INFLUENCE OF CLASIKAL LEARNING MODEL WITH INDIVIDUAL LEARNING MODEL TOWARD LEARNED OF THE RESULT LAY UP BASKET BALL ON STUDENT X 9 CLASS YP UNILA BANDAR LAMPUNG IN ACADEMIC YEARS 2011/2012

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KLASIKAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INDIVIDU TERHADAP HASIL BELAJAR

LAY UP BOLA BASKET PADA SISWA KELAS X 9 SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

I PUTU WISNU OCTAVERNANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

INFLUENCE OF CLASIKAL LEARNING MODEL WITH INDIVIDUAL LEARNING MODEL TOWARD LEARNED OF THE RESULT LAY UP

BASKET BALL ON STUDENT X 9 CLASS YP UNILA BANDAR LAMPUNG IN ACADEMIC YEARS 2011/2012

By

I PUTU WISNU OCTAVERNANDA

Purpose of the research to understood and got the data in empiris wise about the influence of clasical learning model and individual learning toward the result lay up basket ball on student X 9 class SMA YP UNILA Bandar Lampung in

academic years 2011/2012.

Kind of research was used experimental, population is student class X 9 SMA YP UNILA Bandar Lampung, be in use 38 students as the sample data collecting. Technique was used test lay up weight 1-3 as for analysis technique was used differently t-test and influence t-test.

Result of the research showed: firstly, clasical learning model can increase the result of learned lay up basket ball with average test 50,16 and last test 80,74. Second, individual learned model can increase the result of learned lay up basket ball with average 50,63 and final test 82,79. Third, individual is more fluently toward increased result of learning lay up on basket ball student class X 9 SMA YP UNILA Bandar Lampung 82,79. So the model is more influential in learned lay up basket ball is individual learning model.

Recommendation from result of the researcher can used in learning lay up basket ball was used individual learning model.


(3)

i

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KLASIKAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INDIVIDU TERHADAP HASIL BELAJAR

LAY UP BOLA BASKET PADA SISWA KELAS X 9 SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

I PUTU WISNU OCTAVERNANDA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan data secara empiris mengenai pengaruh model pembelajaran klasikal dan individu terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen, populasi adalah siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung, dan diambil populasi sampel berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes keterampilan gerak dasar lay up dengan bobot 1-3. Sedangkan teknik analisis data menggunakan uji-t perbedaan dan uji-t pengaruh.

Hasil penelitian menunjukkan: pertama, model pembelajaran klasikal dapat meningkatkan hasil belajar lay up bola basket dengan rata-rata tes awal 50,16 dan tes akhir 80,74. Kedua, model pembelajaran individu dapat meningkatkan hasil belajar lay up bola basket dengan rata-rata tes awal 50,63 dan tes akhir 82,79. Ketiga, model pembelajaran individu lebih berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung sebesar 82,79. Jadi model yang lebih berpengaruh dalam pembelajaran lay up bola basket adalah model pembelajaran individu.

Rekomendasi dari hasil Penelitian ini sebaiknya dalam Pembelajaran Lay Up Bola Basket menggunakan model Pembelajaran Individu.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pendidikan Jasmani ... 8

B. Belajar Mengajar ... 10

C. Hasil Belajar ... 11

D. Model Pembelajaran... 12

E. Model Pembelajaran Klasikal ... 13

F. Model Pembelajaran Individu ... 18

G. Bermain Bola basket ... 24

H. Lay Up ... 28

I. Kerangka Pikir ... 30

J. Hipotesis ... 32

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian... 33

B. Variabel ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Pelaksanaan Penelitian ... 35

E. Rancangan Penelitian ... 36

F. Instrumen Penelitian... 37

G. Teknik Analisis Data ... 40

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Deskripsi Data……… ... 49


(8)

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(9)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, dan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertangung jawab atas pembangunan bangsa. Karena pembangunan bangsa merupakan tanggung jawab kita bersama. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan bentuk manusia yang memiliki ketaqwaan, kecerdasan, budi pekerti dan semangat kebangsaan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila.

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani bukan saja mengembangkan dan membangkitkan potensi individu, tetapi juga ada unsur pembentukan yang mencakup kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral-spiritual. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani,


(10)

kesehatan dan kebugaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya adalah dengan menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membentuk pondasi gerak yang kokoh dan dapat mengubah gaya hidup menjadi aktif dan sehat. Gerak tersebut terbagi unsur gerak antara lain melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional dan sosial sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesehatan jasmani serta pemahaman terhadap gerak.

Permainan bola basket merupakan suatu bentuk permainan yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsional seseorang untuk memenuhi tuntutan tugasnya sehari-hari dengan tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan setelah melakukan kegiatan segera terjadi pemulihan dan masih mempunyai tenaga cadangan kemampuan fungsional agar dapat melaksanakan sesuatu kegiatan tanpa kelelahan yang berarti.


(11)

Dalam pencapaian tujuan pendidikan jasmani tersebut, pembelajaran dapat dilakukan dalam kegiatan intrakulikuler maupun ekstrakulikuler. Permainan bola basket merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani tersebut. Permainan bola basket juga merupakan salah satu cabang olahraga yang ada dalam program pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Mempelajari bola basket diharapkan akan meningkatkan kesegaran jasmani, meningkatkan watak disiplin, kesehatan serta untuk meningkatkan prestasi olahraga bola basket. Permainan bola basket memiliki aspek fisik yang paling dominan antara lain daya tahan (endurance), kecepatan (speed), kekuatan (strength), kelincahan (agility).

Selain aspek fisik, hal yang perlu diperhatikan dalam permainan bola basket adalah gerak dasar bermainnya. Gerak dasar yang dipergunakan dalam permainan bola basket antara lain: passing (melempar bola), dribling (menggiring), shooting (menembak), rebounding (memantulkan bola), intercept (memotong arah passing bola), lay up, steals (merebut bola), foot work (pergerakan kaki). Dari beberapa gerakan tersebut, lay up adalah salah satu gerakan terpenting karena dengan lay up point dapat diperoleh. Lay up adalah suatu gerakan memasukkan bola ke ring atau keranjang basket dengan dua langkah dan melompat. Saat melompat, bola dibawa dengan dua tangan, setelah itu dilepaskan ke ring dengan satu tangan. Lay up dilakukan dengan memantulkan bola ke bagian atas papan ring terlebih dahulu ataupun langsung memasukkan bola ke ring.


(12)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA YP UNILA Bandar Lampung, peneliti melihat hal-hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa kelas X.9 dalam melakukan lay up bola basket. Adapun hal-hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan lay up bola basket adalah sebagai berikut: kurangnya pengetahuan siswa dalam melakukan lay up yang menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan lay up, sulitnya penguasaan gerak dasar lay up terutama saat pelepasan bola ke arah ring, rendahnya kemampuan guru pendidikan jasmani dalam mencari gerak dasar dalam bermain bola basket, masih rendahnya kemampuan guru pendidikan jasmani dalam mencari model–model pembelajaran gerak dasar lay up bola basket.

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Klasikal Dengan Model Pembelajaran Individu Terhadap Hasil Belajar Lay Up Bola Basket Pada Siswa Kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi masalah, sebagai berikut :

1. Rendahnya keterampilan gerak dasar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.


(13)

2. Masih rendahnya kreatif guru pendidikan jasmani dalam mencari gerak dasar dalam bermain bola basket.

3. Rendahnya hasil belajar lay up bola basket siswa karena kurangnya pengalaman gerak yang diberikan.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah model pembelajaran klasikal memberikan pengaruh terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung?

