PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2014

(Skripsi)

Oleh
RESDA WATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN 2014

Oleh
RESDA WATI

Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses
belajar dan hasil belajar IPA melalui penerapan model cooperative learning tipe
jigsaw yang dilaksanakan di SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan.
Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. prosedur
penelitian adalah 2 siklus dan masing-masing siklus berjumlah 2 pertemuan.
Metode analisis data menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Uji hipotesa tindakan menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson.
Subjek yang diteliti siswa Kelas IV yang berjumlah 26 Siswa terdiri dari 14 LakiLaki dan 12 Perempuan
Hasil penelitian menunjukkan penerapan model cooperative learning tipe
jigsaw dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan nilai keterampilan proses yang cukup signifikan
dari siklus 1 pertemuan 1 dan 2 yaitu 13.50% dan 34.6% meningkat pada siklus 2
pertemuan 1 dan 2 sebesar 46.2% dan 63.5% dengan kriteria sedang. Penilaian

hasil belajar IPA yang dapat dilihat dari siklus 2 pertemuan 1 dan 2 siswa yang
telah tuntas mencapai indikator keberhasilan penelitian > 80%. Kemudian korelasi
antara variabel keterampilan proses belajar dengan variabel nilai hasil belajar IPA
sebesar +0,34 memiliki hubungan yang rendah/lemah berdasarkan skala makna
nilai korelasi product moment karl pearson yang menyatakan skala nilai 0,20 –
0,39 bermakna rendah/lemah namun memiliki hubungan yang positif

Kata Kunci: Keterampilan Proses, Hasil Belajar, Jigsaw

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
kasih dan sayangNya, sehingga skripsi ini yang berjudul, “Peningkatan
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe Jigsaw di Kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2014” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung, atas izin, nasehat, motivasi dan bimbingannya.
3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung.
4. Bapak DR. M. Thoha B.S Jaya, M.S sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan saran, kritik yang membangun, nasehat dan motivasi serta
bimbingan yang diberikan.
5. Bapak Drs. A. Sudirman, M. H sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan
kritik yang membangun serta saran dalam penyempurnaan skripsi ini

Semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita. Amin

Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis

Resda Wati

MOTO


Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk
merancang.
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi
tantangan

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah ‫ ع وج‬, dan shalawat serta
salam kepada Nabi yang Mulia, Nabi Muhammad ‫يل م لس‬

‫صلى اه لل‬

kupersembahkan
karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi:
1.

Ayah bunda tercinta, Bustami (Alm) dan Raden Sinariyah (Alm)
motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan dan
menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku

sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta ayah bunda padaku.

2.

Suamiku tercinta Haras Jamil terima kasih atas dukungan dan cinta
yang diberikan saat kita bersama, hal itu yang membuat aku mampu untuk
kuat dan sabar.
3.

4.

Anak-anak yang Ibunda sayang, Ivan Gani Kurniawan dan Resi
Amelia.

Universitas Lampung almmaterku.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Resda Wati, dilahirkan pada tanggal 18 Februari 1968
di Kota Menggala. Putri dari pasangan Bustami

(Almarhum) dan Raden Sinariyah (Almarhumah) ini
menamatkan pendidikan di SD Negeri 4 Menggala dan
lulus pada tahun 1983, kemudian melanjutkan ke SMP
Menggala lulus tahun 1986. Pada tahun 1989, penulis menyelesaikan
pendidikannya di SPG Kotabumi.
Penulis memulai karier sebagai guru PNS pada tahun 2008 di SD Negeri 2
Haduyang, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan sebagai guru kelas.
Kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan tugas di SDN 1 Natar. Pada
tahun 2010 penulis melanjutkan studi pada program S1 PGSD dalam Jabatan di
Universitas Lampung sampai saat ini.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan ................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran .................................................................................... 7
2.1.1 Teori-Teori Belajar ..................................................................................... 8
2.1.2 Model Cooperative Learning .....................................................................10
2.1.3 Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw .................................................11
2.2 Keterampilan Proses ............................................................................................14
2.2.1 Pengertian Keterampilan Proses ................................................................14
2.2.2 Melatihkan Keterampilan Proses dalam IPA .............................................15
2.2.3 Hakikat Melatihkan Keterampilan Proses IPA ..........................................17
2.2.4 Tujuan Melatihkan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA ..........18
2.3 Hasil Belajar ........................................................................................................19
2.4 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar ...................................................20
2.5 Penelitian yang Relevan ......................................................................................21
2.6 Kerangka Pikir ....................................................................................................22
2.7 Hipotesis Tindakan .............................................................................................23

