Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

(1)

Skripsi

Disusun Untuk Mengajukan Judul Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PGMI

OLEH :

SUPARLIS HARMALENDA

NIM

:

18090183000032

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

IV dalam Materi Sumber Daya Alam Di MI Annuriyah Depok.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw di kelas IV MI Annuriyah Depok. Meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep sumber daya alam dengan penerapan model cooperative learning di kelas IV MI Annuriyah Depok. Penelitian ini dilaksanakan di MI Annuriyah Depok dengan mengambil sempel kelas IV, agar permasalahan-permasalahan di kelas benar-benar teratasi maka guru melakukan tindakan supaya lebih tahu perkembangan siswa. Instrument hasil belajar berupa test berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal siklus I dan 30 butir soaal siklus II yang telah diuji validitas dan rehabilitasinya. Tindakan dilakukan dengan dua siklus, pada siklus pertama siswa belum terlihat kemajuannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah tindakan siklus pertama yaitu rata-rata nilai N-Gain 0,38 dan hal itu diperlukan tindakan selanjutnya yaitu tindakan siklus II. Dalam siklus ini sudah mulai membaik dengan terlihatnya perkembangan dan peningkatan hasil belajar siswa yang dapat dibuktikan dengan rata-rata N-Gain 0,76.

Kata kunci : Hasil Belajar, Model Cooperative Learning tipe JigSaw, IPS kelas IV


(7)

vi

memohon pertolongan dan bertaubat hanya kepada-Nya, yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada penulis selama menjalani pembuatan skripsi ini. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Baginda Rasulallah Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh umatnya yang tulus ikhlas mengikuti ajaran dan lanbgkah-langkahnya. Amien.

Pembuatan skripsi ini tidak selamanya berjalan lancar, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis dapatkan, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan dan lain sebagainya. Namun berkat kerja keras dan kesungguhan jualah yang mendorong penulis dapat melewati berbagai kesulitan dan hambatan itu.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa syukur kepada :

1. Dra. Nurlena, M.A, Ph.D, selaku Dekan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Fauzan, MA selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang selalu membantu membimnbing dan memotivasi kepada penulis.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya. 4. Muhammad Noviandi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang

dengan ketulusan, keikhlasan, serta rendah hatinya untuk selalu memberikan arahan, motivasi, saran dan bimbingannya kepada penulis sampai ahir penyusunan skripsi ini.


(8)

vii

6. Hj. Syarifah, S.Ag, selaku Kepala MI. Annuriyah Depok, yang telah

7. Bapak Ahmad R Suami dan anak-anakku tercinta (Aisyah Kumairah dan Muhammad Maulana Ibrahim) yang telah banyak membantu dan mengorbankan waktu untuk penulis.

Mengucapkan terima kasih atas motivasi, saran dan do’a yang telah

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini berbagai kesulitan dan hambatan penulis jumpai dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan semua pihak, maka kesulitan dan hambatan tersebut dapat teratasi. Akhir kata penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bermanfaat dan bersifat membangun sangat penulis harapkan, dan penulis berharap pula semoga skripsi ini dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan bagi kita semua dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Bilaahi Fisabilihaq, Fastabiqul Khairat

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Jakarta, 2014


(9)

viii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi teori ………. 9

B. Penelitian Yang Relevan ………. 27

C. Krangka Berfikir ………. 28

D. Hipotesis Tindakan ………. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penilaian ………. 30

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ……… 30

C. Subjek/Partisipan Yang Terlibat dalam Penelitian ………. 36

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………. 36


(10)

ix

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL MADRASAH ANNURIAH...……….. 42

1. Sejarah Berdirinya Madrasah ……….. 42

2. Aktifitas Pendidikan dan Pengaajaran di MI Annuriyah 43

3. Jenis Program yang Mendukung ………. 45

4. Visi Missi Sekolah MI annuriyah ………... 47

B. REFLEKSI (REFLECTION) C. PEMBAHASAN ………... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ………. 77


(11)

x

Tabel 3 : Daftar Subyek Penelitian ……… Tabel 4 : Tahapan Pelaksanaan Siklus I ………. Tabel 5 : Observasi Awal ………... Tabel 6 : Observasi Akhir ……….. Tabel 7 : Rekapitulasi Hasil Ulangan 1 Siklus I ………

Tabel 8 : Hasil Kegiatan Pre test Siklus I ……….. Tabel 9 : Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran ……….. Tabel 10 : Lembaran observasi ……… Tabel 11 : Perhitungan N-Gain Siklus I ………. Tabel 12 : Nilai Rata-Rata dan ketuntasan belajar pada Siklus I ………. Tabel 13 : Hasil pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada

Siklus II Pertemuan 1……….. Tabel 14 : Rumus N-GainSiklus II ……….

Tabel 15 : Nilai Rata-Rata dan ketuntasan belajar pada Siklus II……… Tabel 16 : Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II ……….. Tabel 17 : Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II ………..


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Hal ini sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Untuk mendukung tujuan di atas pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang meyakini bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat mungkin keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang berada di garis depan (line staff), yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan terkena akibatnya secara langsung, yakni guru dan kepala sekolah

Hal inilah yang menjadi cikal bakal diterapkannya manajemen berbasis sekolah (MBS). Istilah MBS pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan

1


(13)

perkembangan masyarakat setempat.2 Kemudian MBS ini dikembangkan pada pertengahan tahun 1999 oleh pemerintah Republik Indonesia bekerja sama dengan UNESCO dan UNICEF. Dalam pelaksanaannya MBS yang diterapkan di Indonesia tidak harus meniru secara persis model-model MBS di negara lain. Indonesia telah belajar banyak dari pengalaman-pengalaman pelaksanaan MBS di negara lain, kemudian memodifikasi, merumuskan dan menyusun model dengan mempertimbangkan berbagai kondisi setempat seperti sejarah, geografi, struktur masyarakat, dan pengalaman-pengalaman pribadi di bidang pengelolaan pendidikan yang telah dan berlangsung selama ini.3

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengatur kehidupan sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya.4 Model pembelajaran atau sering digunakan istilah strategi belajar mengajar senantiasa mengalami dinamika dalam praktik dunia pendidikan. Tidak terkecuali di Negara Indonesia, dinamika tersebut terjadi dari masa ke masa seiring dengan kebijakan pemberlakuan kurikulum pendidikan mulai kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004, KTSP 2006. Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, telah dikenal beberapa pendekatan atau strategi pembelajaran seperti SAS (Sistesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contextual Teaching and Learning),Cooperatif Learning, Life Skills Education, dan yang terakhir adalah Pembelajaran Aktif, Interaktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).5 MBS merupakan program Depdiknas yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang peduli anak,

creating learning comunities for children”. Untuk mendukung pengembangan dan diseminasi tiga komponen dalam program MBS ini adalah

2 Mulyasa, Metode Pembelajaran, jakarta, PT Adikarya, 2003, 2, 3,33 (Nurdin Matry, 2008: 37).

3 Nurdin Amir dan Abrori Ahmad. Mengerti Sosiologi : Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Dasar,

Jakarta : UIN Jakarta Press. 2006.

