PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V A SEKOLAH DASAR NEGERI BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

(1)

ii

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V A

SEKOLAH DASAR NEGERI BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 Oleh

ANGGI SAPUTRA

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Tujuan penelitian adalah melakukan perbaikan dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Metode yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikenal dengan Classroom Action Research, dan dilaksanakan 2 siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sedangkan alat pengumpul data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar, serta analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aktivitas belajar siswa, hasil belajar IPS, dan kinerja guru semakin meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Aktivitas belajar siswa pada siklus 1 sebesar (60%) dan siklus 2 (80%), maka terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar (20%). Hasil belajar IPS pada siklus 1 sebesar (64) dan siklus 2 sebesar (80), maka terjadi peningkatan hasil belajar IPS dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar (16). Kinerja guru pada siklus 1 sebesar (75) dan siklus 2 sebesar (87,5), maka terjadi peningkatan kinerja guru dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar (12,5).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, karena dalam prose pembelajarannya siswa terlibat secara aktif dan kreatif.


(2)

(3)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw ... 24

Gambar 2.2. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw ... 27

Gambar 4.1. Grafik Persentase Aktivitas Belajar Siswa Per-Siklus ... 64

Gambar 4.2. Grafik Kinerja Guru Per-Siklus ... 66

Gambar 4.3. Grafik Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 68

Gambar 4.4. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Per-Siklus ... 69


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, baik berupa moril maupun materiil diantaranya : 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP Unila yang telah

menfasilitasi dan memberi kemudahan selama proses penyelesaian skripsi. 2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan

Unila yang telah memberikan arahan berbagai urusan dalam penyusunan penelitian ini.

3. Ibu Dra. Asmaulkhair, M.Pd., selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah membimbing, mengarahkan, membantu dan memberikan petunjuk sehingga selesainya penelitian ini.

4. Bapak Drs. Riyanto M. Taruna, M.Pd., selaku Dosen Penguji/Pembahas skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan berarti pada penulis.

5. Kepala Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan atas kerjasamanya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

xi

Kami menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami memohon kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Peneliti berharap penelitian ini ada manfaatnya bagi kemajuan pendidikan, khususnya bagi mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar. Atas partisipasi yang telah diberikan, peneliti mengucapkan terima kasih. Semoga hasil ini dapat berguna bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

Bandar Lampung, Januari 2015 Peneliti,

Anggi Saputra NPM 1013079183


(6)

(7)

(8)

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Hasil Observasi Ulangan Harian Siswa Kelas V A ... 3

Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 46

Tabel 4.2. Hasil Penilaian Observer Pada Kinerja Guru Siklus 1 ... 48

Tabel 4.3. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 1 ... 49

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 58

Tabel 4.5. Hasil Penilaian Observer Pada Kinerja Guru Siklus 2 ... 60

Tabel 4.6. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 2 ... 62

Tabel 4.7. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Per-Siklus ... 64

Tabel 4.8. Rekapitulasi Kinerja Guru Per-Siklus ... 66

Tabel 4.9. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 67

Tabel 4.10. Persentase Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Per-Siklus ... 68

Tabel 4.11. Perubahan Penilaian Aktivitas Belajar Siswa, Kinerja Guru, dan Hasil Belajar Siswa dari Siklus 1 ke Siklus 2 ... 70


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 3

1.3.Perumusan Masalah ... 4

1.4.Tujuan Penelitian ... 4

1.5.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar ... 6

2.1.1. Pengertian Belajar ... 6

2.1.2. Aktivitas Belajar ... 8

2.1.3. Hasil Belajar ... 9

2.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 10

2.2.1. Pengertian IPS ... 10

2.2.2. Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar ... 12

2.3.2. Tujuan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar ... 13

2.3. Model Cooperative Learning ... 16

2.3.1. Pengertian Model Cooperative Learning ... 16

2.3.2. Jenis-Jenis Model Cooperative Learning ... 17

2.4. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 22

2.4.1. Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 22

2.4.2. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 25

2.4.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 27

2.5. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian ... 31

3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.3. Alat Pengumpul Data ... 33

3.4. Teknik Analisis Data ... 33

3.5. Prosedur Tindakan Pembelajaran ... 34

3.6. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 35

1. Siklus 1 ... 35

2. Siklus 2 ... 37


(11)

xiii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ... 40

A. Siklus 1 ... 40

1. Tahap Perencanaan ... 40

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 40

3. Hasil dan Refleksi Pembelajaran ... 45

B. Siklus 2 ... 53

1. Tahap Perencanaan ... 53

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 53

3. Hasil dan Refleksi Pembelajaran ... 57

4.2. Pembahasan ... 63

1. Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 63

2. Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 65

3. Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(12)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini kepada :

1. Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu mendoakanku sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kawan - kawan seperjuangan Mahasiswa PGSD Program Sarjana S1 Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan yang tiada henti-hentinya memberikan saran dan masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(13)

vii

RIWAYAT HIDUP

Peneliti yang bernama Anggi Saputra dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 11 Juni 1988, dari seorang ayah yang bernama Purwadi dan Ibu yang bernama Titik Farida. Jenjang pendidikan formal yang dialami peneliti dimulai dari Sekolah Dasar pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 2001. Kemudian, masuk ke Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2001 dan Lulus pada tahun 2004, lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas pada tahun 2004 dan lulus pada Tahun 2007.

