PENDAHULUAN 1. Latar belakang dan rumusan masalah

M akalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional M atematika dan Pendidikan M atematika dengan tema ” P P e e n n g g u u a a t t a a n n P P e e r r a a n n M M a a t t e e m m a a t t i i k k a a d d a a n n P P e e n n d d i i d d i i k k a a n n M M a a t t e e m m a a t t i i k k a a u u n n t t u u k k I I n n d d o o n n e e s s i i a a y y a a n n g g L L e e b b i i h h B B a a i i k k pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan M atematika FM IPA UNY P – 42 NORMA SOSIOMATEMATIK DALAM KELAS MATEMATIKA Ilham Rizkianto FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta ilham_rizkianto uny.ac.id Abstrak Salah satu jenis kecerdasan yang menjadi perhatian dalam paham sosial konstruktivis adalah kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial ini diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai interaksi sosial. Pentingnya interaksi sosial juga tertuang dalam salah satu prinsip dari Pendidikan Matematika Realistik, yaitu interactivity yang merupakan interaksi sosial antara pembelajar untuk mendukung proses individu masing-masing pembelajar. Komunikasi adalah salah satu bagian penting dalam matematika dan pendidikan matematika. Melalui kegiatan komunikasi, siswa dapat bertukar ide dan pendapat, mengklarifikasi pemahaman dan pengetahuan yang mereka peroleh, dan lain sebagainya. Kemampuan komunikasi ini tentunya ditunjang dari pengadaan masalah matematika yang menantang challenging problem. Masalah matematika yang digunakan bersifat terbuka open-ended sehingga mendukung terjadinya diskusi antar siswa. Suatu proses belajar akan menjadi lebih efektif dan efisien jika para pembelajar saling mengkomunikasikan ide melalui interaksi sosial. Karenanya, perkembangan kemampuan komunikasi siswa dalam dan melalui pembelajaran merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar dalam pendidikan. Interaksi sosial yang terjadi di antara siswa ketika bekerja sama menyelesaikan suatu masalah matematika maupun dalam mempresentasikan suatu hasil penyelesaian matematis dilandasi oleh norma yang berkembang dalam komunikasi, yaitu norma sosial dan norma sosiomatematik. Norma sosiomatematik merupakan suatu aturan eksplisit maupun implisit yang mempengaruhi partisipasi siswa dalam aktivitas matematika. Norma sosiomatematik berkaitan dengan bagaimana siswa meyakini dan memahami pengetahuan matematika, menempatkan diri dalam suatu interaksi sosial dalam membangun pengetahuan matematika. Pengembangan interaksi sosial di antara siswa dalam proses pembelajaran sejalan dengan program Pemerintah Republik Indonesia, melalui Kementrian Pendidikan Nasional, yang menempatkan pembangunan karakter sebagai salah satu tujuan sekaligus bagian dari pendidikan kita. Kata kunci: norma sosiomatematik, PMRI, RME, interaksi sosial