2. Apakah model pembelajaran individu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung?

3. Apakah pengaruh model pembelajaran klasikal lebih baik dari model pembelajaran individu terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran klasikal terhadap hasil lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.


(14)

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran individu terhadap hasil lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

3. Untuk mengetahui pengaruh yang lebih besar antara model pembelajaran klasikal dan model pembelajaran individu terhadap hasil lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

E.Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini memberi manfaat:

1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar lay up bola basket.

2. Bagi siswa

Membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar lay up bola basket.

3. Bagi guru

Sebagai bahan referensi guru pendidikan jasmani dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan hasil belajar lay up bola basket. 4. Mahasiswa Penjaskes

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar lay up bola basket.


(15)

5. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran pengembangan pembelajaran bola basket khususnya pada keterampilan gerak dasar lay up.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Tempat penelitian dilaksanakan di lapangan SMA YP UNILA Bandar Lampung.

2. Objek penelitian yang diamati adalah pengaruh model pembelajaran klasikal dengan model pembelajaran individu terhadap hasil belajar lay up bola basket.

3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.

Depdiknas (2003:11), mengartikan “Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif”.

Tamat dan Mirman Muekarto (2005:8), mendefinisikan pendidikan jasmani merupakan: ”usaha untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha tersebut berupa


(17)

kegiatan jasmani atau fisik yang diprogram secara ilmiah, terarah, dan sistematis”.

Depdiknas (2003:6) tujuan mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah sebagai berikut:

1) Meletakan landasan karakter yang kuat melalui nilai dalam pendidikan jasmani. 2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial

dan toleransi dalam kontek kemajemukan budaya, etnis dan agama.

3) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran jasmani.

4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

5) Mengembangkan keterampilan gerak dan ketrampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, dan pendidikan luar kelas.

6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai keselamatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang rekreatif.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, peneliti berpendapat bahwa yang dimaksud pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan hidup bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih.


(18)

B. Belajar Mengajar

Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar, baik potensial maupun aktual. Perubahan tersebut dalam bentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang cukup lama. Dan perubahan itu terjadi karena berbagai usaha yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Berikut ini disampaikan beberapa pendapat ahli tentang belajar, yaitu:

(1) H.C. Witherington dalam bukunya “Educational Psychology” mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.” (2) Ernest R. Hilgard (Sanjaya Wina, 2007:289) dalam bukunya yang berjudul “Introduction to Psychology” mengemukakan: ” We may define learning at the process by which an activity originates or is changed through responding to a situation, provide the changes cannot be attributed the growth or the temporary state of

the organism (as fatique or under drugs),”Terjemahan bebas : “Belajar adalah satu proses dimana ditimbulkan atau dirubahnya suatu kegiatan karena mereaksi terhadap suatu keadaan. Perubahan mana tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan (kematangan) atau keadaan organisme yang sementara (seperti kelelahan atau karena pengaruh obat-obatan).

Sedangkan Charles Galloway, 1976 (dalam Sugiyanto, 1999:267) mengatakan bahwa belajar adalah: ” perubahan kecenderungan tingkah laku yang relatif permanen, yang merupakan hasil dan berbuat berulang-ulang”.


(19)

Robert N. Gagne, 1977 (dalam Sugiyanto, 1999:267) mendefinisikan bahwa belajar adalah: ” suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan”.

Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa belajar adalah suatu proses, fungsi, dan juga hasil dari perubahan-perubahan. Perubahan yang terjadi dihasilkan dari pengalaman atau berbuat berulang-ulang. Perubahan yang terjadi bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama, maksudnya adalah perubahan itu tidak langsung hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan.

B. Hasil Belajar

Pada hakekatnya belajar adalah ”perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar”. (Djamarah dan Zain, 2006:73). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:43).

Hasil belajar merupakan suatu gambaran prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar pada suatu jenjang yang diikutinya. Menurut Djamarah dan Zain (2002:80) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.


(20)

Menurut Ahmadi (1984:35) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:35) hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak penggiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam nilai raport dan angka dalam ijazah. Sedangkan dampak penggiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan transfer belajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan suatu paket belajar tertentu, yang dapat diukur dalam berbagai bentuk melalui proses evaluasi tertentu, hasil yang diperoleh dapat berupa ranah afektif, kognitif dan psikomotor.

D.Model Pembelajaran

Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model. Model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46). Model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51).


(21)

Menurut Mills (1989:4), model adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dengan demikian, suatu model dapat ditinjau dari aspek mana kita memfokuskan suatu pemecahan permasalahannya. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan mengajar. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2005).

E.Model Pembelajaran Klasikal

Pembelajaran klasikal merupakan pengajaran yang diberikan kepada satu kelas murid secara bersama-sama. Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klisikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Pembelajaran klasikal berarti seorang guru melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam kelas dan diikuti sejumlah siswa yang dibimbing oleh seorang guru. Dalam hal ini guru dituntut kemampuannya


(22)

menggunakan teknik-teknik penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan. Hasil penelitian J. H. Pesta Lozzi (1746-1827) mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran di sekolah melalui metode pengajaran individual oleh seorang tutor. Pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi sejumlah murid yang memenuhi sekolah akibat demokrasi, industrilisasi, pemerataan, dan pendidikan atau kewajiban belajar. Dicari metode pendidikan klasikal yang efektif dan paling baik bagi kelas atau kelompok. Guru yang dipersiapkan adalah guru yang baik bagi kelas atau diakui sebagai tokoh yang melahirkan gagasan besar tentang pendidikan antara lain:

1. Mendemokrasikan Pendidikan dengan menyatakan adalah hak mutlak dari setiap anak untuk setiap anak untuk mengembangkan pootensi dirinya sepenuhnya.

2. Mempsikologikan pendidikan yaitu teori dan praktek pendidikan harus didasarakan pada psikologi atau ilmu tentang karakteristik jiwa individu manusia.

3. Mendasarkan pendidikan pada perkembangan organik dari pada pemindahan-pemindahan gagasan.

4. Pendidikan dimulai dengan persepsi, pembentukan tindakan-tindakan yang kongkrit dan pengalaman terhadap respon-respon emosional yang aktual. 5. Perkembangan adalah sebuah pembangunan potensi secara

berangsur-angsur. Setiap bentuk pengajaran harus dilakukan secara berlahan-lahan, melalui perjalanan yang berangur-angsur sesuai pemekaran dengan kemampuan-kemampuan dari anak.

6. Perasaan-perasaan keagamaan dibentuk mendahului dari kata-kata atau simbol-simbol yang dimiliki anak.

7. Perlu adanya pandangan yang refosioner tentang disiplin yang didasarkan pada kemauan baik dan kerja sama antara pelajar dengan pengajar.


(23)

8. Diperlukan alat baru dalam pendidikan guru dan studi tentang pendidikan sebagai sebuah ilmu (Mudyaharjo, 2001:121).

Pendapat J. H. Pesta Loziz (1746-1827) tersebut diimplementasikannya ke dalam pendidikan. Dalam pengajaran klasikal jangan sampai merugikan kepentingan anak sebagai individu dalam belajar, hal yang harus diperhatikan adalah kelas sebagai keseluruhan. Nasution (2000:41) berpendapat justru lebih diperhatikan perbedaan individual, yaitu guru dengan sadar memaksa dirinya memperhatikan pada setiap anak secara individual di kelasnya. Siswa yang berjumlah kurang lebih 30 atau 40 orang siswa, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama.