Pada tahun 2007 menjadi Pendidik (Guru) honorer di Sekolah Dasar Negeri Bumisari sampai sekarang. Pada tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi PGSD Program Sarjana S1 Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung dan selesai pada tahun 2015.


(14)

MOTO

Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum

apabila dia tidak berusaha untuk mengubahnya

(q.s. Ar rA’d AyAt: 11)

“ yAkinlAh pAdA diri sendiri, terus berdo’A dAn


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha dalam menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan sebagai bekal masa yang akan datang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk mengembangkan siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

Pembelajaran bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini merupakan amanat yang terkandung secara implisit dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang merupakan dasar Negara Republik Indonesia. Untuk meningkatkan kecerdasan perlu ditopang oleh aktivitas belajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan, dengan demikian siswa akan mudah menerima materi pembelajaran. Hal ini terjadi karena siswa merasakan, pembelajaran yang berkesan dan bermakna. Aktivitas dalam pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengarkan, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan dan


(16)

dapat menunjang prestasi belajar (Sardiman, 2010:95).

Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa, sebab kesan yang didapat oleh siswa lebih tahan lama tersimpan di dalam benak mereka (Djamarah, 2000:67).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan diketahui bahwa hasil belajar IPS selama ini masih rendah. Proses pembelajaran masih dilaksanakan dengan cara konvensional dan bersifat monoton, sehingga kegiatan belajar mengajar yang selama ini dilaksanakan masih terkesan membosankan, hal ini dilihat dari aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu ketika guru memberikan penjelasan hanya sebagian kecil siswa yang mendengarkan, sebagian besar siswa sibuk dengan urusannya masing-masing, ada yang bermain, bergurau dengan temannya, menggambar, mengobrol dengan teman, dan ada siswa yang mengantuk.

Cara pembelajaran yang konvensional dan membosankan serta rendahnya aktivitas belajar siswa mengakibatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tidak memuaskan. Hal ini berdasarkan dokumentasi yang ada pada rata-rata nilai IPS kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari pada ujian semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang masih rendah, belum sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu 65.


(17)

3

Tabel 1.1. Data Hasil Ulangan Harian Siswa Kelas V A

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

1. 75 - 100 4 13 %

2. 65 - 74 6 20 %

3. 29 - 64 11 37 %

4. 0 - 29 9 30 %

Berdasarkan tabel awal di atas, diketahui bahwa nilai siswa yang memperoleh nilai di atas KKM berjumlah 10 siswa dengan persentase 33 %, sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM berjumlah 20 siswa dengan persentase 67 %, oleh sebab itu perlu diadakan perbaikan dalam cara belajar siswa, maka guru melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Rendahnya hasil belajar siswa, yang dilihat dari hasil belajar IPS, Sebanyak 20 orang siswa (67%) belum mencapai KKM, sedangkan 10 orang siswa (33%) yang telah mencapai KKM.

3. Proses pembelajaran masih dilaksanakan dengan cara konvensional dan bersifat monoton, sehingga kegiatan belajar mengajar yang selama ini dilaksanakan masih terkesan membosankan.


(18)

4. Guru memberikan penjelasan, hanya sebagian kecil siswa yang mendengarkan. Sebagian besar siswa sibuk dengan urusannya masing-masing, seperti : ada yang bermain, bergurau dengan temannya, menggambar, mengobrol dengan teman, dan ada siswa yang mengantuk. 5. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

proses pembelajaran di kelas. 1.3.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw agar dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015?

1.4.Tujuan Penelitiaan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagi berikut :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.


(19)

5

2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti.

1. Bagi Siswa :

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, aktivitas belajar siswa meningkat, sehingga hal ini berdampak terhadap meningkatnya hasil belajar mereka.

2. Bagi Guru :

Sebagai perbaikan dan mengembangkan kemampuan, merencanakan dan menggunakan model pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS.

3. Bagi sekolah :

Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan serta pengembangan bagi guru agar dapat lebih profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga mutu pendidikan di sekolah dapat ditingkatkan.

