FUNGSI WEWENANG DAN PENGANGKATAN MAHKAMA
TUGAS MATA KULIAH HUKUM TENTANG
LEMBAGA NEGARA
Fungsi, wewenang dan Pengangkatan Ketua,
Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota
Mahkamah Agung
DOSEN: H. HERNADI AFFANDI, S.H., LL.M
NAMA : DINDA BIANCA PUTRI
NPM
: 110110130329
(2)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
“Ubi societas ibi ius” dalam bahasa Indonesia “Dimana ada masyarakat disitu ada hukum” merupakan perkataan dari Marcus Tullius Cicero seorang
filsuf,ahli hukum, dan ahli politik Roma.
Teori ini menyatakan bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Terwujudnya masyarakat yang damai dan tentram dapat tercapai jika suatu tatanan hukum tekah berfungsi dengan baik. Untuk menjalankan sebuah hukum, tentunya diperlukan pemerintahan, di dama didalam nya terdapat lembaga-lembaga Negara yang menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan bidang nya masing-masing, setiap lembaga Negara pun memiliki andil nya masing-masing, dan terikat satu sama lain, bersinergi demi mewujudkan masyarakat yang adil dan tentram demi mencapai tujuan atau cita-cita dari Negara tersebut.
Mahkamah Agung ialah salah satu Lembaga Negara yang termasuk dalam kekuasaan kehakiman. Di dalam praktiknya, Mahkamah Agung membawahi beberapa badan peradilan, diantaranya peradilan agama, peradilan umum, peradilan militer, serta peradilan Tata Usaha Negara.
Dijelaskan di dalam pasal 24 UUD:
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
(3)
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. (3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.
Mahkamah Agung pun memiliki struktur organisasi sebagaimana dimiliki oleh Lembaga Negara lain, oleh karena itu Penulis ingin mengkaji hal tersebut.
1.2 Identifikasi masalah:
Mengacu pada belakang di atas, ditemukan beberapa hal yang menjadi identifikasi masalah dalam pembahasan makalah ini, yakni
1. Bagaimana struktur dari Mahkamah Agung?
2. Apa saja fungsi tugas dan wewenang dari anggota mahkamah agung?
3. Bagaimana sistem pemilihan serta pengangkatan hakim agung?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum: Untuk memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Hukum
Tentang Lembaga Negara
2. Tujuan Khusus: agar makalah ini dapat membantu berbagai pihak yang
(4)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mahkamah Agung
Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara.1
Sedangkan menurut UU Republik Indonesia no. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dalam pasal 1 disebutkan bahwa Mahkamah Agung ialah Lembaga Tinggi Negara sebagaimana dimaksudkan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat republic Indonesia Nomor: III/MPR/1978. Pasal 2: Mahkamah Agung adalah pengadilan Negara Tertinggi dari semua Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tuganya terlepas dari pengarus
pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.
Berdasarkan rumusan dalam pasal 24 (2) UUD 1945, kekuasaan kehakiman menganut sistem bifurkasi (bifurcation system), di mana kekuasaan
kehakiman terbagi atas dua , yakni peradilan biasa yang berpuncak pada Mahkamah Agung dan cabang peradilan konstitusi yang mempunyai wewenang untuk melakukan constitutional review atas produk
perundangundangan yang dijalaankan oleh Mahkamah Konstitusi 2.
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Agung_Republik_Indonesia
2
(5)
Menurut Teori Trias Politica Montesquieu, kekuasaan peradilan/kehakiman merupakan satu cabang kekuasaan dalam Negara yang berdiri terpisah dari kekuasaan yang lain. Maksudnya, kekuasaan peradilan/kehakiman dalam menjalankan tugasnya bebas dari campur tangan serta pengaruh kekuasaan
yang lain, termasuk pemerintah sebagai pemegang kekuasaan eksekutif3.
Untuk menjalankan fungsi nya sebagai Lembaga Mahkamah Agung, Mahkamah Agung sebagai mana disebutkan dalam pasal 6 UU tentang Mahkamah Agung, terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung yang merupakan pejabat negara yang
melaksanakan tugas Kekuasaan Kehakiman. Serta syarat, dan tata cara pengangkatan dan pemberhentiannya ditetapkan dalam Undang-undang.
2.2 Fungsi dari Mahkamah Agung
1. FUNGSI PERADILAN
a.Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b.Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
1. semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
2. permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
3
(6)
3. semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
c.Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu
wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
2. FUNGSI PENGAWASAN
a.Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
b.Mahkamah Agunbg juga melakukan pengawasan :
1. terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan
perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
(7)
2. Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
3. FUNGSI MENGATUR
a.Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-Undang-undang No.14 Tahun 1985). b.Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.
4. FUNGSI NASEHAT
a.Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya. b.Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka
(8)
pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a.Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,
administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah
Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b.Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan
kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.4
4
(9)
Adapun wewenang dari Mahkamah Agung, yakni:
1. Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan
pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan
2. Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan
perundang-undangan dibawah Undang-undang
3. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di
semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
2.3 Pengangkatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung
Mahkamah Agung yang berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia atau dotempat lain yang ditetapkan oleh presiden terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, beberapa orang ketua muda dan beberapa hakim
anggota.5
Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor:14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
Pasal 7
(1) Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Agung seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. warganegara Indonesia;
5
(10)
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi nasional, kepada Proklamasi 17 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 serta kepada revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia untuk mengemban amanat penderitaan rakyat;
d. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G.30.S/PKI" atau organisasi terlarang lainnya;
e. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain dan mempunyai keahlian di bidang hukum;
f. berumur serendah-rendahnya 50 (lima puluh) tahun;
g. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai Ketua
Pengadilan Tingkat Banding atau 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim Tingkat Banding;
h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
(2) Dalam hal-hal tertentu dapat dibuka kemungkinan untuk mengangkat Hakim Agung yang tidak didasarkan atas sistem karier dengan syarat bahwa yang bersangkutan berpengalaman sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun di bidang hukum.