Pengelolaan pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar, dapat dilakukan melalui tindakan penciptaan suasana menyenangkan dalam belajar ini dilakukan dengan pemusatan perhatian pada bahan pelajaran dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan materi pelajaran, dan mengikutsertakan siswa secara aktif sesuai dengan kondisi siswa. Belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif sebagai penerima bahan ajaran. Upaya untuk mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan lain-lain yang sesuai dengan murid-muridnya. Sehubungan dengan hal itu Pesta Lozzi mengatakan tujuan pendidikan adalah tercapainya perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya jiwa. Untuk membantu peserta didik memikul tanggung jawab atas perilakunya dan tanggung jawab sosialnya sehingga dapat digunakan dalam lingkungan kelas.


(24)

Syaiful Sagala (2006:185) pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar. Menurut Vembrianto (1979:4) ciri-ciri pembelajaran klasikal adalah:

a. Seorang guru menghadapi kelas yang terdiri atas sejumlah siswa. b. Siswa-siswa itu sebaya dalam usianya

c. Pada waktu yang sama guru memberikan pelajaran kepada siswa-siswa tersebut dan mereka mengerjakan tugas-tugas pengajaran bersama-sama. d. Pada awal tahun pelajaran kelas itu memulai program pengajaran secara

bersama-sama dan pada akhir tahun pelajaran sebagian besar di antara mereka naik kelas bersama-sama pula, kecuali beberapa siswa yang dianggap gagal harus tetap tinggal kelas.

Dasar pemikiran sistem pengajaran klasikal adalah karena adanya anggapan bahwa karena kelas terdiri dari anak-anak yang sebaya, maka mereka relatif memiliki perhatian, minat, pengalaman, dan taraf kepandaian yang sama, maka kepada mereka diberikan program pengajaran yang sama. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran klasikal adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada sejumlah siswa untuk belajar bersama-sama. Pembelajaran klasikal memiliki kelemahan dan kelebihan, antara lain:

1. Kelemahan Pembelajaran Klasikal a. Mudah menjadi verbalisme.

b. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.

c. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan d. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang

menggunakannya


(25)

2. Kelebihan Pembelajaran Klasikal a. Guru mudah menguasai kelas b. Mudah mengorganisasikan tempat

c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik f. Lebih ekonomis dalam hal waktu

g. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas

h. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian

Ada beberapa contoh pembelajaran lay-up dalam model klasikal antara lain: 1. Melakukan lay up dari arah depan ring basket.

Cara Melakukan :

- Dua kelompok berhadapan

- Kelompok yang melakukan lay up berdiri di depan ring basket dan kelompok yang menangkap dan mengumpan bola berdiri di belakang ring basket.

- Setelah melakukan gerakan lay up atau operan bola bergerak pindah posisi ke belakang barisan di hadapannya.

2. Melakukan lay up dari arah samping ring basket, dengan cara yang sama dengan model yang pertama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

- Gelak melangkah lay up dilakukan dua langkah, langkah pertama lebar dan langkah ke dua pendek

- Arah gerak menolak saat lay up tegak lurus ke atas (vertical)

- Bila lay up kaki kanan, maka bola basket diangkat (dimasukan kering basket menggunakan tangan kanan dan sebaliknya)

- Setelah melakukan lay up shoot mendarat menggunakan kedua kaki dengan lutut mengeper.

3. Bermain bola basket dengan peraturan yang dimodifikasi.

Untuk memperoleh poin siswa harus menggunakan tembakan lay up dan jika siswa menggunakan cara lain maka dianggap tidak sah.


(26)

D.Model Pembelajaran Individu

Pembelajaran individu adalah kegiatan mengajar pembelajaran yang menitik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individual. Pengajaran individual tidak berarti pengajaran harus berdasarkan atas jalannya satu orang guru dengan satu orang murid akan tetapi pengajaran berjalan secara bersama dan guru harus memberikan pelayanan yang berbeda setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual siswa. Dengan demikian individual merupakan usaha melengkapi kondisi belajar yang optimal bagi setiap individual. Setiap individu memiliki perbedaan termasuk perbedaan dalam gaya belajar peserta didik. Karena itu pengajaran individual akan selalu menarik perhatian para pendidik untuk mengkaji dan menganalisisnya. Tugas-tugas yang dikerjakan para peserta didik di rumah kebanyakan menuntut kegiatan secara individual, beberapa kegiatan dan pemberian tugas di sekolah juga dapat dikerjakan secara individual, seperti memecahkan soal, melakukan pengamatan atau percobaan di laboratorium, dan sebagainya.

Walaupun setiap guru hanya menghadapi satu orang murid, karena ketidak mungkinan guru mengetahui dengan tepat kebutuhan individual murid dan memberikan perlengkapan sesuai dengan kebutuhannya.

Pembelajaran individu merupakan suatu siasat (strategi) untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak dari pada yang dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok siswa yang besar. Dalam buku Konsep dan Makna Pembelajaran disebutkan ada empat


(27)

bentuk-bentuk belajar mandiri yaitu: (1) self instruction semacam modul; (2) independent study; (3) individualized prescribed instruction, dan (4) self pacet learning. Untuk itu belajar meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik lebih banyak ditempuh dengan belajar mandiri. Pada model pembelajaran secara individual, guru memberikan bantuan belajar kepada masing-masing pribadi peserta didik sesuai mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Prilaku pembelajaran individual ini guru akan memberikan kesempatan dan keleluasaan masing-masing individu untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Istilah pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan (Individual Instruction) merupakan suatu siasat (strategi) untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak dari pada yang dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok siswa yang besar. Menurut Duane (Dalam Mbulu, 2001:1) pembelajaran individual merupakan suatu cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya di bawah bimbingan guru. Pengajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan

sebagai berikut:

1. Rencana Studi Mandiri (Independent Study Plans)

Guru dan siswa bersama-sama mengadakan perjanjian mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari dan apa tujuannya. Para siswa mengatur belajarnya sendiri dan diberikan kesempatan untuk berkonsultasi secara berkala kepada guru untuk memperoleh pengarahan atau bantuan dalam menghadapi tes dan menyelesaikan tugas-tugas perseorangan.


(28)

2. Studi Yang Dikelola Sendiri (Self Directed Study)

Siswa diberi sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai serta materi pelajaran yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dandilengkapi dengan daftar kepustakaan. Pada waktu-waktu tertentu siswa menempuh tes dan dinyatakan lulus apabila telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.

3. Program Belajar Yang Berpusat Pada Siswa (Learner Centered Program) Dalam batas-batas tertentu siswa diperbolehkan menentukan sendiri materi yang akan dipelajari dan dalam urutan yang bagaimana. Setelah siswa menguasai kemampuan-kemampuan pokok dan esensial, mereka diberi kesempatan untuk belajar program pengayaan.

4. Belajar Menurut Kecepatan Sendiri (Self Pacing)

Siswa mempelajari materi pelajaran tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan oleh guru. Semua siswa harus mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sama namun mereka mengatur sendiri laju kemajuan belajarnya dalam mempelajari materi pelajaran tersebut.

5. Pembelajaran Yang Ditentukan Oleh Siswa Sendiri (Student Determined Instruction)

Pengaturan pembelajaran tersebut menyangkut penentuan tujuan pembelajaran (umum dan khusus), pilihan media pembelajaran dan nara sumber, penentuan lokasi waktu untuk mempelajari berbagai topik, penentuan laju kemajuannya sendiri, mengevaluasi sendiri pencapaian tujuan pembelajaran, dan kebebasan untuk memprioritaskan materi pelajaran tertentu. 6. Pembelajaran Sesuai Diri (Individual Instruction)

Strategi pembelajaran ini mencakup enam unsur dasar yaitu (a) kerangka waktu yang luwes, (b) adanya tes diagnostik yang diikuti pembelajaran perbaikan (memperbaiki kesalahan yang dibuat siswa atau memberi kesempatan kepada siswa untuk melangkah bagian materi pelajaran yang telah dikuasainya), (c) pemberian kesempatan kepada siswa untuk memilih bahan belajar yang sesuai, (d) penilaian kemajuan belajar siswa dengan menggunakan bentuk-bentuk penilaian yang dapat dipilih dan penyediaan waktu mengerjakan yang luwes, (e) pemilihan lokasi belajar yang bebas, dan (f) adanya bentuk-bentuk kegiatan belajar bervariasi yang dapat dipilih.

