Abdul Qadir Jailani

(1)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kelas PAI 3 Semester III

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Dosen Pengampu:

Sulfa Poti’ua.,Mpd

.I

Disusun Oleh:

Rivai Manumpil

NIM : 14.2.3.057

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

2015-2016


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan atas kehadirat ilahi rabb Allahu azawajalah. Karena dengan segala taufiq dan hidayahnyalah sehinggah penulis dapat berkesempatan untuk menyesaikan tugas ini dengan baik.

Salawat Salam kita hadiahkan kepada junjungan kita yang telah membawah agama yang penuh cahaya ini hinggah kita dapat merasakan nikmatnya Islam, Nabi Muhammad SAW.

Dalam kesempatan yang berharga ini, penyusun mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat akan seorang tokoh teladan yang sangat termasyur dan diakui dunia. Beliau adalah seorang hamba Allah yang bertugas membimbing dan mengantarkan manusia agar sadar dan kembali kepada Allah dan ajaran Rasulullah SAW.

dalam hal ini baliau merupakan Ulama atau Sufi yang memimpin para wali, beliau adalah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.

Sabda Rasulullah SAW. : “Dikalangan umatku tidak akan pernah sepi dari thoifah yang memperjuangkan perkara yang haq sampai datangnya hari kiamat.” (HR.Hakim).

Semoga Catatan ini dapat menambah wawasan para pembaca tentang tokoh-tokoh islam yang berpengaruh di dunia.

Manado 07 Januari 2016


(3)

1. NASAB DAN KELAHIRANNYA

Tokoh besar kaum sufi ini yaitu Sayid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Irak, pada bulan Ramadhan tahun 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M. ayahnya bernama Abu Shalih, seoran yang takwa, keturunan Hadhrat Imam Hasan ra, cucu pertama Rasulullah saw., putra sulung Imam Ali ra., dan Fathimah ra.: putri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah putri seorang wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam husein ra., putra kedua Ali dan Fathimah. Dengan demikian, Sayid Abdul Qadir adalah Hsani, sekaligus Huseini.1

Secara lengkap nasabnya adalah sebagai berikut beliau adalah Syaikh Muhiyuddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shaleh Jinki Dusat bin Musa Al-Juun bin Abdullah Al-Mahdh bin Hasan Al-Mutsanna bin Amirul Mu‘minin

Abu Hasan bin Amirul Mu‘minin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin

Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu‘ay bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin Nadhar bin Kirianah bin Khuzaimah bin

Mudrikah bin Ilyas bin Madhar bin Nadzaar bin Ma‘ad bin ‗Adarm Al-Qurasyi Al-Alawi Al Hasani Al-Jiili Al-Hambali.

Beliau adalah cucu dari Syaikh Abdullah Ash-Shauma‘i, pemimpin para sufi dan salah seoran syaikh di kota Jailan serta yang dianugerahi berbagai karamah. Syaikh Abdullah Ash-Shauma‘i adalah seorang yang mustajab doanya.

Ada beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh anak-anak bayi seusia Abdul Qadir.

Bila dijangkau secara akal bagi seorang perempuan yang usianya berada di sekitar 60 tahun, tentu sudah tidak mungkin lagi bisa melahirkan bayi, namun jika Allah menghendaki maka apapun bisa saja terjadi tanpa ada kesulitan sedikitpun.

1 Rahimsyah A.R Maulana, S Syaikh Abdul Qadir Al Jailani (pemimpin para wali) Mitra Jaya Surabaya, hal. 06


(4)

Begitalah yang dialami oleh ibu Fathimah yang dikala itu sudah berusia nenek-nenek, dia melahirkan bayinya di siang hari pada awal bulan Ramadhan pada saat umat muslim sedang menunaikan ibadah puasa.

Di siang hari yang penuh rahamat itu si buyung tidak mau menyusu, bahkan dia selalu menolak hendak ibunya menyuusui. Namin ketika tiba saatnya berbuka, bayi Abdul Qadir tiba-tiba saja menangis minta segera disusui.

Karena kebiasaan dari sang bayi di dalam bulan Ramadhan, akhirnya dijadikan pedoman oleh penduduk sekitarnya. Jika si bayi sudah menangis minta disusui itu berarti sudah waktunya berbuka puasa.

2. USIA REMAJA

Semenjak usia kanak-kanak, Abdul Qadir Jailani gemar bertafakkur dan sering melakukan agar lebih baik, apa yang disebut ‗pengalaman-pengalaman mistik‘. Oleh karena itulah sejak kecil sudah nampak kecerdasan akal pikirannya.

Ia tergolong anak yang pendiam dan berbudi pekerti luhur serta sangat patuh terhadap nasehat orang tua.

Ketika berusia remaja, Abdul Qadir tampak gemar riyadhah, menyendiri dan senantiasa bermujahadah untuk memerangi hawa nafsu. Yang semua itu menghasilkan rasa sayang terhadap fakir miskin serta kuatnya dalam beramar

ma‘ruf nahi munkar. Ia pun suka mempelajari berbagai ilmu pengetahuan untuk

diambil manfaatnya.

Remaja Abdul Qadir pada mulanya belajar Al-Qur‘an serta menghafalkannya, kemudian belajar ilmu fiqih menurut mazhab imam Ahmad bin Hanbal kepada syaikh Abu Wafa dan syaikh Abul Khatthab Al-Khalwazani. Juga kepada para ulama yang mulia serta luhur ilmu dan drajadnya.


(5)

Sedangkan di bidang adab ia belajar kepada sang guru, syaikh Abu Zakariyah Yahya bin Ali At Tibrizi.

Disana Abdul Qadir memperoleh kesempatan baik untuk menggali ilmu yang bermanfaat. Kemudian belajar imu tasawuf kepada seorang mursyid, yakni syaikh Abu Khairi Hammad bin Muslim Ad Dabbas.

Abdul Qadir mencurahkan perhatiannya kepada ilmu-ilmu tersebut, sehingga tak terlintas sedikitpun di benaknya akan kemewahan dunia. Padahal ketika itu kebanyakan pemuda yang seumuran dengannya cenderung ingin kebebasan tanpa memandang masa depan.2

3. KEAJAIBAN YANG DIALAMI ABDUL QADIR JAILANI

Suatu ketika tepatnya di hari arafah, dikalah Abdul Qadir masih berusia remaja.

Ia hendak membajak ladangnya dengan seekor sapi, namun tiba-tiba saja terjadi keanehan. Binatang tersebut menoleh dan menatapnya seraya berbicara seperti msnusia: “Hai Abdul Qadir, engksu tidad di jadikan untuk ini dan tidak diperintah mengerjakannya.”

Pemuda itu sangat terkejut dapat teguran dari seekor sapi yang sebelumnya tidak dapat berbicara dalam bahasa manusia. Kedengarannya memang aneh tapi begitulah kenyataan yang terjadi, Allah maha berkehendak.

Abdul Qadir sadar dan ia segera meninggalkan tempat itu untuk pulang, dan setibanya dirumah dia langsung naik keatas shuthu (loteng). Dan dari atas sana ia dapat melihat banyak orang yang pergi ke padang arafah untuk melakukan wuquf.

Hati pemuda itu jadi tergugah, iapun bergegas menemui sang ibu untuk menyampaikan isi hatinya: “ibu, serahkanlah aku kepada Allah. Dan izinkanlah

2


(6)

aku pergi ke Baghdat untuk belajar serta berziarah kepada orang-orang shalihin.”

“wahai anakku, kenapa engkau tiba-tiba saja berkata seperti itu?” tanya ibu tua itu.

Setelah Abdul Qadir menceritakan peristiws aneh yang beru saja di alaminya, maka sang ibu sadar bahwa anaknya akan memperoleh derajad mulia

sebagaimana para aulia‘ kekasih Allah wa Rasulihi saw.

Sang ibu menangis karena terharu, kemudian ia mengambil harta warisan almarhum ayah Abdul Qadir. Warisan tersebut berupa uang sejumlah delapan puluh dinar, selanjutnya dibagi dua, yakni empat puluh dnar untuk Abdul Qadir dan empat puluh dinar yangg lain untuk saudaranya.

Ibu fathimah segera membuatkan sebuah saku untuk tempat menyimpan uang di bawa ketiak pada baju yang akan di pakai oleh putranya. Seusai menyiapkan segala keperluannya, sang ibu menghampiri Abdul Qadir untuk memberi restu dan menyampakan beberapa pesan yang bernilai mutiara. Yakni harus berkata benar dan berlaku jujur dalam segala hal. Dengan sikap yang penuh adap (tatakrama), abdul Qadir mengucspksn selamat tinggal kepada ibunda tercinta.

“pergilah, wahai anakku.kini engkau telah aku titipkan kepada Allah dan mungkin wajahmu tidak akan dapat lagi kulihat hingga datangnya hari qiyamat”

Itulah ucapan fathimah yang mengiringi kepergian buah hatinya dengan linangan air mata kasih.

Abdul Qasir pergi kebaghdad mengikuti rombongan kafilah, mereka melalui padang pasir yang beramat luas didalam perjalanannya ketika meninggalkan wilayah hamdan, tiba-tiba muncul segerombolan penjahat berkuda.

Mereka mengepung dan merampas semua barang dagangan milik kafilah itu dengan paksa.


(7)

Salah seorag diantara mereka menghampiri Abdul Qadir yang berpenampilan sperti orang miskin, kemudia bertanya: “hai orang fakir, engkau mempunyai apa?!”

“aku membawah uang empat puluh dinar!” jawabnya. “mana??” tanya penjahat itu.

“dijahit dalam saku dan berada di bawah ketiakku.”

Penjahat itu menganggap Abdul Qadir berbohong dan tidak memiliki apa-apa, sehingga ia tidak diperhatikan. Dan pemuda itu di tinggalkan begitu saja.

Namun sesaat kemudaian datang lagi yang lain dengan menghunuskan pedangnya yang berkilat tajam. Kemudian mengajukan pertanyaan yag serupa.

Abdul Qadir tetap menjawab sejujurnya seperti semula. Tetapi penjahat itupun tetap tidak percaya dan berlalu untuk menemui pemimpinnya.

Tampaknya ada sesuatu yang dibicarakan diantara mereka, sehingga pemuda itu di bawah kesebuah perbukitan. Di sana Abdul Qadir melihat para penjahat tersebut sedang membagi harta rampasan.

Kemudian ia dihadapkan ke pemimpin mereka. “kau membawah apa?!”tanya sang pemimpin.

“aku hanyamembawa uang sejumlah empat puluh dinar.” Jawab Abdul Qadir.

“mana uang itu?!” tanya kepala penjahat. “di jahit dibawah ketiakku.”

Orang itu segera menggeladahnya dan benarlah, ia menemukan uang sejumlah empat puluh dinar. Mereka sangat kagum akan kejujuran Abdul Qadir, karna umumnya semua orang pasti menyembunyikan dan berbohong agar harta miliknya selamat. “kenapa engkau berkata jujur?!” tanya penjahat itu. “karena ibu berwasiat, agar aku berkata benar dan jujur. Dan aku tidak akan mengingkari janjiku kepada beliau.”


(8)

Jawaban Abdul Qadir yang tulus itu membuat pemimpin penjahat tertegun dan tiba-tiba saja ia menangis, kemudian berkata “engkau tidak mengingkari janji pada ibumu, sedangkan kami telah bertahun-tahun telah berbuat salah serta melanggar larangan Alah. Maka mulai saat ini juga aku bertaubat kepada Allah, ikrar sang pemimpin.

“kau adalah pemimimpin kami dalam permpokan, maka engkau juga pemimpin kami dalam bertaubat,” seruh anak buahnya dengan serempak.

Kemudian semua barang rampasan itu di kembalikan kepada pemiliknya masing-masing sambil meminta maaf. Mereka itulah yang orang-orang yang pertama kali bertobat di hadapan Abdul Qadir Al-Jailani yang masih mada.

4. MENUNTUT ILMU DI BAGHDAD

Baghdad pada waktu itu telah menjadi kota pusat pengkajian ilmu, sehingga tidak heran jika kota tersebut ramai di datangi oleh orang-orang yang ingin mencari atau memperdalam ilmu agama.

Atas dasar itulah yang mendorong Abdul Qadir Jailani untuk menimbah ilmu di sana, meskipun tidak sedikit kesulitan yang di alami, namun tidaklah menggoyahkan semangat belajarnya.

Ia selalu bermujahadah, memerangi hawa nfsu dengan berpuasa serta tidak mau meminta makan kepada siapapun meski perutmya merasa lapar karena beberapa hari belum terisi.

Abdul Qadir ingin berguru kepada sufi-sufi yang berada di sana. Sampai pada saatnya ia bertemu dengan penjual kain sarbet yang bernama Abu Khairi Hammad bin Muslim Ad Dabbas.