4. Bagi peneliti :

Mendapatkan pengalaman menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan target pembelajaran dan dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Belajar

2.1.1.Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia.

Oemar Hamalik (2002:37), menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya.

Dalam pengertian tersebut belajar dapat berupa perubahan tingkah laku yang terjadi baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya. Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada


(21)

7

keadaan sebelumnya. Dengan demikian, belajar adalah aktivitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Menurut Slameto (2003:2), definisi belajar adalah Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Kesimpulan yang bisa diambil dari pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya , belajar adalah perubahan diri seseorang. Belajar diharapkan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang yang bertujuan pada perubahan tingkah laku, untuk menetapkan penguasaan konsep sesuatu materi perlu alat atau sarana belajar yang memadai, diantaranya adalah buku penunjang yang relevan, baik dari buku paket maupun buku penunjang lain.

Menurut Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut yang ditampakkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.

Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tesebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan dalam proses belajar. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses memahami segala bentuk pembelajaran dalam rangka untuk perubahan


(22)

tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri sebagai interaksi dengan lingkungannya.

2.1.2.Aktivitas Belajar

Sardiman (2010:95) mengatakan bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak dapat memungkinkan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Antara lain bertanya tentang apa yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan untuk menunjang prestasi belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar, jika siswa melakukan aktivitas belajar maka kegiatan mengajar akan berjalan efektif.

Djamarah (2000:67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi peserta didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik.

Dengan demikian dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sangat diperlukan adanya aktivitas siswa agar materi yang diberikan akan lebih lama tersimpan di dalam benak siswa.

Aktivitas belajar siswa tidak hanya mendengar atau mencatat saja. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas belajar menurut Paul B. Dierich dalam Sardiman (2011:101) menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan ke dalam delapan (8) kelompok, diantaranya :

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.


(23)

9

4. Writing Activities, seperti : menulis cerita, karangan, laporan, dan menyalin.

5. Drawing Activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, dan beternak.

7. Mental Activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, semangat, berani, dan tenang.

Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.

Setelah menyimak pendapat di atas dapat disimpulkan aktivitas yaitu segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

2.1.3.Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan pencapaian kompentensi dasar setelah mengikuti pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana (2002:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Jadi, hasil belajar merupakan salah satu ukuran penguasaan siswa mendapatkan pelajaran di sekolah. Untuk mengukur kemampuan siswa


(24)

tersebut dilakukan evaluasi. Evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data mengenai kemampuan belajar siswa untuk menentukan apakah kompetensi dasar dan indikator hasil belajar tercapai seperti apa yang diharapkan.

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Depdiknas (Sesiria, 2005:12) hasil belajar adalah penguasaan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dari nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.

Dimyati dan Mujiono (Sesiria, 2005:12) “hasil belajar rmerupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindakan belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah karena berkat tindakan guru, pencapaian pengajaran, pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa”. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan proses belajar yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.

2.2.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.2.1.Pengertian IPS

Menurut Puskur (Kasim, 2008:4) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa dan wilayah. Sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas


(25)

11

ekonomi, organisasi politik, ekspresi spiritual, teknologi, dan benda-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Menurut Kosasih Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat sekolah.

Dengan demikian, IPS adalah perpaduan dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang merupakan suatu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam disiplin ilmu yang ada. Artinya, bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. dan dapat dijadikan pembelajaran pada tingkat sekolah.

Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa "Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

Oleh karena itu, ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Ada bermacam-macam aspek tingkah laku dalam masyarakat, seperti aspek ekonomi, sikap, mental, budaya, dan hubungan sosial, serta berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin


(26)

ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang

mempelajari masalah-masalah sosial. 2.2.2.Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di dalamnya memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

Hamid Hasan, dkk (2009:1) menyatakan bahwa, sebaiknya pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa, sehingga mereka mampu menjadikan apa yang dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat di lingkungannya.

Menurut Ilmu (Soemantri, 2004) Ilmu Pengetahuan Sosial diajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama.

Dengan demikian, pembelajaran IPS di sekolah dasar pada dasarnya dimaksudkan untuk pengembangan pengetahuan, sikap, nilai-moral, dan keterampilan siswa agar menjadi manusia dan warga negara yang


(27)

13

baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama.

Menurut Kagan (2004) menyebutkan “rancangan pembelajaran guru, hendaknya diarahkan dan di fokuskan sesuai dengan kondisi perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukannya benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa”.

Dengan demikian, pembelajaran Pendidikan IPS semestinya diarahkan pada upaya pengembangan iklim yang kondusif bagi siswa untuk belajar sekaligus melatih pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilannya selama pembelajaran. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Manusia, tempat, dan lingkungan. 2) Waktu, berkelanjutan, dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya.

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

5) IPS SD sebagai Pendidikan Global (global education).

Seperti : mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, peradaban, terbukanya komunikasi, dan transportasi antar bangsa di dunia.

2.2.3.Tujuan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPS diharapkan mampu mengembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and understanding), aspek sikap dan nilai (atitude and value), dan aspek keterampilan (skill).


(28)

Menurut Rudy Gunawan (2011:37) pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai peranan penting dalam mengarahkan anak untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Depdiknas (2006) menyebutkan tujuan institusional penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar menurut kurikulum 2006 (KTSP) adalah: 1) Mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya

berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.

2) Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

3) Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya.

4) Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Landasan penyusunan kurikulum IPS SD tidak lepas dari Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan serta agar pemerintah mengusahakan penyelengaraan satu sistem pengajaran Nasional yang diatur dengan undang-undang.

Menurut Saidihardjo (2005:109) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.


(29)

15

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran Pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPS di sekolah dasar pada dasarnya bertujuan untuk pengembangan pengetahuan, sikap, nilai-moral, dan keterampilan siswa.

Di sinilah sebenarnya penekanan tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah dasar sebagai salah satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan siswa sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat diharapkan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga siswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menjalani kehidupan di masyarakat.

Guru harus cermat dalam memilih model pembelajaran dan merancang program serta strategi pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilakukannya menjadi pembelajaran yang menarik, aktual, dan fungsional bagi siswa. Pada pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat digunakan berbagai model pembelajaran, seperti : Cooperative Learning, Contextual Teaching and Learning (CTL), Model Inkuiri, dll. Namun dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model Cooperative Learning.


(30)

2.3.Model Cooperative Learning

2.3.1.Pengertian Model Cooperative Learning

Model Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender.

Menurut Wina Sanjaya (2007:239-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokan, yaitu antara empat sampai enam siswa yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, suku yang berbeda-beda dan saling kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward).

Etin Solihatin (2007: 4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Oleh karena itu, masing-masing anggota kelompok harus bekerja keras secara optimal sehingga keberhasilan kelompok sangat bergantung dari peran masing-masing anggota dalam kelompok tersebut.


(31)

17

Selanjutnya Etin Solihatin dan Raharjo (2007:6) mengemukakan bahwa suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya dan terbuka diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral serta keterampilan yang ingin ditunjukan dalam pembelajaran.

Secara umum, pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pemahaman dan kemampuan serta saling menggoreksi antara sesama dalam belajar. Tumbuhanya rasa ketergantungan yang positif diantara sesama anggota kelompok akan menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk sukses dalam belajar. Hal ini terjadi karena dalam cooperative learning siswa diberi kesempatan yang memadai untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari anggota kelompok belajar lainnya dan guru.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

2.3.2.Jenis – Jenis Model Cooperative Learning

Dalam kaitan dengan model cooperative learning, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model


(32)

pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.

Menurut Trianto (2009:67) mengemukakan beberapa model cooperative learning yang efektif digunakan guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu :

1. STAD (Student Teams Achievement Division)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya.

2. Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Cooperative Learning tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

Tujuan diciptakannya tipe model cooperative learning tipe Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggung jawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang lain. Pada model


(33)

19

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.

3. NHT (Numbered Heads Together)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa diminta untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 sampai 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar pertanyaan itu melalui diskusi.


(34)

4. TGT (Team Game Tournament)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan. Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.

5. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran : pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat mempresentasikan hasil wawancara secara bergiliran.

6. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)

Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif


(35)

21

yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akan bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik (feedback).

7. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)

Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah).

8. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)

Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning pada dasarnya sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggung jawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya.


(36)

Dari beberapa model cooperative learning di atas, peneliti memilih menggunakan salah satu model cooperative learning yaitu model cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa model cooperative learning tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggung jawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompok lainnya. Dalam metode jigsaw ini siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli” dalam penerapan pembelajaran di kelas.

2.4.Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

2.4.1.Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Cooperative learning tipe jigsaw adalah satu jenis pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Menurut Agus Suprijono (2009:89) pembelajaran jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok-kelompok tergantung pada konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Jika satu kelas ada 40 siswa, maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu disebut kemompok asal, setelah kelompok asal terbentuk guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok ahli dan memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Setelah itu, kembali pada kelompok asal dan menjelaskan


(37)

23

hasil diskusi kepada kelompok masing-masing.

Tujuan model jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual. Dalam metode jigsaw ini siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”. Setiap siswa yang ada dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam “kelompok awal” ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompoka ahli” untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembali ke “kelompok awal” untuk mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui.

Menurut Anita Lie (2008:70) menyebutkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya.

Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.

Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan berkreatif siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat


(38)

meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa dilatih untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 2001).

Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli (Arends, 2001) digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli


(39)

25

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya.

2.4.2.Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Menurut Isjoni (2009:13) ada beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, yaitu :

Kelebihan

1. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar IPS. 2. Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk

di diskusikan.

3. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.

4. Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.

5. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

6. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.

7. Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.


(40)

Kelemahan

1. Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.

2. Sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaikan materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.

3. Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.

4. Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok.

5. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.

Solusi untuk mengatasi masalah Jigsaw

Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pengelompokkan dilakukan terlebih dahulu dengan mengurutkan kemampuan IPS siswa dalam kelas misalnya kita bagi dalam 25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% (rangking 11-15) kelompok sedang, dan seterusnya.

2. Selanjutnya, kita akan membagi menjadi 5 group (A-E) yang isi tiap-tiap group anggotanya heterogen dalam kemampuan IPS, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indek 2 untuk


(41)

27

kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti kelompok A dari kelompok sangat baik, . . . A4 kelompok A dari kelompok rendah). Tiap kelompok akan berisi kelompok A{A1,A2,A3,A4}, group B{B1,B2,B3,B4}, group C{C1,C2,C3,C4}, group D{D1,D2,D3,D4} dan seterusnya.

3. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama {A1,B1,C1,D1} kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas mereka. 2.4.3.Langkah-Langkah Pembelajaran Model Cooperative Learning

Tipe Jigsaw

Menurut Anita Lie (2008:71) Langkah-langkah dalam penerapan model cooperative learning tipe jigsaw adalah sebagai berikut :

 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 - 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam teknik Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.


(42)

 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

 Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

 Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Yatim Riyanto (2010:271) menyebutkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut : 1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7. Guru memberi evaluasi.

8. Penutup.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Isjoni 2009:80), yaitu :

1) Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang. 2) Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.

3) Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru, untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.

4) Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok asalnya.

5) Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan kegiatan mengacu pada


(43)

29

beberapa pendapat di atas. Kemudian dikembangkan menjadi langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut :

1) Kegiatan Pendahuluan : a. Pemberian Salam dan berdoa.

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. c. Apersepsi dan memotivasi siswa.

2) Kegiatan Inti :

d. Membagi siswa dalam beberapa kelompok asal (4-5 orang). e. Membagi segmen materi pembelajaran secara adil kepada

kelompok asal.

f. Mengajak siswa dalam kelompok asal untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang diterima.

g. Membentuk kelompok-kelompok asal menjadi kelompok Jigsaw (kelompok ahli).

h. Mengarahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari pada kelompok asal.

i. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi pembelajaran.

j. Memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

k. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. l. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka


(44)

m.Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. n. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan. 3) Kegiatan Penutup :

o. Membuat refleksi hasil kegiatan pembelajaran. p. Memberikan tindak lanjut.

2.5.Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah sehingga perlu dibuktikan kebenarannya (Sutrisno Hadi, 1987:63).

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas, yaitu apabila dalam pembelajaran IPS kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan memperhatikan langkah - langkah pembelajaran secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan akan meningkat.


(45)

31

Pengamatan Perencanaan

Perencanaan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Setting Penelitian

Untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini. Peneliti mengacu pada beberapa metode penelitian tindakan kelas yang dapat dipergunakan, yaitu metode penelitian yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto (2002:74) dan Kemmis dan Mc. Taggart (Dahlia, 2012:29). Yang langkah-langkahnya terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan (observasi) dan refleksi. Secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :

Pelaksanaan

Pengamatan Siklus I

Refleksi Pelaksanaan

Siklus II Refleksi Pelaksanaan Perencanaan

Siklus Selanjutnya

Refleksi Hasil


(46)

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 siswa (terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan). Karena pada kelas tersebut memerlukan perhatian, terutama untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih rendah.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

3.2.Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian data ini teknik yang akan digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru serta pencatatan suatu objek yang difokuskan pada prilaku tertentu. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Pada lembar tersebut observer memberikan skor dengan cara memberikan tanda (√) pada kolom skor yang tersedia pada masing- masing aspek yang diamati. 2. Tes hasil belajar, yaitu untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil

belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.


(47)

33

3.3.Alat Pengumpulan Data

1. Lembar observasi, digunakan untuk mengamati kinerja guru maupun aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).

