Latar Belakang PENDAHULUAN Konsep Kesesatan Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengkajian tentang pemikiran para pembesar ulama umat Islam adalah sebuah tugas yang penting. Tugas tersebut tidak hanya mengetahui pemikiran mereka, namun meliputi usaha untuk menyelami, mendalami dan mengetahui tujuan pemikiran tersebut; serta unsur-unsur yang mengelilingi dan mempengaruhinya sehingga akhirnya bisa sampai kepada hasil yang memuaskan dan memahaminya dengan pemahaman yang sadar, yang tidak hanya berhenti pada permukaan masalah dan permukaan pemikiran. 1 Salah satu ulama besar umat Islam adalah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, seorang tokoh yang hidup di akhir abad kelima dan awal abad keenam hijriyah. Beliau sangat terkenal dengan ilmu dan kedamaian. Namanya berkaitan dengan salah satu jalan sufi yang luas penyebarannya di bagian Utara negeri Afrika, Mesir, Syam, Irak, dan sebagian negeri lainnya. 2 Dalam Dzayl Thabaqat al- Hanabilah , Ibn Rajab menuturkan, “Ia menguasai tiga belas bidang ilmu. Banyak orang yang belajar pada Syekh tentang Tafsir, Hadis, dan persoalan mazhab. Setiap mengeluarkan fatwa, ia menggunakan kaidah Fikih Imam al- Syafi‟i dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Ia juga menguasai Ilmu Perbandingan, Ushul Fikih, 1 Sa‟id bin Musfir Al-Qahthani, 1997, Asy-Syaikh Abdul Qadir al-Jilani wa Arouhu al-I’tiqadiyyah wash-Shufiyyah , Riyadl: Fihrisatu Maktabati al-Mulk Fahd al- Wathaniyyah Atsna‟a An-Nasyr, hal. 3. 2 Ibid. Nahwu gramatika Arab. 3 Syaikh Abdul Qadir Jailani juga dianggap penghulu segala wali oleh sejumlah besar orang Sunni. 4 Orang-orang yang sezamannya berbicara tentang dia dengan penuh hormat dan memuji efek dari khotbahnya, yang dikatakan telah berhasil mengislamkan banyak orang Yahudi dan Kristen serta mengangkat derajat spiritual jamaahnya. 5 Beliau memiliki kesalehan dan rasa cinta sesama yang luar biasa dan memperlihatkan kejujuran yang kuat dalam khutbah-khutbahnya. 6 Imam an- Nawawi, seorang ulama mazhab Syafi‟i menyatakan bahwa Syaikh Abdul Qadir adalah tokoh terkemuka mazhab Syafi‟i dan mazhab Hambali. Di mata Sibth Ibn al Jawzi, seorang pengikut mazhab Hanafi, Syaikh Abdul Qadir adalah model ideal dalam ketakwaan dan karamah yang sangat tinggi. Menurut Adz Dzahabi, seorang ulama mazhab Syafi‟i, Syaikh Abdul Qadir adalah teladan bagi setiap arif, orang yang berhasil mencapai berbagai maqam dan karamah. Ibn Rajab, seorang ulama mazhab Hambali, menganggapnya sebagai maha guru di zaman itu, teladan kaum „arif dan sulthan bagi para ulama. Ibnu Taimiyah menganggapnya sebagai salah seorang yang paling konsisten dengan perintah dan larangan agama dan sangat menekankan bahwa berpegang teguh dengannya adalah selaras dengan takdir. Ibn Rajab menyatakan bahwa Syaikh Abdul Qadir diterima oleh semua kalangan, tidak ada yang meragukan keagamaan dan kesalehannya. Semua mengambil pelajaran dari kepribadian, ucapan dan 3 http:republika.co.idberita33588Syekh_Abdul_Jaylani_Walinya_Orang_Indonesia . Jum‟at, 22 Mei 2009 jam 13.45 wib. 4 Kenneth W. Morgan, 1958, Islam the Straight Path, New York: Ronald Company, hal. 380; terjemahan Indonesia: Islam Jalan Lurus, Jakarta: Pustaka Jaya, 1986. 5 Fazlur Rahman, Islam, Penerbit Pustaka, tt, hal. 230. 6 Ibid, hal 231. nasihatnya; Ahlus sunnah menang karena kehadirannya. Semua perilaku, pendapat, karamah dan mukasyafnya sangat terkenal. Ia disegani oleh para raja dan bawahannya. 7 DR. Musthafa Muhammad Thahhan, mengutip dari buku Rijal al-Fikr wa ad-Dakwah karya Abul Hasan An Nadwi, menyebut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sebagai murabbi ruhani. 8 Bagi masyarakat Indonesia, nama Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sudah dikenal sejak dulu. Martin Van Bruinessen mengatakan bahwa Hamzah Fansuri wafat sekitar tahun 1590 adalah orang Indonesia pertama yang diketahui secara pasti menganut tarekat Qadiriyah, dan Qadiriyah adalah tarekat pertama yang disebut dalam sumber-sumber pribumi. 9 Menurut Martin Van Bruinessen, Sayyid Abdullah Al- ‟Aidrus-lah ulama dari Hadramaut yang menetap di Gujarat— negara di India bagian barat yang membawa tarekat Qadiriyyah ke Aceh. Adapun di Jawa, pengaruh Qadiriyah juga sudah sejak lama, walaupun tidak ditemukan informasi yang sangat tepat. Menurut tradisi rakyat daerah Cirebon, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sendiri pernah datang ke Jawa. 10 Dalam Serat Centhini, salah seorang tokohnya, Danadarma, mengaku pernah belajar kepada ”Seh Kadir Jalena” di perguruan di Gunung Karang, Banten. Beberapa indikasi ini, agaknya, menunjukkan bahwa ”ilmu Abdul Qadir Jailani” telah diajarkan di 7 Majid „Irsan Al Kilani, 2007, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib, Bekasi: Kalam Aulia Mediatama, 2007, hal. 188-189. 