HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS X SMK YAGSMI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG

PADA SISWA KELAS X SMK YAGSMI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH

MUHAMMAD INDRA KURNIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ii

ABSTRAK

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN

KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS X SMK YAGSMI BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

MUHAMMAD INDRA KURNIAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk penelitian memberikan gambaran jelas tentang hubungan power otot tungkai, power otot lengan, kelenturan, dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang pada siswa kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah dekriptif korelasional, dengan populasi yang berjumlah 220 orang, dan jumlah sampel 44 orang. Instrumen yang digunakan (1) tes power otot tungkai (leg dynamometer), (2) tes power lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk mengukur power otot lengan dalam menarik dan mendorong, (3) tes duduk jangkau, (4) tes keseimbangan, sedangkan teknik analisis data menggunakan korelasi product moment dan korelasi ganda.

Hasil penelitian berdasarkan nilai koefisien korelasi yang didapat yaitu 0,517 artinya ada hubungan yang cukup kuat antara power otot tungkai dengan kayang. Didapat juga koefisien korelasi sebesar 0,538 artinya ada hubungan yang cukup kuat antara power otot lengan dengan kayang, selanjutnya koefisien korelasi kelentukan dengan kayang diperoleh nilai 0,603 yang berarti ada hubungan yang kuat antara kelentukan dengan kayang. Dan terakhir didapat koefisien korelasi antara keseimbangan dengan kayang diperoleh nilai 0,468 artinya ada hubungan yang cukup kuat keseimbangan dengan kayang.

Maka dapat peneliti simpulkan bahwa power otot lengan, power tungkai, kelentukan dan keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan hasil belajar kayang pada siswa kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013


(3)

(4)

(5)

(6)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Pembatasan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 10

B. Pentingnya Pendidikan Jasmani ... 11

C. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 12

D. Power Otot Tungkai ... 15

E. Kelentukan ... 17

F. Otot Lengan ... 19

G. Keseimbangan ... 21

H. Senam ... 21

I. Gerakan Kayang ... 23

J. Kerangka Berpikir ... 24

K. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Variabel Penelitian ... 28

C. Devinisi Oprasional Variabel Venelitian ... 28

D. Populasi dan Sampel ... 30


(7)

xiii

F. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 41

B. Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai cita-cita. Oleh karena itu, pendidikanlah yang akan membawa manusia tersebut berhasil. Pendidikan sangat penting, karena ilmu sebagai jalan mencapai

kesejahteraan, sedangkan tanpa ilmu, manusia akan terjajah, tertindas, dan menjadi terbelakang. Pendidikan adalah tolok ukur sebagai bangsa yang maju dan cerdas, semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, maka semakin makmur rakyatnya, semakin dihormati oleh bangsa lain Sebaliknya, semakin rendah kualitas pendidikan suatu negara maka rakyatnya semakin miskin dan tertinggal, semakin dihina dan dilecehkan oleh bangsa yang kuat.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Suatu usaha untuk memberikan pendidikan bagi warga negara Indonesia adalah dengan melaksanakan pendidikan yang menggunakan sistem pendidikan nasional, dan pendidikan nasional merupakan upaya untuk

membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan menyukseskan pembangunan pendidikan nasional. Hal ini tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003, yang


(9)

2 berbunyi ” Tujuan Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ”. Pendidikan merupakan tulang punggung dalam suatu negara, sebab pendidikan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya guna. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas maka diperlukan suatu proses belajar yang ditempuh dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan kegiatan interaksi dalam kegiatan interaksi tersebut, pendidik atau guru bertugas mendidik peserta didik atau siswa, disini siswa mengalami proses yang disebut belajar. Belajar adalah suatu

perubahan yang relatif pemanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. Belajar ini merupakan proses internal yang

kompleks, proses internal tersebut adalah seluruh mental yang memiliki ranah-ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pendidikan olahraga adalah proses pendidikan yang diarahkan pada pengenalan dan penguasaan keterampilan suatu cabang olahraga. Pendidikan olahraga adalah kegiatan yang sangat peduli dengan pengembangan yang lebih lanjut pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan jasmani. Tujuan utama pendidikan olahraga adalah sosialisasi ke dalam cabang olahraga tertentu sehingga siswa mampu berpartisipasi, berprestasi dan menikmati kegiatan olahraga. Pembagian olahraga ditinjau dari fungsinya ada empat yaitu (1) olahraga untuk rekreasi, (2)

olahraga untuk pendidikan, (3) olahraga untuk prestasi, (4) olahraga untuk kesegaran jasmani. Olahraga prestasi lebih menekankan pada peningkatan prestasi seorang atlet pada kecabangan olahraga tertentu yang tidak terlepas dari faktor bakat dan tempat


(10)

latihan (lingkungan). Kemampuan prestasi seorang atlet di pengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor internal yaitu faktor yang ditentukan oleh keadaan yang ada dalam dirinya seperti minat, keinginan untuk berprestasi, keuletan, ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul, serta adanya motivasi, (2) faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar dan di tentukan oleh keadaan

lingkungannya seperti lingkungan fisik, lingkungan tempat latihan, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah proses seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

pembentukan watak. Bidang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kesegaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas

jasmani, olahraga, dan kesehatan serta pengenalan lingkungan yang bersih dan sehat seperti yang ada dalam semboyan ”Mensana In Corporesano” yang berarti di dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat.

Pendidikan jasmani dipelajari dari tingkat dasar sampai sekolah menengah, yang pelaksanaannya mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Berkarakter, kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan untuk memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Tujuan pendidikan jasmani adalah membantu


(11)

4 siswa meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan Jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari gerak.

Dan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai maka pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus diberikan sebagaimana mestinya melalui proses pengajaran, pengajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks sebab banyaknya nilai-nilai dan faktor-faktor manusia yang turut terlibat di dalamnya. Pencapaian tujuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di Sekolah Menengah Pertama sebaiknya mempertimbangkan tujuan pembelajaran, kemampuan siswa, metode, materi, sarana dan prasarana, aktivitas serta kesenangan siswa. Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan, agar proses

pembelajaran akan berjalan dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil gerak yang sempurna dibutuhkan beberapa aspek fisik di antaranya adalah aspek power, kecepatan, daya tahan, kelentukan, keseimbangan, kelincahan dan koordinasi gerak.

Salah satu materi dalam Pendidikan Jasmani yang ada di Sekolah Menengah Pertama adalah pelajaran senam, senam lantai adalah salah satu cabang olahraga yang dipelajari di sekolah baik di tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi. Namun dalam kenyataanya senam lantai tidak berkembang di masyarakat, karena kurangnya minat dan minim sarana prasarana baik di sekolah sekolah maupun tempat umum. Senam merupakan suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk secara sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis


(12)

dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Di samping itu, senam merupakan bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk

meningkatkan daya tahan, power, kelenturan, kelincahan, keseimbangan, koordinasi serta kontrol tubuh.

Senam mempunyai arti yang khusus, dalam olahraga senam menekankan pada ketangkasan dan koordinasi. Karena senam adalah olahraga individual, pesenam merupakan satu-satunya orang yang dapat mengatasi ketakutannya dalam mempelajari gerakan-gerakan akrobatik. Semua pesenam sebelumnya harus belajar mulai dari tingkat yang paling dasar. Dengan sering mengulangi gerakan-gerakan, seorang pesenam juga harus mempunyai kondisi fisik yang baik, yang meliputi power, daya tahan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, kelincahan dan koordinasi. Aktivitas senam meliputi ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkatasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya di antaranya gerakan kayang.

