REVISI MAKALAH PKN UUD 1945

REVISI MAKALAH PANCASILA/KEWARGANEGARAAN
UUD 1945
Konstitusi atau Undang-undang Dasar (bahasa Latin: constitutio) dalam negara adalah
sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara—biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci,
melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan
lainnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi
pemerintahan negara.
A. PERIODE PERUBAHAN UUD 1945
1. Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("Semi-Parlementer")
yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar
dianggap lebih demokratis.
a. Dasar Negara

: Pancasila


b. Konstitusi

: UUD 1945

c. Bentuk Negara

: Republik

d. Sistem Pemerintahan

: Semi-Parlementer

2. Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950
Pada masa ini Indonesia mengalami penyerangan kembali oleh belanda atau kita
mengenalnya dengan Agresi Militer Belanda I dan II sehingga banyak pertempuran dan

perundingan yang menyebabkan perubahan bentuk Negara Indonesia dan konsititusi
Indonesia. Bentuk Negara Indonesia saat konstitusi RIS adalah “Serikat” atau Federasi
bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri
dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan

sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
a. Dasar Negara

: Pancasila

b. Konstitusi

: Konstitusi RIS

c. Bentuk Negara

: Serikat

d. Sistem Pemerintahan

: Parlementer

3. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang
sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti,

akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan
kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem
Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat
Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok,
karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden
menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959
mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD
1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950.
a. Dasar Negara

: Pancasila

b. Konstitusi

: UUDS 1950

c. Bentuk Negara


: Republik (NKRI)

d. Sistem Pemerintahan

: Presidensial

4. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada
tanggal 5 Juli 1959,

Isi dekrit Presiden

:

1. Pembubaran Konstituante
2. Tidak Berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan
kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar

Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
a. Dasar Negara

: Pancasila

b. Konstitusi

: UUD 1945

c. Bentuk Negara

: Republik (NKRI)

d. Sistem Pemerintahan : Presidensial

B. Alasan Amandemen UUD 1945
1. Alasan Secara Fakta
a. Masa Kepemimpinan Presiden Soeharto yang sangat lama sekali sehingga sangat
dibutuhkan Amandemen UUD 1945 dalam hal Pemilihan ulang presiden, Tertera
di Pasal 7

2. Alasan Secara Teoritis

a. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
b. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD
1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan
Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut
hak prerogatif dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk
Undang-undang.
c. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir).
d. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga
memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal
penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
e. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup
didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan

yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak
asasi manusia dan otonomi daerah.

C. HASIL AMANDEMEN UUD 1945
1. Perubahan Pertama ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9
pasal, 16 ayat
2. Perubahan Kedua ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab

3. Perubahan Ketiga ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab
4. Perubahan Keempat ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang
terdiri atas 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan