan mendukung, baik yang telah penulis uraikan satu persatu maupun yang

belum penulis sebutkan namanya. SemogaTuhan Yang Maha Esa yang akan

membalasnya kepada bapak/ibu,dan teman – teman.


(6)

ABSTRAK

Pada Tugas Akhir ini Penulis membahas masalah yang berjudul “Perancangan

Alat Uji Bahan Pengedap Suara (Sound Sensor) Berbasis Mikrokontroller ATmega32

(Secara Software)’’. Alat ini berfungsi untuk melakukan pengukuran koefisien serap

dari bahan uji dengan mudah digunakan, dan dapat melakukan pengukuran secara

langsung di tempat dengan menggunakan perangkat lunak

(software)

juga mempunyai

peranan yang sangat penting karena perangkat lunak merupakan seperangkat intruksi

yang disusun menjadi sebuah program untuk memerintahkan

microcomputer

melakukan suatu pekerjaan. Dalam merancang suatu program mikrokontroler

dibutuhkan suatu

software

yang dapat menulis program dan mengubahnya menjadi

bilangan heksadesimal. Simulasi alat ini menggunakan software CodeVision AVR, ISIS

& ARES Proteus, dan Program USB Downloader ISP.

Kata Kunci: CodeVision AVR, ISIS & ARES Proteus, dan Program USB Downloader

ISP


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan

i

Pernyataan

ii

Penghargaan

iii

Abstrak

iv

Daftar isi

v

Daftar Gambar

vii

Daftar Tabel

viii

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1

1.2. Rumusan Masalah

1

1.3. Tujuan Penulisan

2

1.4. Batasan Masalah

2

1.5. Sistematika Penulisan

2

Bab 2 Landasan Teori

2.1. Mikrokontroller

4

2.2. Mikrokontroller ATMEGA 32

5

2.3. Sensor Suara

5

2.4. LCD (Liquid Crystal Display)

6

2.5. CodeVision AVR

6

2.6. Bahasa C

7

2.6.1. Kerangka Dasar Bahasa Pemrograman C

8

2.6.1. Kelebihan dan Kekurangan Bahasa Pemrograman C

9

2.7. ISIS & ARES Proteus

11

2.8. USB Downloader ISP

14

Bab 3 Rancangan Sistem

3.1. Sensor Suara (Sound Sensor)

15

3.2. Diagram Block

15

3.2.1. Mikrokontroller

16

3.2.2. Baterai KRISBOW Alkaline Battery 250mAh-8,4V

17

3.2.3. Function Generator / Sumber Frekuensi

17

3.2.4. Material & Miniatur Ruang Vacum

18

3.3. Diagram Alir (Flowchart)

19

3.4. Program CodeVision AVR

20

3.5. Program USB Downloader ISP

23

3.6. Program ISIS Proteus

23

3.7. ADC ( Analog To Digital Converter )

25


(8)

Bab 4 Pengujian Rangkaian Dan Program Alat

4.1. Pengujian Sensor Suara ( Sound Sensor )

27

4.2. Pengujian Sistem Minimum Mikrokontroller Atmega32

27

4.2.1 Program Mikrokontroller Atmega32

27

4.3. Pengujian Signal Generator

61

4.4. Pengujian Speaker

61

4.5. Pengujian Miniatur Ruang Kedap Suara

62

4.6. Pengujian LCD

62

4.7. Pengujian Alat Peredam suara

65

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

66

5.2 Saran

66

Daftar Pustaka

67


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tampilan Software CodeVisionAVR

8

Gambar 2.2. Tampilan Software Bahasa C

8

Gambar 2.3. Tampilan Software ISIS & ARES Proteus

11

Gambar 3.1. Diagram Block Rancangan Alat

15

Gambar 3.2. Diagram Alir (Flowchart)

19

Gambar 3.3. Layar new file

20

Gambar 3.4. Layar pengaturan pada new file

21

Gambar 3.5. Layar pemasukan program

22

Gambar 3.6. Tampilan Software ISP

23

Gambar 3.7. Tampilan new Design

24

Gambar 3.8. Tampilan Library

24

Gambar 3.9. Tampilan rangkaian ARES

25


(10)

DAFTAR TABEL


(11)

ABSTRAK

Pada Tugas Akhir ini Penulis membahas masalah yang berjudul “Perancangan

Alat Uji Bahan Pengedap Suara (Sound Sensor) Berbasis Mikrokontroller ATmega32

(Secara Software)’’. Alat ini berfungsi untuk melakukan pengukuran koefisien serap

dari bahan uji dengan mudah digunakan, dan dapat melakukan pengukuran secara

langsung di tempat dengan menggunakan perangkat lunak

(software)

juga mempunyai

peranan yang sangat penting karena perangkat lunak merupakan seperangkat intruksi

yang disusun menjadi sebuah program untuk memerintahkan

microcomputer

melakukan suatu pekerjaan. Dalam merancang suatu program mikrokontroler

dibutuhkan suatu

software

yang dapat menulis program dan mengubahnya menjadi

bilangan heksadesimal. Simulasi alat ini menggunakan software CodeVision AVR, ISIS

& ARES Proteus, dan Program USB Downloader ISP.

Kata Kunci: CodeVision AVR, ISIS & ARES Proteus, dan Program USB Downloader

ISP


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbagai jenis teknologi telah banyak diciptakan oleh manusia untuk dapat

mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai salah satu teknologi

yang berkembang ialah tekhnologi di bidang pengedap suara. Alat pengedap suara

sangat banyak diperlukan dalam hal-hal tertentu. Contohnya, untuk mengukur koefisien

serap suatu material dan banyak aplikasi lainnya.

Pada Tugas Akhir ini dirancang pengukur koefisien serap yang fortable, murah,

mudah digunakan, dan dapat melakukan pengukuran secara langsung di tempat

sehingga tidak membatasi pengguna/user, dengan pengaturan frekuensi, dan

menggunakan mikrokontroller ATMEGA 32 sebagai pusat kendalinya. Hasil alat ini

bekerja secara otomatis dengan merespon beberapa suara pada suatu ruangan yang

dideteksi oleh sensor suara, mikrokontroller kemudian memproses suara tersebut dan

memberikan output ke LCD (display).