A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang dan rumusan masalah

Salah satu jenis kecerdasan yang menjadi perhatian dalam paham sosial konstruktivis adalah kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial ini diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai interaksi sosial. Vygotsky – seorang penganut sosial konstruktivis – menekankan keutamaan dari interaksi sosial sebagai suatu prasyarat menuju perkembangan kognitif individu melalui internalisasi ide-ide dalam suatu komunitas Nyikos Hashimoto, 1997. Pentingnya interaksi sosial juga tertuang dalam salah satu prinsip dari Pendidikan Matematika Realistik. Treffers dalam Bakker 2004 merumuskan interactivity sebagai interaksi sosial antara pembelajar untuk mendukung proses individu masing-masing pembelajar. National Council of Teachers of Mathematics NCTM, 2000 melalui Principles and Standard for School Mathematics, menempatkan komunikasi sebagai salah satu bagian penting Seminar Nasional M atematika dan Pendidikan M atematika FM IPA UNY Yogyakarta, 9 November 2013 M P - 332 dalam matematika dan pendidikan matematika. Melalui kegiatan komunikasi, siswa dapat bertukar ide dan pendapat, mengklarifikasi pemahaman dan pengetahuan yang mereka peroleh, dan lain sebagainya. Paham sosial konstruktivis berpandangan bahwa perkembangan kognitif siswa merupakan suatu hasil dari komunikasi dalam kelompok sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Proses belajar siswa tidak hanya merupakan suatu proses mandiri dalam artian dilakukan secara individual, tetapi juga merupakan suatu bentuk sosial yang berjalan secara bersama-sama. NCTM merumuskan standar komunikasi untuk menjamin kegiatan pembelajaran matematika yang mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam: 1. Menyusun dan memadukan pemikiran matematika melalui komunikasi 2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika secara logis dan sistematis kepada sesama siswa, kepada guru, maupun orang lain 3. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dan strategi matematis orang lain 4. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide matematika secara tepat. Kemampuan komunikasi ini tentunya ditunjang dari pengadaan masalah matematika yang menantang challenging problem. Masalah matematika yang digunakan bersifat terbuka open-ended sehingga mendukung terjadinya diskusi antar siswa. Karakteristik masalah yang terbuka akan memicu pada terjadinya interpretasi masalah dan strategi penyelesaian. Perbedaan tersebut selanjutnya menjadi objek diskusi siswa untuk merumuskan suatu kesepakatan dan pemahaman bersama. Tujuan tersebut akan tercapai jika proses diskusi berlangsung secara terarah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan adanya penggunaan aturan dalam diskusi. Diskusi tidak hanya untuk berbagi gagasan tapi yang lebih penting, adalah diskusi tersebut sekaligus bermanfaat dalam mengklarifikasi serta mengembangkan gagasan menuju suatu pengetahuan dan pemahaman matematis. Aturan tentang bagaimana seseorang bersikap atau bertingkah laku, sering disebut sebagai norma. Dalam suatu kelas, pelaksanaan proses pembelajaran juga diatur oleh adanya norma. Secara umum, norma yang digunakan adalah norma sosial. Pada penerapannya, disadari adanya norma yang hanya berlaku dalam suatu subjek tertentu, dalam hal ini subjek matematika, norma yang mengatur dikenal sebagai norma sosiomatematik. Banyak penelitian juga telah dilakukan untuk mengkaji berbagai aspek dari tentang interaksi sosial beserta norma sosial dan norma sosiomatematik, khususnya dalam suatu pembelajaran. Tulisan ini adalah produk dari ketertarikan penulis terhadap konsep norma sosial dan sosiomatematik dalam kelas matematika sebagaimana yang diperkenalkan oleh Paul Cobb dkk. Konsep ini sudah digunakan secara luas dalam berbagai penelitian pendidikan di beberapa negara, mulai dari taman kanak-kanak hingga universitas. Berdasarkan kenyataan diperlukannya aturan dalam kelas matematika yang mengatur jalnnya serangkaian aktivitas matematika dalam kelas, maka pertanyaan yang dirumuskan dalam makalah ini adalah: “Bagaimana norma sosiomatematik membantu siswa mengkonstruksi pemahamanya dalam pembelajaran matematika?” 2. Tujuan dan manfaat Tujuan penulis adalah untuk melihat lebih jelas tentang konsep norma sosiomatematik dalam pembentukan pemahaman matematis siswa. Jawaban dari pertanyaan ini mungkin bisa menimbulkan ketertarikan bagi peneliti dan guru yang ingin menginterpretasi sikap atau kelakuan siswa ketika mereka berinterkasi dalam lingkungan matematika. Dalam hal ini, penulis berharap untuk melihat kesinambungan dari teori tertentu yang telah ada. Seminar Nasional M atematika dan Pendidikan M atematika FM IPA UNY Yogyakarta, 9 November 2013 M P - 333

B. PEMBAHASAN 1. Norma sosial dan norma sosiomatematik