2. Soal-soal tes berupa tes tertulis, digunakan untuk memperoleh data nilai- nilai hasil belajar siswa.

3.4.Teknik Analisis Data

1. Teknik analisis data kinerja guru

Teknik analisis data kinerja guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk kategori/kualitatif. Teknik analisis data kinerja guru pada setiap siklus dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan 1 dan kemudian skornya dijumlahkan. Jumlah skor kemudian dipersentase dengan rumusan sebagai berikut :

Keterangan :

KG : Kinerja guru dalam pembelajaran Jigsaw

JSKG : Jumlah skor kinerja guru dalam pembelajaran Jigsaw JSM : Jumlah skor maksimal

Selanjutnya dari hasil penghitungan rumus tersebut diklasifikasikan berdasarkan kategori kinerja guru yaitu sebagai berikut :

No Rentang Skor Kategori kinerja guru

1 85 - 100 Baik Sekali

2 75 - 85 Baik

3 65 - 74 Cukup

4 45 - 64 Kurang

5 ≤ 44 Kurang Sekali

(Modifikasi : Arikunto, 2007:44) JSKG

KG = X 100 JSM


(48)

2. Teknik analisis data aktivitas belajar siswa

Teknik analisis data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, karena data yang diperoleh berbentuk katogeri / kualitatif. Teknik analisa data aktivitas belajar siswa pada setiap siklus dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan 2 dan kemudian skornya dijumlah.

Jumlah skor kemudian dipersentase dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

% AS : Persentase aktivitas siswa belajar IPS JSAS : Jumlah skor aktivitas siswa belajar IPS JSM : Jumlah skor maksimal

Selanjutnya dari hasil perhitungan rumus tersebut diklasifikasikan berdasarkan kategori aktivitas belajar siswa, yaitu sebagai berikut :

No Persentase Kategori Aktivitas Belajar Siswa

1 85% - 100% Baik Sekali

2 75% - 85% Baik

3 65% - 74% Cukup

4 45% - 64% Kurang

5 ≤ 44% Kurang Sekali

(Modifikasi : Arikunto, 2007:44) 3.5.Prosedur Tindakan Pembelajaran

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berlangsung dua siklus. Metode penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan

JSAS

% AS = X 100 JSM


(49)

35

Suharsimi Arikunto (2002:74). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Kegiatan pertama penelitian didahului dengan menemukan masalah dan upaya mencari solusi yang berupa perencanaan perbaikan, dilanjutkan dengan observasi kemudian refleksi melalui diskusi antara guru dengan observer sehingga mendapat rencana perbaikan untuk tidak lanjutnya.

3.6.Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I

Pada siklus pertama dilaksanakan dengan materi pembelajaran adalah “Persebaran Flora dan Fauna Di Indonesia”. Kegiatan ini diawali dengan : 1. Tahap perencanaan

1) membuat sekenario pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) membuat lembar kerja siswa yang digunakan dalam pembelajaran. 4) membuat soal-soal tes.

5) mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan. 6) membuat lembar pengamatan yang diperlukan.

2. Tahap pelaksanaan

1) Kegiatan Pendahuluan : a. Pemberian salam dan berdoa.

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. c. Apersepsi dan memotivasi siswa.

2) Kegiatan Inti :


(50)

e. Membagi segmen materi pembelajaran secara adil kepada kelompok asal.

f. Mengajak siswa dalam kelompok asal untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang diterima.

g. Membentuk kelompok-kelompok asal menjadi kelompok Jigsaw (kelompok ahli).

h. Mengarahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari pada kelompok asal.

i. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi pembelajaran.

j. Memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

k. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. l. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka

memastikan pemahaman yang akurat.

m.Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. n. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan. 3) Penutup :

o. Membuat refleksi hasil kegiatan pembelajaran. p. Memberikan tindak lanjut.

3. Observasi

Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengamatan terhadap guru yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran


(51)

37

kooperatif tipe Jigsaw yang dibantu oleh observer dalam menilai dengan menggunakan lembar pengamatan.

4. Refleksi

Setelah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dilakukan pengamatan. Guru melakukan refleksi yang meliputi : evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus berikutnya.

2. Siklus 2

Pada siklus kedua dilaksanakan dengan materi pembelajaran adalah “Persebaran Flora dan Fauna Di Indonesia”. Kegiatan ini diawali dengan :

1. Tahap perencanaan

1) membuat sekenario pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) membuat lembar kerja siswa yang digunakan dalam pembelajaran. 4) membuat soal-soal tes.

5) mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan. 6) membuat lembar pengamatan yang diperlukan.

2. Tahap pelaksanaan

1) Kegiatan Pendahuluan : a. Pemberian salam dan berdoa.

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. c. Apersepsi dan memotivasi siswa.