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pada Tugas Akhir ini yaitu bagaimana melakukan pengukuran

pada sonund sensor menjadi stabil.


(13)

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk :

1. Merancang suatu alat pengedap suara yang praktis, murah dan fortable. 2. Menguji kemampuan alat dalam menditeksi bahan untuk kedap suara. 3. Mengembangkan iptek di bidang penditeksi kedap suara.

1.4 Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam perancangan ini adalah:

1. Menggunakan sensor suara berjenis mic condensor dengan transistor bipolar (BC548B dan BC588B).

2. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas bunyi,

3. Pembahasan hanya meliputi pengujian beberapa bahan yaitu kaca, akrelit, papan dan besi dengan ketebalan 0,4mm.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari Sistem Pendeteksi

Kedap Suara Berbasis Mikrikontroller Atmega32, maka penulis menulis laporan sebagai

berikut:

BAB I.

PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan

masalah, serta sistematika penulisan.


(14)

BAB II.

LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler Atmega32 (hardware dan software), bahasa program yang digunakan, sensor suara sebagai alat pendeteksi, pemrograman dalam mikrokontroller dan sensor suara.

BAB III.

ANALISA RANGKAIAN DAN KERJA SISTEM

Analisa rangkaian dan sistem kerja, dalam bab ini dibahas tentang sistem kerja

per-blok diagram dan sistem kerja keseluruhan.

BAB IV

PENGUJIAN RANGKAIAN

Pada bab ini akan dibahas pengujian rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan

mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan rangkaian, penjelasan

mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler Atmega32 dan sensor suara.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan

yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih

efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem

kerja yang sama.


(15)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat

keras (

hardware

) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil

pilihan. Mikrokontroler merupakan salah satu jawabannya. Selain perangkat keras,

perangkat lunak

(software)

juga mempunyai peranan yang sangat penting karena

perangkat lunak merupakan seperangkat intruksi yang disusun menjadi sebuah program

untuk memerintahkan

microcomputer

melakukan suatu pekerjaan. Dalam merancang

suatu program mikrokontroler dibutuhkan suatu

software

yang dapat menulis program

dan mengubahnya menjadi bilangan heksadesimal.

2.1 Mikrokontroller

Mikrokontroller merupakan sebuah single chip yang didalamnya telah dilengkapi dengan CPU (Central Processing Unit), RAM (Random Acces Memory), ROM (Read Only Memory), input dan output, timer/counter, serial com port secara spesifik digunakan untuk aplikasi-aplikasi control dan buka aplikasi serbaguna. Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus.

2.2 Mikrokontroler Atmega32

Mikrokontroler merupakan suatu device yang di dalamnya sudah terintegrasi dengan I/O port,RAM,ROM,sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan


(16)

kontroler .Mikrokontroler AVR ATmega32 merupakan low power CMOS mikrokontroler 8 bit yang di kembangkan oleh atmel dengan arsitektur RISC (Reduced Instruction SET Computer) sehingga dapat mencapai troughput eksekusi instruksi 1 MIPS (Million Instruction Per Second). Mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas ATtiny, kelas AT90xx, keluarga ATmega,dan kelas AT86RFxx.pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori,peripheral, spedd. Operasi tegangan dan fungsinya sedangkan dari segi arsitektur dan instruksi yang di gunakan bisa di katakan hampir sama.

2.3 Sensor Suara

Adalah sensor yang cara kerjanya merubah besaran suara menjadi

besaran listrik, dan dipasaran sudah begitu luas penggunaannya. Komponen

yang termasuk dalam Sensor suara yaitu electric condenser microphone atau mic

kondenser. Prinsip kerja ECM adalah getaran suara yang diterima oleh dielectric

berupa membran tipis di dalam ECM akan menyebabkan perubahan nilai

kapasitasnya. Berikut adalah gambar fisik dari sensor suara (sound sensor).

2.4 LCD (liquid crystal Display)

LCD (

Liquid Crystal Display

) adalah suatu jenis media tampilan yang

menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Kegunaan LCD banyak

sekali dalam perancangan suatu sistem dengan menggunakan mikrokontroler,

LCD (

Liquid Crysral Display)

dapat berfungsi untuk menampilkan suatu nilai

hasil sensor, menampilakan teks, atau menampilakan menu pada aplikasi

mikrokontroler. M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16


(17)

karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh baris pixel dan 5

kolom pixel (1 baris pixel terakhir adalah kursor).

2.5 CodeVision AVR

CodeVision AVR merupakan sebuah software yang digunakan untuk memprogram mikrokontroler yang sekarang ini telah umum. Mulai dari penggunaan untuk kontrol sederhana sampai kontrol yang cukup kompleks, mikrokontroler dapat berfungsi jika telah diisi sebuah program, pengisian program ini dapat dilakukan menggunakan compiler yang selanjutnya diprogram ke dalam mikrokontroler menggunakan fasilitas yang sudah di sediakan oleh program tersebut. Salah satu compiler program yang umum digunakan sekarang ini adalah CodeVision AVR yang menggunakan bahasa pemrograman C.

CodeVision AVR mempunyai suatu keunggulan dari compiler lain, yaitu

adanya codewizard, fasilitas ini memudahkan kita dalam inisialisasi

mikrokontroler yang akan kita gunakan.


(18)

2.6 Bahasa C

Bahasa yang digunakan dalam CodeVisionAVR adalah bahasa C, Bahasa pemrograman C merupakan salah sat tahun 1972 oleh Dennis Ritchie untuk Laboratories. Meskipun C dibuat untuk memprogram sistem dan jaringan komputer namun bahasa ini juga sering digunakan dalam mengembangkan software aplikasi. C juga banyak dipakai oleh berbagai jenis platform sistem operasi dan arsitektur komputer, bahkan terdapat beberepa compiler yang sangat populer telah tersedia. C secara luar biasa memengaruhi bahasa populer lainnya, terutama C++ yang merupakan extensi dari C.

Gambar 2.2 Tampilan Software Bahasa C

2.6.1 Kerangka Dasar Bahasa Pemrograman C

Bahasa pemrograman C sama seperti bahasa pemrograman lainnya yang

memiliki kerangka dasar. Kerangka Dasar Bahasa C adalah sebagai berikut:

Fungsi main()


(19)

Fungsi main merupakan fungsi utama yang wajib ada pada saat kita

membuat program dengan bahasa C. Dalam sebuah project hanya boleh ada 1

buah fungsi main() saja. Namun dalam bahasa C, tidak membatasi hanya boleh 1

fungsi saja, melainkan kita juga diperbolehkan untuk membuat fungsi-fungsi

lain selain fungsi main() yang bisa mempermudah kita dalam membuat sebuah

program.

Deklarasi variabel

Pendeklarasian variabel ini dilakukan untuk mendaftarkan variabel apa

saja yang akan kita gunakan dalam program yang kita buat. Pendeklarasian

variabel ini biasanya sekaligus dengan mencantumkan tipe data dari variabel

tersebut.

Perintah (statement)

Perintah merupakan deretan program yang kita buat dalam sebuah

project.

Akses library

Digunakan untuk mengakses library apa saja yang kita perlukan dalam

pembuatan sebuah program.

Komentar

Komentar merupakan sebuah kalimat yang biasanya dicantumkan oleh

seorang programer sebagai sebuah catatan kecil yang mana komentar ini tidak

akan ikut di compile atau diproses.


(20)

Bahasa C mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan bahasa

pemrograman yang lain, yaitu:

Kelebihan

1. C mempunyai operator yang lengkap untuk memanipulasi data.

2. Berbagai struktur data dan pengendalian proses disediakan dalam C, sehingga memungkinkan dibuat program yang terstruktur, bahkan program yang berorientasi pada objek (OOP = Object Orientied Programming).

3. Dibanding dengan bahasa mesin atau rakitan (assembly), C jauh lebih mudah dipahami dan pemrogram tidak perlu tahu detail mesin komputer yang digunakan sehingga tidak menyita waktu dalam menyelesaikan masalah ke dalam bentuk program. C merupakan bahasa yang berorientasi pada permasalahan (objek), dan bukan berorientasi pada mesin.

4. Kecepatan eksekusi C mendekati kecepatan eksekusi program yang dibuat dengan bahasa tingkat rendah, namum kemudahan dalam memprogram setara dengan bahasa tingkat tinggi.

5. C memungkinkan memanipulasi data dalam bentuk bit maupun byte secara efisien. Disamping itu juga memungkinkan untuk melakukan manipulasi alamat dari suatu data yang dalam C dinamakan pointer.

Kekurangan

Adapun kelemahan --atau lebih tepatnya kesulitan bahasa pemrograman

C terutama yang dirasakan oleh pemrogram pemula diantaranya adalah:

1. Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program kadang-kadang membingungkan pemakai, yang jika belum familiar akan menimbulkan masalah.


(21)

2. Para pemrogram C tingkat pemula umumnya belum pernah mengenal pointer dan tidak terbiasa menggunakannya, padahal keampuhan bahasa C justru terletak pada pointer.

2.7

ISIS & ARES Proteus

Proteus adalah sebuah software untuk mendesain PCB yang juga

dilengkapi dengan simulasi PSpice pada level skematik sebelum rangkaian

skematik di-upgrade ke PCB sehingga sebelum PCBnya di cetak kita akan tahu

apakah PCB yang akan kita cetak apakah sudah benar atau tidak. Proteus

mampu mengkombinasikan program ISIS untuk membuat skematik desain

rangkaian dengan program ARES untuk membuat layout PCB dari skematik

yang kita buat. Software Proteus ini bagus digunakan untuk desain rangkaian

mikrokontroller.


(22)

Proteus juga bagus untuk belajar elektronika seperti dasar-dasar

elektronika sampai pada aplikasi pada mikrokontroller. Software Proteus ini

menyediakan banyak contoh aplikasi desain yang disertakan pada instalasinya.

Sehingga memungkinkan bisa belajar dari contoh-contoh yang sudah ada.

Fitur-fitur yang terdapat dalam Proteus adalah sebagai berikut :

• Memiliki kemampuan untuk mensimulasikan hasil rancangan baik digital maupun analog maupun gabungan keduanya.

• Mendukung simulasi yang menarik dan simulasi secara grafis.

• Mendukung simulasi berbagai jenis microcontroller seperti PIC 8051 series.

• Memiliki model-model peripheral yang interactive seperti LED, tampilan LCD, RS232, dan berbagai jenis library lainnya.

• Mendukung instrument-instrument virtual seperti voltmeter, ammeter, oscciloscope, logic analyser, dan lain-lainnya.

• Memiliki kemampuan menampilkan berbagi jenis analisis secara grafis seperti transient, frekuensi, noise, distorsi, AC dan DC, dan lain-lainnya.

• Mendukung berbagai jenis komponen-komponen analog.

• Mendukung open architecture sehingga kita bisa memasukkan program seperti C++ untuk keperluan simulasi.

• Mendukung pembuatan PCB yang di-update secara langsung dari program ISIS ke program pembuat PCB-ARES.

ISIS dipergunakan untuk keperluan pendidikan dan perancangan. Beberapa

fitur umum dari ISIS adalah sebagai berikut :

• Windows dapat dioperasikan pada Windows 98/Me/2k/XP dan Windows terbaru. • Routing secara otomatis dan memiliki fasilitas penempatan dan penghapusan dot. • Sangat powerful untuk pemilihan komponen dan pemberian properties-nya.


(23)

modul dan jalur.

• Memiliki fasilitas report terhadap kesalahan-kesalahan perancangan dan simulasi elektrik.

• Mendukung fasilitas interkoneksi dengan program pembuat PCB-ARES.

• Memiliki fasilitas untuk menambahkan package dari komponen yang belum didukung. ARES (Advanced Routing and Editing Software) digunakan untuk membuat modul layout PCB. Adapun fitur-fitur dari ARES adalah sebagai berikut :

1. Memiliki database dengan tingkat keakuratan 32-bit dan memberikan resolusi sampai 10 nm, resolusi angular 0,1 derajat dan ukuran maksimum board sampai 10 m.