7. Pembelajaran Perseorangan Tertuntun (Individually Prescribed Instruction) Sistem pembelajaran ini didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran terprogram.Setiap siswa diarahkan pada program belajar masing-masing berdasarkan rencana kegiatan belajar yang telah disiapkan oleh guru atau


(29)

guru bersama siswa berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara operasional. Rencana kegiatan ini berkaitan dengan materi pelajaran yang harus dipelajari atau kegiatan yang harus dilakukan siswa.

Menurut Duane (1973) pengajaran individual merupakan suatu cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya di bawah bimbingan guru. Model pembelajaran individu pada dasarnya model pembelajaran yang bepusat siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menilai dirinya sendiri, menentukan kekurangannya sendiri dan mencoba untuk memperbaiki. Latar belakang timbulnya pengajaran individual menurut Duane (dalam Mbulu, 2001:4) dengan sebuah ungkapan sebagai berikut.

1. Memiliki tingkat prestasi belajar yang sama

2. Mencapai taraf prestasi belajar dengan menggunakan cara belajar yang sama 3. Memecahkan masalah yang sama dengan cara yang sama pula

4. Memiliki pola tingkah laku dan minat yang sama

5. Dimotivasi untuk mencapai prestasi belajar pada taraf yang sama 6. Mencapai tujuan belajar yang sama

7. Siap untuk belajar pada waktu yang sama

8. Mempunyai kemampuan yang sama untuk belajar

Menurut (Joesafira,2010), pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.

Menurut teori yang dikenal dengan Reinforcement Theory pada tahun 1954, tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Anak sejak dilahirkan memiliki sejumlah potensi namun dalam perkembangannya dan pertumbuhannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan baik. Penganut teori ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak memiliki kepribadian yang unik. Keunikan ini terbentuk oleh


(30)

perpaduan faktor keturunan (heredity), faktor lingkungan (Environment) dan faktor diri (self). Di sekolah dalam satu kelas anak berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, lingkungan sosial budaya yang berbeda, serta memiliki potensi yang berbeda pula. Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar (potensi jasmaniah, pikir, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani) maka para ahli memikirkan, melakukan pengkajian, dan penelitian yang terus-menerus serta menemukan pola pembelajaran yang cocok untuk mengembangkan kemampuan potensial setiap individu anak (siswa).

Para siswa dalam suatu kelas diharapkan dapat mengubah secara mendasar dalam hal kemampuan mentalnya (mental ability), prestasi belajar yang dicapai terdahulu (past achievement), kecepatan belajar (learning rate), motivasi (motivation), minat (interest), dan gaya belajar (learning style). Apabila beragam kemampuan belajar dan prestasi belajar dikombinasikan dengan perbedaan individual siswa dan motivasi, minat dan gaya belajar, maka menjadi kenyataan bahwa pembelajaran kelas regular tidak dapat diharapkan merupakan pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan siswa. Satu solusi terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh kesenjangan perbedaan individual yang luas dikalangan siswa yakni penggunaan kriteria kemampuan secara kelompok. Meskipun pengurangan berjalan satu dimensi (prestasi belajar) hal ini tidak memberikan suatu pengurangan yang seimbang dengan dimensi-dimensi yang lain. Dengan demikian tidak hanya kemampuan belajar yang diharapkan yang dapat memberikan suatu solusi yang memuaskan bagi perbedaan individual. Dalam teori pengurangan sejumlah bantuan yang dibutuhkan individual agar guru dapat memberikan


(31)

perhatian lebih kepada individu yang sangat membutuhkan. Jelas bahwa pengajaran individual mencakup penyesuaian prosedur pembelajaran dengan kebutuhan siswa, dapat menggunakan variasi bentuk pembelajaran.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran individu adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang berpusat pada siswa dan siswa tersebut diberi kesempatan untuk menilai kekuranganya sendiri dan mencoba untuk memperbaikinya.

Pembelajaran individu memiliki kelemahan dan kelebihan, antara lain: 1. Kelemahan Pembelajaran Individu

a. Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan b. Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan

c. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan d. Peran instruktur perlu berubah

2. Kelebihan Pembelajaran Individu

a. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa

b. Pembelajaran individual meningkatkan pencapaian tujuan c. Semua siswa mengalami keberhasilan

d. Pembelajaran individual menghilangkan persoalan sosial

e. Identitas dan karakter pribadi berkembang melalui kerja mandiri f. Pembelajaran individual meningkatkan disiplin pribadi


(32)

g. Pembelajaran individual menghilangkan masalah kedisiplinan kelompok Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian

Ada beberapa contoh pembelajaran lay-up dalam model individu antara lain: 1. Melakukan lay up dari posisi melangkah, dilanjutkan dua langkah sambil

memegang bola basket.

2. Melakukan lay up diawali menggiring bola, lalu lakukan gerak dasar lay up.

E. Bermain Bola Basket

Bola Basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket sangat cocok untuk ditonton karena biasa dimainkan di ruang olahraga tertutup dan hanya memerlukan lapangan yang relatif kecil. Selain itu, bola basket mudah dipelajari karena bentuk bolanya yang besar, sehingga tidak menyulitkan pemain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut.

Bola basket merupakan olahraga permainan yang menggunakan bola besar, dimainkan dengan tangan. Bola boleh dioper (dilempar), boleh dipantulkan kelantai baik ditempat atau sambil berjalan dan tujuannya adalah memasukan bola ke ring lawan (Iman Sodikun, 1992:8).


(33)

Bola basket termasuk jenis permainan yang kompleks, yang berarti gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang terkoordinasi rapi, sehingga dapat bermain dengan baik. Jika cara memegang bola saja, salah tentu ia tidak dapat melempar bola dengan baik. Sebelum ia menerima bola terlebih dahulu ia harus dapat menangkap bola dengan baik pula untuk dikuasai sehingga dapat menerobos pertahanan lawan dengan baik. Untuk dapat bekerjasama dengan baik, tentu ia harus menguasai teknik melempar, menagkap,menggiring bola dengan baik (Imam Sodikun 1992:47). Gerakan yang baik menimbulkan efisiensi kerja dan berkat latian yang teratur mendapatkan efektifitas yang baik pula. Seorang pemain atau regu dapat bermain dengan baik, maka mereka dituntut untuk dapat melakukan setiap unsur gerak yang benar. Oleh karena itu penguasaan terhadap teknik dasar yang benar dapat menunjang keterampilan bermain selanjutnya.