Gerakan kayang adalah sikap badan terlentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus. Saat kayang posisi tubuh bertumpu dengan empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul. Latihan/gerakan kayang dapat melatih kelenturan otot perut, pinggang dan punggung. Tahapan-tahapan melakukan gerakan kayang adalah (1) sikap permulaan berdiri, kedua tangan menumpu pada pinggul, (2) kedua kaki ditekuk, siku tangan ditekuk, kepala di lipat ke belakang, (3) kedua tangan diputar ke belakang sampai menyentuh matras


(13)

6 sebagai tumpuan, (4) posisi badan melengkung bagai busur, (5) setelah menahan beberapa saat, bangun kembali pada sikap berdiri. gerakan kayang dapat dengan mudah dilakukan, jika kita memperhatikan power otot perut, punggung dan paha, persendian bahu, ruas-ruas tulang belakang, dan persendian panggul, kelenturan otot perut dan power lengan dan power otot tungkai untuk menopang tubuh. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMK YAGSMI Bandar Lampung, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kayang dengan sempurna hal ini diduga masih lemahnya power otot lengan, otot tungkai, keseimbangan serta kelenturan otot perut. Selain hal tersebut faktor utamanya ialah masih kurangnya unsur kondisi fisik siswa meliputi power dan kelentukan untuk melakukan gerakan tersebut, dari hasil observasi ditemukan saat dilapangan siswi putri lebih banyak yang tidak bisa melakukan kayang, dengan hasil wawancara terhadap siswi putri beberapa orang, siswi tersebut tidak bisa kayang karena otot lengan yang tidak kuat menopan berat badan. Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan tersebut maka penulis merasa sangat perlu untuk segera dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahuai apakah ada

kontribusi power otot tungkai, otot lengan, kelenturan dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang, sehingga nantinya dapat diperbaiki melalui latihan tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Belum diketahuinya kontribusi power otot lengan pada saat melakukan gerakan kayang.


(14)

2. Belum diketahuinya kontribusi power otot tungkai pada saat melakukan gerakan kayang

3. Belum diketahuinya kontribusi kelenturan pada saat melakukan gerakan kayang

4. Belum diketahuinya kontribusi keseimabangan pada saat melakukan gerakan kayang

5. Belum memehami dengan jelas teknik kayang yang sempurna. 6. Belum terpenuhinya media/alat pembelajaran yang memadai.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan batasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah bagaimanakah Kontribusi Power Otot Tungkai, Power Otot Lengan, Kelenturan, dan Keseimbangan Dengan Hasil Belajar Kayang Pada Siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian hanya pada Kontribusi Power Otot Tungkai, Power Otot Lengan, Kelenturan, dan Keseimbangan Dengan Hasil Belajar Kayang Pada Siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian diharapkan hasil penelitian memberikan gambaran jelas tentang Kontribusi Power Otot Tungkai, Power Otot Lengan, Kelenturan, dan Keseimbangan Dengan


(15)

8 Hasil Belajar Kayang Pada Siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Penulis

Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berguna dan bermanfaat dalam penerapan senam lantai khususnya kayang yang didapat selama kuliah.

b. Bagi siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang kayang serta mengetahui teknik yang benar dalam melakukan senam lantai, khususnya kayang.

c. Mahasiswa Penjaskes

Hasil penelitian dapata digunakan sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut.

d. Program Studi Penjaskes

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam kajian serta pengembangan ilmu dalam pembelajaran, khususnya dalam mata kuliah senam lantai.

e. Bagi Pihak Sekolah

Untuk mencanangkan program belajar ekstrakurikuler agar kemampuan atau hobi anak aktivitas senam lantai dapat tersalurkan sesuai dengan


(16)

f. Bagi guru

Hasil penelitian ini sebagai acuan untuk mengajar anak didiknya dalam pembelajaran senam lantai, khususnya dalam keterampilan kayang.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani, pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

Muhajir (2007:8) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental, emosional, sportivitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan


(18)

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Depdiknas,

Kurikulum Pendidikan Jasmani 2004)

B. Pentingnya Pendidikan Jasmani

Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak, kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Pendidikan pun lebih mengutamakan prestasi akademis, faktor kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah ikut memberikan pengaruh pada anak. Kebiasaan yang buruk seperti anak kurang bergerak karena asyik menonton TV atau video game membuat kebugaran anak semakin menurun. Sejalan dengan itu semakin diperparah oleh pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk sehingga beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif).

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, pendidikan jasmani menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu


(19)

12 keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar

keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan moral.

C. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu

kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana Sujana, 1991:5) Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus manadji (1994:162) belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat (respons). Ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum pengaruh.

a. Hukum kesiapan

Berarti bahwa individu akan belajar jauh lebih efektif dan cepat bila ia telah siap atau matang untuk belajar dan seandainya ada kebutuhan yang dirasakan. Ini berarti dalam aktivitas pendidikan jasmani guru seharusnyalah dapat menentukan materi-materi yang tepat dan mampu dilakukan oleh anak. Guru harus memberikan pemahaman mengapa manusia bergerak dan cara

melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Sehingga kegiatan belajar akan memuaskan.

b. Hukum latihan

Jika seseorang ingin memperoleh hasil yang lebih baik, maka ia harus berlatih. Sebagai hasil dari latihan yang terus-menerus akan diperoleh power, tetapi sebagai hasil tidak berlatih akan memperoleh kelemahan. Kegiatan belajar dalam pendidikan diperoleh dengan melakukan. Melakukan berulang-ulang tidak berarti mendapatkan kesegaran atau keterampilan yang lebih baik.


(20)

Melalui pengulangan yang dilandasi dengan konsep yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan dan dilakukan secara teratur akan menghasilkan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang dikehendaki. Ini berarti guru harus menerapkan latihan atau pengulangan dengan penambahan beban agar meningkatnya kesegaran jasmani anak, dengan memperhatikan pula fase pertumbuhan dan perkembangan anak.

c. Hukum pengaruh

Bahwa seseorang individu akan lebih mungkin untuk mengulangi pengalaman-pengalaman yang memuaskan daripada pengalaman-pengalaman-pengalaman-pengalaman yang

mengganggu. Hukum ini seperti yang berlaku pada pendidikan jasmani mengandung arti bahwa setiap usaha seharusnya diupayakan untuk menyediakan situasi-situasi agar siswa mengalami keberhasilan serta mempunyai pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan. Guru harus merencanakan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangan anak, pada usia remaja, anak akan menyukai permainan, bermain dengan kelompok-kelompok dan menunjukkan prestasinya sehingga mendapat pengakuan diri dari orang lain. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Maka sesuai dengan batasan masalah dalam penelitian ini maka hasil belajar yang dituju dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan gerak dasar meroda pada


(21)

14 siswa, menyangkut peningkatan pada setiap indikator gerak dasar, mulai dari taha persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir gerak/followthough. Menurut Romiszowski (1981:6) dalam Rusli Lutan (1988:10) bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tentang bidang yang dipelajari, hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku yang

meliputi tiga ranah yakni, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Adapun penjelasan dari ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Ketiga kemampuan pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah, selanjutnya ketiga ketiga kemampuan lainnya yaitu, analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat kognitif tinggi.

b. Ranah afektif meliputi: penerimaan, perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan.

c. Ranah psikomotor meliputi: peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan naturalisasi.

Gagne dan Briggs (1978) dalam Lutan (1988) mengatakan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap. Pendidikan jasmani adalah proses belajar untuk bergerak, dan belajar melalui gerak. Dengan pengalaman tersebut akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohani anak.


(22)

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. Artinya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus mempertimbangkan keseluruhan kepribadian anak, sehingga pengukuran proses dan produk memiliki

kedudukan yang sama penting. Aktivitas jasmani diartikan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif dan sosial, sehingga melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan anak didik dapat tumbuh dan

berkembang sehat dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara harmonis.

Berdasarkan aspek yang ada dalam Pendidikan Jasmani itu sendiri maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar Pendidikan Jasmani adalah adanya peningkatan keterampilan yang menyangkut kognitif, afektif dan terutama psikomotor setelah anak melakukan aktivitas jasmani, sehingga pada tercapailah kebugaran jasmani yang menunjang pelaksanaan aktivitasnya.