4 Ibid…Mulyasa, 2003: 34


(14)

peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning type Jigsaw.

Bertolak dari asumsi bahwa sekolah memiliki kemampuan untuk merancang, menggali, memanfaatkan, meningkatkan sumber-sumber daya internal dan eksternal untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.6

MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan efisisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.37 Peningkatan mutu inilah yang paling banyak mendapat sorotan dari segenap praktisi pendidikan. Peningkatan mutu dapat diperoleh antara lain, melalui fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas serta peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah. Itulah sebabnya maka dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat (2) dinyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan,; dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.7

Rumusan undang-undang di atas dikukuhkan lagi dengan PP No 19 tahun 2005 pasal 19 ayat (1):

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.8

6 Nurdin Amir dan Abrori Ahmad. Mengerti Sosiologi : Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Dasar, Jakarta :

UIN Jakarta Press. 2006.

7 UU SISDIKNAS, 2003: 28


(15)

Berangkat dari rumusan kebijakan pemerintah di atas maka pendidik (guru) dituntut mampu memilih model pembelajaran yang tepat menyenangkan bagi muridnya hali ini sangat penting dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning tipe jigsaw, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Cooperative Learning tipe jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang memerankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesaama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok dan setiap anggota kelompok secara bergantian bergabung kekelompok lain untuk menerangkan hasil pembahasan di kelompok inti, yang terdiri atas dua orang atau lebih. dengan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Strategi model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Metode ini mendorong kemampuan siswa daalam memecahkan masalah yang ditemui selama pembelajaran karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dalam memecahkan masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah pada materi yang dihadapi.9

Menurut hasil penelitian, Untuk melaksanakan strategi model pembelajaran ini guru perlu mempersiapkan dan merencanakan dengan matang, agar siswa dapat berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka menyenangi dan mencintai proses belajar. Dalam suasana demikian, siswa lebih mudah memahami serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikirnya. Model pembelajaran cooperative Learning tipe jigsaw inilah yang merupakan salah satu metode dalam MBS yang masih dikembangkan sampai

9


(16)

sekarang. Pelaku pendidikan beranggapan bahwa model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw ini masih efektif untuk diterapkan.

Banyak guru yang ingin tahu pembaharuan pendidikan antara lain model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Model pembelajaran yang memerankan pada sikap prilaku bersama dalam bekerja sama atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok.

Kelebihan model pembelajaran cooperative learning di antaranya hasil belajar siswa diperoleh melalui sharing atau kerja sama : antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu ke yang belum tahu.

Salah satu tujuan Pendidikan yaitu agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah dipelajarinya baik hasil kerja individu atau hasil kelompoknya. Dalam pembelajaran ini memiliki tujuan yang sama dengan model lainnya yaitu diharapkan mampu mencapai hasil belajar atau tujuan dari pembelajaran yang telah dirumuskan.

Kajian model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini telah dikaji oleh banyak peneliti dengan berbagai judul, sedangkan peneliti disini ingin meneliti tentang upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Permasalahannya terletak pada bagaimana seharusnya penerapan model cooperative learning tipe jigsaw yang diharapkan mampu mencapai hasil dan tujuan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS Kelas IV dalam materi Sumber daya Alam di MI Annuriah Depok. Karena pada awalnya model pembelajaran ini hanya diterapkan pada mata pelajaran tertentu saja, pelajaran IPS hanya sekedar mengikuti.


(17)

Obyek penelitian adalah siswa kelas IV MI Annuriyah Depok. Kelas IV dipilih karena dianggap ideal dijadikan obyek penelitian karena siswa sudah pernah mendapatkan pelajaran IPS di kelas III.

Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dalam hal ini peneliti terdorong untuk mengkaji dan mengamati lebih jauh tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada Pelajaran IPS Kelas IV dalam Materi Sumber Daya Alam di MI Annuriyah Depok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka secara tidak langsung telah teridentifikasi masalah yang penulis anggap perlu diperhatikan yaitu :

1. Terdapat hasil belajar siswa yang rendah, maka perlu ditingkatkan hasil belajar pada pelajaran IPS di kelas IV

2. Metode pembelajaran tidak meningkatkan keaktifan siswa, maka perlu ada variasi model pembelajaran terhadap siswa.

3. Sarana dan prasarana belum memadai, sehingga perlu dilengkapi.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang diangkat hanya dibatasi pada :

1. Belajar diartikan pada kemampuan kognitif siswa kelas IV.

2. Dibatasi hanya pada Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.


(18)

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan model cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV MI Annuriyah Depok ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Tujuan peneilitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS di kelas IV dalam konsep sumber daya alam di MI Annuriyah Depok.

b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangsih bagi pendidik di dalam proses belajar mengajar agar pendidik apat lebih berkreatif apa saja yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah sehingga pendidik ada upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melaui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, sehingga apa yang diharapkan oleh sekolah mencapai hasil yang lebih baik.


(19)

2. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk lebih bergairah lagi dalam belajar, dapat memperoleh pengalaman dalam pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw, dan dapat meningkatkan pemahaman pada pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat pula bagi peneliti untuk menerapkan ilmu keguruannya yang diperoleh dari studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan PGMI, menambah wawasan tentang model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, dan dapat menerapkan model pembelajaran ini pada pelajaran IPS di tempat peneliti mengajar.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sesuatu yang sangat komplek, sehingga tidak dapat dikatakan dengan pasti apa sebenarnya belajar itu. Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud belajar itu adalah mencari atau menuntut ilmu. Ada juga yang mengatakan belajar adalah segala macam kegiatan fisik atau jasmani sehingga hasil belajar yang diperoleh adalah perubahan dalam fisik atau jasmani, seperti belajar naik sepeda, dan sebagainya. Ada pula yang berpendapat belajar adalah segala aktivitas atau kegiatan psikis atau rohani sehingga hasilnya pun merupakan perbuatan dalam psikisnya. Seperti perubahan sikap dan tingkah laku.

Para ahli pendidikan banyak mengemukakan definisi tentang belajar yang berbeda-beda menurut teori belajar yang dianutnya masing-masing. Menurut pendapat yang tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan . Dalam definisi ini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. Anak diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah pengetahuannya, dengan jalan menghapal. Sedangkan pendapat yang lebih modern berpendapat bahwa belajar adalah

a change in behavior atau perubahan tingkah laku. Anak dikatakan belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat ia lakukan atau adanya perubahan tingkah laku dalam menghadapi situasi. Tingkah laku dalam pengertian keterampilan, perasaan minat, penghargaan, dan sikap.

Untuk memahami lebih jelas makna belajar ini akan penulis kemukakan beberapa definisi belajar menurut para ahli pendidikan:


(21)

a. Menurut James O Whittaker.”Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau dirubah melalui latihan

atau pengenalan.”10

b. Menurut Howar L. Kingsley.”Belajar adalah dimana proses tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau

latihan.”11

c. Menurut Conny Semiawan :”Belajar adalah dimana proses perubahan, reaksi terhadap lingkungan . Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan.”12

Kata perubahan dalam kutipan diatas menyangkut perunahan kognitif (pemahaman), afektif (sikap), dan psikomotor (penampilan). Belajar berhubungan denghan peruubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

W.S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar berpendapat tentang perubahan:

….. Manusia mengalami banyak perubahan, karena dia telah banyak,

belajar, belajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman (bidang belajar kognitif), belajar memperoleh sikap ( bidang belajar apektif) belajar memperoleh keterampilan (bidang belajar sensorik psikomotorik). Perubahan-perubahan yang dialami manusia melalui belajar di tiga bidang ini membuat di menjadi lain.13

Perubahan-perubahan yang dimaksud dari definisi tersebut dapat dibagi menjadi dua bentuk belajar, yaitu bentuk belajar informal dan bentuk belajar formal. Belajar informal adalah belajar yang katanya dengan proses

10

James O Whittaker, Learning Psyhcology, Prentice-Hall, inc.P.42 11

Howard L. Kingsley, The Nature and condition of learning, New York, Prentice-Hall, inc.P.58 12 Conny Semiawan , Memupuk bakat dan kreativitas siswa, Jakarta, Gramedia, 2011, Hal.22 13 Santoso, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta,alfabeta,1990, hal.11


(22)

perkembangan dan pertumbuhan manusia di lingkungannya. Sedangkan yang disebut belajar formal adalah kegiatan yang terorganisir, terencana dan berjenjang dengan bentuk kegiatan belajar –mengajar untuk menghasilkan perubahan pada siswa yang sedang menuju kedewasaan14.

Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar itu merupakan suatu proses perubahan-perubahan dalam tingkah laku dengan serangkaian kegiatan, seperti dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan sebagainya.

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia . Dengan belajar, manusia dapat melakukan kualitatif atau mutu individu sehingga tingkah lakuya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tiada lain adalah belajar. Belajar itu bukan sekadar pengalaman. Belajar adalah proses, bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif (giat) dan integrative (penggabungan) dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.

2. Model Pembelajaran Cooperatif

1. Konsep Model Pembelajaran Cooperatif

Model pembelajaran kelompok adalah rangkauan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam model pembelajaran cooperative, yaitu (1) adanya pererta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa diterapkan berdasarkan berbagai pendekatan, di antaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan atas dasar campuran baik campuran ditinjau dari

14


(23)

kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan sesama pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.

Salah satu model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Trianto15 mengemukakan dua alasan, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan social, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari kedua alasan tersebut , maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/ tim kecil, yaitu antara empat samapi enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan

(reward), jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketrgantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketermpilan interpersonal

15

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana


(24)

dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif biasa digunakan manakala :

 Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam belajar.

 Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.

 Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.

 Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi sebagai bagian dari isi kurikulum.

 Jika guru menghendaki meningkatnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Cooperative learning tipe jigsaw atau pembelajaran kelompok berbeda dengan pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin hendak dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi cirri khas dari pembelajaran kooperatif.16

Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perespektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan seriap anggota kelompok akan


(25)

saling membantu.17 Dengan demikian, keberhasilan setap individu pada dasarnya adalah keeberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa dan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara kelompok dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah :

a. Pembelajaran secara kelompok

b. Di dasarkan pada manajemen kooperatif c. Kemauan untuk bekerja sama

d. Keterampilan bekerja sama18

3. Prinsip-Prinsip Model pembelajaran Kooperatif a. Prinsip Ketergantungan Positif

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif setiap angota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif artinya tugas kelompok tidak mungkin bias diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesiakan tugasnya, dan semuanya ini memerlukan kerja sama yang

17 Sagala, Syaiful.2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, Hal.34


(26)

baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.19

b. Tanggung jawab Perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung kepada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan kelompok. Penilaian individu bias berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

c. Interaksi Tatap Muka

Pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara menyatakan ketidak setujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.20

19

ratna Wills, 2009. Teori Belajar. Jakarta : Erlangga, hal.14 20


(27)

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw atau belajar kelompok pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu

a. Penjelasan Materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selaanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan Tanya jawab, bahkan kalau perlu guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.

b. Belajar dalam Kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw bias dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuannya setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan ke duanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.


(28)

d. Pengakuan Kelompok

Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap paling menonjol atau kelompok paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan tau pemberian hadiah tersebut diharapkan dapat memotivasi kelompok lain lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.21

3. Hakekat dan Makna Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Hasil Belajar.

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan yang ingin dicapai karena suatu usaha telah dilakukan oleh seseorang (siswa). Terdapat beberapa pengertian dan makna hasil belajar perti beberapa pendapat di bawah ini. Menurut Sarlito Wirawan hasil belajar dapat dipahami melalui dua kata yang membentuk, yaitu "hasil" dan "belajar".22 Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibat berubahnya input secara fungsional.hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi. Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Menurut Menurut Gagne yaitu seorang ahli teori belajar (learning theorist) mengatakan bahwa hasil belajar dapat dikateorikan dalam delapan macam yang kemudian disederhanakan menjadi "lima macam kemampuan hasil belajar, yaitu:

a. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skill)

b. Strategi Kognitif (Cognitive Strategis)

c. Informasi Verbal {Verbal Information)

d. Keterampilan Motorik {Motor Skill)

e. Sikap dan Nilai (Attitude)23

21 Djamarah, Syaiful Bahri.2002.Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka cipta, Hal.12

22 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,2003), h. 155


(29)

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa keberhasilan masing- masing individu dapat diketahui dari seberapa jauh tingkatan mereka dalam mencapai hasil belajarnya sesuai dengan tingkatan hasil belajar tersebut baik pada domain kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2. Faktor-Faktor Yang Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif siswa perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

A. Kondisi internal, yaitu situasi (kondisi) yang ada didalam diri siswa itu sendiri, misalnya

a. Faktor Psikologi

1. Kecerdasan, kecerdasan merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal, secara potensial ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Та і apabila tidak, maka kemungkina anak tersebut sering terganggu kesehatannya, malas dan sebagainya. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan di bawah normal, sangatlah sukar baginya untuk bersaing dalam pencapaian prestasi belajar. Kepada murid-murid demikian harus diberi pertolongan khusus atau pendidikan khusus. Dengan demikian diharapkan mereka dapat mencapai prestasi yang tinggi sesuai dengan keadaan masing-masing.