(52)

2) Kegiatan Inti :

d. Membagi siswa dalam beberapa kelompok asal (4-5 orang). e. Membagi segmen materi pembelajaran secara adil kepada

kelompok asal.

f. Mengajak siswa dalam kelompok asal untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang diterima.

g. Membentuk kelompok-kelompok asal menjadi kelompok Jigsaw (kelompok ahli).

h. Mengarahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari pada kelompok asal.

i. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi pembelajaran.

j. Memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

k. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. l. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka

memastikan pemahaman yang akurat.

m.Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. n. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan.

3) Penutup :

o. Membuat refleksi hasil kegiatan pembelajaran. p. Memberikan tindak lanjut.


(53)

39

3. Observasi

Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengamatan terhadap guru yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dibantu oleh observer dalam menilai dengan menggunakan lembar pengamatan.

4. Refleksi

Setelah RPP diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dilakukan pengamatan dapat dapat dilakukan refleksi yang meliputi : evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan. menurut hasil pengamatan, pelaksanaan penelitian dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus 2 sudah baik.

3.7.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 sebagai berikut :

1. Jika persentase aktivitas belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya mencapai lebih dari atau sama dengan 75%.

2. Jika rata-rata hasil belajar siswa lebih dari atau sama dengan 75 dari seluruh siswa memperoleh nilai rata-rata sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan (KKM IPS ≥ 65) dan diikuti peningkatan nilai siswa pada setiap siklusnya.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penilaian kinerja guru di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada pelajaran IPS, kompetensi dasar Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia dapat ditingkatkan melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa penilaian kinerja guru meningkat dari siklus 1 sebesar 75 ke siklus 2 sebesar 87,5. Maka terjadi peningkatan kinerja guru sebesar 12,5.

2. Aktivitas belajar siswa di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada pelajaran IPS, kompetensi dasar Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia dapat ditingkatkan melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus 1 sebesar 60% ke siklus 2 sebesar 80%. Maka terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 20%.

3. Hasil belajar siswa di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada pelajaran IPS,


(55)

73

kompetensi dasar Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia dapat ditingkatkan melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa hasil belajar siswa meningkat dari siklus 1 sebesar 64 ke siklus 2 sebesar 80. Maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 16. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat yaitu dari siklus 1 sebesar 50% ke siklus 2 sebesar 90%. Maka terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 40%.

5.2.Saran

1. Bagi Siswa, agar lebih meningkatkan motivasi belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw tidak hanya di sekolah, tetapi juga dalam kegiatan belajar kelompok di rumah.

2. Bagi Guru, dalam kegiatan pembelajaran IPS. Agar guru menggunakan model pembelajaran yang bervariatif seperti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk membantu siswa memahami konsep mengetahui dan melestarikan flora dan fauna di Indonesia, seperti pada materi Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah, kepada sekolah hendaknya dapat memfasilitasi model dan media dalam pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat meningkat. 4. Bagi Peneliti, untuk para peneliti berikutnya, tentunya dapat menjadikan

tambahan referensi bacaan dan dikembangkan pada model pembelajaran yang lain.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arends. 2001. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw. dalam http://www.modeljigsaw.scribd.com/ Internet diakses tanggal 24 Maret 2014.

Dahlia. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Edukasi Mitra Grafika. Palu.

Depdiknas. 2005. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS. Depdiknas. Jakarta. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas. Jakarta. Dimiyati dan Mudjiono. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djahiri, Kosasih. 2006. Pengajaran Studi Sosial / IPS (Dasar-Dasar Pengertian,

Metodologi, Model Belajar-Mengajar IPS). LPPIPS FKIPS IKIP. Bandung.

Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Gunawan, Rudy. 2011. Tujuan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. dalam http://www.rudygunawan.blogspot.com Internet diakses tanggal 23 Maret 2014.

Hadi, Sutrisno. 1987. Pengertian Hipotesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Sindur Pres. Semarang.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Hasan, Hamid. 2009. Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaran.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pustaka Belajar. Yogyakarta.


(57)

Kagan. 2004. Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaran.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Puskur. 2008. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaranips.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Saidihardjo. 2005. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. FIP IKIP. Yogyakarta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kecana. Jakarta.

Sardirman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Soemantri. 2004. Proses Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaransoemantri.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning dan Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2002. Cara Belajar Murid Aktif. Sinar Baru Algenso. Bandung. Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Suharsimi, Arikunto. 2007. Penilaian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 2008. Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Karunika Universitas Terbuka. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Surabaya.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pustaka Pelajar. Jakarta.


(1)

2) Kegiatan Inti :

d. Membagi siswa dalam beberapa kelompok asal (4-5 orang). e. Membagi segmen materi pembelajaran secara adil kepada

kelompok asal.

f. Mengajak siswa dalam kelompok asal untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang diterima.

g. Membentuk kelompok-kelompok asal menjadi kelompok Jigsaw (kelompok ahli).

h. Mengarahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah dipelajari pada kelompok asal.

i. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi pembelajaran.

j. Memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

k. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya. l. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka

memastikan pemahaman yang akurat.

m.Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. n. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan.