xii


DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1 Skema Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 23
2 Prosedur PTK menurut Kemmis dan Taggart .......................................... 29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Halaman
1. Surat Izin Penelitian ................................................................................. 60
2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ......................................... 61
3. Pemetaan .................................................................................................. 62
4. Silabus ...................................................................................................... 65
5. RPP Siklus 1 Pertemuan 1 ........................................................................ 77
6. RPP Siklus 1 Pertemuan 2 ........................................................................ 81
7. RPP Siklus 2 Pertemuan 1 ........................................................................ 85
8. RPP Siklus 2 Pertemuan 2 ........................................................................ 88

9. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 1 Pertemuan 1 .................................. 91
10. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 .................................. 93
11. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 2 Pertemuan 1 .................................. 95
12. Observasi Aktivitas Belajar Siklus 2 Pertemuan 2 .................................. 97
13. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 ............................................... 99
14. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 2 ............................................... 100
15. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 1 ............................................... 101
16. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan 2 ............................................... 102
17. Dokumentasi ............................................................................................ 103

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1.1 Hasil Tes Formatif IPA Semester Genap ............................................. 2
4.1 Jadwal Penelitian .................................................................................. 35
4.2 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 1.................................. 37
4.3 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 1 ............................................. 37
4.4 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 2.................................. 41
4.5 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ............................................. 42

4.6 Nilai Keterampilan Proses Siklus 2 Pertemuan 1.................................. 45
4.7 Nilai Hasil Belajar Siklus 2 Pertemuan 1 ............................................. 46
4.8 Nilai Keterampilan Proses Siklus 1 Pertemuan 2.................................. 49
4.9 Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Pertemuan 2 ............................................. 49
4.10 Nilai Keterampilan Proses Belajar IPA .............................................. 52
4.11 Penilaian Hasil Belajar IPA ................................................................ 52
4.12 Tabel Analisis Korelasi Variabel X dan Y ......................................... 53

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru menyatakan, bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Salah satu nilai dari tujuan pendidikan adalah dapat memberikan pedoman
atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan model
pembelajaran atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Penentuan

model belajar yang tepat, berarti akan menjamin pencapaian hasil belajar
yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Bila guru mengajarkan suatu materi pelajaran, tujuan yang ingin dicapai
adalah keseluruhan anak didik dapat menguasai materi tersebut. Ada
kepuasan batin tersendiri, bila melihat kemampuan anak didik mencapai
target yang diharapkan oleh seorang guru. Dan guru dapat mengukur
keberhasilan dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikan dikuasai
sepenuhnya oleh semua murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja yang
diberikan angka–angka tertinggi. Bila kita dapat membimbing anak–anak
kita semua, atau hampir semua berhasil, maka hal ini akan membawa

2

keuntungan dan dampak yang sangat besar bagi murid, orang tua maupun
negara.
Pencapaian hasil belajar yang memuaskan merupakan hasil dari keterampilan
proses dalam pembelajaran IPA yang maksimal. Berdasarkan pengamatan
awal di kelas IV SDN 1 Natar diketahui bahwa siswa dalam kegiatan
pembelajaran terlihat pasif, siswa tidak menggunakan indera-indera untuk
mengamati objek-objek pembelajaran IPA yang kemudian diidentifikasi,
diklasifikasikan dan hasil pengamatan tersebut dikaitkan dengan pengalaman
dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Siswa hanya menerima penjelasan
dari guru tanpa berusaha untuk diarahkan untuk memahami konsep melalui
proses berpikir ilmiah. Guru tidak mengarahkan siswa dalam memahami
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan
model belajar yang digunakan guru adalah model konvensional. Pembelajaran
jadi tidak menarik dan kinerja guru tidak maksimal sehingga hasil belajar
siswa rendah. Dan dari hasil tes formatif, siswa kelas IV SDN 1 Natar
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dalam mata pelajaran IPA
menghasilkan nilai belum maksimal sesuai standar KKM. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
1.1

Hasil Tes Formatif IPA Semester Genap Siswa Kelas IV
SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
TP. 2013/2014