2. Bakat, merupakan kesenangan yang melahirkan kemampuan untuk menjangkau atau sebuah potensi / kemampuan kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan yang nyata. Setiap murid mempunyai bakat yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada murid yang berbakat dalam


(30)

mata pelajaran ilmu pasti, tetapi ia tidak berbakat dalam mata pelajaran ilmu-ilmu sosial.

3. Minat dan perhatian, dalam belajar mempunyai hubungan erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.

4. Motif, merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar hendaknya murid mempunyai motif belajar yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahnya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bila motif tersebut makin berkurang, berkurang pulalah usaha dan kegiatan serta kemungkinannya untuk mencapai prestasi yang tinggi.

5. Cara Belajar, keberhasilan studi murid dipengaruhi oleh cara belajarnya. Ada cara belajar yang efisien, dan ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seorang murid yang mempunyai cara belajar yang efisien,memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Ada cara belajar yang efisien antara lain adalah sebagai berikut : a. Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar

b. Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima

c. Membaca dengan teliti dan betul bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha menguasai dengan sebaik-baiknya.

d. Mencoba menyelesaikan soal-soal, dan sebagainya. . b. Faktor Fisiologi

1. Kondisi fisik siswa yang dimaksud di sini ialah kesehatan dan kondisi fisik yang prima, panca indera tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Kesehatan Jasmani pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, keadaan


(31)

tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seseorang murid yang sering sakit biasanya mengalami kesulitan tertentu dalam belajar; misalnya cepat lelah, tidak bisa

berkonsentrasi, merasa malas dan sebagainya. Dengan demikian sehat dan tidaknya seorang murid dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

2. Hal ini tidak kalah penting adalah kondisi panca indera yaitu mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh. Terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar. Sebagian besar, proses belajar yang di alami manusia adalah membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil, eksperimen, mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan ceramah, berdiskusi dan sebagainya. "Berfungsinya а а indera dengan baik merupakan syarat berlangsungnya proses belajar yang baik". Karena itulah para orang tua dan pendidik perlu menjaga agar panca indera peserta didik dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti adanya pemeriksaan kesehatan secara berkala, penyediaan alat-alat pelajaran serta perlengkapan yang memadai. Kondisi eksternal, yaitu situasi (kondisi) yang ada diluar diri siswa itu sendiri, misalnya. Lingkungan, ada bermacam-macam dan oleh sebab itu perlu dibedakan menjadi:

3. Lingkungan alam, keadaan alam di sekitarnya pun mempengaruhi hasil belajar murid. Keadaan alam yang tenang dengan udara yang sejuk ikut mempengaruhi kesegaran jiwa murid, sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi daripada kalau lingkungan itu gaduh dengan udara yang panas dan kotor.


(32)

b. Lingkungan keluarga, keluarga mempunyai pengaruh baik terhadap keberhasilan belajar murid, apabila keluarga khususnya orang tua bersifat merangsang, mendorong dan membimbing terhadap aktivitas belajar anaknya. Hal ini memungkinkan anak untuk untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Hal lain yang mempengaruhi hasil belajar anak adalah suasana. Suasana rumah yang ramai dan gaduh, atau suasana yang tegang karena orang tua selalu berselisih pendapat antara satu dengan yang lain, dapat mengganggu konsentrasi anak pada waktu belajar. Keadaan ekonomi keluarga dapat juga mempengaruhi hasil belajar anak. Keadaan ekonomi yang serba kurang atau miskin dapat menjadikan anak mengalami kesukaran tertentu dalam belajarnya. Misalnya anak pulang sekolah harus membantu orang tua untuk mencari nafkah, sehingga waktu untuk belajar sedikit sekali atau tidak dapat belajar karena terlalu lelah.

3. Lingkungan masyarakat, cukup banyak pengaruh dari masyarkat yang dapat nmenimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya di sekitarnya merupakan anak-anak yang rajin belajar, anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka, sebaliknya, bila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentu, anak pun dapat terpengaruh pula. Seringkali kita jumpai bahwa teman bergaul anak dapat membawanya ilcut-ikutan dan bergiat dalam bidang-bidang tertentu yang tidak ada manfaatnya, sehingga hal tersebut tidak jarang mengalahkan belajarnya. Instrumental, ada bermacam-macam dan oleh sebab itu perlu dibedakan menjadi:


(33)

1. Guru, hubungan guru dengan murid yang kurang baik karena sesuatu pengalaman, hubungan murid dengan murid yang tidak menyenangkan, tujuan pelajaran yang ditetapkan ada di atas kemampuan murid, semuanya dapat mempengaruhi belajar dan hasil belajar murid. Di samping itu guru yang kurang atau tidak menyadari peranannya di dalam membantu proses belajar dan mengajar, dapat mempengaruhi hasil belajar murid-muridnya. Oleh sebab itu kepada para guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.

2. Sarana dan Fasilitas, sarana dan fasilitas yang menunjang sangat dibutuhkan untuk menunjang efektifitas proses pembelajaran sehingga siswa bisa belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas dengan baik. Peralatan belajar, lengkap dan tidaknya peralatan belajar baik yang dimiliki murid itu sendiri maupun yang dimiliki sekolah, dapat menimbulkan hasil akibat tertentu terhadap prestasi belajar murid. Kekurangan peralatan belajar dapat membawa akibat yang negatif; antara lain misalnya murid tidak bisa belajar secara baik, sehingga sulitlah diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi19. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar dengan efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan serta hasil belajarnya, disamping itu juga kondisi internal dan eksternal turut pula mendukung. Oleh karena itu perlu diperhatikan dengan baik. Disamping kondisi internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar yang dipakai siswa juga mempengaruhi taraf keberhasilan proses dan hasil pembelajaran siswa tersebut24.