Keinginan Abdul Qadir terpenuhi atas hidayah Allah swt, ternyata Hammad si penjual kain sarbet itu adalah seorang waliyullah yang besar pada zamannya.


(9)

Secara bertahap Hammad membumbing murid barunya itu dalam hal tasawuf. Bimbingannya memang dirasa cukup keras, namun Abdul Qadir menganggap hal itu biasa demi memperbaiki kerusakan yang ada pada dirinya. Ia pasrah dan tetap taat, bahkan menyerahkan diri sepenuhnya terhadap sang guru.

Setelah menyelesaikan masa pengkajiannya, Abdul Qadir terus mengamalkan ilmu dari sang guru, serta menyesuaikan diri sebagaimana orang-orang sufi yang mengamalkan thariqah.

Menjauhkan diri dari segala kebutuhan dan kemewahan hidup, kecuali hal-hal yang sangat diperlukan.

Dan cara seperti itu dianggap tepat untuk menghindarkan diri dari pengaruh masyarakat yang semakin terpuruk.

Memang pada kenyataannya kehidupan masyarakat pada saat itu hampir di semua negara Arab mengalami kemerosotan, kebanyaka umat islam dengan sengaja meninggalkan sareat.

Mereka mengaku islam namun perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah saw, bahkan sangat bertentangan sekali dengan ajaran beliau saw.

Kecenderungan hidup mewah dan bebas sangat kuat mempengaruhi jiwa masyarakat di sana. Yag dicari hanyalah kepuasan lahiriah yang hanya sesaat, tanppa berfikir akan akibatnya di kemudian hari.

Bermalas-malasan, perkelahian, perjudian bahkanminum khamar adalah perbuatan sehari-hari yang biasa mereka lakukan.3

5. LATIHAN RUHANIAH

3

http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=44:bibliografi-dan-latar-belakang-sheikh-abdul-qadir-al-jailani-ra&catid=11:ilmuan-islam&itemid=76. Di akses pada Tgl 10 Januari 2016 pukul 14:34 wita


(10)

Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap diri. Ia mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan

tenaganya tercurah pada shalat dan membaca Qur‘an suci. Shalat sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ia shalat shubuh tanpa berwudhu lagi, karena belum batal.

Diriwayatkan pula, beliau kerapkali khatam membaca Al-Qur‘an dalam satu malam. Selama latihan ruhaniah ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga ia tak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang pasir. Akhirnya ia tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari perjalanan dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang dicarinya. Diri-hewaninya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.4

6. MENJADI PANUTAN MASYARAKAT

Kini sang Syaikh telah lulus dari ujian-ujian tersebut. Maka semua tutur kata atau tegurannya, tak lagi berasal dari nalar, tetapi berasal dari ruhaninya. Kala ia memperoleh ilham, sebagaimana sang Syaikh sendiri ingin menyampaikannya, keyakinan Islami melemah. Sebagian muslim terlena dalam pemuasan jasmani, dan sebagian lagi puas dengan ritus-ritus dan upacara-upacara keagamaan. Semangat keagamaan tak dapat ditemui lagi.

Pada saat ini, ia mempunyai mimpi penting tentang masalah ini. Ia melihat dalam mimpi itu, seolah-olah sedang menelusuri sebuah jalan di Baghdad, yang di situ seorang kurus kering sedang berbaring di sisi jalan, menyalaminya.

4


(11)

Ketika sang Syaikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya untuk membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan tegap, dan secara menakjubkan tubuhnya menjadi besar. Melihat sang Syaikh

terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata: ‖ Akulah agama kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah menyehatkanku

kembali melalui bantuanmu.‖

Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di masjid, dan menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat tercerahkan,

menamainya Muhyiddin, ‗pembangkit keimanan‘, gelar yang kemudian

dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia

tinggalkan kesendiriannya (uzlah), ia tak jua berkhutbah di depan umum. Selama sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudut kota, dan meneruskan praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaniyah.5

7. KARYA-KARYA ABDUL QADIR AL-JAILANI

Waktunya banyak diisi dengan meengajar dan bertausyiah. Hal ini membuat Syekh tidak memiliki cukup waktu untuk menulis dan mengarang. Bahkan, bisa jadi beliau tidak begitu tertarik di bidang ini. Pada tiap disiplin ilmu, karya-karya Islam sudah tidak bisa dihitung lagi. Bahkan, sepertinya perpustakaan tidak butuh lagi diisi buku baru. Yang dibutuhkan masyarakat justru saran seorang yang bisa meluruskan yang bengkok dan membenahi kesalahan masyarakat saat itu. Inilah yang memanggil suara hati Syekh. Ini pula yang menjelaskan pada kita mengapa tidak banyak karya yang ditulis Syekh.