NO

NILAI

1
2
3
4
5

91-100
81-90
71-80
65-70
< 65

FREKUENSI

%

0
2
2
5
17
N=26

0
7.7
7.7
19.2
65.4
100

KATEGORI
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Cukup
Rendah

KET

KKM 65

3

Berdasarkan tabel di atas, 17 siswa dalam persentase 65.4% memperoleh nilai
di bawah standar kriteria ketuntasan minimal yaitu < 65. .
Untuk mencapai keterampilan proses dalam pembelajaran IPA dan hasil
belajar yang maksimal dan memuaskan tersebut diperlukan adanya suatu
model yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, efektif
dan mendorong siswa mengembangkan potensi dan kemampuan yang
dimiliki serta mendorong kinerja guru secara maksimal. Model pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model cooperative learning tipe
Jigsaw akan digunakan melalui Penelitian Tindakan Kelas.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa

dalam

kegiatan

pembelajaran

terlihat

pasif,

siswa

tidak

menggunakan indera-indera untuk mengamati objek-objek pembelajaran
IPA yang kemudian diidentifikasi, diklasifikasikan dan hasil pengamatan
tersebut dikaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa. Siswa hanya menerima penjelasan dari guru tanpa berusaha
untuk diarahkan untuk memahami konsep melalui proses berpikir ilmiah.
Guru tidak mengarahkan siswa dalam memahami pembelajaran IPA
melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
proses siswa dalam pembelajaran IPA.

4

2. Masih terdapat guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif
kreatif asyik dan menyenangkan sehingga aktivitas kinerja guru tidak
maksimal.
3. Aktivitas belajar siswa rendah.
4. Nilai hasil belajar IPA berdasarkan tabel diketahui 17 siswa dalam
persentase 65.4% memperoleh nilai di bawah standar kriteria ketuntasan
minimal yaitu 65.

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Rendahnya hasil belajar IPA
siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2014”.
Atas dasar masalah tersebut permasalahan yang diajukan adalah:
1. Apakah penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat
meningkatkan keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN 1
Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014?
2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014?
3. Bagaimana hubungan antara keterampilan proses belajar IPA dengan hasil
belajar siswa kelas IV SDN 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2014?

5

Dengan demikian judul penelitian ini adalah: Peningkatan Keterampilan
Proses dan Hasil Belajar IPA melalui Penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Jigsaw di Kelas IV SD Negeri 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2014.

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw
dalam meningkatkan keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN
1 Natar.
2. Untuk mengetahui/menganalisis penerapan model cooperative learning
tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1
Natar.
3. Untuk mengetahui hubungan antara peningkatan keterampilan proses
belajar IPA dengan hasil belajar siswa yang menerapkan model
cooperative learning tipe jigsaw di kelas IV SDN 1 Natar.

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan hasil penelitian antara lain:
1. Bagi Siswa
Siswa mengenal model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw
yang inovatif, kreatif, asyik dan menyenangkan sehingga meningkatkan
keterampilan proses dan hasil belajar IPA.

6

2. Bagi Guru
a. Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru di Sekolah Dasar
mengenai model–model pembelajaran yang inovatif, kreatif, asyik dan
menyenangkan.
b. Meningkatkan

kemampuan

kinerja

guru

dan

mengembangkan

kemampuan kompetensi guru secara professional dalam mencapai
tujuan pendidikan.
3. Sekolah
a.

Meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 1 Natar.

b.

Pencapaian tujuan pendidikan nasional ke arah yang lebih baik lagi di
SDN I Natar.

4. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan kemampuan kompetensi profesional sebagai guru di
bidang teori-teori pembelajaran.
b. Dapat memperluas pengetahuan dan wawasan serta kemampuan dalam
penulisan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sebagai Sarjana Pendidikan (S.Pd).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah
mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar itu.
Namun jika ditanyakan kepada diri sendiri, maka kita akan berpikir sejenak
untuk mengutarakan jawaban sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.
Besar kemungkinan akan terdapat bermacam-macam jawaban seperti halnya
demikian menurut pendapat beberapa ahli.
Cukup banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menurut Skinner (dalam Walgito, 2010:184), „learning is a process of
progressive

behavior

adaptation’.

Dari

definisi

tersebut

dapat

dikemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku
yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar
adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna
atau lebih baik dari keadaan sebelumnya.
2. Sardiman

(dalam

Gunawan,

2012:105)

menyatakan,

“…

belajar

merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

8

serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
dan lain sebagainya”.
3. Djamarah (2008:13) menyatakan bahwa, “belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai

hasil

dari pengalaman individu

dalam interaksi

dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”.
Melihat beberapa pengertian belajar yang disampaikan oleh para ahli di atas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi dari
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna dari sebelumnya
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor berdasarkan pengalaman
individu ketika melakukan serangkaian kegiatan belajar.

2.1.1 Teori-Teori Belajar
Teori–teori belajar yang telah dikemukakan para ahli dalam Djamarah
(2008:17-27) yaitu sebagai berikut:
1. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Ahli–ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa
manusia mempunyai daya–daya. Daya–daya ini adalah kekuatan
yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan
cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika
dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya–daya itu misalnya daya
mengenal, daya mengingat, daya berpikir dan sebagainya.
2. Teori tanggapan
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herbart. Teori tanggapan
adalah teori memasukkan tanggapan sebanyak–banyaknya, berulang–
ulang dan sejelas–jelasnya. Banyak tanggapan berarti pandai, sedikit
tanggapan berarti kurang pandai. Jika sejumlah tanggapan diartikan
sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan–
kesan ke dalam otak dan menjadikan orang pandai. Kesan yang
dimaksud di sini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah
belajar.
3. Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt
Teori belajar gestalt pertama kali dikemukakan oleh Koffka dan
Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih

9

penting dari bagian–bagian. Sebab keberadaan bagian–bagian itu
didahului oleh keseluruhan. Teori belajar ini adalah belajar dengan
pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah
kesan (belajar dengan insight/pengertian).
Prinsip–prinsip belajar menurut teori Gestalt:
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan
d. Terjadi transfer
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
f. Belajar harus dengan insight
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat,
keinginan, dan tujuan.
h. Belajar berlangsung terus menerus.
4. Teori belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi (a) Belajar
adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku, (b) Belajar adalah
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh
manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut domains of
learning, yaitu sebagai berikut :
a. Keterampilan motoris
b. Informasi verbal
c. Kemampuan intelektual
d. Strategi kognitif
e. Sikap
5. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond, singkatan dari stimulus,
respons dan bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti
tanggapan, dan bond berarti dihubungkan. Dari aliran ilmu jiwa
asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal yaitu teori konektionisme
dari Thorndike dan teori conditioning dari Ivan P. Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi
antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi
ini dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons antara aksi
dan reaksi.
b. Teori Conditioning
Dalam kehidupan sehari–hari seseorang pasti merasakan sesuatu
yang menciptakan bentuk–bentuk kelakuan yang terjadi secara
refleks. Contoh di sekolah, bagi semua anak didik bunyi lonceng
dalam frekuensi tertentu sebagai tanda masuk, istirahat atau
pulang, mereka pasti menaatinya. Bentuk–bentuk kelakuan seperti
itu terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisi sudah

10

diciptakan maka akan terjadi pembiasaan. Kondisi yang
diciptakan itu merupakan syarat, memunculkan refleks bersyarat.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran perlu memahami kelemahan dan
kelebihan

dari

teori-teori

pembelajaran

yang

ada

agar

dapat

mengusahakan apa yang seharusnya dilakukan dalam mencapai tujuan
pembelajaran.

Dengan

demikian

penelitian

ini

cenderung dan

berorientasi ke teori dari R. Gagne.

2.1.2 Model Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan–aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan
saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang
pandai tanpa merasa dirugikan, siswa kurang pandai dapat belajar
dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang
membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa
bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan
terpaksa bersikap aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Nurhadi

dan

Senduk

dalam

Wena

(2009:189)

mengatakan,

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.

11

Menurut Solihatin (2008:5) “Model belajar cooperative learning
merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan
nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di
antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,
produktivitas dan perolehan belajar”.
Pembelajaran cooperative learning memandang bahwa keberhasilan
dalam belajar bukan semata–mata harus diperoleh dari guru, melainkan
bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu
teman sebaya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri
siswa terutama aspek afektif siswa dapat dilakukan secara bersamasama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat
baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya
kognitif, afektif maupun psikomotor.
2.1.3 Model cooperative learning tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson
dari Universitas Texas USA (lihat Wena, 2009:193). Secara umum
penerapan tipe jigsaw di kelas adalah sebagai berikut:
1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok
2. Tiap kelompok siswa terdiri dari 5–6 orang yang bersifat heterogen,
baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya.

12

3. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas–tugas pembelajaran yang
harus dikerjakan.
4. Dari masing–masing kelompok diambil seorang anggota untuk
membentuk kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas
tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara
anggota kelompok pakar.
5. Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok
semula, untuk mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini
diadakan diskusi antar anggota kelompok.
6. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator.
7. Guru melaksanakan evaluasi baik secara individu maupun kelompok
untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
8. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar
yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua
kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka wajib
diberi penghargaan.
Sedangkan menurut Priyanto dalam Wena (2009:194), langkah–
langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok asal
Setiap kelompok terdiri dari 5–6 orang yang memiliki kemampuan
yang heterogen.
2. Pembelajaran pada kelompok asal
Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran
yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing–masing
mengerjakan tugas secara individual.