24

Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), cet Ke-1, h. 1-6


(34)

3. Faktor-Faktor Yang Dapat Menghambat Hasil Belajar Siswa

Dalam proses belajar, yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti yang diharapkan, terkadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, hambatan-hambatan itu antara lain:

a. Endogen, yaitu hambatan yang timbul dari diri siswa, hal ini dapat bersifat biologis adalah hambatan yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat tubuh, kurang makan dan lainnya.

b. Exogen, yaitu hambatan yang timbul dari luar diri siswa. Seperti orang tua yang berwujud pada cara mendidik, hubungan orang tua dengan anaknya c. Suasana rumah, keadaan sosial ekonomi, juga dapat timbul dari sekolah

dan masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hambatan atau kesulitan yang dialami siswa untuk belajar itu tidak terlepas dari faktor endogen (yang ada dalam diri siswa) maupun faktor exogen (yang ada diluar diri siswa).25

5. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut ini.

1. Untuk diagnostic dan pengembangan. Adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya. Berdasarkan pendiagnosisan inilah guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Untuk seleksi. Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar seringkali digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling

к untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar digunakan untuk seleksi.

25


(35)

3. Untuk kenaikan kelas. Menentukan apakah seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru. Berdasarkan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar siswa mengenai sejumlah isi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran, guru dapat dengan mudah membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan ketentuan yang berlaku.

4. Untuk penempatan. Agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai. Untuk menempatkan penempatan siswa pada kelompok, guru dapat menggunakan hasil belajar dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pertimbangan.26

3. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Terdapat berbagai rumusan tentang Ilmu Penetahuan Sosial, seperti berikut ini: Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia

Menurut Muhammad Nu'man Soemantri Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah27. Menurut A. Kosasih Djahiri, IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari

26

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), cet Ke-3, h. 200-201

27

Numan, Somantri. Muhammad. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset


(36)

cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Dalam kurikulum 2006 dikemukakan bahwa, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai28. Jadi, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga pendidikan dalam mempersiapkan anak didik yang memiliki pribadi demokratis, bertanggung jawab serta cinta damai. Melalui pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.

a. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial

Mata pelajaran IPS memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut :

i. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

ii. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

iii. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisip liner dan multidisipliner.

28

Sapriya, Dadang Sundawa, Iim Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS (Bandung: UPI Press, 2006), cet Ke-1, h. 7


(37)

iv. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar ека terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

Penomena social dikalangan anak Sekolah Dasar saat ini yang hampir muncul dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi kendala bagi setiap guru, mengingat bahwa usia MI adalah masa meniru (imitation) dan masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa remaja awal ( adolleson ). Kedeua perkembangan ini seyogyanya difahami guru sebagai suatu fenomena social para siswa yang harus diantisipasi, agar dalam perjalanannya tidak menjadi kendala yang akan merugikan kehidupan siswa itu sendiri.

Target dasar dari salah satu kompetensi dalam pembelajaran IPS SD/MI adalah bagiamana para siswa menyadari, membanggakan dan menilai dirinya sebagai mahluk yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun ( I am unique, extraordinary and irrepeceable).

Kompetensi kedua yang harus tercapai dalam roses pembelajaran IPS SD/MI adalah bagaimana guru mampu membangun kepedulian siswa terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, kepercayaan diri, kesamaan derajat dan kesempatan, serta penghormatan pada bagian anggota tubuh yang wajib terlindungi karena memiliki makna yang tak ternilai harganya. Kompetensi ini


(38)

mengandung makna bahwa setiap siswa perlu dibimbing untuk menyadari arti kepedulian pada dirinya sendiri, menghormati keadaan orang lain, menjaga keselamatan baik dirinya maupun orang lain serta mewujudkan hal tersebut sebagai suatu kehidupan abdi bagi peradaban hidup manusia di dunia ini.

B. Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Two Stay Two Stray untuk meningkatkan hasil belajar siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, antara lain:

1. Dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Metode Cooperative Learning Teknik Two Stay Two Stray Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai Terhadap oleh Devi Kusmiyanti (104016100400), Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pada penggunaan metode Cooperative Learning Teknik Two Stay Two Stray

dengan mengintegrasikan nilai-nilai terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa.

2. Dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria (Kuasai Eksperimen di SMA Negeri 3 Karawang). Disusun oleh Rima Ulfah Dewi (105016100522), Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pengujian statistik yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray dapat mempengaruhi hasil belajar.

3. Dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Teknik Two Stay Two Stray


(39)

Program Studi Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan metode Cooperative teknik Two Stay Two Stray, dengan rata-rata menggunakan metode ekspositori. Dengan menggunakan metode

Cooperative teknik Two Stay Two Stray memiliki hasil lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan menggunakan metode ekspositori.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif yang diteliti pada peningkatan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan sebelumnya yaitu sejauh pengamatan saya penelitian sebelumnya meneliti pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sedangkan penelitian ini meneliti pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti ingin mengetahui apakah hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative leraning ini dapat meningkat pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam KTSP adalah model Cooperative Learning tipe jigsaw. Model ini biasa disebut juga kerja kelompok atau mengerjakan dengan cara gotong royong. Belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah dalam belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruhnya siswa harus bekerja aktif.

Pembelajaran kooperatif memilikiprosedur yang terdiri atas penjelasn materi, belajar dalam kelompok, penilaian, dan pengakuan kelompok. Dengan


(40)

prosedur ini siswa bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengerjakan tugas satu sama lain. Dalam pembelajaran, biasanya siswa lebih suka bertanya kepada temannya. Hal ini merupakan suatu keunggulan dari model

cooperative learning atau disebut kerja kelompok, karena tahap-tahap pada model kooperatif memungkinkan siswa bertemu dengan siswa lain yang lebih pintar di kelompoknya sehingga kesempatan siswa untuk bertanya dengan teman-temannya lebih berani29. Jika keberanian siswa diimplemen tasikan dalam bentuk pertanyaan itu kepada teman sekelompoknya terpuaskan, berarti proses belajar siswa telah dilalui, maka kegiatan belajar mengajar yang efektif telah tercipta. Keefektifan pembelajaran akan membuat siswa lebih mudah menyerap materi yang disajikan guru, sehingga hasil belajarnya akan menjadi lebih baik sesuai dengan harapan. Jadi, jika Pembelajaran Kooperatif learning diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan dapat terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan yang akan diuji kebenarannya dengan fakta yang ada. Secara teknis hipotesis dapat didefinisikan pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Dengan penerapan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw diharapkan mampu menjadi solusi yang baik dimana siswa dapat saling bekerjasama dan bertukar informasi sehingga siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan diharapkan dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS30. Dari uraian dalam kajian teori dan penyusunan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas IV dalam Materi Sumber Daya Alam.