1. Teknik Permainan Bola Basket

Gerakan yang efektif dan efisien dalam permainan bola basket adalah merupakan suatu tujuan dalam penguasaan teknik dasar yang baik. Menurut Depdiknas Direktoral Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (2007:3). Beberapa teknik dasar yang perlu diketahui dalam permainan basket adalah sebagai berikut : (a) Mengoper (Passing), mengoper atau melempar bola terdiri atas tiga cara yaitu melempar bola dari atas kepala (over head pass), melempar bola dari dari depan dada (chest pass) yang dilakukan dari dada ke dada dengan cepat dalam permainan, serta melempar bola memantul ke tanah atau lantai


(34)

(bounce pass); (b) Menggiring bola (Dribling) adalah memantul-mantulkan bola (membawa bola) yang dapat dilakukan dengan sikap berhenti, berjalan atau berlari. Pelaksanaannya dilakukan dengan tangan kanan atau tangan kiri; (c) Menembak bola ke ring (Shooting) adalah usaha memasukkan bola ke dalam keranjang atau ring basket lawan untuk meraih poin. Dalam melakukan shooting ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan shooting dengan dua tangan serta shooting dengan satu tangan; (d) Memoros (Pivot) adalah suatu usaha menyelamatkan bola dari jangkauan lawan dengan salah satu kaki sebagai porosnya, sedangkan kaki yang lain dapat berputar 360 derajat; (e) Merayah (Rebounding), Salah satu teknik dalam bola basket dimana seorang pemain menangkap atau mendapatkan bola pantul yang tidak berhasil masuk ke ring yang ditembakkan pemain lain; (f) Intercept adalah teknik mencuri bola dari lawan dengan cara memotong passing lawan. Semua teknik harus dikuasai oleh setiap atlet bola basket. Apabila semua teknik tersebut sudah dikuasai dengan baik oleh para pemain, maka ia dapat bermain dengan baik. Selanjutnya untuk meningkatkan prestasi tinggal memperbanyak latihan yang cukup, sehingga dapat menjadi gerakan yang otomatis. Pengangkatan prestasi ini adalah tugas guru atau pelatih yang akan mengantarkan kepada prestasi yang maksimal (Imam Sodikun 1992:48).

Teknik permainan bola basket secara garis besar terdiri dari: mengoper (passing), menggirirng (dribbling), menembak (shooting), dan merayah (rebound), (Akros Abidin 1999:45 ).


(35)

Keempat teknik di atas harus dikuasai agar seseorang dapat menjadi pemain basket yang baik, namun keahlian dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemain basket adalah kemampuan menembak. Untuk membuat angka dalam permainan bola basket pemain harus melakukan tembakan. Menembak merupakan sasaran akhir setiap bermain bola basket dan merupakan unsur yang sangat menentukan untuk mencapai kemenangan dalam suatu pertandingan. Menembak merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam permainan bola basket, karena kemenangan suatu tim di tentukan oleh jumlah tembakan yang masuk pada ring sampai akhir pertandingan.

Akros Abidin (1999), tehnik dasar menembak tersebut antara lain: (1) One hand set shoot adalah tembakan satu tangan dari atas kepala; (2) Free throw adalah tembakan bebas yang diberikan kepada pemain karena pelanggaran (Foul) dari pemain lain; (3) Jump shoot adalah tembakan yang dilakukan sambil melompat; (4) Tree point shoot adalah tembakan tiga angka yang dilakukan diluar garis setengah lingkaran besar; (5) Lay-up adalah teknik tembakan/memasukkan bola ke dalam keranjang dalam permainan bebas, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan di dalam ring yang didahului dengan dua langkah. Gerakan melangkah dapat dilakukan dari menerima operan dari teman satu tim atau dari gerakan menggiring bola, melangkah dua kali kemudian menembak ke ring


(36)

2. Lay-up

Gerakan lay up merupakan salah satu teknik dasar yang harus dikuasai siswa dalam bola basket. Tembakan lay-up adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak dekat sekali dengan ring basket, hinggga seola-olah bola itu diletakkan kedalam ring basket yang didahului dengan gerakan dua langkah. Melangkah dua kali kemudian mengoper atau menembak merupakan unsur yang sangat penting dalam bola basket, maka melangkah dengan dua hitungan ini perlu sekali dilatihkan dan diajarkan dengan cermat dan berulang-ulang, apalagi bila langkah dua hitungan ini diakhiri dengan tembakan lay-up.


(37)

Pelaksanaan

Menurut Akor Sitepu (2008:43), ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam tembakan lay up adalah : (1) Saat menerima bola : Saat menerima bola harus dalam keadaan melayang; (2) Saat melangkah : lagkah pertama harus lebar atau jauh untuk memelihara keseimbang. Langkah kedua pendek untuk memperoleh awalan tolakan agar dapat melompat setinggi-tingginya; (3) Saat melepaskan bola : bola harus dilepas dengan kekuatan kecil, perhatikan pantulan pada papan disekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil diatas ring basket, kalau arah bola dari kanan; (4) Sesuai dengan peraturan permainan bahwa seorang pemain yang menerima bola pada saat melayang, maka pemain itu diperbolehkan untuk menambah langkah 2 hitungan. Adapun dua langkah itu dapat dilakukan sebagai berikut : Bila tolakan pertama dengan kaki kanan langkah serta dengan kaki kiri dan langkah kedua dengan kaki kanan lagi atau sebaliknya (kiri,kakan,kiri).

a) b)

ka ki ka ki ka ki Gambar 2. Tolakan kaki kanan Gambar 3. Tolakan kaki kiri Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang disadari dan terencana. Pembelajaran bukan merupakan suatu proses kegiatan yang terjadi secara alami dan bersifat otomatis, tetapi suatu proses kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, yang direncanakan dan diperhitungkan sedemikian rupa agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan tercapai.


(38)

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas atau luar kelas.

F. Kerangka Pikir

Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri dari dua tim berangggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukan bola ke dalam ring lawan.

Ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai dalam bola basket seperti dribbling, passing (chest pass, bound pass, over head pass), shooting, rebound, dan layup. Keterampilan lay-up adalah salah satu keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh pemain, salah satu tembakan yang dilakukan dari hasil lay-up merupakan perpaduan dari beberapa teknik dasar. Tembakan melalui tehnik lay-up ini biasanya diawali dribbling, menangkap bola kemudian dilanjutkan memasukkan bola ke dalam ring. Pada saat dribbling usahakan bola berada dalam penguasaan siswa, setelah menangkap bola pemain diperbolehkan menambah langkahnya sebanyak dua langkah, baru kemudian bola ditembakkan ke ring. Saat melangkah pertama dilakukan dengan lebar dan badan condong ke depan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jarak sedekat mungkin dengan ring dan menjaga keseimbangan tubuh.


(39)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu ditentukan model pembelajaran yang tepat dalam hal meningkatkan keterampilan gerak dasar lay-up. Dalam hal ini digunakan dua model yaitu model pembelajaran klasikal dan model pembelajaran individu.

Model pembelajaran klasikal merupakan bentuk pembelajaran yang dirancang untuk belajar secara bersama-sama. Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klasikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Maksud tergolong efisien yaitu guru mudah menguasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat, lebih ekonomis dalam hal waktu, membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.

Model pembelajaran individu merupakan pembelajaran yang didasarkan atas jalannya satu orang guru dengan satu orang murid akan tetapi pengajaran berjalan secara bersama dan guru harus memberikan pelayanan yang berbeda setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual siswa. Maksudnya, setiap siswa memperoleh perhatian yang berbeda sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa tersebut. Dengan kata lain pembelajaran ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa dan diharapkan semua siswa mengalami keberhasilan.

Berdasarkan karakteristik dan penekanan dari model pembelajaran klasikal dengan model pembelajaran individu tersebut menunjukan bahwa, keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas. Perbedaan perlakuan yang diberikan dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan respon yang berbeda pula


(40)

terhadap keterampilan gerak dasar lay-up bola basket. Dengan demikian diduga, model pembelajaran klasikal dengan model pembelajaran individu memiliki perbedaan pengaruh terhadap keterampilan gerak dasar lay-up bola basket.

G. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya masih harus diuji secara empiris (Sumadi S, 1983). Dari pendapat tersebut artinya hipotesis merupakan anggapan sementara yang kemungkinan benar, tetapi masih perlu dibuktikan kebenarnya melalui penelitian lapangan. Pada penelitian ini digunakan dua jenis model pembelajaran, yaitu hasil belajar lay up bola basket dengan menggunakan model pembelajaran klasikal dan hasil belajar lay up bola basket dengan menggunakan model pembelajaran individu pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :

: Ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran klasikal terhadap peningkatan hasil belajar lay up bola basket.

: Ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran individu terhadap peningkatan hasil belajar lay up bola basket.

H3 : Model pembelajaran individu memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model pembelajaran klasikal terhadap peningkatan hasil belajar lay up bola basket.


(41)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1982:73) bahwa eksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil, tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan deskripsi data melainkan pada penemuan faktor-faktor penyebab, karena itu di dalam eksperimen orang akan menemukan interaksi antar variabel.

Arikunto Suharsimi (2002:45) bahwa eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor lain yang bisa mengganggu. Dari pendapat di atas, jelas sekali bahwa metode penelitian eksperimen digunakan untuk mengetahui adanya perbandingan pengaruh atau perubahan atau peningkatan yang disebabkan adanya pemberian perlakuan (treatment). Dalam penelitian ini sebagai perlakuannya adalah pembelajaran hasil lay up bola basket yang dilakukan melalui model pembelajaran klasikal dan melalui model pembelajaran individu.


(42)

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998:99). Sedangkan menurut Ibnu (1996:56) variabel penelitian dapat diartikan sebagai objek pengamatan yang menjadi titik dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini ditetapkan dua macam variabel.

Adapun variabel yang diteliti adalah : 1. Sebagai variabel bebas

a) Model pembelajaran klasikal (X1) b)Model pembelajaran individu (X2) 2. Sebagai variabel terikat

Hasil belajar lay up bola basket (Y)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (1993) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sementara Sudjana (1989) menyatakan bahwa totalitas semua nilai yang mungkin muncul dari hasil menghitung atau mengukur, baik berupa kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya dinamakan populasi. Jadi popuasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 9 SMA YP UNILA Bandar Lampung sebanyak 38 orang, putra 22 orang dan putri 16 orang.


(43)

2. Sampel

Riduwan (2005:11) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Menurut Arikunto (2002:120) menjelaskan bila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Jadi, dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh populasi yang ada sehingga disebut populasi sampel, berjumlah 38 orang.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama dua bulan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Seluruh sampel selanjutnya dites lay up, kegiatan tes ini merupakan tes awal. Hasil penilaian disusun berdasarkan dari hasil terbesar sampai hasil terkecil, kemudian dikelompokkan ke dalam dua kelompok menggunakan teknik ordinal pairing. Pada akhirnya terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok I sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran klasikal, kelompok II sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran individu.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan tahap ini merupakan inti dari pelaksanaan penelitian secara keseluruhan, karena itu kedua kelompok eksperimen masing-masing diberi model pembelajaran yang berbeda dengan beban latihan yang sama, seperti berikut ini:


(44)

Waktu penelitian : 12 minggu Frekuensi : 2 X seminggu

Set : 2 x 45 menit

3. Tahap Pengambilan Data

Setelah 7 minggu dari masing-masing kelompok perlakuan selanjutnya dilakukan tes kembali sebagai tes akhir yang dilaksanakan seperti pada tes awal.

E. Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test post-test group design, yaitu rancangan penelitian yang berdasarkan pembagian kelompok, diawali dan diakhiri dengan melakukan tes pada masing-masing kelompok. Sedangkan rancangannya dapat dilihat pada bagan berikut:

K1 X1 T2 T1 OP

K2 X2 T2 Gambar 2. Rancangan Penelitian. Keterangan :

T1 = Tes Awal (Pre test) OP = Ordinal Pairing

K1 = Kelompok perlakuan model pembelajaran klasikal K2 = Kelompok perlakuan model pembelajaran individu X1 = Perlakuan model pembelajaran klasikal


(45)

X2 = Perlakuan model pembelajaran individu T2 = Tes Akhir (Post test)

Pembagian kelompok berdasarkan hasil tes awal kemampuan lay up bola basket, langkah awal adalah melakukan tes awal kemudian dirangking, dibagi dan dimasukkan dalam kelompok 1) perlakuan model pembelajaran klasikal, dan 2) perlakuan model pembelajaran individu.

Dengan demikian kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan yang sama sebelum diberi perlakuan. Apabila pada post tes nanti terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing seperti berikut :

Gambar 3. Cara Ordinal Pairing

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1991: 112) instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian. Nurhasan (2001: 234) menjelaskan bahwa seringkali tes/alat yang diperlukan tidak tersedia atau tidak mungkin didapatkan, maka dapat disusun


(46)

suatu tes keterampilan dengan terlebih dahulu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas suatu tes.

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah penilaian keterampilan gerak dasar lay up bola basket sebagai berikut :

Tabel 1. Instrumen Penelitian

No Gerakan Aspek Yang Dinilai

Kriteria Penilaian Gerak Dasar

Lay-up

Nilai

Total Nilai 1 2 3

1. Awalan 1.1 Sikap badan Ambil posisi sikap siap normal dan

badan condong ke depan titik berat badan terletak antara dua kaki

1.2 Posisi kaki Mengambil sikap salah satu kaki berada di depan dan di belakang dan sejajar

Sikap kuda-kuda lutut sedikit ditekuk 1.3 Pandangan Pandangan rileks ke

depan melihat ring basket 2. Pelaksanaan 2.1 Koordinasi

tangan dan kaki

Mendriblle bola sambil melangkah mendekati garis keyhole

2.2 Gerakan kaki

Langkah pertama harus lebar untuk menjaga keseimbangan

Langkah kedua pendek untuk memperoleh awalan tolakan setinggi-tingginya

2.3 Gerakan tangan

Bola harus dilepas dengan kekuatan kecil perhatikan pantulan disekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas basket kalau arah dari kanan atau sebaliknya

3. Sikap Akhir 3.1 Posisi kaki dan tungkai

Jaga keseimbangan setelah melakukan lay-up Saat mendarat usahakan lentuk (mengeper) 3.2 Sikap badan Sikap siap normal


(47)

Keterangan :

No Gerakan Aspek Yang

Dinilai Kriteria Penilaian Gerak Dasar Lay-up 1. Awalan 1.1 Sikap badan Nilai 1. Ambil posisi sikap siap badan

condong ke belakang titik berat badan terletak antara dua kaki Nilai 2. Ambil posisi sikap siap badan

condong ke samping kanan/ kiri titik berat badan terletak antara dua kaki

Nilai 3. Ambil posisi sikap siap normal dan badan condong ke depan titik berat badan terletak antara dua kaki 1.2 Posisi kaki Nilai 1. Mengambil sikap salah satu kaki

berada di depan dan di belakang dan tidak sejajar

Nilai 2. Mengambil sikap salah satu kaki berada di depan dan di belakang

dan sedikit sejajar

Nilai 3. Mengambil sikap salah satu kaki berada di depan dan di belakang

dan sejajar

Nilai 1. Sikap kuda-kuda lutut tidak ditekuk Nilai 2. Sikap kuda-kuda lutut ditekuk Nilai 3. Sikap kuda-kuda lutut sedikit

ditekuk

1.3 Pandangan Nilai 1. Pandangan rileks ke belakang, tidak melihat ring basket

Nilai 2. Pandangan rileks ke samping kanan/

kiri melihat ring basket

Nilai 3. Pandangan rileks ke depan melihat ring basket

2. Pelaksanaan 2.1 Koordinasi tangan dan kaki

Nilai 1. Mendriblle bola sambil melangkah jauh mendekati garis keyhole Nilai 2. Mendriblle bola sambil sedikit

melangkah mendekati garis keyhole Nilai 3. Mendriblle bola sambil melangkah

mendekati garis keyhole 2.2 Gerakan

kaki

Nilai 1. Langkah pertama tidak lebar untuk menjaga keseimbangan

Nilai 2. Langkah pertama harus sedikit lebar untuk menjaga keseimbangan Nilai 3. Langkah pertama harus lebar untuk

menjaga keseimbangan Nilai 1. Langkah kedua jauh untuk memperoleh awalan tolakan setinggi-tingginya