Memang ada banyak buku dan artikel yang diklaim sebagai tulisannya. Namun, yang disepakati sebagai karya syekh hanya ada tiga:

1. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq

5


(12)

Kitab ini merupakan karyanya yang mengingatkan kita dengan karya monumental al-Ghazali, Ihya‘ ‗Ulum al-Din. Karya ini jelas sekali terpengaruh, baik tema maupun gaya bahasanya, dengan karya al-Ghazali itu. Ini terlihat dengan penggabungan fikih, akhlak, dan prinsip suluk. Ia memulai dengan membincangkan aspek ibadah, dilanjutkan dengan etika Islam, etika doa, keistimewaan hari dan bulan tertentu. Ia kemudian membincangkan juga anjuran beribadah sunah, lalu etika seorang pelajar, tawakal, dan akhlak yang baik.

2. Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani

merupakan bentuk tertulis (transkripsi) dari kumpulan tausiah yang pernah disampaikan Syekh. Tiap satu pertemuan menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan terakhir pada hari Jumat, awal Rajab 546 H. Jumlah halamannya mencapai 90 halaman. Format buku ini mirip dengan format pengajian Syekh dalam berbagai majelisnya. Sebagiannya bahkan berisi jawaban atas persoalan yang muncul pada forum pengajian itu.

3. Futuh al-Ghayb

merupakan kompilasi dari 78 artikel yang ditulis Syekh berkaitan dengan suluk, akhlak, dan yang lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan al-Fath al-Rabbani. Keseluruhan halamannya mencapai 212 halaman. Buku ini sendiri sebetulnya hanya 129 halaman. Sisa halamannya diisi dengan himpunan senandung pujian yang dinisbatkan pada Syekh. Ibn Taymiyah juga memuji buku ini.

8. ABDUL QADIR BERUMAH TANGGA

Menarik untuk dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras dengan kehidupan perkawinannya. Sampai tahun 521 H, yakni pada usia kelima puluh satu, ia tak pernah berpikir tentang perkawinannya. Bahkan ia menganggapnya


(13)

sebagai penghambat upaya ruhaniyahnya. Tetapi, begitu beliau berhubungan dengan orang-orang, demi mematuhi perintah Rasul dan mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita, semuanya saleh dan taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak – dua puluh putra, dan yang lainnya putri.

Keempat putranya yang termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya, adalah;

Syaikh Abdul Wahab, putera tertua adalah seorang alim besar, dan mengelola madrasah ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia juga berkhutbah dan menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan masalah-masalah

syariat Islam. Ia juga memimpin sebuah kantor negara, dan demikian termasyhur.

Syaikh Isa, ia adalah seorang guru hadits dan seorang hakim besar. Dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang baik, dan juga Sufi. Ia mukim di Mesir, hingga akhir hayatnya.

Syaikh Abdul Razaq. Ia adalah seorang alim, sekaligus penghafal hadits. Sebagaimana ayahnya, ia terkenal taqwa. Ia mewarisi beberapa kecenderungan spiritual ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad, sebagaimana ayahnya.

Syaikh Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hijrah ke Damaskus, hingga wafat.

9. DIGODA IBLIS

Dimalam hari syaikh Abdul Qadir senantiasa berdzikir kepada Allah swt. Sebagaimana yang diceritakan oleh pembantunya, yakni syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Abdil Fattakh Al-Harowi.

Pada suatu malam ketika syaikh Abdul Qadir al Jailani sedang duduk

berdzikir, tiba-tiba datang seberkas cahaya berkilauan mengelilingi ufuk langit. Di dalam cahaya tersebut muncul sesosok tubuh dan berkata: “wahai Abdul Qadir! Aku adalah Tuhanmu! Sungguh telah aku nyatakan kepadamu, mulai saat ini aku halalkan semua barang yang haram bagimu!”


(14)

Pernyataan dalam sosok tersebut membuat Abdul Qadir terkejut dan tampak marah, kemudian spontan ia membentaknya: “aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk! Pergilah kau makhluk terkutuk!!”

Kemudian cahaya yang terang benderang tadipun lenyap seketika, tinggallah kegelapan yang menyelimuti syaikh Abdul Qadir.