29

Joni, T. Raka 1980. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : P3G 30

Sanjaya, Wina.2006. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Pranada Media Group.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei semester genap tahun pelajaran 2013/2014, di MI Annuriyah depok. Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas IV sebanyak 40 siswa. Kegiatan belajar mengajar di MI Annuuriyah Depok dilakukan pada pukul 07:00 sampai dengan 13:00 WIB.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research, “Menururt Didik

Komaidi dan Wahyu Wijayati PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran”.1 Dengan menggunakan PTK diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya31.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan beberapa siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yatiu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Observasi.

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa inggris adalah

Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang


(42)

dilakukan di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) mengamati, dan merefleksikannya. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginanmemperbaiki dan mening katkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan “Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama Penelitian TindakanKelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiridengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”.32 Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis & McTaggart, model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya dua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antarapenerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat untuk peneliti. Sedangkan tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Kelas merupakan tempat yang berada sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan per siklus. Masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan beberapa siklus, dimana dalam satu siklus atau putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

32 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Malta


(43)

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian. Selain itu pada tahap ini juga peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, lembar wawancara untuk guru dan siswa, dan soal yang harus dikerjakan oleh siswa.

b. Tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

c. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mendokumen tasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh guru kelas yang berperan sebagai kolaborator. Sebagai kolaborator guru membantu peneliti untuk mengamati dan menilai dalam proses pembelajaran IPS.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan kolaborator. Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan33. Hasil analisis tersebut juga akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah merujuk pada model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, digambarkan dalam bagan di bawah ini:


(44)

(45)

Kemmis & McTaggart3

Desain Penelitian Observasi Pendahuluan 1. Observasi proses pembelajaran

2. Wawancara dengan guru dan siswa

Analisis Penyebab Masalah kemudian dapat dijadikan informasi untuk perencanaan dalam proses pembelajaran

Siklus I Siklus II

Tahap Perencanaan

Pembuatan RPP Instrumen penelitian Merancang pembelajaran

Tahap Perencanaan

Pembuatan RPP Instrumen penelitian Merancang pembelajaran Berdasarkan refleksi siklus I

Tahap Pelaksanaan Proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif Learning

Tahap Pelaksanaan Proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif dengan teknik belajar kelompok

Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses

pembelajaran

siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila belum

Tahap Analisis

Melakukan analsisi data yang diperoleh

dari siklus II.

Tahap Refleksi

Mengevaluasi proses pembelajaran siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian dilanjutkan ke siklus III. Jika belum berhasil dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan tercapai.

Tahap Analisis

Melakukan analsisi data yang diperoleh dari siklus I.


(46)

2. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas

a. Berkelanjutan, PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklustis b. Integral, PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti c. Ilmiah, diagnosis masalah berdasarkan kejadian nyata

d. Motivasi dari dalam, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam.

e. Lingkup, masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan di luar kelas.

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas a. Menumbuhkan kebiasaan menulis b. Berpikir analitis dan ilmiah

c. Menambah khasanah ilmu pendidikan d. Menumbuhkan semangat guru lain e. Mengembangkan pembelajaran

f. Meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan 4. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas

a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual b. Kerangka kerjanya teratur

c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif d. Fleksibel dan adaptif

e. Dapat digunakan untuk inovási pembelajaran

f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas

g. Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau professionalism guru.

Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan hasil belajar siswa.


(47)

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalan Penelitian

Subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa MI. Annuriyah Depok Kelas IV yang berjumlah 35 siswa. Dan guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang berperan sebagai kolaborator.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Sebagai kolaborator yaitu peneliti bekerjasama dengan guru dalam hal membuat rancangan pembe lajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik

Cooperatrive Learning tipe jigsaw dan mengamati aktivitas belajar IPS siswa selama proses pembelajaran.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis serta evaluasi dan refleksi. Setelah melakukan analisis, evaluasi, dan refleksi pada siklus I, apabila terdapat indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Jika masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada siklus III, dan seterusnya. Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan

a. Observasi kegiatan belajar mengajar

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS pada kelas IV MI. Annuriyah Depok. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dan aktivitas di dalam kelas pada mata pelajaran IPS.


(48)

b. Wawancara dengan guru dan siswa

Wawancara dilaksanakan terhadap siswa dan guru kelas untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran IPS, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPS di kelas IV yang berjumlah 40 orang.

2. Kegiatan Penelitian (Siklus I) a. Tahap Perencanaan

Waktu pelaksanaan: Tanggal 11, 12, dan 13 April 2014. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untuk tes pada akhir siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan: Tanggal 2 dan 3 Mei 2014. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah pelaksanaan scenario dan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti yang dalam hal ini sebagai pelaksana tindakan menyampaikan materi. Pada saat peneliti melaksanakan tindakan pengamatan dilakukan oleh observer yang telah disiapkan sebelumnya.

c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 2 dan 3 Mei 2014. Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan teknik cooperative learning atau kerhja kelompok dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Refleksi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 6 Mei 2011.

Pada tahap ini peneliti dan Observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan Observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada


(49)

siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.

3. Kegiatan penelitian (Siklus II) a. Tahap Perencanaan

Waktu pelaksanaan: Tanggal 9 dan 10 Mei 2014. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untuk tes pada akhir siklus II.

b. Tahap Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan: Tanggal 16, 17 dan 23 Mei 2014. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan hal-hal apa saja yang diperlukan pada saat pelaksanaan siklus II. Hal-hal tersebut adalah materi apa saja yang akan dibahas, hasil refleksi dari siklus I, bagaimana cara melaksanakannya dan juga aktivitas-aktivitas apa saja yang harus diperbaiki dari siswa dan guru sehingga pada siklus II motivasi dan hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus I dan keinginan siswa untuk belajar IPS menjadi lebih besar. c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 16 dan 17 Mei 2014. Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan teknik TSTS dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Refleksi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 25 Mei 2014. Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukan indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Penyempurnaan akan dilakukan apabila data yang diperoleh masih terdapat kekurangan pada siklus sebelumnya.


(50)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas dalam penerapan model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe jigsaw dengan cara kerja kelompok diharapakan dapat meningkatnya hasil belajar IPS siswa. Sedangkan yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini adalah tercapainya standar ketuntasan minimum yang ditentukan oleh sekolah yaitu 7,0.

G. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua macam data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif:

1. Data kualitatif : Hasil observasi guru pada KBM, hasil observasi aktivitas belajar IPS siswa, dan hasil wawancara guru dan siswa.

2. Data kuantitatif : Nilai tes siswa pada setiap akhir siklus. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas, siswa dan peneliti.

H.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik sedangkan postest adalah tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran dilaksanakan diberikan kepada peserta didik .

Pretest yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pengusaan siswa terhadap bahan pengajaran yang akan diajarkan. Sedangkan posttest yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran, tujuan posttest

ialah untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran setelah mengalami suatu kegiatan pembelajaran.

Tes tersebut dalam bentuk tes obyektif jenis pilihan ganda. Tes ini diberikan kepada siswa kelas IV MI Annuriyah Depok sebelum dan sesudah aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran


(51)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL MADRASAH ANNURIYAH

1. Sejarah Berdiri Madrasah

Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Annuriyah menjelaskan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah didirikan dan mulai melaksanakan proses belajar men ajar pada bulan Agustus tahun 1992 di atas tanah seluas 450 M² yang merupakan tanah wakaf dari DR. Wahyono Mangku Sudirdjo dan H. Yunus bin Misin.

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Annuriyah dibangun atas prakarsa dan biaya dari keluarga besar (Alm) H. Husin Bachtiar dan Ibu Hj. Syaripah serta bantuan dari Departemen Agama dan DinasPendidikan Kota Depok. Didirikannya Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah dikarenakan di Kelurahan Beji pada khususnya, penduduk semakin bertambah dan Sekolah Dasar yang berlatar belakang agama atau Madrasah masih sedikit, hanya ada satu madrasah dalam satu Kelurahan Beji. Dengan latar belakang itulah H. Husin Bachtiar dan IbuHj. Syaripah memandang penting untuk mendirikan suatu Madrasah Ibidaiyah yang diberinama Annuriyah sampai sekarang.

Pada awal berdirinya menurut penuturan pimpinan Yayasan bahwa kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di MajlisTa’limManbaul Huda yang terletak di sebelah tanah wakaf madrasah. Hal ini dilakukan karena gedung madrasah masih dalam tahap proses pembangunan yang pada waktu itu


(52)

waktu berjalan pembangunan Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah semakin berkembang dengan bertambahnya local untuk ruang kelas maupun ruang lainnya seperti ruang perpustakaan, ruang com puter, dan, ruang UKS. Pada satin Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah telah memiliki ruang kelas sebanyak 9 ruang kelas.

Pada saat ini sudah ada banyak sekolah yang bermunculan seting katdeng Madrasah Ibtidaiyah seperti SDIT, sehingga segala upaya telah dilakukan oleh pihak yayasan agar MI Annuriyah tetap diminati oleh masyarakat.Upaya yang dilakukan oleh pihak yayasan dibantu oleh kepala sekolah dan para guru diantaranya adalah dengan program-program andalan.Selain itu pula untuk menarik minat warga masyarakat pihak yayasan tidak menarik dana dari masyarakat yang anaknya sekolah di Annuriyah dengan biaya yang besar, dan banyak keringanan yang diberikan oleh pihak sekolah bagi warga masyarakat yang kurang mampu dan anak yatim. Oleh karena itu siswa yang menuntut ilmu di MI Annuriyah adalah siswa yang ekonomi orang tuanya dari kalangan menengah kebawah, hanya sedikit yang orang tua siswa dari kalangan orang yang ekonominya di atas rata-rata.

a. Letak Geografis

Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah terletak di Jalan Datuk Kuningan Rt. 04/03 Kelurahan Beji Kecamatan Beji Kota Depok.Letaknya strategis karena berada di tengah-tengah pemukiman penduduk yang mayoritas


(53)

yang jauh dari jalan raya.

Selain itu pula Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah letaknya tidak jauh dengan lapangan olah raga milik pemerintah daerah setempat yang dapat dan boleh digunakan untuk kegiatan–kegiatan siswa.Jalan menuju Madrasah dapat dilalui kendaraan roda empat dan sudah di aspal, sehingga memudahkan siswa dan masyarakat untuk dating ke Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah karena sudah tidak kotor dan sudah lancar. Di sekitar atau di sekeliling lingkungan madrasah masih banyak pohon–pohon sehingga suasana lingkungan menjadi sejuk dan tidak panas yang dapat membantu proses belajar menjadi nyaman.

b. Struktur Organisasi dan Susunan Pengurus (terlampir) c. Keadaan Guru (terlampir)

d. KeadaanSiswa (terlampir)

2. Aktifitas Pendidikan dan pengajaran di Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah 1. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di Madrasah Ibtidaiyah Annuriyah adalah Kurikulum tahun 2010 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berkarakter baik dari Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional.

2. Tata tertib Madrasah

Berdasarkan undang–undang tentang Standar Nasional Pendidikan No. 19 tahun 2005 Pasal 52 yang menyebutkan bahwa tata tertib satuan pendidikan


(54)

terutama tata tertib untuk para siswa. Oleh karena itu Madrasah Ibtidaiyah telah membuat peraturan atau tata tertib sebagai upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. Tata tertib yang diterapkan di MI Annuriyah adalah sebagai berikut ;

a. Masuk dan pulang tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukanya itu masuk pukul, 07.00 dan pulang 12.30 WIB )

b. Berakhlak yang baik kepada sesame Siswa, Guru, dan Orang lain

c. Mengikuti kegiatan belajar dan kegiatan sekolahlainnya sesuai dengan jadwal.

d. Memakai seragam dan atribut Sekolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

e. Memakai pakaianyan grapih,baik dan sopan siswa putrid dilarang memakai perhiasan yang berlebihan.

f. Menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah

g. Tidak memakai dan membawa barang-barang yang tidak pantas bagi siswa, seperti memakai sandal, aksesoris dan sebagainya.

h. Tidak merusak, mengotori dan menghilangkan barang-barang milik sekolah

i. Tidak membawa dan memakai barang-barang yang berbahaya dan terlarang seperti senjata tajam, film,majalah, buku porno, rokok, narkoba dan lain sebagainya.


(1)

F-I

il

"

NAMA

: SUPARLIS

HARMALENDA

NIM

:

1809183000032

SKRIPSI

:'(Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar

Siswa

melalui

ModelPembelajaran

Cooperative

Learning

Tipe Jigsawpada

Pelajaran

IPS Kelas

IY

dalam

Materi

Sumber Daya

Alam

di

MI

Annuriyah

Depok".