D. Power Otot Tungkai

Power adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja, power

merupakan kemampuan dasar kondisi fisik, tanpa power seseorang tidak akan bisa berlari cepat, melompat, mendorong, menarik, menahan, memukul, mengangkat dan lain sebagainya. Jadi jelas bagi kita bahwa power dibutuhkan dalam kebanyakan aktifitas fisik dan setiap cabang olahraga memerlukan


(23)

16 power, seberapa besar power yang dibutuhkan serta jenis power yang mana yang diperlukan sangat tergantung kepada cabang olahraganya.

Dalam fisiologis power dapat didefinisikan yaitu kemampuan otot mengatasi suatu tahanan atau beban, dan secara fisikalis power merupakan hasil perkalian antara masa dengan pecepatan atau acceleration (Depdiknas, 2000:108).

Sedangkan definisi power menurut M. Sajoto (1995:58) adalah kemampuan kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan sekelompok ototnya untuk melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya, dan selanjutnya menurut Harsono (1988:36) power atau strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan (force) terhadap suatu tahanan.

Tubuh kita tersusun dari berbagai jenis otot yang tersebar dalam seluruh tubuh, otot merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak, otot termasuk alat kerja aktif dan lengan adalah anggota badan dari

pergelangan tangan sampai bahu (KBBI, 2005:585). Berdasar pada pengertian tersebut otot lengan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keberadaan lengan yang diukur dari ujung jari tangan sampai dengan pangkal bahu yang digunakan dalam menopang tubuh ke atas.

Berdasarkan pengertian di atas, power otot dapat digambarkan sebagai

kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Power otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf


(24)

serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula power yang dihasilkan otot tersebut.

Power otot dari kaki, lutut serta pinggul harus juga kuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Power otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus

mempengaruhi posisi tubuh. a. Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik

lingkungan.

b. Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan adalah (1) pusat gravitasi, (2) garis gravitasi, (3) bidang tumpu dan (4) keseimbangan berdiri.

E. Kelenturan

Muhajir (2007:6) pada hakikatnya kelenturan diartikan sama dengan keleluasaan atau kemudahan gerakan, terutama pada otot-otot persendian, latihan kelenturan atau fleksibilitas bertujuan agar otot-otot pada sendi tidak kaku dan dapat bergerak dengan leluasa, tanpa ada gangguan yang berarti. Bentuk gerakan pada latihan kelenturan, tentunya harus disesuaikan dengan sifat dan bentuk dari gerak persendian tersebut.


(25)

18 Menurut Muhajir, (2007:6) kelenturan otot adalah kemampuan otot sendi untuk melakukan gerak secara fleksibel.

1. Pengertian Otot

Rahmat Hermawan (2002:45) menyebutkan otot merupakan suatu organ/alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat bergerak. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk, dimana pada sel-sel sitoplasma ini

merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi).

Dijelaskan dalam Rahmat Hermawan (2002:47) bahwa macam-macam otot berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Menurut bentuk dan serabutnya,yaitu otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas,otot bersirip dan melingkar/spinter. 2. Menurut jumlah kepalanya yaitu otot berkepala dua, otot berkepala

tiga/triseps dan otot berkepala empat/quadriseps. 3. Menurut pekerjaannya,yaitu:

(a) otot sinergis yaitu otot yang melakukan pekerjaan bersama-sama, (b) otot antargonis yaitu otot yang bekerjanya berlawanan, (c) otot abductor yaitu otot yang bekerja menggerakkan anggota menjauhi tubuh, (d) otot adduktor yaitu otot yang menggerakkan anggota mendekati tubuh, (e) otot ekstensor otot yang bekerja membengkokkan sendi tulang atau melipat sendi, (f) otot ekstenesor otot yaitu otot yang bekerja meluruskan kembali tulang kepada kedudukan semula,(g) otot pronator, dimana ulna dan radial dalam keadaan sejajar,(h) otot supinator, dimana ulna dan radial menjadi menyilang, (i) endorotasi, memutar


(26)

ke dalam,(j) eksorotasi, memutur ke keluar, (k) dilatasi,memanjangkan otot, (l) kontraksi memendekan otot.

4. Menurut letaknya otot-otot tubuh di bagi dalam beberapa golongan: (a) otot bagian kepala, (b) otot bagian leher, (c) otot bagian dada, (d) otot bagian perut, (e) otot bagian punggung, (f) otot bahu dan lengan,(g) otot pinggul, (h) otot anggota gerak bawah.

F. Otot Lengan

Pengertian lengan adalah anggota badan dari pergelangan sampai ke bahu (Poerwadarminta, 2005:585). Lengan adalah anggota tubuh penggerak bagian atas yang terdiri dari tulang-tulang, sendi penggerak dan otot-otot yang melindunginya. Pate (1993:164) adapun otot-otot lengan terdiri dari:

Gambar 1. Otot Lengan

(Sumber: Pate Rotella McClenaghan, 1993:164)

(1) Musculus Biseps braki berfungsi untuk membengkokkan lengan bawah siku, merata hasta dan mengangkat lengan, (2) Musculus Brakialis

berfungsinya membengkokkan lengan bawah siku, (3) Muskulus korako brakialis. Fungsinya mengangkat lengan. (4) Muskulus triseps braki (otot lengan berkepala tiga), (5) Digitonum karpi radialis berfungsi sebagai ekstensi dari jari tangan, (6) Muskulus ekstensor policis longus, fungsinya ekstensi dari


(27)

20 ibu jari, (7) Muskulus ekstensor karpi radialis longus, muskulus ekstensor karpi radialis brevis dan muskulus ekstensor karpi ulnaris berfungsi sebagai ekstensi lengan (menggerakkan lengan), (8) Muskulus pronator teres. Fungsinya dapat mengerjakan silang hasta dan membengkokkan lengan bawah siku,

(9)Muskulus palmaris ulnaris, berfungsi mengetulkan lengan, (10)Muskulus palmaris longus, muskulus fleksor karpi radialis, muskulus fleksor digitor sublimis, fungsinya fleksi jari ke dua dan kelingking, (11) Muskulus fleksor digitorium profundus, fungsinya fleksi jari 1, 2, 3 ,4, (12) Muskulus fleksor policis longus, fungsinya fleksi ibu jari, (13) Muskulus pronator teres equadratus, fungsinya pronasi dan tangan, (14) Muskulus spinator brevis, fungsinya supinasi dari tangan.

Power otot lengan dapat menunjang segala aktifitas baik di dalam latihan maupun di dalam kegiatan olahraga, tujuan pemberian latihan kondisi power otot lengan adalah meningkatkan kemampuan latihan power otot lengan untuk dapat melakukan gerakan-gerakan sampai kebatas maksimal sehingga dapat mencapai perestasi dari gerakan yang dimaksud. Peningkatan kemampuan power otot lengan adalah melalui peningkatan kemampuan kerja organ-organ tubuh, untuk melaksanakan latihan kondisi power otot lengan perlu mengetahui prinsip-prinsip umum pelaksanaan, hal ini disebabkan tidak kurang

kekecewaan yang dialami oleh seorang anak apabila latihan yang telah diberikan atau dijalankan tidak memberi hasil yang memuaskan. Suharno (1976:2) menyimpulkan dalam empat pokok prinsip latihan kondisi sebagai berikut:


(28)

Berlatih yang kontinyu sepanjang tahun, jangan berlatih terus menerus setiap hari, kemudian dua bulan berhenti tidak berlatih sama sekali. Berlatih dengan perinsip interval, agar baik dan efektif terhadap anatomis pshycologis pemain.

Berlatih dengan badan/loading yang selalu meningkat sedikit demi sedikit sesuai dengan hukum adaptasi dan super konpensasi jasmani.

Berlatih dengan prinsip individu dimana setiap pemain mempunyai sifat kemampuan yang berbeda-beda dalam menjalankan latihan.

G. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan faktor yang mempengaruhi gerakan-gerakan senam lantai, seperti pada gerakan kayang yang dipengaruhi keseimbangan.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan, bergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, pusat keseimbangan (kanalis semi sirkulasis ditelinga dan reseptor pada otot). Keseimbangan diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. (Muhajir, 2007:9)

H. Senam

Senam yang di kenal dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung darai bahasa inggris Gymnastics, atau belanda Gmnastiek. Menurut Roji (2006:110) senam adalah olahraga dengan gerakan-gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis. Agus Mahendra (2001:10) mengatakan bahwa senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan


(29)

22 perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapatkan penekanan di dalam program Pendidikan Jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkannya, seperti power dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga besar sumbangannya pada

perkembangan gerak fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengontrol sikap dan gerak secara efektif dan efisien.

Muhajir (2007:202) menjelaskan bahwa senam merupakan kegiatan yang paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik seperti daya tahan otot, power, kelentukan, koordinasi, kelincahan dan keseimbangan. Senam juga dapat menyumbangkan pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya. Dengan dasar-dasar senam akan sangat baik untuk mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum sehingga siswa mampu menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya, dan menguasai keterampilan-keterampilan senam.Dan secara umum menurut FIG (Federation International de Gymnastique) senam dibedakan menjadi 6 macam yaitu senam artistik (arsistic gymnastics), senam ritmik sportif (sportive rythmic gymnastics), senam akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik sport (sport

gymnastics), senam trompolin (trompolinning gymnastics), dan senam umum (general gymnastics).

Hakikat gerak senam akan selalu berhubungan dengan pernyatan tentang apa yang bergerak, dimana bergeraknya, serta bagaimana geraknya. Dalam dunia pendidikan, senam seharusnya diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai


(30)

macam kegiatan fisik yang didalamnya anak mampu medemonstrasikan, dengan melawan gaya atau power alam, kemampuan untuk menguasai

tubuhnya secara meyakinkan dalam situasi yang berbeda-beda. Dengan begitu, kegiatan senam pendidikan tidak hanya berisi keterampilan akrobatik semata, melainkan menjangkau kegiatan-kegiatan latihan yang mengguankan

permainan, lomba, serta pengembangan fisik khusus untuk memperbaiki postur tubuh.

I. Gerakan Kayang

Kayang adalah salah satu teknik dasar dalam senam yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP. Menurut Roji (2006:119) gerakan kayang adalah sikap badan terlentang seperti “busur” dengan bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus. Saat kayang posisi tubuh bertumpu dengan empat titik dalam keadaan terbalik dengan meregang dan mengangkat perut dan panggul. Latihan/ gerakan kayang dapat melatih kelenturan otot perut, pinggang dan punggung.

Gambar 2. Gerakan Kayang, Roji (2006:119)

Menurut Roji (2006:119) tahapan-tahapan melakukan gerakan kayang adalah sebagai berikut:


(31)

24 a. Sikap permulaan berdiri, kedua tangan menumpu pada pinggul.

b. Kedua kaki ditekuk, siku tangan ditekuk, kepala di lipat ke belakang. c. Kedua tangan diputar ke belakang sampai menyentuh matras sebagai

tumpuan.

d. Posisi badan melengkung bagai busur.

e. Setelah menahan beberapa saat, bangun kembali pada sikap berdiri. Adapun kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan gerakan kayang yaitu (a) Jarak kedua tangan dan kaki terlalu jauh, (b) Siku-siku bengkok disebabkan kekakuan persendian siku dan bahu, (c) Badan kurang melengkung (membusur), disebabkan kurang lemas/lentuknya bagian punggung dan kekakuan pada otot perut, (d) Sikap kepala yang terlalu

menengadah, (e) Kurang keseimbangan. Dengan demikian seorang siswa dapat melakukan gerakan kayang dengan sempurna jika terdapat aspek kondisi fisik yang mendukung dan menghindari kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat kayang.

J. Kerangka berpikir

Dalam melakukan gerakan kayang dibutuhkan power power otot perut, punggung dan paha, persendian bahu, ruas-ruas tulang belakang, dan persendian panggul, kelenturan otot perut dan power lengan dan power otot tungkai untuk menopang tubuh. Dari uraian tersebut maka dapat diduga bahwa power otot tungkai dan otot lengan memiliki kontribusi erat untuk


(32)

K. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:67) hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sukardi, (2003:42) mengatakan hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis. Menurut Kunandar (2009:89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan, rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah

H1: Ada kontribusi yang signifikan power otot tungkai dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

H2: Ada kontribusi yang signifikan power otot lengan dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

H3: Ada kontribusi yang signifikan kelenturan dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

H4: Ada kontribusi yang signifikan keseimbangan dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(33)

26 H0: Tidak ada kontribusi yang signifikan power otot tungkai, power otot

lengan, kelenturan, dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot tungkai, power otot lengan, kelentukan dan keseimbangan dengan hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991) Penelitian deskriptif korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2008:131) Penelitian deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan (kontribusi) variabel bebasnya (dependent variable) atau X terhadap variabel terikat (independent variable) atau Y.

Peneliti menduga bahwa unsur power tungkai, power lengan, kelentukan, dan keseimbangan memberikan kontribusi yang berarti dengan hasil belajar kayang.


(35)

28

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Suharsimi Arikuto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu power ott tungkai (X1) power otot lengan (X2), kelenturan (X3), dan keseimbangan (X4)

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu hasil belajar kayang (Y).

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai

berikut:

1. Kontribusi adalah sumbangan, sokongan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 520) Dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan kontribusi dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai faktor pendukung, tetapi terkadang juga sebagai unsur utama.

2. Power otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Power otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula power yang dihasilkan otot tersebut.


(36)

3. Pengertian otot, otot merupakan suatu organ/alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat bergerak. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk, dimana pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang

mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi), Rahmat Hermawan (2002:45)

4. Pengertian lengan adalah anggota badan dari pergelangan sampai ke bahu (Poerwadarminta, 2005:585). Lengan adalah anggota tubuh penggerak bagian atas yang terdiri dari tulang-tulang, sendi penggerak dan otot-otot yang melindunginya.

5. Menurut Roji (2006:110) senam adalah olahraga dengan gerakan–gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan kepribadian secara harmonis 6. Kelenturan diartikan sama dengan keleluasaan atau kemudahan gerakan,

terutama pada otot-otot persendian, latihan kelenturan atau fleksibilitas bertujuan agar otot-otot pada sendi tidak kaku dan dapat bergerak dengan leluasa, tanpa ada gangguan yang berarti.

7. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan, bergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, pusat keseimbangan (kanalis semi sirkulasis ditelinga dan reseptor pada otot).

8. Kayang adalah salah satu teknik dasar dalam senam yang harus dipelajari dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP. Menurut Roji (2006:119)


(37)

30

gerakan kayang adalah sikap badan terlentang seperti “busur” dengan

bertumpu pada kedua kaki dan tangan sedangkan lutut dan sikutnya dalam posisi lurus.

D. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek suatu penelitian (Arikunto, 1988:155), sedangkan menurut Riduwan (2005:3) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X yang berjumlah 220 orang.

2) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto, 1998:117). Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini, penulis berpedoman terhadap

pendapat (Arikunto, 2002:112) yang mengemukakan “Apabila subjek penelitian

kurang dari 100 maka lebih baik di ambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika populasi subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44 orang maka penulis mengambil semua populasi tersebut.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes power otot tungkai (leg dynamometer), (2) tes power lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk mengukur power otot lengan dalam menarik dan mendorong, (3) tes duduk jangkau, (4) tes keseimbangan dan didistribusikan dengan tabel norma tes.


(38)

1) Mengukur Power Otot Tungkai

Tes untuk mengukur kekuatan otot tungkai adalah dengan menggunakan alat Leg Dynamometer. Alat ini valid karena sudah ditera oleh BMG dan terdapat di laboratorium Penjaskes FKIP Universitas Lampung.