Dan suara tersebut kembali berkumandang: “wahai Abdul Qadir! kau sangat beruntung dapat menyelamatkan diri dari godaanku, itu berkat keteguhan iman serta luasnya pengetauanmu! Karena sudah 70 orang ahli thariqat telah berhasil aku sesatkan dengan cara seperti ini!”

“hanya bagi Tuhanku keutamaan dan pemberian itu.” Balas Abdul Qadir. Setelah peristiwa itu ada seseorang bertanya: “dari mana tusn tshu bahwa makhluk itu adalah iblis?” Abdul Qadir menjawab: “dari ucapannya itu yang berbunyi; „aku halalkan semua barang yang haram untuk kamu!” sedangkan Allah tidak pernah menyuruh untuk berbuat hal-hal yang buruk.”6

Dalam riwayat lain diceritakan, bahwa kedatangannya dengan membawah Buraq yang akan membawah Abdul Qadir pergi kehadirat Allah.

Mendengar pernyataan itu sang waliyullah segera mengetahui, bahwa yang datang di hadapannya adalah iblis.

Sebab malaikat Jibril dan Buraq hanya datang kepada Rasulullah saw. Dengan demikian iblis telah gagal dalam usahanya.

6

http://googleweblight.com/?lite_url=http://tipstriksib.blogspot.com.tr/2014/02/sejarah-


(15)

10.WAFATNYA SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Syekh wafat setelah menderita sakit ringan dalam waktu tidak lama. Bahkan, ada yang mengatakan, Syekh sakit hanya sehari—semalam. Ia wafat pada malam Sabtu, 10 Rabiul Awal 561 H. Saat itu usianya sudah menginjak 90 tahun.

Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan bertausiah.

Konon, ketika hendak menemui ajal, putranya yang bernama ‗Abdul Wahhab

memintanya untuk berwasiat. Berikut isi wasiat itu:

―Bertakwalah kepada Allah. Taati Tuhanmu. Jangan takut dan jangan berharap

pada selain Allah. Serahkan semua kebutuhanmu pada Allah Azza wa Jalla. Cari semua yang kamu butuhkan pada Allah. Jangan terlalu percaya pada selain Allah. Bergantunglah hanya pada Allah. Bertauhidlah! Bertauhidlah! Bertauhidlah!

Semua itu ada pada tauhid.‖

Demikian manaqib ini saya tulis, semoga membawa barokah, manfa,at, dan

Ridho allah swt, syafa‘at Rosululloh serta karomah Auliyaillah khushushon Syekh Abdul Qodir Jailani selalu terlimpahkan kepada kita, keluarga dan anak-anak keturunan kita semua Dunia – Akhirat. Amien ya rabbal ‗alamin.


(16)

DAFTAR RUJUKAN

MB. Rahimsyah Ar-Maulana, S, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (pemimpin para wali), UD. Mitra Jaya Surabaya

http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=44 :bibliografi-dan-latar-belakang-sheikh-abdul-qadir-al-jailani-ra&catid=11:ilmuan-islam&itemid=76.

http://majalahummatie.wordpress.com/2009/10/02/mengenal-syaikh-abdul-qadir-al-jailani/

http://www.sarkub.com/2012/riwayat-syaikh-abdul-qadir-al-jailani/#axzz2MBuHtIx9

http://googleweblight.com/?lite_url=http://tipstriksib.blogspot.com.tr/2014/02/

sejarah-riwayat-sufi-wali-allah-kisah-manaqib-karomah-syaikh-abdul-qadir+jailani&ts=1452401967&sig=ALL1Aj57hCYjBGYtT9DvOuQh4cmtDUgP w.


(1)

Ketika sang Syaikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya untuk membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan tegap, dan secara menakjubkan tubuhnya menjadi besar. Melihat sang Syaikh

terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata: ‖ Akulah agama kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah menyehatkanku kembali melalui bantuanmu.‖

Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di masjid, dan menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat tercerahkan, menamainya Muhyiddin, ‗pembangkit keimanan‘, gelar yang kemudian dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia

tinggalkan kesendiriannya (uzlah), ia tak jua berkhutbah di depan umum. Selama sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudut kota, dan meneruskan praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaniyah.5