13

3. Pembentukan kelompok ahli
Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing–masing
anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran.
Kemudian masing–masing ahli submateri yang sama dari kelompok
yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut
kelompok ahli.
4. Diskusi kelompok ahli
Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi
tentang masalah–masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap
anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai
taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan
persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
5. Diskusi kelompok asal
Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing–masing.
Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan
dan
menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi
keahliannya kepada kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara
bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan
giliran.
6. Diskusi kelas
Dengan dipandu guru, diskusi kelas membicarakan konsep–konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok
ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
7. Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing–
masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh
jumlah nilai kelompok.
8. Pemberian penghargaan kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberikan
penghargaan berupa bonus nilai dan lain–lain.
Menurut Lie dalam Emildadiany (2008:1), siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, jigsaw didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

14

2.2 Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
2.2.1 Pengertian Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang
terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan

suatu

konsep

atau

prinsip

atau

teori,

untuk

mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan

penyangkalan

terhadap

suatu

penemuan/flasifikasi

(Indrawati dalam Trianto, 2012:144). Dengan kata lain keterampilan ini
dapat digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan
konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan
memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.
Menurut Wahyana dalam Trianto (2012:144) lebih lanjut menjelaskan
bahwa keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari
latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.
Keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan di samping
pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep.
Keterampilan proses yang digunakan dalam pembelajaran IPA,
didasarkan pada langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh para
siswa untuk mendapatkan atau menguji suatu pengetahuan yang dapat
berupa konsep atau teori.
Carin dalam Sutarno, Dkk (2008:9.3) menyampaikan beberapa alasan
tentang pentingnya keterampilan proses, yaitu: 1) dalam praktiknya apa
yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tidak terpisahkan dari

15

metode penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekadar mengetahui
materi ke-IPA-an saja tetapi terkait pula dengan mengetahui bagaimana
caranya mengumpulkan fakta dan menghubungkan fakta-fakta untuk
membuat suatu penafsiran atau kesimpulan; 2) keterampilan proses
merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan
bukan saja untuk mempelajari berbagai macam ilmu tetapi juga dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sutarno (2008:9.1) membagi keterampilan proses itu sendiri menjadi
dua, yaitu: 1) keterampilan proses IPA dasar (mengobservasi,
mengukur, membandingkan, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,
menginferensi, memprediksi dan sebagainya) sedangkan keterampilan
proses IPA terintegrasi (memformulasi hipotesis, menamai variable,
membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, menginterpretasi
data dan melakukan penyelidikan).
Berdasarkan uraian di atas, maka keterampilan proses yang digunakan
dalam pembelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas adalah
serangkaian langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh siswa untuk
mendapatkan atau menguji suatu pengetahuan yang dapat berupa
konsep atau prinsip.
2.2.2 Melatihkan Keterampilan Proses dalam IPA
Keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan IPA memberi
penekanan

pada keterampilan-keterampilan berpikir

yang dapat

berkembang pada anak-anak. Dengan keterampilan ini siswa dapat
mempelajari IPA sebanyak mereka dapat mempelajarinya dan ingin

16

mengetahuinya. Penggunaan keterampilan proses ini merupakan suatu
proses yang berlangsung selama hidup.
Menurut

Trianto

(2012:148)

keterampilan

proses

perlu

dilatihkan/dikembangkan dalam pembelajaran IPA karena keterampilan
proses mempunyai peran-peran sebagai berikut:
1. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
3. Meningkatkan daya ingat.
4. Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan
sesuatu.
5. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.
Dengan mengembangkan keterampilan proses akhirnya akan terjadi
interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau
dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri.
Di sekolah, keterampilan proses kebanyakan digunakan untuk menguji
konsep yang telah ada atau diverifikasi saja. Dengan adanya interaksi
tersebut, akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam penemuan
ilmu pengetahuan. Nilai ini meliputi: teliti, kreatif, tekun, tenggang
rasa, bertanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka dan
berdisiplin.
Dengan mengembangkan keterampilan proses IPA, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap nilai yang dituntut. Dengan
demikian, keterampilan-keterampilan ini menjadi roda penggerak