Tujuan : Untuk pengukuran kekuatan otot tungkai. Fasilitas : Blangko hasil pengukuran

Pelaksanaan : Berdiri di atas papan dinamometer kaki. Tapak kaki selebar ± 15 cm. Kedua tapak tangan berpegangan pada pegangan dinamometer kaki/tapak tangan hadap ke belakang. Kedua lutut bengkok, sedangkan punggung tegak. Testee dengan kepala tegak dan punggung tetap lurus berusaha meluruskan kedua lutut semaksimal mungkin sebagai

pertanda/upaya mendapatkan kekuatan otot-otot kaki maksimal, seperti terlihat pada jarum penempatan terakhir.

Penilaian : Angka yang ditunjukkan pada dynamometer saat melakukan pelurusan kedua lutut.


(39)

32 Tabel 1. Norma tes power otot tungkai putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 241

2 Baik 214-240

3 Sedang 160-213

4 Kurang 137-159

5 Kurang sekali <137

(Sumber).Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)

Tabel 2. Norma tes power otot tungkai putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 136

2 Baik 114-135

3 Sedang 66-113

4 Kurang 49-65

5 Kurang sekali <49

(Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) 2) Mengukur Power Otot Lengan

Tes untuk mengukur kekuatan otot lengan menggunakan pull and push dynamometer. Satuan dalam instrumen push dynamometer ini adalah kilogram (Depdiknas, 2000). Memiliki indeks validitas sebesar 0.63 dan reliabilitas 0,63.

Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam mendorong. Alat : Pull and Push dynamometer.

Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor

Pelaksanaan : Peserta ters berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu dan pandangan lurus ke depan. Tangan memegang pull push dynamometer dengan kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Dorong alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat mendorong, alat tidak


(40)

boleh menempel pada dada, sedangkan tangan dan siku tetap sejajar bahu. Tes dilakukan sebanyak tiga kali.

Penilaian : Skor kekuatan dorong terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg, dengan tingkat ketelitian 0,5 kg. Tabel 3. Norma tes power otot lengan putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 44

2 Baik 34-43

3 Sedang 25-33

4 Kurang 18-24

5 Kurang sekali <17

(Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)

Tabel 4. Norma tes power otot lengan putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 39

2 Baik 30-38

3 Sedang 22-29

4 Kurang 15-21

5 Kurang sekali <14

(Sumber). Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) 3) Mengukur Kelentukan

Dijelaskan dalam Nurhasan (1986: 2.44) bahwa tes untuk mengukur flexi dari pantat/pinggul dan punggung, juga elastisitas otot-otot hamstring untuk pria dan wanita usia 10 tahun hingga tingkat mahasiswa, dapat

menggunakan tes duduk jangkau (The Modified Sit and Reach Test). Dengan tingkat reliabilitas 0,92 dengan prosedur retest pada hari yang berbeda. Validitas tes tergolong face validity.


(41)

34 Tujuan : Untuk mengukur kelentukan sendi pinggul.

Petugas : (1) Pemandu tes dan (2) Pencatat skor.

Fasilitas/ alat : (1) Lantai padat dan rata, serta (2) Fleksometer/ mistar. Pelaksanaan : Peserta tes duduk di lantai dengan kedua kaki dan lutut lurus ke depan selebar bahu. Di antara kedua kaki terdapat fleksometer/ mistar dengan skala cm dan posisi 0 berada pada ujung tumit. Selanjutnya pelan-pelan peserta tes membungkukkan badan dengan posisi lengan lurus ke depan sejauh-jauhnya menempel mistar. Peserta tes diberi kesempatan tiga kali.

Penilaian : Skor terjauh dari tiga kali percobaan di catat sebagai skor dalam satuan cm.

Gambar 4. The Modified Sit and Reach Test. Sumber : Nurhasan (1986)

Tabel 5. Norma tes duduk dan jangkau

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 19

2 Baik 11,5-19

3 Sedang -1.5-11.5

4 Kurang (-6.5)-(-1.5)

5 Kurang sekali < (-6.5)


(42)

4) Mengukur Keseimbangan

Untuk mengukur keseimbangan seseorang dapat menggunakan tes stork stand, yaitu tes berdiri di ujung satu kaki (jinjit) pada kaki yang dominan (Nurhasan, 2000). Memiliki reliabilitas 0,87 yang diperoleh dari retest dan validitas tergolong face validity.

Tujuan : Untuk mengukur keseimbangan statis. Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor

Pelaksanaan :

a. Siswa berdiri dengan satu kaki, pada kaki yang dominan

b. Kaki yang lain diletakkan di lutut bagian dalam dari tungkai tumpu. c. Kedua tangan diletakkan di pinggang

d. Dengan aba-aba “ya”, siswa mengangkat tumit kaki tumpu, sehingga hanya bertumpu pada bola kaki (jinjit)

e. Pertahankan posisi selama mungkin, tanpa menggeser posisi kaki tumpu, dan tumit tidak menyentuh lantai.

f. Pencatat waktu mulai dihidupkan pada saat siswa mulai mengangkat tumit kaki tumpu (jinjit) hingga ia kehilangan keseimbangan. g. Setiap siswa diberi kesempatan sebanyak 3 kali.

Penilaian : Setelah kesempatan ketiga, waktu terlama yang akan dicatat sebagai hasil akhir.


(43)

36

Tabel 6. Norma Keseimbangan Statis.

No. Norma Detik

1 Baik Sekali 51 ke atas

2 Baik 37 – 50

3 Sedang 15 – 36

4 Kurang 5 – 14

5 Kurang Sekali 0 – 4 (Sumber : Depdiknas, 2000)

5) Mengukur Kayang

Adapun penilaian dari kemampuan kayang dapat dilihat dari kemampuan tubuh membentuk sikap busur yang sempurna (Roji, 2006). Semakin baik kelentukan siswa, maka nilai yang didapat akan semakin baik (sempurna).

Tahap Aspek

(Indikator) Kriteria Gerak (Deskriptor) Nilai Persiapan 1. Posisi badan

Berdiri tegak, kedua kaki dibuka selebar

bahu, tangan di samping badan. 5 Berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan,

tangan di samping badan. 4

Berdiri tegak, kedua kaki dibuka bahu terlalu lebar/ lebih dari bahu, tangan di samping badan.

3 Tidak berdiri tegak, kedua kaki dibuka

selebar bahu, tangan di samping badan. 2 Tidak berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan,

tangan di samping badan. 1

Pelaksanaan 1. Posisi Kaki

Posisi kedua kaki saat kedua tangan mengapai ke belakang dibuka selebar bahu.

5 Posisi kedua kaki saat kedua tangan

mengapai ke belakang dirapatkan 4 Posisi kedua kaki saat kedua tangan

mengapai ke belakang dibuka terlalu lebar dari bahu.

3 Posisi kedua kaki saat kedua tangan

mengapai ke belakang salah satu kaki di depan tidak sejajar

2 Posisi kedua kaki saat kedua tangan

mengapai ke belakang menekuk dan terbuka lebar

1 2. Saat melakukan membentuk busur, Posisi 5


(44)

Gerakan badan

badan setimbang karena titik berat badan (tbb) jatuh pada tumpuan kakinya. Saat melakukan membentuk busur, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik berat badan (tbb).

4 Saat melakukan membentuk busur, Posisi

togok melenting tidak sempurna, kepala menengadah lebih tinggi dari posisi badan.

3 Saat melakukan membentuk busur, tidak

ada lentingan tubuh bagian bawah. Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin dapat bangun.

2 Tidak dapat melakukan lentingan kayang. 1 Gerak

Akhir

1. Posisi badan

Berdiri tegak kembali dengan menarik badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua kaki dibuka selebar bahu, tangan di samping badan.

5 Berdiri tegak kembali dengan menarik

badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua kaki dirapatkan, tangan di samping badan.