2. ARES mendukung sampai 16 layer.

3. Terintegrasi dengan program pembuat skematik ISIS, dengan kemampuan untuk menentukan informasi routing pada skematik.

4. Visualisasi board 3-Dimensi.

5. Penggambaran 2-Dimensi dengan simbol library.

Proteus lebih memiliki kelebihan pada desainnya yang sederhana, sangat mudah dan bagus digunakan untuk perancangan rangkaian mikrokontroller yang akan sangat membantu digunakan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah berhubungan dengan mikrokontroller. Kelebihannya yang lain adalah sebelum PCB dicetak skematiknya bisa disimulasikan dulu.

2.8 USB Downloader ISP

USB Downloader merupaan perangkat hardware / tools yang digunakan

untuk mengisi firmware ke mikrokontroler AVR dan dapat dikatakan sebagai

penghenal. AVR USB Downloader memiliki interface USB yang memudahkan

programmer jika ingin memprogram mikrokontroler melalui Laptop. AVR USB

Downloader dapat digunakan dengan aplikasi external downloader seperti

AVRDude, Khazama, atupun yang lainnya. Internet Service Provider (ISP) atau


(24)

Penyelenggara Jasa Internet (PJI) adalah sebuah perusahaan atau sebuah

organisasi yang menyediakan jasa layanan koneksi akses internet untuk

perseorangan, perkantoran, kampus, sekolah, dan lain - lain.


(25)

BAB 3

PERANCANGAN DAN SISTEM KERJA RANGKAIAN

3.1

Sensor Suara (Sound Sensor)

Sensor suara adalah sebuah alat yang mampu merubah gelombang

Sinusioda

suara menjadi gelombang sinus energi listrik. Prinsip kerja sensor

suara yaitu merubah besaran suara menjadi besaran listrik. Sensor suara ini ada

2, yang mana memiliki fungsi yang sedikit berbeda, sensor yang partama

terletak di ruang 1 untuk membaca langsung frekuensi dari speaker yang

langsung diproses ke mikro dan ditampilkan di layar LCD, kemudian sensor

yang kedua berada di ruangan ke 2 untuk membaca frekuensi yang telah

terhalang oleh bahan yang diuji dan dapat di katakan bahwa sensor yang berada

di ruangan 2 membaca frekuensi yang telah diredam oleh bahan, kemudian

diproses di mikro dan ditampilkan di layar LCD.

3.2 Diagram Block

f

Function Generator Speaker Sensor Suara

Materisl ( Penyekat ) Sensor Suara

Proses

Output LCD


(26)

Diagram block di atas adalah rangkaian elektronik yang berfungsi untuk mengendalikan peralatan sesuai perintah yang diberikan. Gambar 3.1 merupakan gambar rancangan dari alat pendeteksi kedap suara yang memiliki bagian racangan yang penting, yaitu seperti sensor suara yang telah di jelaskan pada halaman sebelumnya, dan beberapa bagian utama rangkaian lainnya yaitu:

1. Mikrokontroller

2. Baterai KRISBOW Alkaline Battery 250mAh-8,4V 3. Function Generator / Sumber Frekuensi

4. Material & Miniatur ruang Vacum

3.2.1. Mikrokontroler

Mikrokontroller merupakan sebuah single chip yang didalamnya telah

dilengkapi dengan CPU (

Central Processing Unit

), RAM (

Random Acces

Memory

), ROM (

Read Only Memory

), input dan output, timer/counter, serial

com port secara spesifik digunakan untuk aplikasi-aplikasi control dan buka

aplikasi serbaguna. Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu alat

elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan

program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus. Cara kerja

mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data. Mikrokontroller

umumnya bekerja pada frekuensi 4MHz – 40MHz. Dan mikrokontroller yang

digunakan dalam alat ini yaitu Atmega32.

3.2.2. Baterai KRISBOW Alkaline Battery 250mAh-8,4V

Baterai yang digunakan pada mikrokontroller ini mempunyai tegangan listrik


(27)

sekali pakai disebut juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai sekunder. Dan kedua-duanya bersifat mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik

3.2.3. Function Generator / Sumber Frekuensi

Function Generator adalah piranti pembangkit sinyal, dimana sinyal

yang dihasilkannya dapat berupa sinyal berbentuk sinusoida, segitiga ataupun

square yang dapat diatur frekuensinya. Function generator ini bisa

menghasilkan sinyal dalam bentuk sinus, segitiga dan kotak dengan tegangan

puncak ke puncak mulai dari 0 s/d 20 Vpp. Frekuensinya bisa diatur mulai dari

0 s/d 22 KHz. Prinsip kerja frekuensi pembawa dibangkitkan oleh sebuah

osilator LC yang sangat stabil, menghasilkan sebuah bentuk gelombang sinus

yang baik dan tidak memiliki dengung yang cukup besar atau modulasi derau.

Rangcangan LC dirancang agar memberikan suatu keluaran yang tetap

konstan sepanjang setiap rangkuman frekuensi.

3.2.4. Material & Miniatur Ruang Vacum

Miniatur ruangan vacum terbuat dari papan, yang telah didempul dengan ketebalan kurang lebih 2,5cm. miniatur ini memiliki panjang 30cm tinggi 15cm dan lebar 15cm. Dimana miniatur ruangan ini akan di bagi menjadi 2 bagian yaitu ruangan yang pertama untuk frekuensi langsung dari speaker. Dan ruangan yang kedua untuk membaca frekuensi yang terhalang oleh bahan yang telah diuji.dapat dikatakan ruangan yang ke dua untuk tempat peredm suara. Kemudian ruangan tersebut


(28)

didalamnya dibalut karpet. Material yang akan diuji yaitu: Metal, Besi, Kaca, Seng dan Papan dengan ketebalan yang sama yaitu 0,4mm.