3) Penutup :

o. Membuat refleksi hasil kegiatan pembelajaran. p. Memberikan tindak lanjut.


(2)

39

3. Observasi

Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengamatan terhadap guru yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dibantu oleh observer dalam menilai dengan menggunakan lembar pengamatan.

4. Refleksi

Setelah RPP diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dilakukan pengamatan dapat dapat dilakukan refleksi yang meliputi : evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan. menurut hasil pengamatan, pelaksanaan penelitian dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus 2 sudah baik.

3.7.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 sebagai berikut :

1. Jika persentase aktivitas belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya mencapai lebih dari atau sama dengan 75%.

2. Jika rata-rata hasil belajar siswa lebih dari atau sama dengan 75 dari seluruh siswa memperoleh nilai rata-rata sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan (KKM IPS ≥ 65) dan diikuti peningkatan nilai siswa pada setiap siklusnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penilaian kinerja guru di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada pelajaran IPS, kompetensi dasar Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia dapat ditingkatkan melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa penilaian kinerja guru meningkat dari siklus 1 sebesar 75 ke siklus 2 sebesar 87,5. Maka terjadi peningkatan kinerja guru sebesar 12,5.

2. Aktivitas belajar siswa di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada pelajaran IPS, kompetensi dasar Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia dapat ditingkatkan melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus 1 sebesar 60% ke siklus 2 sebesar 80%. Maka terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 20%.

3. Hasil belajar siswa di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada pelajaran IPS,


(4)

73

kompetensi dasar Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia dapat ditingkatkan melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa hasil belajar siswa meningkat dari siklus 1 sebesar 64 ke siklus 2 sebesar 80. Maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 16. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat yaitu dari siklus 1 sebesar 50% ke siklus 2 sebesar 90%. Maka terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 40%.

5.2.Saran

1. Bagi Siswa, agar lebih meningkatkan motivasi belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw tidak hanya di sekolah, tetapi juga dalam kegiatan belajar kelompok di rumah.

2. Bagi Guru, dalam kegiatan pembelajaran IPS. Agar guru menggunakan model pembelajaran yang bervariatif seperti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk membantu siswa memahami konsep mengetahui dan melestarikan flora dan fauna di Indonesia, seperti pada materi Persebaran Flora dan Fauna Di Wilayah Indonesia. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah, kepada sekolah hendaknya dapat memfasilitasi model dan media dalam pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat meningkat. 4. Bagi Peneliti, untuk para peneliti berikutnya, tentunya dapat menjadikan

tambahan referensi bacaan dan dikembangkan pada model pembelajaran yang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arends. 2001. Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw. dalam http://www.modeljigsaw.scribd.com/ Internet diakses tanggal 24 Maret 2014.

Dahlia. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Edukasi Mitra Grafika. Palu.

Depdiknas. 2005. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS. Depdiknas. Jakarta. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas. Jakarta. Dimiyati dan Mudjiono. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djahiri, Kosasih. 2006. Pengajaran Studi Sosial / IPS (Dasar-Dasar Pengertian,

Metodologi, Model Belajar-Mengajar IPS). LPPIPS FKIPS IKIP. Bandung.

Djamarah. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Gunawan, Rudy. 2011. Tujuan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. dalam http://www.rudygunawan.blogspot.com Internet diakses tanggal 23 Maret 2014.

Hadi, Sutrisno. 1987. Pengertian Hipotesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Sindur Pres. Semarang.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Hasan, Hamid. 2009. Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaran.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pustaka Belajar. Yogyakarta.


(6)

Kagan. 2004. Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaran.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Puskur. 2008. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaranips.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Saidihardjo. 2005. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. FIP IKIP. Yogyakarta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kecana. Jakarta.

Sardirman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Soemantri. 2004. Proses Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaransoemantri.wordpress.com/ Internet diakses tanggal 22 Maret 2014.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning dan Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2002. Cara Belajar Murid Aktif. Sinar Baru Algenso. Bandung. Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Suharsimi, Arikunto. 2007. Penilaian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 2008. Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Karunika Universitas Terbuka. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Surabaya.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pustaka Pelajar. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

0 4 39

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN TEMA PERISTIWA PADA SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR NEGERI 2 GADINGREJO 2012/2013

0 12 50

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 60

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 59

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 REJOSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 15 47

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 1 NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

0 7 54

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DI KELAS IV SDN 6 JATIMULYO KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014 / 2015

0 42 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V A SEKOLAH DASAR NEGERI BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

1 15 57