4 Berdiri tegak kembali dengan menarik

badan ke depan atas tanpa jatuh, kedua kaki dibuka bahu terlalu lebar/ lebih dari bahu, tangan di samping badan.

3 Badan dijatuhkan dulu ke lantai, kemudian baru berdiri tegak, kedua kaki dibuka selebar bahu, tangan di samping badan.

2 Badan dijatuhkan dulu ke lantai, kemudian baru tidak berdiri tegak, kedua kaki

dirapatkan, tangan di samping badan.

1

(Sumber: Roji, 2006)

Keterangan Pelaksanaan :


(45)

38 Nilai 5 : Sikap kayang sempurna. Posisi badan setimbang karena titik berat

badan (tbb) jatuh pada tumpuan kakinya.

Nilai 4 : Sikap kayang baik, tetapi posisi tangan dan kaki terlalu jauh dari titik berat badan (tbb).

Nilai 3 : Sikap kayang cukup. Posisi togok melenting tidak sempurna, kepala menengadah lebih tinggi dari posisi badan.

Nilai 2 : Sikap kayang kurang. Karena tidak ada lentingan tubuh bagian bawah. Tbb jauh dari tumpuan kaki atau dari garis v, posisi ini tidak mungkin dapat bangun.

Nilai 1 : Tidak dapat melakukan kayang.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson. Sehubungan penelitian ini adalah penelitian sampel, maka diperlukan uji persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan. Uji persyaratan yang

diperlukan adalah uji normalitas. Secara lebih jelas pengujian analisis data dari uji prasyarat hingga pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas menggunakan SPSS 16 rumus Kolmogrov Smirov.


(46)

2. Pengujian Hipotesis

a. Mencari Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menurut Sudjana (2005: 369) Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson :

2 2 2 i 2 i i i X -X -X X -X r n n n i Keterangan: i X

r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y ∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor variabel Y

Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna, artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada


(47)

40 variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif sempurna. Artinya ada hubungan yang positif antara variabel, dan kuat atau tidaknya hubungan ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat hubungan.

Tabel 7. Interpretasi koefisien korelasi nilai r.

Interval Koefisien Korelasi

Interpretasi Hubungan

0,80 - 1,00 0,60 - 0,79 0,40 - 0,59 0,20 - 0,39 0,00 - 0,19

Sangat kuat Kuat Cukup kuat

Rendah Sangat rendah

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak ada hubungan yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005:369).

Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut:

KP = r2x 100 %

Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan


(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Ada kontribusi yang signifikan power otot tungkai sebesar 26,73 % terhadap hasil belajar kayang pada siswa kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

2. Ada kontribusi yang signifikan power otot lengan sebesar 28,91 %

terhadap hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

3. Ada kontribusi yang signifikan kelenturan sebesar 36,36 % terhadap hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

4. Ada kontribusi yang signifikan keseimbangan sebesar 21,93 % terhadap hasil belajar kayang pada siswa Kelas X SMK YAGSMI Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

B. Saran


(49)

51 1. Bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar kayangnya agar perlu

mengetahui unsur-unsur kondisi fisik penentu peningkatan hasil yang optimal.

2. Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan kayang maka perlu memperhatikan kondisi fisik siswa sehingga dapat direncanakan program khusus guna tercapainya prestasi yang diharapkan.

3. Bagi peneliti lain bahwa masih ada unsur lain yang mempengaruhi penguasaan kayang, hal ini dapat diteliti kembali guna menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penguasaan kayang.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimin. 2011. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Depdiknas. 2008. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta

Hermawan, Rahmat. 1995. Perbandingan Pengaruh Latihan Push Up Biasa Dengan Latihan Push Up Tepuk Tangan Terhadap Kekuatan Serta Daya Ledak Dan Daya Tahan Otot Lengan. Tesis. Universitas Airlangga. Surabaya.

Hidayat, Imam. 2011. Biomekanika. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

Husin, Sudirman. 2008. Falsafah Pendidikan Jasmani. Disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandar Lampung.

Irwansyah. 2008. Pendidikan Jasmani untuk SMA. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Kurniasari, Linda. 2008. Pembelajaran Senam Ketangkasan, (Buku Ajar) Lampung.: STKIP Dharma Wacana.

Kurniawan, Feri.2012. Buku Pintar Olahraga. Jakarta : Niaga Swadaya

Lampung Universitas. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Margono. 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Mutohir , Cholik. 2009

.(http://tsubasaozora10.wordpress.com/about/gaya-mengajar). diakses tanggal 24 Februari 2013. Pukul 22.45 Narrhyanto, Nar . Statistika Dasar. Universitas Terbuka : Jakarta

Putro Widoyoko, Eko 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Prastowo. Andi.2011. Memahami Metode- Metode Penelitian. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media


(51)

53 Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Rineka Cipta. Bandung

Setiadi. 2007. Anatomi Fisologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sukadiyanto dan Muluk, Dangsina. 2010. Melatih Fisik. Bandung : Lubuk Agung Soeharno HP. 2010. Ilmu Kepelatihan. Yogyakarta.

Surisman. 2008. Penilaian Hasil Pembelajaran, (Bahan Ajar) Universitas Lampung.

Tarigan, Herman. 2009. Pengetehuan Umum Olahraga. Universitas Lampung. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Gorontalo. Bumi Aksara.

Usman, Husaini dan Setiyadi Akbar, Purnomo. 2008. Pengantar Statistika, (Edisi Kedua). Jakarta : Bumi Aksara

Wiguna, Ida Bagus. 2011. Kondisi Fisik : Teori dan Apliasi Dalam Latihan Olahraga, (Edisi I). Lampung, STKIP Dharma Wacana.

Wikipedia. 1999. (http://id.wikipedia.org/wiki/gerak dasar). Diakses tanggal 25 Agustus 2012, Pukul 13.30 WIB.

Www.Wikipedia.com

Zain, Aswan.2010.Strategi Belajar Mengajar. Rieneka Cipta. Jakarta.

(http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-pair-checks-spencer-kagen1993/). Diakses tanggal 13 Agustus 2012. Pukul 12.35 (http://teniwutott.blogspot.com/2012/05/model-pembelajaran-penjas.html).


(52)

Lampiran 1

Data Hasil Tes Power Otot Tungkai, Power Otot Lengan, Kelentukan, Keseimbangan dan Kayang.

No Inisial

Nama L/P

power otot tungkai

power otot lengan

kelentukan keseimbangan kayang pull push rata-rata

1 A L 106 21 15 18 9 30 75

2 B L 240 30 30 30 10,3 39 75

3 C P 94 17 15 16 5,8 20 25

4 D L 240 32 26 29 11,5 41 100

5 E P 210 35 33 34 11,2 44 75

6 F P 210 17 25 21 8,2 26 75

7 G P 182 37 35 36 6,4 40 50

8 H L 220 35 23 29 10,5 24 75

9 I P 200 31 25 28 7,5 40 50

10 J P 216 17 28 22,5 5,9 26 50

11 K L 252 35 33 34 11 20 75

12 L P 240 50 45 47,5 9,1 59 100

13 M L 170 34 30 32 6,3 35 75

14 N P 118 12 37 24,5 4,3 21 50

15 O L 106 13 21 17 6 22 75

16 P P 176 20 15 17,5 11,5 35 50

17 Q L 220 32 33 32,5 12 41 75

18 R P 240 22 28 25 11,5 22 50

19 S L 250 30 30 30 5,2 23 100

20 T P 210 17 25 21 11 26 75

21 U P 220 37 30 33,5 10,5 54 100

22 V L 240 45 40 42,5 12,5 30 100

23 W P 94 31 29 30 8,7 44 75

24 X L 220 30 30 30 3 40 50

25 Y P 220 22 28 25 15,1 31 75

26 Z P 106 13 21 17 4,3 22 25

27 AA L 176 48 15 31,5 10 22 75

28 AB L 220 35 33 34 12 44 75

29 AC P 240 22 28 25 11,5 31 75

30 AD L 222 30 30 30 12,8 39 100

31 AE L 252 35 33 34 5,2 44 75

32 AF P 240 50 45 47,5 12 40 100

33 AG L 170 32 34 33 6,3 41 75

34 AH P 118 12 37 24,5 3 21 50

35 AI L 210 17 25 21 11 26 75


(53)