3.3. Diagram Alir (Flowchart)

Mulai Inisialisasi Variabel Selagi tombol 1= high Selagi tombol 2= low

Tampilkan “ “ : 1. Voltage 2. Sound

Selagi berlogika 1

Masuk ke fungsi Voltage

Baca ADC 1 dan 3

Hasil baca ADC konstanta

Tampilan hasil ke layar LCD : Sensor 1 = ….. mV Sensor 2 = ….. mV

Selagi berlogika 1

Baca ADC 1 dan 3

Sensor 1/ 2 = 55

Tampilan hasil ke layar LCD : Romm 1 = …..dB Romm 2 = …..dB Jika sensor 1/ 2>= 0 && sensor 1/2<

=45

For i=0, sensor 1/2<=15 Sensor 1/2++

Sensor 1/2= sensor 1/ 2+i Y N Y Y Y N N

Sensor 1/ 2 = 108

Tampilan hasil ke layar LCD : Romm 1 = …..dB Romm 2 = …..dB Jika sensor 1/2>= 224

For i=0, sensor 1/2<=15 Sensor 1/2++

Sensor 1/2= sensor 1/ 2+i Y

N

Selesai

Gambar 3.2. Diagram alir (flowchart )

Diagram di atas merupakan diagram aliran proses kerja sistem yang menggambarkan aliran proses satu siklus kerja dari start hingga selesai. Mulai dari start program akan dimulai setelah perangkat keras yaitu mikrokontroler di reset.


(29)

3.4 Program CodeVIsion AVR

Untuk memulai pembuatan program aplikasi di dalam Code Vision,

yang dilakukan adalah membuat project baru. Project adalah sekumpulan form,

modul, fungsi, data dan laporan yang digunakan dalam suatu aplikasi. Membuat

projrct baru dapat dilakukan dengan memilih menu [File] >> [New Project] >>

At90 >>. Setelah itu akan muncul konfirmasi untuk jenis project dari program

aplikasi yang akan dibuat seperti terlihat pada gambar 3.3. berikut.

Gambar 3.3. Layar new file

Setelah itu, [Klik chip] >> Clock: 12000000 MHz >> Chip : atmega32 >> Program type: application. Kemudian [Klik Port] >> Port D: Bit 6 dan 7 di outkan dengan berlogika 1 ( hanya port d saja yang digunakan, karena untuk pussh button maka hanya d yang di gunakan ). Lalu klik ADC untuk pengisian voltage, [ADC] >> kemudian beri tanda ceklis >> ADC enable dan use 8 bit >> clock : 7500000 MHz >> avcc pin. [


(30)

LCD] clik enable alphanumerik lcd >> line 16 >> Lcd avr: port c semua lalu bit dirubah sesuai gambar berikut;

Gambar 3.4. Layar pengaturan pada new file

Setelah itu, di save generatte, disimpan pada folder, sebanyak 3 kali

dengan nama yang sama. Maka muncul layar berikut;


(31)

Gambar 3.5. Layar pemasukan program

Kemudian dimasukkan program setelah itu, di write kan pada program

ISP. Dan selesai.

3.5 Program USB Downloader ISP

ISP Programmer menggunakan program buatan Adam Dybkowski dari

Polandia . Program ini mendukung semua IC produksi ATMEL yang

menggunakan mode pemrograman ISP. ISP itu umumnya menggunakan

pemrograman pada pin MOSI, MISO, SCK, Reset, Gnd. Program ini dapat

dilakukan dengan cara membuka jendela pada program >> setup (sesuaikan

pada koneksipin kabel yang digunakan) >> pilih IC yang digunakan pada

downloader >> erase dan program all >> selesai.


(32)

Gambar 3.6 Tampilan Software ISP

3.6 Program ISIS Proteus

Untuk memulai pembuatan program aplikasi di dalam ISIS, yang dilakukan

adalah membuat project baru. Project adalah sekumpulan form, modul, fungsi,

data dan laporan yang digunakan dalam suatu aplikasi. Membuat projrct baru

dapat dilakukan dengan memilih menu [File] >> [New Design] .Setelah itu akan

muncul seperti terlihat pada gambar berikut.


(33)

Gambar 3.7 Tampilan new Design

Kemudian di klik pada huruf P yang mengartikan sebagai library dari

komponen dan dimensinya yang akan digunakan. Gambar berikut ini adalah

tampilan library.


(34)

Setelah dirangkain semua komponen yang dipilih dengan diklik 2 kali di

layar, maka rangkaian yang selesai itu di klik kan pada menu toolbar ARES,

untuk menampilkan aeresnya dan dapat dicetak di PCB.

Gambar 3.9. Tampilan rangkaian ARES

3.7 ADC ( Analog To Digital Converter )

ADC adalah kepanjangan dari Analog To Digital Converter yang berfungsi

untuk mengubah input analog menjadi kode digital. Secara singkat prinsip kerja

dari konverter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian diuji, dan bilamana

perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dengan rangkaian yang

paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A

merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai register SAR. Apabila

konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal selesai konversi

yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang


(35)

ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian, keluaran digital akan tetap

tersimpan sekalipun akan di mulai siklus konversi yang baru.

Resolusi =

�������� ����� ���� ℎ

2�− 1

. . .. . . .(3.1)

IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog, Vin (+) dan Vin (-),

sehingga dapat menerima masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya

(Vin) sama dengan selisih antara tegangan- tegangan yang dihubungkan dengan

ke dua pin masukan yaitu Vin= Vin (+) – Vin (-). Kalau masukan analog

berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+),

sedangkan Vin (-) digroundkan.

3.8 Konversi dB Dengan Volt

Skala Penguatan dB (Desibel) dan Aplikasi Decibel. Perbandingan

nilai-nilai yang berbeda dari daya, tegangan dan arus sering dibuat dengan

menggunakan desibel daripada dengan rasio. Hal ini dikarenakan penggunaan

bilangan dB (desibel) lebih sesuai dengan dampaknya pada karakteristik telinga

manusia bila nada-nada atau suara pada pengeras suara dibandingkan. Rumusan

rasio dB (decibel) untuk daya adalah :

dB = 10 Log (P2/P1). . . .. . . .(3.2)

Dimana P2 dan P1 adalah daya yang dibandingkan. Penggunaan skala

penguatan desibel selalu tepat, asalkan ukuran daya dibuat dalam cara yang

sama. Tepatnya, decibel harus digunakan hanya untuk membandingkan

nilai-nilai tegangan dan arus bila tingkat impedansi dimana kedua ukuran diambil

adalah sama. Hal ini biasanya diabaikan bila skala db hanya digunakan untuk

pembandingan keadaan-keadaan yang berbeda, dengan impedansi yang tidak

berubah.