17

penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan
pengembangan sikap dan nilai.
2.2.3 Hakikat Melatihkan Keterampilan Proses IPA
Melatihkan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran IPA
dapat membuat siswa mampu mengemukakan idenya bahwa memahami
IPA bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan
alam menurut cara-cara yang diperbuat oleh ilmuwan. IPA merupakan
alat

yang

sangat

potensial

untuk

membantu

mengembangkan

kepribadian siswa.
Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulangulang. Siswa tidak akan terampil (misalnya untuk merumuskan
masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan
pengukuran, mengolah data dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada
peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terusmenerus. Namun adanya kendala yang dihadapi di dalam penerapannya,
antara lain waktu yang terbatas, dan banyaknya materi yang harus
dipelajari.
Melatihkan keterampilan proses dalam pelaksanaannya diawali oleh
permodelan guru, kemudian barulah siswa dimintakan bekerja dan
berlatih sesuai petunjuk dan bimbingan guru. Apabila keterampilan
proses yang dilatihkan secara terpadu merupakan hal yang sulit atau
kompleks bagi siswa, maka guru dapat menguraikan secara lebih
sederhana ke dalam komponen-komponennya sampai siswa benar-benar
dapat memahami dan mengerjakannya.

18

Untuk

mengetahui

kemampuan

siswa

dalam

memahami

dan

mengerjakannya secara benar, maka guru diharuskan untuk mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik. Apabila kenyataannya
masih ada siswa yang belum memahami dan mengerjakannya secara
benar, maka siswa tersebut harus diberikan latihan lanjutan sampai
benar-benar memahami dan menemukan sendiri melalui pengamatan
atau percobaan. Dari hasil temuannya sendiri diharapkan siswa dapat
memahami sains secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam waktu
yang relatif lama.
2.2.4 Tujuan Melatihkan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
Melatihkan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang
penting untuk keberhasilan belajar siswa yang optimal. Materi pelajaran
akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat dalam
waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman
langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau
eksperimen. Selain itu, menurut Muhammad (2003:40) tujuan
melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA diharapkan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam
melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi aktif dan efisien
dalam belajar.
2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan
produk, proses maupun keterampilan kinerjanya.

19

3. Menemukan dan
mendefinisikan

membangun sendiri konsepsi
secara

benar

untuk

mencegah

serta dapat
terjadinya

miskonsepsi.
4. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian dan fakta yang
dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa
sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut.
5. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan
dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup
di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan
berpikir logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan.

2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri
seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan
tingkah laku yang relatif menetap (Nashar, 2004:77).
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai
akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata
pelajaran atau bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk
pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran atau bidang studi
berbeda dari mata pelajaran atau bidang studi lain.

20

2.4 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar
Materi pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar untuk semester ganjil adalah
sebagai berikut:
1. Alat gerak pada manusia dengan sub materi yaitu: rangka tubuh manusia,
sendi, kelainan tulang akibat sikap duduk yang salah dan kesehatan
tulang.
2. Panca indera dengan sub materi yaitu: indera peraba, indera pembau,
indera penglihatan, indera pendengar dan indera pengecap.
3. Bagian-bagian tumbuhan dengan sub materi yaitu: akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji.
4. Pengelompokan hewan dengan sub materi yaitu: jenis makanan hewan,
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, daur hidup hewan
dan cara memelihara serta merawat hewan peliharaan.
5. Hubungan mahluk hidup dengan sub materi yaitu: hubungan antar mahluk
hidup dan hubungan mahluk hidup dengan lingkungannya.
6. Benda dan sifatnya dengan sub materi yaitu: wujud benda, perubahan
wujud benda dan sifat bahan serta kegunaanya.
Materi pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar untuk semester genap adalah
sebagai berikut:
1. Gaya dan gerak benda dengan sub materi yaitu: pengertian gaya, gaya
mempengaruhi gerak dan bentuk benda.
2. Energi dan kegunaannya dengan sub materi yaitu: energi panas, energi
bunyi, perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik, energi
alternatif dan penerapan energi gerak.

21

3. Kenampakan permukaan bumi dan benda langit dengan sub materi yaitu:
perubahan kenampakan permukaan bumi dan perubahan kenampakan
benda langit.
4. Perubahan lingkungan dengan sub materi yaitu: penyebab perubahan
lingkungan fisik, pengaruh perubahan lingkungan fisik dan cara
pencegahan kerusakan lingkungan.
5. Sumber daya alam dengan sub materi yaitu: hubungan sumber daya alam
dengan lingkungan, pengolahan sumber daya alam dan dampak
pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.