Nilai 2. Langkah kedua sedikit pendek untuk dapat awalan setinggi-tingginya

Nilai 3. Langkah kedua pendek untuk dapat awalan tolakan setinggi-tingginya


(48)

2.3 Gerakan tangan

Nilai 1. Bola tidak harus dilepas dengan

kekuatan kecil perhatikan pantulan disekitar garis tegak sebelah kanan

pada petak kecil diatas basket kalau arah dari kanan atau sebaliknya Nilai 2. Bola harus dilepas dengan sedikit

kekuatan kecil perhatikan pantulan disekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas basket kalau arah dari kanan atau sebaliknya Nilai 3. Bola harus dilepas dengan kekuatan

kecil perhatikan pantulan disekitar garis tegak sebelah kanan pada petak kecil di atas basket kalau arah dari kanan atau sebaliknya

3. Sikap Akhir 3.1 Posisi kaki dan tungkai

Nilai 1. Tidak menjaga keseimbangan setelah melakukan lay-up Nilai 2. Sedikit menjaga keseimbangan setelah melakukan lay-up Nilai 3. Jaga keseimbangan setelah melakukan lay-up

Nilai 1. Saat mendarat usahakan tidak lentuk (tidak mengeper) Nilai 2. Saat mendarat usahakan sedikit lentuk (sedikit mengeper) Nilai 3. Saat mendarat usahakan lentuk (mengeper)

3.2 Sikap badan Nilai 1. Sikap tidak siap tidak normal Nilai 2. Sikap kurang siap kurang normal Nilai 3. Sikap siap normal

Keterangan perolehan nilai keterampilan gerak dasar lay up : % 100 maxsimal skor Total diperoleh yang skor Total

Skor 

G. Teknik Analisis Data

Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka instrumen yang digunakan perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar instrumen yang baik.


(49)

1. Analisis Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002 : 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas tes adalah suatu alat ukur yang dikatakan valid apabila dapat mengukur atau apa yang seharusnya diukur. Untuk menentukan valid tidaknya suatu tes atau instrumen penelitian yang akan dipakai harus dilakukan uji validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Validitas untuk tes keterampilan didapat dengan membandingkan hasil tes buatan dengan tes standar, atau dapat menggunakan validitas butir, validitas faktor, dan dapat juga dengan mengkorelasikan kelompok rendah dan kelompok tinggi dari hasil tes tersebut (Nurhasan : 2001).

  

 

2 2

2

 

2

X.Y

Y

-Y

n

X

-X

n

Y

X

-X.Y

r

n

Keterangan :

r xy : Koefesien korelasi n : Jumlah sampel X : Skor variabel X Y : Skor variabel Y

∑X : Jumlah skor variabel X ∑Y : Jumlah skor variabel Y ∑X2 :


(50)

Y : Jumlah kuadrat skor variabel Y

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus: Keterangan :

t : Nilai t hitung r : Koefisien korelasi hasil r hitung n : Jumlah responden

Distribusi tabel t untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-2 dengan uji satu pihak. Kaidah pengujian jika t hitung > dari t tabel berarti valid sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka dilihat dari kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) yang dikutip Sugiyono (2008: 231), yaitu:

Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

Kategori Validitas Reliabilitas Tinggi Sekali 0,80 – 1 0,90 – 1 Tinggi 0,70 – 0,79 0,80 – 0,89 Cukup 0,50 – 0,69 0,60 – 0,79 Kurang 0,30 – 0,49 0,40 – 0,59 Tidak Signifikan 0,00 – 0,29 0,00 – 0,39

b. Uji Reliabilitas dengan Pengukuran Ulang/ Retest

Reliabilitas tes adalah suatu tes yang dikatakan reliabel apabila tes itu berulang-ulang memberikan hasil yang sama. Pada penelitian ini alat ukur menggunakan metode retest atau teknik ulang. Menurut Nurhasan (2001: 118) untuk mengetahui besarnya derat keterandalan suatu alat pengukur


(51)

dapat dilakukan dengan melakukan dua kali pengukuran yaitu pengukuran pertama dan ulangannya. Instrumen ini kemudian diujicobakan kepada sekelompok responden dan dicatat hasilnya, kedua hasil pengukuran tersebut dikoreksi dengan menggunakan korelasi product-moment atau korelasi Carl Pearson sebagai berikut :

  

 

2 2

2

 

2

X.Y

Y

-Y

n

X

-X

n

Y

X

-X.Y

r

n

Keterangan :

: Koefesien korelasi n : Jumlah sampel X1 : Skor variabel X Y : Skor variabel Y

∑X : Jumlah skor variabel X ∑Y : Jumlah skor variabel Y

∑X2

: Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2

: Jumlah kuadrat skor variabel Y

Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel korelasi product moment, sehingga dianggap reliabel apabila harga r hitung > r tabel pada taraf α = 0,05. Selanjutnya data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung hasil tes awal dan akhir menggunakan teknik analisa data uji t. Adapun syarat dalam menggunakan uji t adalah :

1

x y r


(52)

2. Analisis Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak.

a. Pengamatan X1,X2,…,Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,…,Z n dengan menggunakan rumus :

SD

X

i i

x

Z

Keterangan :

SD : simpangan baku Z : skor baku

: Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dapat menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).

c. Selanjutnya dihitung Z1, Z2,…, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi kalau proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka :

d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlak.

e. Ambil harga paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini dengan Lo. Setelah harga terbesar(L0), nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. Jika L0 < Ltabel : normal, dan jika Ltabel < L0: tidak normal.

n i Z ...yang n Z ,..., 2 Z , 1 .Z banyaknya. ) i S(Z 


(53)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sample memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2002 : 250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :

Varians dinyatakan homogen apabila Ho diterima (Fhit  Ftabel), dan varians dinyatakan tidak homogen apabila Ha diterima (Fhit > Ftabel) dimana distribusi F yang digunakan mempunyai dk pembilang = (n1– 1) dan dk penyebut = (n2– 1).