(36)

BAB 4

PENGUJIAN RANGKAIAN DAN PROGRAM ALAT

4.1

Pengujian Sensor Suara (Sound Sensor)

Pengujian rangkaian ini dengan diberi besar/kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang juga terdapat sebuah kumparan kecil di balik membran tadi naik & turun (merubah besaran suara menjadi besaran listrik). Dan sebelumnya rangkaian ini diprogram lebih dulu dengan program downloader sebagai pengenalnya.

4.2 Pengujian Sistem Minimum Mikrokontroller Atmega32

Karena pemrograman menggunakan mode ISP (In System Programming) mikrokontroler harus dapat diprogram langsung pada papan rangkaian dan rangkaian mikrokontroler harus dapat dikenali oleh program downloader. Pada pengujian ini berhasil dilakukan dengan dikenalinya jenis mikrokontroler oleh program downloader yaitu ATMega32.

4.2.1 Program Mikrokontroller Atmega32

/***************************************************** This program was produced by the

CodeWizardAVR V2.05.0 Professional Automatic Program Generator


(37)

http://www.hpinfotech.com

Project : Version : Date : 7/1/2014 Author : NeVaDa Company : Comments:

Chip type : ATmega32 Program type : Application

AVR Core Clock frequency: 12.000000 MHz Memory model : Small

External RAM size : 0 Data Stack size : 512

*****************************************************/

#include <mega32.h> #include <stdio.h> #include <delay.h>

// Alphanumeric LCD Module functions #include <alcd.h>


(38)

// Read the 8 most significant bits // of the AD conversion result

unsigned char read_adc(unsigned char adc_input) {

ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);

// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage delay_us(10);

// Start the AD conversion ADCSRA|=0x40;

// Wait for the AD conversion to complete while ((ADCSRA & 0x10)==0);

ADCSRA|=0x10; return ADCH; }

// Declare your global variables here unsigned int sensor1,sensor2,sens1,sens2,i; char buff[16];

char buff_1[16]; char buffer[16]; char buffer_1[16]; void voltage() {

sens1=read_adc(0)*0.26756484; sens2=read_adc(1)*0.26756484;

sprintf(buffer,"Sensor1= %d mV",sens1); sprintf(buffer_1,"Sensor2= %d mV",sens2);


(39)

lcd_gotoxy(0,0); lcd_puts(buffer); lcd_gotoxy(0,1); lcd_puts(buffer_1); delay_ms(500);

lcd_clear(); }

void intensitas() {

sensor1=read_adc(0);

if(sensor1>=0&&sensor1<=16) {

sensor1=55;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=16&&sensor1<=32) {

sensor1=56;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=32&&sensor1<=64) {


(40)

sensor1=57;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=64&&sensor1<=96) {

sensor1=58;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=96&&sensor1<=128) {

sensor1=59;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=128&&sensor1<=160) {

sensor1=60;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {


(41)

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=160&&sensor1<=192) {

sensor1=61;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=192&&sensor1<=224) {

sensor1=62;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=224&&sensor1<=256) {

sensor1=63;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }


(42)

else if(sensor1>=256&&sensor1<=288) {

sensor1=64;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=288&&sensor1<=320) {

sensor1=65;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=320&&sensor1<=352) {

sensor1=66;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=352&&sensor1<=384) {


(43)

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=384&&sensor1<=416) {

sensor1=68;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=416&&sensor1<=448) {

sensor1=69;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=448&&sensor1<=470) {

sensor1=70;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {


(44)

} }

else if(sensor1>=470&&sensor1<=492) {

sensor1=71;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=492&&sensor1<=524) {

sensor1=72;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=524&&sensor1<=556) {

sensor1=73;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}


(45)

{

sensor1=74;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=588&&sensor1<=620) {

sensor1=75;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=620&&sensor1<=652) {

sensor1=76;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=652&&sensor1<=684) {

sensor1=77;


(46)

{

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=684&&sensor1<=716) {

sensor1=78;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=716&&sensor1<=748) {

sensor1=79;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=748&&sensor1<=780) {

sensor1=80;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }


(47)

}

else if(sensor1>=780&&sensor1<=810) {

sensor1=81;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=810&&sensor1<=842) {

sensor1=82;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=842&&sensor1<=876) {

sensor1=83;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=876&&sensor1<=908) {


(48)

sensor1=84;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=908&&sensor1<=940) {

sensor1=85;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=940&&sensor1<=952) {

sensor1=86;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=952&&sensor1<=972) {

sensor1=87;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {


(49)

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=972&&sensor1<=992) {

sensor1=88;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=992&&sensor1<=1002) {

sensor1=89;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }

}

else if(sensor1>=1002) {

sensor1=90;

for(i=0;sensor1<=15;sensor1++) {

sensor1=sensor1+i; }


(50)

sensor2=read_adc(1); // Sensor 2 baca adc if(sensor2>=0&&sensor2<=16)

{

sensor2=55;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=16&&sensor2<=32) {

sensor2=56;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=32&&sensor2<=64) {

sensor2=57;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}


(51)

{

sensor2=58;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=96&&sensor2<=128) {

sensor2=59;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=128&&sensor2<=160) {

sensor2=60;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=160&&sensor2<=192) {

sensor2=61;


(52)

{

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=192&&sensor2<=224) {

sensor2=62;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=224&&sensor2<=256) {

sensor2=63;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=256&&sensor2<=288) {

sensor2=64;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }


(53)

}

else if(sensor2>=288&&sensor2<=320) {

sensor2=65;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=320&&sensor2<=352) {

sensor2=66;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=352&&sensor2<=384) {

sensor2=67;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=384&&sensor2<=416) {


(54)

sensor2=68;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=416&&sensor2<=448) {

sensor2=69;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=448&&sensor2<=470) {

sensor2=70;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=470&&sensor2<=492) {

sensor2=71;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {


(55)

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=492&&sensor2<=524) {

sensor2=72;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=524&&sensor2<=556) {

sensor2=73;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=556&&sensor2<=588) {

sensor2=74;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }


(56)

else if(sensor2>=588&&sensor2<=620) {

sensor2=75;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=620&&sensor2<=652) {

sensor2=76;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=652&&sensor2<=684) {

sensor2=77;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=684&&sensor2<=716) {