2.5 Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam
pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Hernawati (2010),
dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Alam melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Siswa Kelas VI A
SDN I Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan TP.
2009/2010”.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan

22

hasil belajar IPA siswa kelas VI di SDN 1 Tanjungsari melalui aktivitas
belajar yang maksimal.
2. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Jumanto (2011), dengan
judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk
meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri
Gentan 03 Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPS siswa kelas
V setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Hasil-hasil penelitian relevan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa
model cooperative learning

tipe jigsaw meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar melalui kegiatan belajar mengajar secara maksimal.

2.6 Kerangka Pikir
Keterampilan proses dalam pembelajaran IPA sangat penting untuk
ditingkatkan karena keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan
yang menentukan keberhasilan siswa dalam memahami konsep pembelajaran
IPA melalui keterampilan latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial
sehingga mencapai keberhasilan dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Siswa kelas IV di SDN 1 Natar memiliki tingkat keterampilan proses belajar
IPA yang rendah sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang
tidak maksimal. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan proses dan hasil belajar siswa. Berikut dapat dilihat skema
kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini.

23

Pengamatan
awal

Guru menggunakan model
pembelajaran
konvensional, kinerja guru
tidak maksimal

Model
Pendekatan

Guru menerapkan model
cooperative learning tipe
jigsaw

Hasil akhir

Kinerja guru meningkat

Keterampilan proses dan
hasil belajar IPA siswa
rendah
Siswa bersama guru
melakukan kegiatan
pembelajaran dengan
menerapkan cooperative
learning tipe jigsaw yang
dilakukan secara
berkelompok dalam
beberapa siklus.
Siswa memiliki
pemahaman mendalam
dalam konsep IPA melalui
langkah-langkah
keterampilan proses
belajar dan hasil belajar
IPA meningkat mencapai
KKM.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian.

2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian di atas diajukan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai
berikut:
1. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar.
2. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan

hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Natar.
3. Ada hubungan antara penerapan model cooperative learning tipe jigsaw

dengan peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas
IV SDN 1 Natar.

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan diadakan di SD Negeri 1 Natar yang terletak di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Peneliti melakukan
penelitian di sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah tempat
dimana peneliti

melakukan tugas

mengajar, sehingga peneliti

beranggapan bahwa hal itu sangat menguntungkan dan memudahkan
pelaksanaan penelitian.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014
sampai dengan bulan Oktober 2014.

3. 2 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat
dijabarkan secara jelas pada beberapa siklus, yaitu:
1. Siklus Pertama
Siklus pertama dilakukan dua kali pertemuan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

25

a. Pertemuan 1
1) Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan antara lain adalah:
a) Merumuskan dan mengidentifikasi masalah yang timbul
b) Mencari solusi sebagai jalan keluar dari masalah yang ada.
c) Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan tindakan kelas
d) Menentukan siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam
penelitian.
e) Membuat rancangan persiapan pelaksanaan tindakan yang
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi:
(1) Menentukan SK dan KD
(2) Menentukan materi
(3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
(4) Membuat alat peraga/media pembelajaran
(5) Membuat soal-soal tes formatif
(6) Membuat format observasi keterampilan proses belajar
siswa dan kinerja guru.
(7) Membuat format penilaian prestasi belajar siswa.
(8) Menyiapkan dokumentasi
2) Tindakan (acting)
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan. Dalam hal ini peneliti/guru harus
menaati apa yang telah dirumuskan dalam perencanaan, berlaku

26

wajar dan tidak dibuat-buat agar memperoleh hasil penelitian
yang akurat dan objektif.
3) Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang
bertindak

sebagai

observer.

Pengamatan

dilakukan

saat

pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer mengumpulkan data
dengan mengisi lembar-lembar observasi keterampilan proses
belajar siswa dan kinerja guru yang telah disiapkan.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata reflection yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti
“pemantulan”. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika
guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Dalam tahap
ini guru dan observer melakukan tahap evaluasi pelaksanaan
tindakan untuk menentukan dan merencanakan hal-hal yang perlu
dilakukan pada pertemuan kedua.
b. Pertemuan 2
Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua pada garis
besarnya sama dengan yang dilakukan pada pertemuan kesatu, namun
pada pertemuan kedua terdapat beberapa perbaikan-perbaikan
berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan pertama.

