8 Memperhatikan beberapa manfaat Pembelajaran robot lengan lentur dua-link untuk
pendidikan berbasis kompetensi yang dikembangkan oleh dosen-dosen jurusan elektro, maka kesulitan dalam pemahaman dan melaksanakan tugas robotika dapat
diatasi, bahkan dapat meningkatkan motivasi belajar. Pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
bidang otomasi dan robotika sesuai standar profesional.
D. Pembelajarann Unit Robot Lengan Lentur Dua- Link sebagai Sarana
Pengembangan Kompetensi
Masalah yang sangat urgen dan aktual di bidang pendidikan dan kaitannya dengan dunia kerja adalah ketidaksiapan di hampir semua jenis dan jenjang pendidikan untuk
memasuki dunia kerja. Khusus bagi pendidikan teknik permasalahan yang dipandang mengerucut adalah terbatasnya fasilitas praktik, sehingga di dalam pembelajarannya
masih banyak diisi dengan materi yang bersifat teoritis. Zamtinah dkk 2008 Pendidikan formal di seluruh dunia umumnya menghadapi
empat kelemahan, yaitu: 1 secara kualitatif tidak sesuai dengan tugasnya untuk menyiapkan anak-anak muda untuk kehidupannya kelak; 2 kekurangan biaya dilihat
dari pertumbuhan penduduk dan bahkan untuk meningkatkan rasio antara guru- pendidik; 3 kapasitasnya yang terbatas dalam menempatkan kembali lulusannya,
disebabkan adanya rendahnya kualitas guru juga pendidik lain dan peralatan, serta sulitnya merubah sikap; dan 4 ada kesulitan dalam menyelaraskan nilai tradisional
yang diwariskan masa lalu, dengan nilai yang lebih universal. Serangkaian pendapat di atas nampak bahwa ada kesenjangan dunia pendidikan
dengan dunia kerja. Perspektif konflik antara keduanya harus memusatkan perhatiannya pada upaya mencari titik temu interface sebagai jembatan penghubung
antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja. Sebagaimana uraian pada sub bab terdahulu, unit robot lengan lentur dua-link
merupakan sebuah sistem yang kompetensinya harus dimiliki oleh para teknisi mekanikal elektrikal, sehingga bisa digunakan sebagai media penghubung kesenjangan
kompetensi lulusan SMK dan perguruan tinggi yang relevan dengan lapangan kerja di bidang sistem kendali industri.
9
E. Sistem Pengajaran Bermodul
Keberhasilan peserta didik mencapai tujuan belajar yang diinginkan tergantung pada banyak factor yang bersumber pada kepribadiannya, yaitu : 1 bakat mahasiswa
untuk sesuatu tugas kuliah tingkat awal; 2 minat dan motivasi; 3 kemampuan belajar; 4 mutu pendidikan yang dikehendaki; dan 5 waktu belajar yang tersedia atau
yang diperbolehkan Zamtinah dkk, 2008. Selanjutnya Utomo dan Ruijter memaparkan mengenai karakteristirk Sistem
Pengajaran Bermodul seperti berikut: a. Bahan kuliah dibagi dalam beberapa modul atau satuan studi
b. Masing-masing modul diuji tersendiri. Hasil ujian dapat membebaskan mahasiswa dari sebagian ujian akhir.
c. Sering hasil ujian itu juga menentukan apakah mahasiswa boleh mengikuti modul berikutnya. Kekurangan mahasiswa juga ditunjukkan diagnostik. Sering dituntut
penguasaan yang tinggi 70 untuk lulus. d. Urutan mempelajari modul tidak tetap, atau hanya untuk sebagian tetap. Tidak
semua modul sama pentingnya. e. Waktu yang digunakan mahasiswa untuk mempelajari modul dapat berubah-ubah.
Mahasiswa yang lebih lambat dalam waktu yang sama hanya dapat menyelesaikan modul yang lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa pandai.
f. Informasi tentang materi perkuliahan tersedia dalam berbagai bentuk tertulis, kuliah, film, dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat disarikan beberapa keuntungan Sistem Pengajaran Bermodul, yaitu:
a. Motivasi mahasiswa meningkat karena setiap kali mengerjakan tugas dibatasi waktu yang jelas dan sesuai dengan kemampuannya.
b. Sesudah suatu modul selesai dosen dan mahasiswa mengetahui letak keberhasilan dan kegagalan mahasiswa.
c. Mahasiswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya d. Beban perkuliahan terbagi dengan lebih merata sepanjang semester.
e. Pendidikan lebih berdayaguna, lebih-lebih bila materi kuliah disusun menurut jenjang akademik, yaitu kalau materi dalam suatu modul diperlukan untuk dapat
mempelajari modul berikutnya.
10 Selanjutnya Bashori 2000 menyebut motivasi berprestasi sebagai achievement
orientation atau kecenderu ngan ke arah prestasi. Seseorang yang „kecenderungan
berprestasinya‟ tinggi mempunyai ciri: ambisius, kerja keras, senang berkompetisi, tekun dalam meningkatkan kedudukan sosialnya, dan menempatkan penghargaan yang
tinggi pada produktivitas dan kreativitas. Menurut Goleman, ada empat sumber motivasi yang dapat meningkatkan
kemampuan seseorang, yaitu: 1. Dorongan berprestasi, yaitu dorongan untuk meningkatkan atau memenuhi standar
keunggulan. Orang dengan kecakapan ini: Berorientasi pada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan
memenuhi standar Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah
diperhitungkan Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan
mencari cara yang lebih baik. Terus belajar untuk meningkatkan kinerja
2. Komitmen, yaitu menyelaraskan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga. Orang dengan kecakapan ini:
Siap berkorban demi pemenuhan sasaran lembaga yang lebih penting Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar
Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan
penjabaran nilai-nilai Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok
3. Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. Orang dengan kecakapan ini:
Siap memanfaatkan peluang Mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau diharapkan dari
mereka Berani melanggar batas-batas dan aturan-aturan yang tidak prinsip bila perlu
agar tugas dapat dilaksanakan Mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim dan bernuansa
perualangan
11 4. Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran meskipun ada
halangan dan kegagalan. Orang dengan kecakapan ini: Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagala.
Bekerja dengan harapan untuk sukses, bukannya malah takut gagal.Memandang
kegagalan atau kemunduran sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan.
Bab III TUJUAN DAN MANFAAT