7. KARYA-KARYA ABDUL QADIR AL-JAILANI

Waktunya banyak diisi dengan meengajar dan bertausyiah. Hal ini membuat Syekh tidak memiliki cukup waktu untuk menulis dan mengarang. Bahkan, bisa jadi beliau tidak begitu tertarik di bidang ini. Pada tiap disiplin ilmu, karya-karya Islam sudah tidak bisa dihitung lagi. Bahkan, sepertinya perpustakaan tidak butuh lagi diisi buku baru. Yang dibutuhkan masyarakat justru saran seorang yang bisa meluruskan yang bengkok dan membenahi kesalahan masyarakat saat itu. Inilah yang memanggil suara hati Syekh. Ini pula yang menjelaskan pada kita mengapa tidak banyak karya yang ditulis Syekh.

Memang ada banyak buku dan artikel yang diklaim sebagai tulisannya. Namun, yang disepakati sebagai karya syekh hanya ada tiga:

1. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq

5


(2)

Kitab ini merupakan karyanya yang mengingatkan kita dengan karya monumental al-Ghazali, Ihya‘ ‗Ulum al-Din. Karya ini jelas sekali terpengaruh, baik tema maupun gaya bahasanya, dengan karya al-Ghazali itu. Ini terlihat dengan penggabungan fikih, akhlak, dan prinsip suluk. Ia memulai dengan membincangkan aspek ibadah, dilanjutkan dengan etika Islam, etika doa, keistimewaan hari dan bulan tertentu. Ia kemudian membincangkan juga anjuran beribadah sunah, lalu etika seorang pelajar, tawakal, dan akhlak yang baik.

2. Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani

merupakan bentuk tertulis (transkripsi) dari kumpulan tausiah yang pernah disampaikan Syekh. Tiap satu pertemuan menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan terakhir pada hari Jumat, awal Rajab 546 H. Jumlah halamannya mencapai 90 halaman. Format buku ini mirip dengan format pengajian Syekh dalam berbagai majelisnya. Sebagiannya bahkan berisi jawaban atas persoalan yang muncul pada forum pengajian itu.

3. Futuh al-Ghayb

merupakan kompilasi dari 78 artikel yang ditulis Syekh berkaitan dengan suluk, akhlak, dan yang lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan al-Fath al-Rabbani. Keseluruhan halamannya mencapai 212 halaman. Buku ini sendiri sebetulnya hanya 129 halaman. Sisa halamannya diisi dengan himpunan senandung pujian yang dinisbatkan pada Syekh. Ibn Taymiyah juga memuji buku ini.

8. ABDUL QADIR BERUMAH TANGGA

Menarik untuk dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras dengan kehidupan perkawinannya. Sampai tahun 521 H, yakni pada usia kelima puluh satu, ia tak pernah berpikir tentang perkawinannya. Bahkan ia menganggapnya


(3)

sebagai penghambat upaya ruhaniyahnya. Tetapi, begitu beliau berhubungan dengan orang-orang, demi mematuhi perintah Rasul dan mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita, semuanya saleh dan taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak – dua puluh putra, dan yang lainnya putri.

Keempat putranya yang termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya, adalah;

Syaikh Abdul Wahab, putera tertua adalah seorang alim besar, dan mengelola madrasah ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia juga berkhutbah dan menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan masalah-masalah

syariat Islam. Ia juga memimpin sebuah kantor negara, dan demikian termasyhur. Syaikh Isa, ia adalah seorang guru hadits dan seorang hakim besar. Dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang baik, dan juga Sufi. Ia mukim di Mesir, hingga akhir hayatnya.

Syaikh Abdul Razaq. Ia adalah seorang alim, sekaligus penghafal hadits. Sebagaimana ayahnya, ia terkenal taqwa. Ia mewarisi beberapa kecenderungan spiritual ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad, sebagaimana ayahnya.

Syaikh Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hijrah ke Damaskus, hingga wafat.

9. DIGODA IBLIS

Dimalam hari syaikh Abdul Qadir senantiasa berdzikir kepada Allah swt. Sebagaimana yang diceritakan oleh pembantunya, yakni syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Abdil Fattakh Al-Harowi.

Pada suatu malam ketika syaikh Abdul Qadir al Jailani sedang duduk

berdzikir, tiba-tiba datang seberkas cahaya berkilauan mengelilingi ufuk langit. Di dalam cahaya tersebut muncul sesosok tubuh dan berkata: “wahai Abdul Qadir! Aku adalah Tuhanmu! Sungguh telah aku nyatakan kepadamu, mulai saat ini aku


(4)

Pernyataan dalam sosok tersebut membuat Abdul Qadir terkejut dan tampak marah, kemudian spontan ia membentaknya: “aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk! Pergilah kau makhluk terkutuk!!”