55

37 AK L 250 30 33 31,5 12 39 100

38 AL P 118 12 37 24,5 4 21 50

39 AM P 106 13 21 17 5,3 22 75

40 AN P 106 13 21 17 11 22 75

41 AO L 176 48 15 31,5 5,5 21 50

42 AP L 220 22 28 25 5 40 50

43 AQ L 240 22 28 25 12 31 75

44 AR P 230 30 35 32,5 13 44 100

No Inisial Nama

power otot tungkai

power otot lengan

kelentukan keseimbangan kayang pull push Rata-Rata

1 A 106 21 15 18 9 30 75

2 B 240 30 30 30 10,3 39 75

3 C 94 17 15 16 5,8 20 25

4 D 240 32 26 29 11,5 41 100

5 E 210 35 33 34 11,2 44 75

6 F 210 17 25 21 8,2 26 75

7 G 182 37 35 36 6,4 40 50

8 H 220 35 23 29 10,5 24 75

9 I 200 31 25 28 7,5 40 50

10 J 216 17 28 22,5 5,9 26 50

11 K 252 35 33 34 11 20 75

12 L 240 50 45 47,5 9,1 59 100

13 M 170 34 30 32 6,3 35 75

14 N 118 12 37 24,5 4,3 21 50

15 O 106 13 21 17 6 22 75

16 P 176 20 15 17,5 11,5 35 50

17 Q 220 32 33 32,5 12 41 75

18 R 240 22 28 25 11,5 22 50

19 S 250 30 30 30 5,2 23 100

20 T 210 17 25 21 11 26 75

21 U 220 37 30 33,5 10,5 54 100

22 V 240 45 40 42,5 12,5 30 100

23 W 94 31 29 30 8,7 44 75

24 X 220 30 30 30 3 40 50

25 Y 220 22 28 25 15,1 31 75

26 Z 106 13 21 17 4,3 22 25

27 AA 176 48 15 31,5 10 22 75

28 AB 220 35 33 34 12 44 75


(54)

30 AD 222 30 30 30 12,8 39 100

31 AE 252 35 33 34 5,2 44 75

32 AF 240 50 45 47,5 12 40 100

33 AG 170 32 34 33 6,3 41 75

34 AH 118 12 37 24,5 3 21 50

35 AI 210 17 25 21 11 26 75

36 AJ 230 35 30 32,5 14 44 100

37 AK 250 30 33 31,5 12 39 100

38 AL 118 12 37 24,5 4 21 50

39 AM 106 13 21 17 5,3 22 75

40 AN 106 13 21 17 11 22 75

41 AO 176 48 15 31,5 5,5 21 50

42 AP 220 22 28 25 5 40 50

43 AQ 240 22 28 25 12 31 75


(55)

57

Lampiran 2

Hubungan Power Otot Tungkai dengan Kayang.

power otot tungkai kayang X2 Y2 X.Y

106 75 11236 5625 7950

240 75 57600 5625 18000

94 25 8836 625 2350

240 100 57600 10000 24000

210 75 44100 5625 15750

210 75 44100 5625 15750

182 50 33124 2500 9100

220 75 48400 5625 16500

200 50 40000 2500 10000

216 50 46656 2500 10800

252 75 63504 5625 18900

240 100 57600 10000 24000

170 75 28900 5625 12750

118 50 13924 2500 5900

106 75 11236 5625 7950

176 50 30976 2500 8800

220 75 48400 5625 16500

240 50 57600 2500 12000

250 100 62500 10000 25000

210 75 44100 5625 15750

220 100 48400 10000 22000

240 100 57600 10000 24000

94 75 8836 5625 7050

220 50 48400 2500 11000

220 75 48400 5625 16500

106 25 11236 625 2650

176 75 30976 5625 13200

220 75 48400 5625 16500

240 75 57600 5625 18000

222 100 49284 10000 22200

252 75 63504 5625 18900

240 100 57600 10000 24000

170 75 28900 5625 12750

118 50 13924 2500 5900

210 75 44100 5625 15750

230 100 52900 10000 23000

250 100 62500 10000 25000

118 50 13924 2500 5900

106 75 11236 5625 7950

106 75 11236 5625 7950

176 50 30976 2500 8800

220 50 48400 2500 11000

240 75 57600 5625 18000

230 100 52900 10000 23000


(56)

2 2

2 1 2

1

1 1

X

-X

-X

X -X

1

n n

n r

1

X

r = 0,517 rtabel = 0,297

Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan kayang. Jadi kesimpulannya, ada hubungan yang positif/cukup kuat antara power otot tungkai dengan kayang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,517.

2. Mencari Koefisien Determinasi

KP = r2 100% = 0,5172 100% = 26,73 %

Besarnya koefisien determinan menunjukan bahwa power otot tungkai memberikan sumbangan ( kontribusi ) sebesar 26,73 % terhadap kayang.


(57)

59

Lampiran 3

Hubungan Power Otot Lengan dengan Kayang

power otot lengan kayang X2 Y2 X.Y

18 75 324 5625 1350

30 75 900 5625 2250

16 25 256 625 400

29 100 841 10000 2900

34 75 1156 5625 2550

21 75 441 5625 1575

36 50 1296 2500 1800

29 75 841 5625 2175

28 50 784 2500 1400

22,5 50 506,25 2500 1125

34 75 1156 5625 2550

47,5 100 2256,25 10000 4750

32 75 1024 5625 2400

24,5 50 600,25 2500 1225

17 75 289 5625 1275

17,5 50 306,25 2500 875

32,5 75 1056,25 5625 2437,5

25 50 625 2500 1250

30 100 900 10000 3000

21 75 441 5625 1575

33,5 100 1122,25 10000 3350

42,5 100 1806,25 10000 4250

30 75 900 5625 2250

30 50 900 2500 1500

25 75 625 5625 1875

17 25 289 625 425

31,5 75 992,25 5625 2362,5

34 75 1156 5625 2550

25 75 625 5625 1875

30 100 900 10000 3000

34 75 1156 5625 2550

47,5 100 2256,25 10000 4750

33 75 1089 5625 2475

24,5 50 600,25 2500 1225

21 75 441 5625 1575

32,5 100 1056,25 10000 3250

31,5 100 992,25 10000 3150

24,5 50 600,25 2500 1225

17 75 289 5625 1275

17 75 289 5625 1275

31,5 50 992,25 2500 1575

25 50 625 2500 1250

25 75 625 5625 1875

32,5 100 1056,25 10000 3250


(58)

2 2

2 1 2

1

1 1

X

-X

-X

X -X

1

n n

n r

1

X

r = 0,538 rtabel = 0,297

Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan kayang. Jadi kesimpulannya, ada hubungan yang positif/cukup kuat antara power otot lengan dengan kayang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,538.

2. Mencari Koefisien Determinasi

KP = r2 100% = 0,5382 100%

= 28,91 %

Besarnya koefisien determinan menunjukan bahwa power otot lengan memberikan sumbangan ( kontribusi ) sebesar 28,91 % terhadap kayang.


