BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di sekitar candi memiliki persepsi yang
salah mengenai candi. Mereka menganggap bahwa candi merupakan bangunan suci peninggalan nenek moyang dari masa lalu. Persepsi yang
demikian tidak berbeda jauh dengan persepsi para pedagang yang sehari-hari beraktivitas di lingkungan candi. Sementara itu pengunjung candi sebagian
besar juga memiliki persepsi yang salah, tetapi beberapa pengunjung telah memiliki persepsi yang benar tentang arti candi.
Kesalahan persepsi penduduk, pedagang maupun sebagian besar pengunjung candi barangkali disebabkan oleh tingkat pendidikan mereka
yang pada umumnya masih rendah. Beberapa pengunjung yang telah mengetahui arti dan kegunaan candi umumnya berpendidikan S1 dan
sebagian lagi berstatus mahasiswa, sehingga kemungkinan mereka mendapat informasi tentang candi melalui buku, majalah, atau sumber pengetahuan
yang lain. Namun ketika ditanyakan tentang eksistensi Undang-undang No. 5 Tahun 1992 yang mengatur perlindungan dan pelestarian benda-benda cagar
budaya, semua responden menyatakan tidak mengetahuinya. Kemungkinan besar mereka belum mendapat informasi mengenai hal tersebut.
Ketika ditanyakan
tentang partisipasi
mereka dalam
upaya perlindungan dan pelestarian candi, baik pedagang, pengunjung, maupun
penduduk di sekitar candi umumnya mempunyai partisipasi yang cukup baik. Partisipasi yang baik disini dimaksukan sebagai sikap yang
proporsional dari seorang warga negara untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya dari nenek moyang mereka. Hal yang patut disayangkan
adalah untuk penduduk dan pengunjung yang berusia muda 15-20 tahun yang kadang-kadang melakukan tindakan yang tidak konstuktif terhadap
upaya pelestarian candi. Aksi corat-coret di dalam bangunan candi dengan menggunakan bahan kimia cat, tinta, dan lain-lain atau dengan
menggunakan pisau merupakan tindakan yang berbahaya karena dapat merusak batu candi. Hal ini dijumpai pada candi Boko, Barong, dan
Prambanan. Tindakan seperti ini seharusnya dapat dicegah sedini mungkin. Upaya sosialisasi UU No. 5 Tahun 1992 tentang upaya perlindungan dan
pelestarian benda-benda cagar budaya sebenarnya telah dilakukan oleh Balai Perlindungan dan Pelestarian Peninggalan Purbakala. Sosialisasi tersebut
dilakukan melalui beberapa media antara lain radio RRI Pro2 Yogyakarta, pemerintah kabupaten dan kecamatan, sekolah, pameran, dan kegiatan
insidental lainnya. Tujuan utama sosialisasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perlindungan dan pelestarian
benda-benda cagar budaya. Namun tampaknya sosialisasi tersebut belum dapat menyentuh masyarakat yang berdomisili di sekitar candi.
B. Saran-saran