8 Musthafa Muhammad Thahhan, 2007, Pemikiran Moderat Hasan Al Banna , Bandung: Harakatuna, hal.xv. 9 Martin Van Bruinessen, 1999, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia , Bandung: Penerbit Mizan, cet. III, hal. 208. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 1970, The Misticism of Hamzah Fansuri , Kuala Lumpur: University of Malaya Press, hal. 11; Martin Van Bruinessen, 2000, Shaykh ‘Abd al-Qadir al-Jilani and the Qadiriyya in Indonesia, Journal of the History of Sufism, vol. 1-2, 361-395 10 Martin, 1999, op.cit., hal 209; Julian Millie, 2006, Creating Islamic Places Tombs and Sanctity in West Java , ISIM Review 17, 12-13. Cirebon dan Banten, setidak-tidaknya sejak abad ke-17. Pada pertengahan abad ke- 18, Sultan Banten ‟Arif Zainul ‟Asyiqin, dalam segel resminya, menggelari dirinya ”Al-Qadiri”. Tidak dapat diketahui apakah beliau sultan pertama yang memakai gelar itu, karena segel para pendahulunya tidak ditemukan lagi. 11 Saat ini ajaran tasawuf Syaikh Abdul Qadir al-Jilani masih berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Selain masih diajarkan dan dikembangkan di Pondok-pondok Pesantren Ponpes Suryalaya di Tasikmalaya, Ponpes Mranggen di Semarang, Ponpes Rejoso dan Ponpes Tebu Ireng di Jombang, Ponpes Pagentongan di Bogor, banyak juga masyarakat menjadikan ajaran tasawuf al-Jilani sebagai tradisi keagamaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kelompok-kelompok tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah . 12 Di dalam kelompok-kelompok pengajian tarekat tersebut selalu dikumandangkan manakib; dan di setiap doa dan tahlil selalu pula dilayangkan al-fatihah dan tawashul kepadanya. 13 Sebagai contoh, pada tanggal 29 Maret 2009, diadakan peringatan Syaikh Abdul Qadir Jailani yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Al Baqiatush Shalihat Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pada acara tersebut selain dihadiri oleh ribuan umat yang datang dari berbagai tempat juga dihadiri oleh para pejabat pemerintahan. Acara semacam ini diadakan tiap tahun. 14 Selain itu, ketertarikan masyarakat pada ajaran Syaikh Abdul Qadir juga 11 Martin, 1999, op.cit., hal 209-210; Martin Van Bruinessen, 1995, Shari’a court, Tarekat and Pesantren: Religious Institutions in the Banten Sultanate , Archipel, vol. 50, 165-199. 12 Ainul Gani, 2009, Ajaran Tasawuf Syaikh Abd. Al-Qadir al-Jilani; disertasi di UIN Sunan Kalijaga. 13 M. Zainuddin, 2008, Karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, cet. ke-3, Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara, hal. vii. 14 http:kabarindonesia.comberita.php?pil=26jd=Ribuan+Umat+Hadiri+Peringatan+Haul+Syekh= Abdul Dilihat pada hari Jum‟at, 22 mei 2009 jam 13.45 WIB. bisa dilihat dari banyaknya penyebaran karya-karya terjemahan al-Jilani dari para penerbit di negeri ini yang selalu best seller dan mengalami cetak ulang. Namun sayangnya, kajian mendalam mengenai pemikirannya belum banyak dilakukan. Buku-buku yang beredar di masyarakat sebagian besar bercerita tentang riwayat hidupnya dan karomah-karomah yang dimilikinya. Padahal pemikirannya semakin penting untuk konteks saat ini. Salah satu aspek penting dari pemikiran Syaikh Abdul Qadir al-Jilani adalah kajian tentang konsep kesesatan. Di dalam kitabnya Al Ghunyah li Thalibi Thoriqil Haqqi , Syaikh Abdul Qadir al-Jilani menjelaskan hadits perpecahan umat, kemudian menyebutkan kelompok-kelompok sesat yang muncul dan beliau masukkan ke dalam 72 golongan. Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani juga memberikan ulasan-ulasan terhadap kelompok tersebut. Penulis memilih Konsep Kesesatan menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani menjadi objek kajian penelitian ini dengan beberapa pertimbangan, di antaranya: 1. Integritas tokoh tersebut telah diakui oleh para ulama dari berbagai madzhab di zamannya dan juga para ulama di zaman-zaman setelahnya. 2. Syaikh Abdul Qadir Jailani sangat dikenal dan dihormati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. 3. Banyaknya aliran sesat yang bermunculan di Indonesia, sehingga memerlukan perhatian dan kajian yang serius tentangnya.

B. Definisi Operasional