Kemudian cahaya yang terang benderang tadipun lenyap seketika, tinggallah kegelapan yang menyelimuti syaikh Abdul Qadir.

Dan suara tersebut kembali berkumandang: “wahai Abdul Qadir! kau sangat beruntung dapat menyelamatkan diri dari godaanku, itu berkat keteguhan iman serta luasnya pengetauanmu! Karena sudah 70 orang ahli thariqat telah berhasil

aku sesatkan dengan cara seperti ini!”

“hanya bagi Tuhanku keutamaan dan pemberian itu.” Balas Abdul Qadir.

Setelah peristiwa itu ada seseorang bertanya: “dari mana tusn tshu bahwa

makhluk itu adalah iblis?” Abdul Qadir menjawab: “dari ucapannya itu yang

berbunyi; „aku halalkan semua barang yang haram untuk kamu!” sedangkan

Allah tidak pernah menyuruh untuk berbuat hal-hal yang buruk.”6

Dalam riwayat lain diceritakan, bahwa kedatangannya dengan membawah Buraq yang akan membawah Abdul Qadir pergi kehadirat Allah.

Mendengar pernyataan itu sang waliyullah segera mengetahui, bahwa yang datang di hadapannya adalah iblis.

Sebab malaikat Jibril dan Buraq hanya datang kepada Rasulullah saw. Dengan demikian iblis telah gagal dalam usahanya.

6

http://googleweblight.com/?lite_url=http://tipstriksib.blogspot.com.tr/2014/02/sejarah-

riwayat-sufi-wali-allah-kisah-manaqib-karomah-syaikh-abdul-qadir+jailani&ts=1452401967&sig=ALL1Aj57hCYjBGYtT9DvOuQh4cmtDUgPw. Diakses pada Tgl 10 Januari 2016 pukul 13:29 wita


(5)

10.WAFATNYA SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Syekh wafat setelah menderita sakit ringan dalam waktu tidak lama. Bahkan, ada yang mengatakan, Syekh sakit hanya sehari—semalam. Ia wafat pada malam Sabtu, 10 Rabiul Awal 561 H. Saat itu usianya sudah menginjak 90 tahun.

Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan bertausiah. Konon, ketika hendak menemui ajal, putranya yang bernama ‗Abdul Wahhab memintanya untuk berwasiat. Berikut isi wasiat itu:

―Bertakwalah kepada Allah. Taati Tuhanmu. Jangan takut dan jangan berharap pada selain Allah. Serahkan semua kebutuhanmu pada Allah Azza wa Jalla. Cari semua yang kamu butuhkan pada Allah. Jangan terlalu percaya pada selain Allah. Bergantunglah hanya pada Allah. Bertauhidlah! Bertauhidlah! Bertauhidlah! Semua itu ada pada tauhid.‖

Demikian manaqib ini saya tulis, semoga membawa barokah, manfa,at, dan

Ridho allah swt, syafa‘at Rosululloh serta karomah Auliyaillah khushushon Syekh

Abdul Qodir Jailani selalu terlimpahkan kepada kita, keluarga dan anak-anak keturunan kita semua Dunia – Akhirat. Amien ya rabbal ‗alamin.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

MB. Rahimsyah Ar-Maulana, S, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (pemimpin para wali), UD. Mitra Jaya Surabaya

http://www.islam2u.net/index.php?option=com_content&view=article&id=44 :bibliografi-dan-latar-belakang-sheikh-abdul-qadir-al-jailani-ra&catid=11:ilmuan-islam&itemid=76.

http://majalahummatie.wordpress.com/2009/10/02/mengenal-syaikh-abdul-qadir-al-jailani/

http://www.sarkub.com/2012/riwayat-syaikh-abdul-qadir-al-jailani/#axzz2MBuHtIx9

http://googleweblight.com/?lite_url=http://tipstriksib.blogspot.com.tr/2014/02/

sejarah-riwayat-sufi-wali-allah-kisah-manaqib-karomah-syaikh-abdul-qadir+jailani&ts=1452401967&sig=ALL1Aj57hCYjBGYtT9DvOuQh4cmtDUgP w.