27

2. Siklus Kedua
Siklus kedua memiliki tahapan-tahapan yang sama seperti siklus pertama,
terdiri dari dua pertemuan. Namun siklus kedua dilakukan apabila hasil
refleksi menunjukkan pencapaian hasil keterampilan proses dan hasil
belajar IPA yang tidak maksimal pada siklus pertama. Siklus kedua
dilakukan berdasarkan keputusan peneliti dari hasil refleksi yang
memandang perlunya dilakukan siklus selanjutnya untuk mendapatkan
hasil penelitian yang benar-benar akurat, dan mencapai indikator
keberhasilan penelitian sesuai dengan hipotesa peneliti yang dipaparkan
sebagai berikut:
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan antara lain adalah:
a) Merumuskan dan mengidentifikasi masalah yang timbul pada
siklus kesatu
b) Mencari solusi sebagai jalan keluar dari masalah yang ada
pada siklus kesatu.
c) Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan tindakan kelas
d) Menentukan siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam
penelitian.
e) Membuat rancangan persiapan pelaksanaan tindakan yang
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi:
(1) Menentukan SK dan KD
(2) Menentukan materi

28

(3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
(4) Membuat alat peraga/media pembelajaran
(5) Membuat soal-soal tes formatif
(6) Membuat format observasi keterampilan proses belajar
siswa dan kinerja guru.
(7) Membuat format penilaian prestasi belajar siswa.
(8) Menyiapkan dokumentasi
2) Tindakan (acting)
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan. Dalam hal ini peneliti/guru harus
menaati apa yang telah dirumuskan dalam perencanaan, berlaku
wajar dan tidak dibuat-buat agar memperoleh hasil penelitian
yang akurat dan objektif.
3) Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang
bertindak

sebagai

observer.

Pengamatan

dilakukan

saat

pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer mengumpulkan data
dengan mengisi lembar-lembar observasi keterampilan proses
belajar siswa dan kinerja guru yang telah disiapkan.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata reflection yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti
“pemantulan”. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika

29

guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Dalam tahap
ini guru dan observer melakukan tahap evaluasi pelaksanaan
tindakan untuk menentukan dan merencanakan hal-hal yang perlu
dilakukan pada pertemuan kedua.
b. Pertemuan 2
Langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua pada garis
besarnya sama dengan yang dilakukan pada pertemuan kesatu, namun
pada

pertemuan

kedua

terdapat

beberapa

perbaikan-perbaikan

berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan pertama.
Prosedur penelitian tindakan kelas dapat dilihat dalam bentuk gambar sebagai
berikut:

Gambar 2. Prosedur PTK menurut Kemmis dan Taggart (dalam Pargito,
2011:37)

30

3. 3 Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa
Kelas IV SDN 1 Natar yang berjumlah 26 Siswa terdiri dari 14 Laki-Laki dan
12 Perempuan.

3. 4 Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki 2 sumber data yang
diperoleh berdasarkan siswa sebagai subjek penelitian dalam bentuk hasil
observasi keterampilan proses belajar dan hasil belajar siswa.

3. 5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Tes
Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang
berbentuk soal pilihan ganda dan uraian singkat.
3.5.2 Non Tes
Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
yaitu

pengamatan

yang

dilakukan

untuk

mendapatkan

hasil

keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA. Adapun indikator
keterampilan proses belajar IPA adalah sebagai berikut:
(1) Merumuskan masalah
(2) Mengajukan pertanyaan
(3) Melakukan percobaan/pengukuran
(4) Mengolah data
(5) Menarik kesimpulan

31

3. 6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif pada penelitian tindakan kelas ini, menggunakan
analisis deskripsi kualitatif yaitu, suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan proses belajar
siswa setiap siklus dan diperoleh dari pengamatan siswa pada lembar
observasi dan hasil belajar siswa yang dicapai da

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KERJA KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN 2 CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013

1 30 31

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA MATAPELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DIKELAS IV SDN 2 HAJIMENA KEC AMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARA 2014/2015

0 5 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V A SEKOLAH DASAR NEGERI BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

1 15 57

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE JIGSAW BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KRAWANGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 9 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE KELAS IV SDN MUARA PUTIH KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014/2015

0 6 42

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE JIGSAW BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 5 MERAK BATIN KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2016/2017

0 6 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV SD.NEGERI 1 HAJIMENA KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

0 4 60

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE Peningkatan Pemahaman dan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada Pembelajaran IPA Materi kelas V SDN 01 Nglegok Kecamat

0 0 14