(57)

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=716&&sensor2<=748) {

sensor2=79;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=748&&sensor2<=780) {

sensor2=80;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=780&&sensor2<=810) {

sensor2=81;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {


(58)

} }

else if(sensor2>=810&&sensor2<=842) {

sensor2=82;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=842&&sensor2<=876) {

sensor2=83;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=876&&sensor2<=908) {

sensor2=84;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}


(59)

{

sensor2=85;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=940&&sensor2<=952) {

sensor2=86;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=952&&sensor2<=972) {

sensor2=87;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=972&&sensor2<=992) {

sensor2=88;


(60)

{

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=992&&sensor2<=1002) {

sensor2=89;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

else if(sensor2>=1002) {

sensor2=90;

for(i=0;sensor2<=15;sensor2++) {

sensor2=sensor2+i; }

}

sprintf(buff,"Room1 = %d dB",sensor1); sprintf(buff_1,"Room2 = %d dB",sensor2); lcd_gotoxy(0,0); lcd_puts(buff);

lcd_gotoxy(0,1); lcd_puts(buff_1); delay_ms(500);

lcd_clear(); }


(61)

void main(void) {

// Declare your local variables here

// Input/Output Ports initialization // Port A initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

// Port B initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTB=0x00;

DDRB=0x00;

// Port C initialization

// Func7=Out Func6=Out Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=1 State6=1 State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T

PORTC=0xC0; DDRC=0xC0;

// Port D initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T


(62)

PORTD=0x00; DDRD=0x00;

// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 0 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x00;

TCNT0=0x00; OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer1 Stopped // Mode: Normal top=0xFFFF // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off

// Input Capture on Falling Edge // Timer1 Overflow Interrupt: Off // Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00;

TCCR1B=0x00; TCNT1H=0x00;


(63)

TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer2 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00;

TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization // INT0: Off

// INT1: Off // INT2: Off MCUCR=0x00; MCUCSR=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x00;


(64)

// USART initialization // USART disabled UCSRB=0x00;

// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off

// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80;

SFIOR=0x00;

// ADC initialization

// ADC Clock frequency: 750.000 kHz // ADC Voltage Reference: AVCC pin // Only the 8 most significant bits of // the AD conversion result are used ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x84;

// SPI initialization // SPI disabled SPCR=0x00;

// TWI initialization // TWI disabled TWCR=0x00;


(65)

// Alphanumeric LCD initialization // Connections specified in the

// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu: // RS - PORTC Bit 7

// RD - PORTC Bit 0 // EN - PORTC Bit 6 // D4 - PORTC Bit 5 // D5 - PORTC Bit 4 // D6 - PORTC Bit 3 // D7 - PORTC Bit 2 // Characters/line: 16 lcd_init(16);

while(PIND.7==1) {

lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("SelectMeasurment"); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("1.Voltage2.Sound"); delay_ms(1000);

lcd_clear(); if(PIND.6==0) {

while(1) {

voltage(); }

} }


(66)

while (1) {

// Place your code here intensitas();

}

}

4.3

Pengujian Signal Generator

Pengujian signal generator dapat dengan cara mengkalibrasikan

frekuensi, dimana frekuensi yang kami buat dengan range batas frekuensi bunyi

yang dapat didengar ole

pada amplitudo berbagai variasi dalam kurva responsnya.

4.4

Pengujian Speaker

Pengujian ini dilakukan dengan cara menghubungkan kabel (-) negatif

dan (+) positif speaker pada signal generator, kemudian kalibrasi yang diberikan

dengan batas range nya berkisar antara 20 Hz sampai 20 kHz di keluarkan oleh

speaker dan akan segera ditangkap oleh sensor suara.

4.5

Pengujian Miniatur Ruang Kedap Suara

Suara yang dikirim dan melewati sensor suara itu berada dalam ruangan

miniatur yang telah di rancang dengan 2 sisi. Jika disisi 1 diletak dengan suara


(67)

yang diuji, respon sisi 1 tidak terdengar sedikit pun suara itu, maka dapat

dikatakan pembatas kedua sisi itu bahan yang sangat baik untuk pengedap suara,

dan sebaliknya.

4.6

Pengujian LCD

Untuk menguji rangkaian LCD, maka dibuatlah rangkaian sebagai

berikut:

Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian LCD

Kemudian, pada mikrokontroler dimasukkan program, ketika program

dieksekusi oleh mikrokontroler, maka pada display LCD akan muncul tulisan “”

pada layar LCD.

/*****************************************************

This program was produced by the


(68)

Automatic Program Generator

© Copyright 1998-2011 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.

Project :

Version :

Date : 4/16/2014

Author : Ilyas_Juli

Company : FISIKA D3

Comments:

Chip type : ATmega8

Program type : Application

AVR Core Clock frequency: 12.000000 MHz

Memory model : Small

External RAM size : 0

Data Stack size : 256

*****************************************************/

#include <mega8.h>

#include <stdio.h>

#include <delay.h>

// Alphanumeric LCD functions

#include <alcd.h>


(69)

#define ADC_VREF_TYPE 0xC0

lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("SelectMeasurment");

lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("1.Voltage2.Sound");

delay_ms(1000);

lcd_clear();

if(PINB.0==0)

{

while(1)

{

voltage();

}

}

}

while (1)

{

// Place your code here

intensitas();

}

}

4.7

Pengujian Alat Peredam Suara

Data dibawah diambil berdasarkan pengujian material dengan amplitudo

tetap yaitu 100 dB, dengan nilai data yang tertinggi. Dibawah ini adalah tabel

hasil pengujian material


(70)

Tabel 4.1 Data Pengujian Material

BAHAN

FREKUENSI

500Hz 1500Hz 2500Hz 3500Hz 4500Hz

Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Kaca

70Db 61dB 87dB 63dB 63Db 61dB 65dB 61dB 64dB 61dB

882mV 621mV 1383mV 681mV 671mV 641mV 751mV 631mV 721mV 631mV

Akrelit

70dB 62dB 65dB 62dB 63dB 61dB 75dB 61dB 69dB 61dB

801mV 621mV 671mV 641mV 681mV 621mV 1032mV 631mV 862mV 621mV

Triplek

70dB 61dB 64dB 62dB 62dB 61dB 69dB 61dB 63dB 61dB

829mV 631mV 721mV 671mV 671mV 631mV 841mV 821mV 671mV 621mV

Besi

75dB 61dB 74dB 62dB 72dB 59dB 66dB 61dB 65dB 55dB

1042mV 621mV 1002mV 671mV 751mV 621mV 621mV 601mV 811mV 621mV

Pengujian dilakukan dengan mengganti material yang berfungsi sebagai

pengedap suara, kemudian direspon dengan sensor suara 1 dan sensor suara 2

yang masing – masing memproses sesuai kebutuhannya.