3. Uji t Perbedaan

a. Uji t Perbedaan

Berdasarkan kenormalan atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antara kedua kelompok sampel maka analisis yang digunakan dapat dikemukakan beberapa alternatif:

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen (12 ) maka uji-t yang dipergunakan adalah: t hitung =

2 1

2 1

1 1

n n x S

X X

gab


(54)

2 . ) 1 ( . ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1       n n S n S n Sgab Keterangan :

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

S : Simpangan baku kelompok eksperimen A 2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal ( ) kedua kelompok sampel yang mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen, maka rumus yang digunakan:

t hitung =

                  1 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X Keterangan

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

S : Simpangan baku kelompok eksperimen A 2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B 1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A 2


(55)

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan adalah :

2 ) 1 ( 2 2 1 2 1 2 1      n n N N N N U Z 2 1 ) 1 ( 1 2 2

1N n n R N

U   

2

2 ) 1 ( 1 2 2

1N n n R N

U   

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Z hitung < dari Z tabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan, sebaliknya bila Z hitung > dari Z tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B.

b. Uji t-pengaruh

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran klasikal dengan model pembelajaran individu mana yang lebih baik terhadap terhadap hasil belajar lay up bola basket dapat diketahui digunakan rumus sebagai berikut :

Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 275) untuk menganalisis data hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan post test design maka menggunakan rumus :

N 1

N Xd t 2

M d

 


(56)

N d M d

Keterangan:

Md : Mean dari perbedaan pre-test dengan post test Xd : Deviasi masing-masing subjek (d-Md)

∑ Xd2 : Jumlah kuadrat deviasi N : Subjek pada sampel d.b : Ditentukan dengan N-1

Berikut tabel kerja yang harus disediakan : Sebelum

Perlakuan

Sesudah

Perlakuan Gain ( d)

Xd

(d-Md) (Xd) 2


(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran klasikal memberikan pengaruh terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

2. Model pembelajaran individu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

3. Model pembelajaran individu memberikan pengaruh yang lebih besar daripada model pembelajaran klasikal terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan bagi :

1. Untuk sekolah diharapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran agar tercapai tujuan yang akan dicapai.


(58)

2. Untuk guru Pendidikan Jasmani bahwa model pembelajaran individu dapat menjadi bahan acuan dalam upaya meningkatkan kemampuan lay-up siswa dan dapat memilih model pembelajaran yang tepat.

3. Pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu untuk mengembangkan Pendidikan Jasmani terutama yang berkaitan dengan pemilihan metode belajar yang tepat.

4. Bagi siswa dengan penelitian ini diharapkan adanya peningkatan keterampilan lay-up dalam bermain bola basket.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Akros. 1999. Permainan Bola Basket. Bandung: Yudhistira. Ahmadi, Abu. (1984), Didaktik Metodik, Semarang: C.V. Toha Putera

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

A.Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.Rosdakarya.

Dimyati, (1999), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: P.T. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta.

Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Angkasa.

Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: Gramedia,

Husdarta dan Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III.

Lutan, Rusli. 1998, Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud. Jakarta

________________. 1997. Modifikasi Olahraga dan Model. Jakarta: Balai Pustaka.

Moh. Gilang. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Ganeca Exact.


(60)

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK IKIP

______________2001. Tes Dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Direktorat Jendral Olahraga. Depdiknas.

Perbasi. 2006. Peraturan Permainan Bola Basket. Jakarta: PB PERBASI

Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Syaiful, Sagala. 2005 . Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.

Sitepu, Akor.2010. Bola Basket 1 dan 2. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Sodikun, Imam. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Jakarta: PPLPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana .

http://marianoflena.blogspot.com/2012/01.html http://ebookbrowse.com

http://indomakalah.blogspot.com/2009/12.html http://referensimakalah.com/2012/06/html http://masblogtp2.blogspot.com/2012/12/html http://wikipedia.org/wiki/lay-up


(61)

(1)

Md : Mean dari perbedaan pre-test dengan post test Xd : Deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑ Xd2 : Jumlah kuadrat deviasi

N : Subjek pada sampel

d.b : Ditentukan dengan N-1

Berikut tabel kerja yang harus disediakan : Sebelum

Perlakuan

Sesudah

Perlakuan Gain ( d)

Xd

(d-Md) (Xd)


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran klasikal memberikan pengaruh terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

2. Model pembelajaran individu memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar

Lampung.

3. Model pembelajaran individu memberikan pengaruh yang lebih besar daripada model pembelajaran klasikal terhadap hasil belajar lay up bola basket pada siswa kelas X.9 SMA YP UNILA Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan bagi :

1. Untuk sekolah diharapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran agar tercapai tujuan yang akan dicapai.


(3)

3. Pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu untuk mengembangkan Pendidikan Jasmani terutama yang berkaitan dengan pemilihan metode belajar yang tepat.

4. Bagi siswa dengan penelitian ini diharapkan adanya peningkatan

keterampilan lay-up dalam bermain bola basket.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Akros. 1999. Permainan Bola Basket. Bandung: Yudhistira. Ahmadi, Abu. (1984), Didaktik Metodik, Semarang: C.V. Toha Putera

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

A.Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

CV.Rosdakarya.

Dimyati, (1999), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: P.T. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta.

Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Angkasa.

Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: Gramedia,

Husdarta dan Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III.

Lutan, Rusli. 1998, Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud. Jakarta

________________. 1997. Modifikasi Olahraga dan Model. Jakarta: Balai Pustaka.

Moh. Gilang. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Ganeca Exact.


(5)

Perbasi. 2006. Peraturan Permainan Bola Basket. Jakarta: PB PERBASI

Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Syaiful, Sagala. 2005 . Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.

Sitepu, Akor.2010. Bola Basket 1 dan 2. Bandar Lampung:Universitas Lampung. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Sodikun, Imam. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Jakarta: PPLPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana .

http://marianoflena.blogspot.com/2012/01.html http://ebookbrowse.com http://indomakalah.blogspot.com/2009/12.html http://referensimakalah.com/2012/06/html http://masblogtp2.blogspot.com/2012/12/html http://wikipedia.org/wiki/lay-up http://adler94.blogspot.com/2012_12_01_archive.html


(6)

Dokumen yang terkait

COMPARATIVE ANALYSIS FOR THE EFFECTIVESNESS OF LEARNING FOR SOCIAL CONNECTIVE MODEL AND INTEGRATED OF SOCIAL SUBJECT IN CLASS VIII OF SMPN 1 TERBANGGI BESAR CENTRAL LAMPUNG PERIOD 2011/2012

2 22 185

THE INFLUENCE OF STUDENTS MOTIVATION AND ATTITUDE TOWARD ENGLISH LEARNING ACHIEVEMENT AT FIRST GRADE OF SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011-2012

0 8 35

THE INFLUENCE OF STUDENTS MOTIVATION AND ATTITUDE TOWARD ENGLISH LEARNING ACHIEVEMENT AT FIRST GRADE OF SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011-2012

0 6 50

INCREASING LEARNING ACHIEVEMENT BASIC MULTIPLICATION CONCEPTS WITH THE MEDIA OF PICTURE CARD OF MATH LEARNING CLASS II SDN 1 KEDATON BANDAR LAMPUNG

0 12 1

INFLUENCE OF CLASIKAL LEARNING MODEL WITH INDIVIDUAL LEARNING MODEL TOWARD LEARNED OF THE RESULT LAY UP BASKET BALL ON STUDENT X 9 CLASS YP UNILA BANDAR LAMPUNG IN ACADEMIC YEARS 2011/2012

1 14 61

THE INFLUENCE OF PRODUCTIVE LEARNING ACHIEVEMENT AND INDUSTRIAL WORK PRACTICE ACHIEVEMENT TOWARD THE COMPETENCY OF SOFT VEHICLE TECHNIQUE SKILL IN SMK BHAKTI UTAMA BANDAR LAMPUNG

1 5 83

THE IMPLEMENTATION OF DERIVATIONAL EXERCISE IN TEACHING VOCABULARY AT THE SECOND GRADE STUDENT OF SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

0 6 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI 4 KOTA TERNATE THE INFLUENCE OF INSTRUCTIONAL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL TOWARD CRITICAL THINKING SKILL OF STUDENT

0 0 6

THE EFFECT OF COOPERATIVE SCRIPT LEARNING MODEL ON BIOLOGY STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN CLASS VII SMP 11 MANOKWARI

0 0 11

THE EFFECT OF PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL BASED ON VIRTUAL LABORAORY TOWARD PROBLEM SOLVING ABILITIES OF PHYSICS STUDENT

0 0 5