Pasal 8
(1) Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara dari daftar nama calon yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
(11)
(2) Daftar nama calon sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden selaku Kepala Negara setelah
Dewan Perwakilan Rakyat mendengar pendapat Mahkamah Agung dan Pemerintah.
(3) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara di antara Hakim Agung yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan rakyat.
(4) Ketua Muda Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara diantara Hakim Agung yang diusulkan oleh Ketua Mahkamah Agung. (5) Untuk mengisi lowongan jabatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung, diusulkan masing-masing 2 (dua) orang calon.
Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut Agama atau Kepercayaannya yang berbunyi sebagai berikut : "Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tiada memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga".
"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima
langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian". "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan
(12)
negara, Undang-Undang Dasar 1945, dan segala Undang-undang serta peraturan-peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik Indonesia". "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, Hakim Anggota Mahkamah Agung. yang berbudi baik dan jujur dalam
menegakkan hukum dan keadilan".
(2) Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda Mahkamah Agung mengucapkan sumpah atau janji dihadapan Presiden selaku Kepala Negara.
(3) Hakim Anggota Mahkamah Agung diambil sumpah atau janjinya oleh Ketua Mahkamah Agung.
(13)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara
Adapun fungsi dari Mahkamah Agung itu sendiri, diantaranya fungsi peradilan, fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat dan fungsi administrative. Serta syarat dan tata cara untuk menjadi Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung telah diatur dalam pasal 7-9 UU no. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada seluruh pihak agar, mulai memahami mengenai fungsi dari setiap lembaga Negara, hal ini merupakan hal yang penting karena, dengan memahami paling tidak mengenai fungsi dari setiap lembaga Negara, masyarakat menjadi mengerti dan memahami fungsi dari lembaga Negara, terutama MA, sehingga kemungkinan terjadi kesimpangsiuran/ salah
penafsiran dari fungsi masing-maisng lembaga Negara menjadi lebih sedikit. Sehingga, nilai demokrasi yang dianut oleh Negara Indonesia, dimana
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dapat terwujud dengan baik dan benar.
(1)
pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
a.Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris,
administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah
Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b.Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan
kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.4
4
(2)
Adapun wewenang dari Mahkamah Agung, yakni:
1. Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan
pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan
2. Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan
perundang-undangan dibawah Undang-undang
3. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di
semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
2.3 Pengangkatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung
Mahkamah Agung yang berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia atau dotempat lain yang ditetapkan oleh presiden terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, beberapa orang ketua muda dan beberapa hakim
anggota.5
Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor:14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
Pasal 7
(1) Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Agung seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
(3)
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi nasional, kepada Proklamasi 17 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 serta kepada revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia untuk mengemban amanat penderitaan rakyat;
d. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya atau bukan seseorang yang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G.30.S/PKI" atau organisasi terlarang lainnya;
e. berijazah sarjana hukum atau sarjana lain dan mempunyai keahlian di bidang hukum;
f. berumur serendah-rendahnya 50 (lima puluh) tahun;
g. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebagai Ketua
Pengadilan Tingkat Banding atau 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim Tingkat Banding;
h. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
(2) Dalam hal-hal tertentu dapat dibuka kemungkinan untuk mengangkat Hakim Agung yang tidak didasarkan atas sistem karier dengan syarat bahwa yang bersangkutan berpengalaman sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun di bidang hukum.
Pasal 8
(1) Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara dari daftar nama calon yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
(4)
(2) Daftar nama calon sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden selaku Kepala Negara setelah
Dewan Perwakilan Rakyat mendengar pendapat Mahkamah Agung dan Pemerintah.
(3) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara di antara Hakim Agung yang diusulkan oleh Dewan Perwakilan rakyat.
(4) Ketua Muda Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara diantara Hakim Agung yang diusulkan oleh Ketua Mahkamah Agung. (5) Untuk mengisi lowongan jabatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung, diusulkan masing-masing 2 (dua) orang calon.
Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut Agama atau Kepercayaannya yang berbunyi sebagai berikut : "Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tiada memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga".
"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima
langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau pemberian". "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan
(5)
negara, Undang-Undang Dasar 1945, dan segala Undang-undang serta peraturan-peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik Indonesia". "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, Hakim Anggota Mahkamah Agung. yang berbudi baik dan jujur dalam
menegakkan hukum dan keadilan".
(2) Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda Mahkamah Agung mengucapkan sumpah atau janji dihadapan Presiden selaku Kepala Negara.
(3) Hakim Anggota Mahkamah Agung diambil sumpah atau janjinya oleh Ketua Mahkamah Agung.
(6)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara
Adapun fungsi dari Mahkamah Agung itu sendiri, diantaranya fungsi peradilan, fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat dan fungsi administrative. Serta syarat dan tata cara untuk menjadi Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung telah diatur dalam pasal 7-9 UU no. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada seluruh pihak agar, mulai memahami mengenai fungsi dari setiap lembaga Negara, hal ini merupakan hal yang penting karena, dengan memahami paling tidak mengenai fungsi dari setiap lembaga Negara, masyarakat menjadi mengerti dan memahami fungsi dari lembaga Negara, terutama MA, sehingga kemungkinan terjadi kesimpangsiuran/ salah
penafsiran dari fungsi masing-maisng lembaga Negara menjadi lebih sedikit. Sehingga, nilai demokrasi yang dianut oleh Negara Indonesia, dimana