(59)

61

Lampiran 4

Hubungan Kelentukan dengan Kayang

kelentukan kayang X2 Y2 X.Y

9 75 81 5625 675

10,3 75 106,09 5625 772,5

5,8 25 33,64 625 145

11,5 100 132,25 10000 1150

11,2 75 125,44 5625 840

8,2 75 67,24 5625 615

6,4 50 40,96 2500 320

10,5 75 110,25 5625 787,5

7,5 50 56,25 2500 375

5,9 50 34,81 2500 295

11 75 121 5625 825

9,1 100 82,81 10000 910

6,3 75 39,69 5625 472,5

4,3 50 18,49 2500 215

6 75 36 5625 450

11,5 50 132,25 2500 575

12 75 144 5625 900

11,5 50 132,25 2500 575

5,2 100 27,04 10000 520

11 75 121 5625 825

10,5 100 110,25 10000 1050

12,5 100 156,25 10000 1250

8,7 75 75,69 5625 652,5

3 50 9 2500 150

15,1 75 228,01 5625 1132,5

4,3 25 18,49 625 107,5

10 75 100 5625 750

12 75 144 5625 900

11,5 75 132,25 5625 862,5

12,8 100 163,84 10000 1280

5,2 75 27,04 5625 390

12 100 144 10000 1200

6,3 75 39,69 5625 472,5

3 50 9 2500 150

11 75 121 5625 825

14 100 196 10000 1400

12 100 144 10000 1200

4 50 16 2500 200

5,3 75 28,09 5625 397,5

11 75 121 5625 825

5,5 50 30,25 2500 275

5 50 25 2500 250

12 75 144 5625 900

13 100 169 10000 1300


(60)

2 2

2 1 2

1

1 1

X

-X

-X

X -X

1

n n

n r

1

X

r = 0,603 rtabel = 0,297

Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan antara kelentukan dengan kayang. Jadi kesimpulannya, ada hubungan yang positif/kuat antara kelentukan dengan kayang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,603.

2. Mencari Koefisien Determinasi

KP = r2 100% = 0,6032 100%

= 36,36 %

Besarnya koefisien determinan menunjukan bahwa kelentukan memberikan sumbangan ( kontribusi ) sebesar 36,36 % terhadap kayang.


(61)

63

Lampiran 5

Hubungan Keseimbangan dengan Kayang

kelentukan kayang X2 Y2 X.Y

30 75 900 5625 2250

39 75 1521 5625 2925

20 25 400 625 500

41 100 1681 10000 4100

44 75 1936 5625 3300

26 75 676 5625 1950

40 50 1600 2500 2000

24 75 576 5625 1800

40 50 1600 2500 2000

26 50 676 2500 1300

20 75 400 5625 1500

59 100 3481 10000 5900

35 75 1225 5625 2625

21 50 441 2500 1050

22 75 484 5625 1650

35 50 1225 2500 1750

41 75 1681 5625 3075

22 50 484 2500 1100

23 100 529 10000 2300

26 75 676 5625 1950

54 100 2916 10000 5400

30 100 900 10000 3000

44 75 1936 5625 3300

40 50 1600 2500 2000

31 75 961 5625 2325

22 25 484 625 550

22 75 484 5625 1650

44 75 1936 5625 3300

31 75 961 5625 2325

39 100 1521 10000 3900

44 75 1936 5625 3300

40 100 1600 10000 4000

41 75 1681 5625 3075

21 50 441 2500 1050

26 75 676 5625 1950

44 100 1936 10000 4400

39 100 1521 10000 3900

21 50 441 2500 1050

22 75 484 5625 1650

22 75 484 5625 1650

21 50 441 2500 1050

40 50 1600 2500 2000

31 75 961 5625 2325

44 100 1936 10000 4400


(62)

2 2

2 1 2

1

1 1

X

-X

-X

X -X

1

n n

n r

1

X

r = 0,468 rtabel = 0,297

Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan kayang. Jadi kesimpulannya, ada hubungan yang positif/cukup kuat antara keseimbangan dengan kayang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,468.

2. Mencari Koefisien Determinasi

KP = r2 100% = 0,4682 100%

= 21,93 %

Besarnya koefisien determinan menunjukan bahwa keseimbangan memberikan sumbangan ( kontribusi ) sebesar 21,93 % terhadap kayang.


(63)

65

Lampiran 6

Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment

N Kepercayaan N Kepercayaan N Kepercayaan

95% 99% 95% 99% 95% 99%

3 10,997 0,999 26 0,388 0,496 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 29 0,367 0,470 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296 8 0,707 0,874 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 33 0,344 0,442 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 34 0,339 0,436 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 35 0,344 0,430 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 36 0,329 0,424 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 39 0,316 0,413 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 40 0,312 0,408 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 41 0,308 0,403 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 42 0,304 0,396 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 43 0,301 0,393 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 44 0,297 0,384 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 45 0,294 0,380 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 46 0,291 0,276 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 47 0,288 0,372 1000 0,062 0,081 25 0,396 0,505 48 0,284 0,368

49 0,281 0,364 50 0,297 0,361

Sumber : Belajar mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Riduwan.


(64)

Lampiran 7

Persiapan dan pengarahan sebelum pengambilan data


(65)

67

Pengambilan data keletukan


(66)

Pengambilan data kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer


(67)

69

Pengambilan data kekuatan otot lengan dengan push and pull dynamometer


(1)

2 2 2 1 2 1 1 1 X -X -X X -X 1 n n n r 1 X

r = 0,468 rtabel = 0,297

Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan antara

keseimbangan dengan kayang. Jadi kesimpulannya, ada hubungan yang positif/cukup kuat antara keseimbangan dengan kayang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,468.

2. Mencari Koefisien Determinasi KP = r2 100%

= 0,4682 100% = 21,93 %

Besarnya koefisien determinan menunjukan bahwa keseimbangan memberikan sumbangan ( kontribusi ) sebesar 21,93 % terhadap kayang.


(2)

Lampiran 6

Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment

N Kepercayaan N Kepercayaan N Kepercayaan

95% 99% 95% 99% 95% 99%

3 10,997 0,999 26 0,388 0,496 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 29 0,367 0,470 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296 8 0,707 0,874 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 33 0,344 0,442 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 34 0,339 0,436 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 35 0,344 0,430 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 36 0,329 0,424 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 39 0,316 0,413 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 40 0,312 0,408 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 41 0,308 0,403 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 42 0,304 0,396 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 43 0,301 0,393 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 44 0,297 0,384 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 45 0,294 0,380 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 46 0,291 0,276 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 47 0,288 0,372 1000 0,062 0,081 25 0,396 0,505 48 0,284 0,368

49 0,281 0,364 50 0,297 0,361

Sumber : Belajar mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Riduwan.


(3)

Lampiran 7

Persiapan dan pengarahan sebelum pengambilan data


(4)

Pengambilan data keletukan


(5)

Pengambilan data kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer


(6)

Pengambilan data kekuatan otot lengan dengan push and pull dynamometer


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KOORDINASI MATA-TANGAN DENGAN KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI SISWA KELAS X SEKOLAH DARMA BANGSA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 34 80

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN POWER TUNGKAI DENGAN JARAK LUNCUR SATU KAYUHAN RENANG GAYA DADA

1 19 47

HUBUNGAN POWER LENGAN DAN POWER TUNGKAI DENGAN HASIL KEMAMPUAN LONCAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VIII SMP IT FITRAH INSANI BANDAR LAMPUNG

1 33 53

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN OTOT LENGAN TERHADAP TEKNIK DASAR TIGER SPRONG PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 49

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI POWER OTOT LENGAN KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN HASIL BELAJAR KAYANG PADA SISWA KELAS X SMK YAGSMI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 19 67

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, POWER OTOT TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN-KAKI TERHADAP KETERAMPIAN GERAK DASAR MERODA PADA SISWA KELAS X SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

1 12 74

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN GERAK DASAR RENANG GAYA DADA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 33 73

KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL ROLL BELAKANG PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 PESISIR T

2 29 67

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, POWER TUNGKAI, KELENTUKAN TUNGKAI, DAN KESEIMBANGAN TERHADAP HASIL LOMPAT KANGKANG PADA SISWA SISWI KELAS VIII SMPN 3 NATAR LAMPUNG SELATAN

2 24 65

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP HASIL RENANG GAYA DADA 25 METER PADA SISWA SMK GUNA DHARMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 8 59