(71)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Dari evaluasi hasil kerja alat, dapat diambil beberapa kesimpulan dalam

penelitian ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah:

1. Bahan yang terbuat dari kaca adalah bahan yang paling tepat sebagai bahan material yang digunakan untuk meredam suara, karena bersifat memantulkan.

2. Sensor suara ini memiliki batas kemampuan membaca frekuensi dengan nilai yang terbilang tinggi.

3. Sensor suara dengan menggunakan transistor bipolar (BC458B dan BC588B) terbukti dapat menstabilkan pembacaan pada peredaman.

5.2 Saran

1. Dengan beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini akan dapat lebih baik lagi hasilnya.

2. Penggunaan sensor yang lebih bagus akan dapat mengedap suara hingga batas maksimal yang kita inginkan dan dalam pengujiannya akan lebih menarik.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Edison, Jhon,

Seri Penuntun Praktis Membangun Wireless LAN,

Penebit : PT Elex

Media Komputindo,Jakarta, 2005.

MataMaya, Studio,

Teknik,

Penebit : PT Elex Media Komputindo,Jakarta, 2010

Pramono, Djoko,

Mudah Menguasai Bahasa C,

Penebit : PT Elex Media

Komputindo,Jakarta, 1999.

Priyambodo, Tri Kuntoro,

Jaringan, Teori dan Implementasi,,

Penerbit : Andi,

Yogyakarta, 2005.


(1)

yang diuji, respon sisi 1 tidak terdengar sedikit pun suara itu, maka dapat dikatakan pembatas kedua sisi itu bahan yang sangat baik untuk pengedap suara, dan sebaliknya.

4.6 Pengujian LCD

Untuk menguji rangkaian LCD, maka dibuatlah rangkaian sebagai berikut:

Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian LCD

Kemudian, pada mikrokontroler dimasukkan program, ketika program dieksekusi oleh mikrokontroler, maka pada display LCD akan muncul tulisan “” pada layar LCD.

/***************************************************** This program was produced by the


(2)

Automatic Program Generator

© Copyright 1998-2011 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.

Project : Version :

Date : 4/16/2014 Author : Ilyas_Juli Company : FISIKA D3 Comments:

Chip type : ATmega8 Program type : Application

AVR Core Clock frequency: 12.000000 MHz Memory model : Small

External RAM size : 0 Data Stack size : 256

*****************************************************/

#include <mega8.h> #include <stdio.h> #include <delay.h>

// Alphanumeric LCD functions #include <alcd.h>


(3)

#define ADC_VREF_TYPE 0xC0

lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("SelectMeasurment"); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf("1.Voltage2.Sound"); delay_ms(1000);

lcd_clear(); if(PINB.0==0) {

while(1) {

voltage(); }

} }

while (1) {

// Place your code here intensitas(); }

}

4.7 Pengujian Alat Peredam Suara

Data dibawah diambil berdasarkan pengujian material dengan amplitudo tetap yaitu 100 dB, dengan nilai data yang tertinggi. Dibawah ini adalah tabel hasil pengujian material


(4)

Tabel 4.1 Data Pengujian Material

BAHAN

FREKUENSI

500Hz 1500Hz 2500Hz 3500Hz 4500Hz

Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Room 1 Room 2 Kaca

70Db 61dB 87dB 63dB 63Db 61dB 65dB 61dB 64dB 61dB

882mV 621mV 1383mV 681mV 671mV 641mV 751mV 631mV 721mV 631mV

Akrelit

70dB 62dB 65dB 62dB 63dB 61dB 75dB 61dB 69dB 61dB

801mV 621mV 671mV 641mV 681mV 621mV 1032mV 631mV 862mV 621mV

Triplek

70dB 61dB 64dB 62dB 62dB 61dB 69dB 61dB 63dB 61dB

829mV 631mV 721mV 671mV 671mV 631mV 841mV 821mV 671mV 621mV

Besi

75dB 61dB 74dB 62dB 72dB 59dB 66dB 61dB 65dB 55dB

1042mV 621mV 1002mV 671mV 751mV 621mV 621mV 601mV 811mV 621mV

Pengujian dilakukan dengan mengganti material yang berfungsi sebagai pengedap suara, kemudian direspon dengan sensor suara 1 dan sensor suara 2 yang masing – masing memproses sesuai kebutuhannya.


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari evaluasi hasil kerja alat, dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah:

1. Bahan yang terbuat dari kaca adalah bahan yang paling tepat sebagai bahan material yang digunakan untuk meredam suara, karena bersifat memantulkan.

2. Sensor suara ini memiliki batas kemampuan membaca frekuensi dengan nilai yang terbilang tinggi.

3. Sensor suara dengan menggunakan transistor bipolar (BC458B dan BC588B) terbukti dapat menstabilkan pembacaan pada peredaman.

5.2 Saran

1. Dengan beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini akan dapat lebih baik lagi hasilnya.

2. Penggunaan sensor yang lebih bagus akan dapat mengedap suara hingga batas maksimal yang kita inginkan dan dalam pengujiannya akan lebih menarik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Edison, Jhon, Seri Penuntun Praktis Membangun Wireless LAN,Penebit : PT Elex Media Komputindo,Jakarta, 2005.

MataMaya, Studio, Teknik,Penebit : PT Elex Media Komputindo,Jakarta, 2010

Pramono, Djoko, Mudah Menguasai Bahasa C, Penebit : PT Elex Media Komputindo,Jakarta, 1999.

Priyambodo, Tri Kuntoro, Jaringan, Teori dan Implementasi,, Penerbit : Andi, Yogyakarta, 2005.