No Bab Footnote Pengarang dan Judul Buku

Hal

Sekripsi

Peraf Pembimbine

I

I I

(UU

RI No. 20 Th. 2003), Bab

II

pasal3,

(IfU

Sisdiknas,

2008:7)

1

-M)

/vv\

7

2 2

Mulyasa, Metode Pembela

j aran, jakarta, PT Adikarya,

2003,2,3,33

(Nurdin

Matry, 2008: 37) (Mulyasa,

2003: 34) (Ismail, 2008: 45)

2

3 3

Nurdin

Amir

dan

Abrori

Ahmad. Mengerti Sosiolo

gi

: Pengantar untuk

M

emah ami Kons ep -kon s ep Dasar, Jakarta:

UIN

Jakarta

Press.2006.

(UU SISDIKNAS,

2003:

28)

J

4 4

Nana

Sujana,

Dasar-dasar

Proses

Belajar

Mengajar,

Bandung,

,

Sinar

Baru


(2)

Algifari.l987

H.135

5

il

5

Santoso,Psikologi

p e nd i d i kan, J akar t a, alfob e t a , 1gg0,I1 l3'ee

10

6 6

Supriyadi,. rusilanti,M. Si

dkk, Modul PLPG Royon

10g lrNJ,8e-e2

Dahar, ratna

Wills

1989.

Teori Belaj ar. Jakarta :

Erlangga Joni, T.

Raka. 1980. Strategi Belajar

mengajar. Jakarta : P3G

15

7 7

Sarlito Wirawan

Sarwono,

P engantar Umum P sikolo gi,

(Jakarta: PT. Bulan Bintang,

2003),h. 155

8 8 Muhammad Ibrahim

Helsinky, Motivasi Berfikir

Positif (Jakarta: PT. Jaya

Abadi,2007), h. 10

9 9

Kartini Kartono,

Bimbingan Belaiar di SMA dan Perguruan Tinggi,

(Jakart a

:

C V. Raiaw ali,

1985), cet Ke-1, h. 1-6

70 Dimyati dan Mudjiono,


(3)

Belaj ar dan P embelaj aran,

(Jakarta: PT. Asdi

Mahasatya, 2006), cet Ke-3, h.200-201

Sapriya, Dadang Sundawa,

Iim

Siti Masyitoh,

P e mb e I aj ar an dan Ev aluas

i

Hasil Belaiar IPS

@andung: UPI Press, 2006), cet

Ke-l,

h. 7

Hasil Belajar" (EksPerimen

di

MA

Jami'iyyah, Pondok Aren ). Disusun

23Oemar Hamalik,

Kurikulum dan

P e mb elai aran, (Jakrta:Bumi

Aksara,2005), h.

324Op.cit.30

Dahar, Ratna

Wills.

1989.

Teori Belaiar.

Jakarta

:

Erlangga

Joni,

T.

Raka

1980. Strategi

Belajar

Mengajar. Jakarta

:

P3G

.Sanjaya,

Wina.2006.

Strategi

Pembelajaran Berorentasi Standar Proses


(4)

-rtr":ffi

Pendidikan Jakarta

:

Kencana, Pranada

Media Group.

L4

m

t4

Didik Komaidi dan Wahyu Wijayati, Penelitian Tindakan Kelas,

(Yogyakarta: Sabda Media,

20rt),h.

46 34

31

15

l5

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal P enelition Tindakan Kelas,

(Jakarta: PT. Malta

Printindo, 2009), Cet.3

h.9.

35

32

I6

t6

Suharsimi Arikunto,

P enel it i an Tindakon Ke las,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2010), Cet. 9,

h.16. 3

341

t7 17

Suharsimi Arikunto, P enelitian Tindakan Kelas,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2010), Cet.9,

h.16.

35


(5)

18

ry

18

Annuuriyah'Depok

Data

Statistik"

Sekolah Annuriyah Depok

43

j'

I

:

:l

j

i

['

h" !

r t.. $.

gi

F

i

if

Jakarta,..

...2014


(6)

-7

o^na*

HrwAyAt

rrcut?

Stpeille

Hutdtda

M

Qdlry

dad

.rqpd

Awd*e

Qdtu

dut

pfiqa^ ltillleutd

led,aa

d*t

lUleillrrd

dl

$aryQtdx,

r,

lrdt

l9El.

$ottaapd

tlhgae

fi

Ta*ttry

Parda$

No

l0

QcowfatKm

l(*ryd*fitqgde.

ln&al

petdrldt(aa

dl

glril

Padahe

ge*

Ctilts

terfu^

,!rgr,

aae*lld;{ralr

A.

Si

PN

fonltq ltrn*,

ererc

tai|n$

lyn,

{rlrurdlea

,,$arld;Qon 1e

StrAXrf

ilm,

0r4tt

tilr*

19!18,

daug&fu

$dil,

e@ar

7rn4{l

l$m

X$u

lddoo

lc{1arta

$l^7,

C,0ns

D

?l

,tu

WOC,

QeMru rrt*llt*Qu

e.

Urh.rrfrar

lilxt Nqol

S!ar/l*

,rldry,ef;r{ea,

lMa

}4t0as

?&ant

fNVil fu

Kqeenan,

lrrrgen

PctdldtWWNr.

?ndlt

rlrtdfrfi

tryd

28

?&rr.s, AfrS

futry

Anr1rad,,

X

dtQaglttrr/,d

@ putw

Wntpr.ilt

yane

&sw

Ncyd &trv/rid

dq

M

Qe

dm

*tM

llldalrn l&afle

&st

rqfrt dl

Depo&

Aaryewx

lwln ,&r

Xnb

swpal

d.r$

2A0S

d,

gDltl

8d4x

Ol,

Qcdtar pea*l*

rQrn sllrrrrtt

,rryld

d,

tll;,

Arual/lq*DcpQ

tilhnrfiO,

set

eel

datqan*lerlq.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD

0 6 134

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 3 PEMALANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TAHUN PELAJARAN 2014 2015

0 6 150

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SDN 01 NGEPUNGSARI KECAMATAN JATIPURO TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 1 6

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA

0 0 16

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI PERISTIWA ALAM.

0 0 31

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SUMBER DAYA ALAM DIKELAS IV SDN 2 WINDUHAJI KECAMATAN SEDONG KABUPATEN CIREBON.

0 0 77

Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw : studi kasus siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik.

0 1 148

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DI KELAS IV SD NEGERI 3 DUKUHWALUH - repository perpustakaan

0 0 14